Anda di halaman 1dari 30

Otonomi Desa di Indonesia: Otonomi Asli atau Tidak Asli Lagi?

Achmad Nurmandi
Latar Belakang
Sejak berlakunya UU No. 32./2004 dan UU 33/2004, implementasi kebijakan otonomi
daerah menjadi fokus Pemerintah Pusat dan Daerah. Disamping menempatkan Provinsi dan
Kabupaten/Kota sebagai sasaran pelaksanaan otonomi, Pemerintah juga memandang bahwa Desa
sudah saatnya melaksanakan otonominya selaian otonomi asli yang ada selama ini. Sistem
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia menganut sistem otonomi bertingkat, yakni Provinsi
memiliki otonomi terbatas. Kabupaten/Kota memiliki otonomi luas dan Desa memiliki otonomi
asli.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 200 dan 216
menyatakan bahwa desa di kabupaten/kota memiliki kewenangan-kewenangan yang dapat diatur
secara bersama antara pemerintah desa dan BPD yang dimaksudkan untuk meningkatkan
pelayananan kepada masyarakat. Penyelenggaraan desa yang otonom dengan kewenangan yang
dilimpahkan tersebut pada dasarnya merupakan proses yang terjadi secara simultan dan
berkesinambungan yang memerlukan pengetahuan aparatur daerah tentang kewenangan mereka,
potensi daerah dan menjaring aspirasi masyarakat di wilayahnya. Yang menjadi pertanyaan
apakah otonomi asli sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tersebut
masih ada di desa-desa Indonesia. Transformasi sosial ekonomi selama enam puluh (60) tahun
sejak Indonesia merdeka menyebabkan banyak perubahan yang signifikan pada praktek
penyelenggaraan pemerintahan desa. Sebagian besar desa-desa di pulau Jawa telah mengalami
perubahan ruang menjadi kota atau desa-kota. 1 Sementara itu sebagian besar desa-desa di pulau
Sumatera mengalami trasnformasi menjadi desa industri perkebunan, terutama perkebunan sawit
dan karet. Perubahan struktur ekonomi desa kontemporer ini menyebabkan urusan-urusan
pemerintah desa pun mengalami pergeseran dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.
Kewenangan atau urusan desa yang dulunya dikenal dengan otonomi asli pun menjadi hilang dan
atau mengalami perubahan bentuk.
Dari paparan tersebut diatas makalah ini berusaha untuk menjawab penting yang
menggelitik para pengambil kebijakan atau praktisi adalah bagaimanakah pelaksanaan
kewenangan Otonomi Desa di Indonesia? Apakah masih ada otonomi asli yang dilaksanakan oleh
desa-desa di Indonesia? Data yang dipaparkan dalam paper ini adalah data yang dihasilkan dari
penelitian lapangan yang dilakukan pada tahun 2005 yang dilakukan penulis sebagai tugas yang
diberikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang ) Provinsi Riau.
Kewenangan Desa
Dalam Undang undang No. 32 Tahun 2004 disebutkan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan desa mencakup (1) urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul
desa, (2) urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
1

Istilah desa-kota diperkenalkan oleh Terry McGee (1998), ahli geografi dari Kanada, yang menunjukkan
percampuran antara ciri-ciri desa dan kota pada pemanfaatan lahan. Sebagian lahan dimanfaatkan untuk
kegiatan industri dan berdampingan dengan kegiatan pertanian. Pekerja masyarakat desa pun mengalami
perubahan dari sektor pertanian ke sektor industri, seperti pekerja pabrik, sektor informal, sektor
transportasi dan sektor keuangan.

pengaturannya kepada desa, (3) tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah provinsi, dan atau
pemerintah kabupaten/kota dan yang terakhir (4) urusan pemerintahan lainnya yang oleh
peraturan perundang-perundangan diserahkan kepada desa. Tugas pembantuan dari Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan/atau pemerintah Kabupaten/kota kepada desa disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia.
Yang dimaksud dengan urusan pemerintahan desa yang sudah ada berdasarkan pada hak
asal-usu adalah otonomi asli desa. Sebagai contoh, sebagian besar desa-desa di Indonesia

pada zaman sebelum kemerdekaan mengenal lumbung desa dan pasar desa.2 Lumbung
desa diadakan oleh masyarakat desa untuk menyimpang cadangan pangan (terutama padi)
guna mengantisipasi krisi pangan yang akan terjadi. Desa-desa juga mempunyai hukum
adat yang mengatur perilaku warganya yang berkaitan dengan pemanfaatan hutan,
hubungan sosial dan menjaga kelestarian lingkungan. Warga desa tidak dapat menebang
pohon tanpa mengikuti aturan yang berlaku, terutama lokasi, jenis pohon yang ditebang,
besar atau diameter pohon dan waktu penebangan. Hukum ada desa mengatur semua halhal tersebut dalam peraturan desa.
Dalam pengaturan perundangan, pemerintah desa selalu disebutkan terdiri dari 2 (dua)
unsur yaitu kepala pemerintahan dan wakil-wakil rakyat. Dalam UU No. 19 tahun 1965
pemerintahan desa terdiri atas Kepala Desa dan Badan Musyawarah Desa, dan pada UU No. 5
tahun 1979 pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Musyawarah Desa.
Sedangkan di bawah UU No. 22 tahun 1999 pemerintahan desa terdiri dari Pemerintah Desa dan
Badan Perwakilan Desa, dan Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dan Perangkat Desa dan menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 pemerintahan
desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa

Dari keempat UU tersebut kelihatannya terjadi fluktuasi otonomi desa. Pada UU yang
pertama disebutkan adanya badan musyawarah desa yang secara tegas sebagai lembaga
perwakilan rakyat, sehingga anggota-anggotanya dipilih langsung oleh warga masyarakat;
sementara pada UU yang kedua LMD hanyalah lembaga musyawarah yang anggota-anggotanya
tidak dipilih oleh rakyat akan tetapi diangkat lebih karena pilihan atau penunjukan Kepala Desa
sendiri dan Kepala Desa secara otomatis menjadi ketua LMD. Lain halnya pada UU No. 22 tahun
1999 dimana otonomi desa sedemikian luasnya, sehingga desa diberikan keleluasaan untuk
mengadakan kegitan yang dapat dipakai untuk meningkatkan dan mendapatkan hasil-hasil atau
dana yang bisa dipakai untuk membiayai kegiatan-kegiatannya.
Demikian halnya pada UU No. 32 Tahun 2004, lembaga musyawarah desa berubah
menjadi badan permusyawaratan desa yang berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala
desa, menampung dan menyatukan aspirasi masyarakat. Anggota badan permusyawaratan desa
aadalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah
dan mufakat. Selain Badan Permusyawaratan Desa menurut undang-undang ini juga dapat
dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa yang berpedoman pada
peraturan perundang-undangan, lembaga ini bertugas membantu pemerintahan desa dan
merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa.
Pencermatan lebih mendalam menunjukkan bahwa konflik penguasaan kewenangan
terutama disebabkan karena adanya kewenangan yang menghasilkan penerimaan, yaitu adanya
kecenderungan perebutan kewenangan antar tingkatan pemerintahan untuk memperoleh sumber2

Lihat Soetardjo Koesoemo, Desa, Djembatan, 1978.

sumber keuangan yang berasal dari kewenangan tersebut. Kewenangan-kewenangan yang


menghasilkan sumber penerimaan cenderung bermasalah, sedangkan kewenangan yang kurang
menghasilkan penerimaan dan atau memerlukan biaya cenderung untuk dihindari.
Friksi pada dasarnya berpangkal dari siapa yang mempunyai kewenangan secara hukum
atas hal yang disengketakan tersebut. Motif utama yang mendorong bukanlah persoalan untuk
memberikan pelayanan masyarakat pada hal yang disengketakan tersebut, namun lebih pada
bagaimana menguasai sumber-sumber pendapatan yang dihasilkan dari kewenangan yang
disengketakan tersebut. Daerah menganggap bahwa dengan adanya otonomi maka kebutuhan
uang mereka menjadi tidak terbatas, sedangkan PAD dan DAU terbatas sehingga hal tersebut
menarik mereka untuk menambah sumber-sumber penerimaan dari penguasaan obyek-obyek
yang dapat menghasilkan tambahan penerimaan daerah.
Analisis yang lebih fundamental mengindikasikan bahwa keberadaan unit pemerintahan
daerah bertujuan unuk melayani kebutuhan masyarakat (public service). Ini berarti tiap daerah
akan mempunyai keunikan sendiri-sendiri baik dari aspek penduduk, maupun karakter
geografisnya. Masyarakat pantai dengan mata pencaharian utama di perikanan akan berbeda
dengan masyarakat pegunungan, ataupun masyarakat pedalaman. Masyarakat pedesaan akan
berbeda kebutuhannya dengan masyarakat daerah perkotaan. Apabila keberadaan Pemda untuk
melayani kebutuhan masyarakat, maka konsekuensinya urusan yang dilimpahkanpun seyogyanya
berbeda pula dari satu daerah dengan daerah lainnya sesuai dengan perbedaan karakter geografis
dan mata pencaharian utama penduduknya. Adalah sangat tidak logis apabila di sebuah daerah
kota sekarang ini masih dijumpai urusan-urusan pertanian, perikanan, peternakan, dan urusanurusan yang berkaitan dengan kegiatan primer. Pelimpahan urusan otonomi yang sesuai dengan
kebutuhannya. Untuk itu analisis kebutuhan (need assessment) merupakan suatu keharusan
sebelum urusan itu diserahkan ke suatu daerah otonom.
Pada dasarnya kebutuhan rakyat dapat dikelompokkan kedalam dua hal yaitu :
a) Kebutuhan dasar (basic needs) seperti air, kesehatan, pendidikan, linkungan, keamanan, dsb;
b) Kebutuhan pengembangan usaha masyarakat seperti pertanian, perkebunan, perdagangan,
industri dan sebagainya;
Dalam konteks otonomi, daerah dan desa harus mempunyai kewenangan untuk mengurus
urusan-urusan yang berkaitan dengan kedua kelompok kebutuhan diatas. Kelompok kebutuhan
dasar adalah hampir sama diseluruh Indonesia hanya gradasi kebutuhannya saja yang berbeda.
Sedangkan kebutuhan pengembangan usaha penduduk sangat erat kaitannya dengan karakter
daerah, pola pemanfaatan lahan dan mata pencaharian penduduk.
Berbeda dengan negara maju dimana pembangunan usaha sebagian besar sudah
dijalankan oleh pihak swasta, maka di Negara Indonesia sebagai negara berkembang, peran
pemerintah masih sangat diharapkan untuk menggerakkan usaha masyarakat. Kewenangan untuk
menggerakkan usaha atau ekonomi masyarakat masih sangat diharapkan dari pemerintah. Pemda
di negara maju lebih beerorientasi untuk menyediakan kebutuhan dasar (basic services)
masyarakat. Untuk itu, maka Pemda di Indonesia mempunyai kewenangan (otonomi) untuk
menyediakan pelayanan kebutuhan dasar dan pelayanan pengembangan usaha ekonomi
masyarakat lokal.
Dalam memberikan otonomi untuk pelayanan kebutuhan dasar dan pelayanan
pengembangan usaha ekonomi masyarakat, ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan yaitu :
a) Economies of scale : bahwa penyerahan urusan itu akan menciptakan efisiensi, efektifitas
dan ekonomis dalam penyelenggaraanya. Ini berkaitaan dengan economies of scale (skala
ekonomis) dalam pemberian pelayanan tersebut. Untuk itu harus ada kesesuaian antara skala
ekonomis dengan catchment area (cakupan daerah pelayanan). Persoalannya adalah

sejauhmana skala ekonomis itu sesuai dengan batas-batas wilayah administrasi Pemda yang
sudah ada. Makin luas wilayah yang diperlukan untuk mencapai skala ekonomis akan makin
tinggi otoritas yang diperlukan. Bandara dan pelabuhan yang cakupan pelayanannya antar
provinsi adalah menjadi tanggung jawab nasional.
b) Akuntabilitas : bahwa penyerahan urusan tersebut akan menciptakan akuntabilitas pemda
pada masyarakat. Ini berarti bagaimana mendekatkan pelayanan tersebut kepada masyarakat.
Makin dekat unit pemerintaahan yang memberikan pelayanan kepada masyaarakat akan
makin mendukung akuntabilitas.
c) Eksternalitas : dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang memerlukan pelayanan tersebut.
Eksternalitas sangat terkait dengan akuntabilitas. Makin luas eksternalitas yang ditimbulkan
akan makin tinggi otoritas yang diperlukan untuk menangani urusan tersebut. Contoh, sungai
atau hutan yang mempunyai eksternalitas regional seyogyanya menjadi tanggung jawab
Provinsi untuk mengurusnya.
Potret Otonomi Desa di Provinsi Riau
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian deskriptif eksploratif yang dalam
penelitian seperti ini, pengetahuan mengenai persoalan atau fenomena yang akan diteliti masih
sangat kurang atau sama sekali belum ada, oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk
mengeksplorasi data melalui depth interview dan kemudian mendeskripsikannya.
b. Unit Analisis dan Wilayah Penelitian
Unit analisis yang diteliti adalah desa sebagai suatu unit pemerintahan di tingkat yang paling bawah yang
dibagi pada beberapa kecamatan yang diambil secara random. Wilayah penelitian akan meliputi beberapa
desa di Provinsi Riau yang berjumlah sebanyak 1318 desa pada tahun akhir tahun 2005. Dari jumlah
populasi tersebut, diambil minimal 5% sebagai desa sampel, yang selanjutnya dipilih secara systimatic
random sampling. Dari populasi yang ada desa-desa yang menjadi sampel adalah sebagai berikut:Jumlah
desa yang dijadikan sampel berjumlah 71 desa atau 5% dari jumlah populasi dengan rincian sebagai berikut

Otonomi Desa Kontemporer: Otonomi Asli atau Tidak Asli?


Instrumen penelitian bertujuan untuk mendeteksi urusan-urusan pemerintahan
apa saja yang masih dilakukan atau menjadi kewenangan pemerintah desa; apakah masih
ada urusan asal usul, dan jika ada bagaimana pelaksanaannya? Sebagai contoh urusan
atau kewenangan kehutanan dapat dilihat dari data dalam table berikut.
Tabel 1. Pelaksanaan Urusan Kehutanan di Desa
PELAKSANAAN
NO
1.

2.

KEWENANGAN/URUSAN

Nilai

Penghijauan dan Konservasi


tanah

Desa

Persuteraan alam yaitu


berupa pondok sutera
dengan peralatannya
dibangun desa

Desa

TIDAK

TIDAK
JAWAB

JUMLAH

21

47

71

29.58

66.20

4.23

100

47

23

71

1.41

66.20

32.39

100

YA

Pemberian izin pengelolaan


perlebahan non budidaya

Desa

Pengawasan pengambilan
hasil hutan non kayu dalam
ulayat desa

Desa

47

22

71

2.82

66.20

30.99

100

50

17

71

5.63

70.42

23.94

100

21

46

71

29.58

64.79

5.63

100

47

22

71

2.82

66.20

30.99

100

49

19

71

4.23

69.01

26.76

100

43

20

71

%
11.27
60.56
28.17
Sumber: Laporan Penelitian Otonomi Desa di Provinsi Riau, Bapeda Provinsi Riau, 2005

100

3.
4.
5.

6.

7.

8.

Pengelolaan Hutan Desa

%
%
Desa
%

Pengawasan terhadap
pengambilan tumbuhan dan
penangkapan satwa liar
yang dilindungi
Pemberian rekomendasi izin
pengelolaan hutan yang ada
dalam desa kepada pihak
ketiga

Desa

Perburuan tradisional satwa


liar yang ada di desa

Desa

%
Desa
%

Dari table data di atas dan wawancara langsung di lapangan terlihat bahwa
kewenangan bidang kehutanan dalam hal ini, kewenangan asli desa tidak ada lagi. Dari
mereka yang menjawab ya dalam pelaksanaan kewenangan/urusan kehutanan ini,
mereka hanya melaksanakan tugas pembantuan dari pemerintah kabupaten bahkan
pemerintah pusat. Pengelohan hutan desa yang merupakan urusan otonomi asli desa
sudah tidak ada lagi. Pengolahan hutan sudah menjadi urusan pemerintah pusat sebagai
pelaksanaan peraturan perundang-undangan tentang kehutanan. Jadi, kita melihat kasus
per kasus dari semua urusan, mulai pertanian hingga bidang otonomi pemerintahan, sifat
tugas pembantuan yang diberikan dapat dikatakan sebagai tugas pembantuan semu.
Bukan merupakan tugas pembantuan yang sepenuhnya diserahkan kepada desa untuk
mengatur dan mengelola pelaksanaan tugas. Jika ini diteruskan dari tahun ke tahun,
slogan otonomi desa yang bermuara kepada pemberdayaan masyarakat desa hanya akan
menjadi otonomi desa tidak asli lagi.
Dalam sektor pendidikan yang merupakan cara untuk meningkatan kualitas penduduk
dalam menghadapi era persaingan masa depan, belum mampu dilaksanakan secara
maksimal, keterbatasan dana dan SDM menjadi alasan dalam melaksanakan program ini.

Tabel 2. Pelaksanaan Urusan Bidang Pendidikan


PELAKSANAAN
NO

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

KEWENANGAN/URUSAN

Nilai

Berpartisipasi dalam
penyediaan lahan untuk
pembangunan TK, SD, SLTP
dan SLTA

Desa

Ikut memberikan kontribusi


untuk melengkapi, merawat dan
merehabilitasi sarana
pendidikan seperti:
pembangunan fisik,gedung,
mobler, pengadaan sarana
laboratorium, perpustakaan dan
buku pegangan siswa.
Ikut memberikan kontibusi
peningkatan kesejahteraan
tenaga kependidikan seperti
uang lelah, kelebihan jam
mengajar, transportasi dan
perumahan guru untuk daerah
terpencil.
Ikut memberikan kontribusi
penyediaan bahan belajar,
tempat belajar dan fasilitas lain
bagi pendidikan luar sekolah.
Menyelenggarakan kursuskursus ketrampilan.
Meningkatkan peran taman
bacaan masyarakat pada pusat
kegiatan belajar masyarakat.
Ikut memfasilitasi dan
memotivasi kelompokkelompok belajar yang ada di
desa.
Menggali,membina dan
mengembangkan bermacam
seni yang hidup dan tumbuh di
desa baik seni tradisional
maupun seni modern.
Menghimpun, menulis dan
memberikan seluruh jenis
upacara adat dan adat istiadat
yang berlaku di desa.
Ikut memfasilitasi pembinaan
organisasi dan kegiatan
kepemudaan, misalnya

Desa

TIDAK

TIDAK
JAWAB

JUMLAH

58
81.69

7
9.86

6
8.45

71
100

26

23

22

71

36.62

32.39

30.99

100

15

32

24

71

21.13

45.07

33.80

100

11

34

26

71

15.49

47.89

36.62

100

17
23.94

29
40.85

25
35.21

71
100

7
9.86

38
53.52

26
36.62

71
100

17

28

26

71

23.94

39.44

36.62

100

29

17

25

71

40.85

23.94

35.21

100

17
23.94

29
40.85

25
35.21

71
100

32

11

28

71

YA

Desa
%

Desa
%

Desa
%

Desa
%

Desa
%

Desa
%

Desa
%

Desa

kelompok pemuda produktif


dan group kesenian pemuda.

39.44

100

35
9
27
%
49.30
12.68
38.03
Sumber: Laporan Penelitian Otonomi Desa di Provinsi Riau, Bapeda Provinsi Riau, 2005

71
100

11.

Ikut memfasilitasi dan


mengembangkan olahraga
masyarakat tradisional,
misalnya menyiapkan lapangan
dan sarana lapangan dan sarana
olahraga lainnya.

45.07

15.49

Desa

Sebagian desa sudah melaksanakan kewenangan dalam pemberian lahan untuk


pembangunan sekolah dari data yang didapat sebesar 81,69%. Untuk beberapa desa
pemberian tanah ulayat untuk pembangunan sekolah tersebut. Kurangnya dana
menyebabkan kewenangan ini tidak berjalan dengan baik dan kebijakan dalam
kewenangan ini langsung diserahkan kepada pihak dinas pendidikan kabupaten sehingga
pemerintah desa tidak memiliki peran langsung.
Desa kesulitan dalam mencari guru-guru kontrak, dari data yang didapat sebesar
45,07% desa yang belum melaksanakan kewajiban tersebut, kekurangan dana juga
merupakan hal yang menyebabkan kewenangan ini tidak berjalan dengan baik. Begitu
juga mengenai pengadaan fasilitas belajar, tempat belajar dan hal-hal yang mendukung
proses belajar belum dapat berjalan data yang didapatkan baru sebesar 15,49% desa
menjalankan kewenangan ini,sementara desa yang tidak menjalankan kewenangan ini
sebesar 47,89%, hal ini karena kekurangan dan adan fasilitas yang ada pada
pemerintahan desa.
Kurangnya tenaga pelatih dan biaya dalam penyelenggaraan diklat menyebabkan
program ini tidak berjalan baru sebesar 23,94% Pelatihan atau kursus yang dilakukan
yakni menjahit dan kursus elektronik, diklat langsung dilaksanakan oleh Dinas tenaga
kerja.
Banyaknya desa yang tidak memiliki fasilitas taman bacaan diatas sebesar
53,52% desa yang menjalankan kewenangan diatas.Desa melakukan beberapa hal dalam
pembinaan akan seni tradisional seperti pembinaan silat kampong, rebana dan tari yang
merupakan khazanah budaya tradisional dari Riau. Sebesar 40,85% desa sudah
melaksanakan, peningkatan yang diharapkan adanya pembinaan yang lebih intensif dari
pemerintah daerah karena selama ini pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa
tidak intensif.
Pelaksanaan sebesar 23,94% dari pemerintah desa pada kewenangan ini dari
survey yang dilaksanakan ditemukan karena kekurangan SDM yang mampu
melaksanakannya dan tidak adanya fasilitas yang memadai sehingga diharapkan adanya
pelatihan ataupun pembinaan, data-data mengenai kesenian yang semakin langka menjadi
salah satu faktor tidak berjalannya program ini.
Pelaksanaan pembinaan oleh Pemerintahan desa telah berjalan dengan
pengoptimalan kegiatan organisasi pemuda seperti karang taruna, remaja Masjid maupun
organisasi lainnya, dalam hal seni tradisional masih terkendala karena kurangnya pelatih
dalam melakukan pembinaan bagi pemuda serta biaya yang belum mencukupi untuk
pembinaan yan lebih intensif. Beberapa daerah bahkan belum melaksanakan kewenangan
ini.Pelaksanakan yang telah dilaksankan desa sebesar 49,30% dengan diadakannya lomba
7

setiap acara hari kemerdekaan, olahraga tradisional yang dilakukan diantaranya lomba
gasing. Hasil rekapitulasi kewenangan bidang-bidang pemerintahan, dari bidang
kehutanan sampai dengan perkebunan pada umumnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Wawancara dengan perangkat desa/penghulu dan analisis dokumen laporan kegiatan
tahunan desa menunjukkan beban kerja dari organisasi pemerintahan desa

Tabel 3. Rekapitulasi Desa-desa Melaksanakan Urusan Pemerintahan


No

Kewenangan

1
2
3

Kehutanan
Industri
Perdagangan

4
5
6
7
8

Koperasi
Pariwisata
Pertambangan
Pekerjaan Umum
Pertanahan

% Desa yang
melaksanakan (dari 71
desa)
11
19
25
11
1
10
40
60

Keterangan
Desa yang masih memiliki hutan adat
Desa-desa yang masih memiliki pasar
desa

Desa
Desa-desa yang masih menjalankan
hukum adat

9
Perhubungan
25
10 Kependudukan
35
Sebagian besar tugas pembantuan
11 Kependidikan
21
12 Pertanian
15
13 Perkebunan
30
Sumber: Laporan Penelitian Otonomi Desa di Provinsi Riau, Bapeda Provinsi Riau, 2005

Urusan-urusan pemerintahan diatas merupakan urusan pemerintahan baik dalam tugas


pembantuan, pelimpahan kewenangan dan urusan asli. Terlihat bahwa urusan
pemerintahan dalam bidang pekerjaan umum dan pertanahan masih dijalankan oleh
karena desa masih memiliki tanah-tanah ulayat.
Kapasitas Pemerintah Desa, Antara Tugas dan Pengabdian
Sebagai pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat,
pemerintah desa memang memiliki beban tugas tidak dapat dianggap ringan. Mereka
(para Kepala desa) mungkin tidak pernah mendapatkan pelatihan public servicing seperti
para eksekutif di sebuah perusahaan. Namun kita memang harus angkat topi bagi para
kepala desa, tanpa perlu risau apakah tuntutan gaji mereka dipenuhi atau tidak, mereka
akan siap bekerja, menyapa, menyambangi masyarakatnya dengan senyum.
Pada hasil pengamatan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa pemerintah
desa menjalankan empat fungsi utama. Pertama, sebagai kepanjangan tangan birokrasi
pemerintah dengan memberikan pelayananan administratif (surat menyurat) kepada
warga. Kedua, fungsi sosial yang bercampur aduk dengan fungsi pribadi, yaitu
beranjangsana dengan warga masyarakat melalaui silaturrrahmi. Anjangsana sosial

adalah kearifan lokal yang mempunyai makna simbolik, mendekatkan pamong desa
dengan rakyatnya. Ketiga, fungsi pembangunan seperti menggerakkan perencanaan dari
bawah, merancang proposal yang disampaikan kepada pemerintah supra desa,
mengalokasikan bantuan ke masyarakat serta memobilisasi dana dan tenaga masyarakat
melalui gotong royong. Keempat, mengumpulkan pungutan seperti pajak bumi dan
bangunan (PBB). Dalam tabel di bawah ini, terlihat proporsi beban kerja pemerintah desa
antara keempat fungsi tersebut.

Tabel 4. Proporsi Beban Kerja Pemerintahan Desa


Kabupaten
Kuantan Senggigi

Fungsi birokrasi
(tugas
pembantuan)
40

Fungsi
sosial
20

Fungsi
pembang
unan
10

Fungsi Pengum
pulan pajak dan
retribusi
30

Indragiri Hulu

45

20

25

Indragiri Hilir

37

20

23

20

Pelalawan

40

22

13

25

Siak

45

24

22

Kampar

40

25

25

Rokan Hulu

40

21

30

Bengkalis

35

22

87

30

Rokan Hilir

40

21

30

Rerata

40.22

21.67

19.33

26.33

Sumber: Laporan Penelitian Otonomi Desa di Provinsi Riau, Bapeda Provinsi Riau, 2005

Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar (40,22%) tugas atau beban kerja
perangkat desa lebih banyak melakukan tugas-tugas pembantuan daripada tugas-tugas
dalam fungsi pembangunan, fungsi sosial dan fungsi otonomi asli desa lainnya. Tugastugas pembantuan yang dilakukan desa antara lain memungut pajak, menjalakan tugas
administrasi kependudukan, menjalankan tugas-tugas penyuluhan, membantu monitoring
proyek-proyek pemerintah atasan, dan membantu menjalankan tugas ketertiban dan
keamanan.
Kesimpulan
Dari temuan data diatas dapat disimpulkan bahwa
1) Otonomi desa asal-usul secara empiris dan faktual tidak ada lagi.
2) Desa-desa lebih banyak melaksanakan urusan-urusan pemerintahan dalam rangka
tugas pembantuan dari pada kewenangan yang dilimpahkan dari pemerintah
atasan.

Implikasi Kebijakan
1) Melihat tugas utama pemerintahan desa yang ada saat ini, dan tugas yang akan
dilaksanakan di masa datang, masa otonomi desa yang diterapkan. Secara umum
diperlukan keikhlasan para pejabat kabupaten, provinsi, maupun pemerintah pusat
untuk membagi kewenangan tugas tersebut kepada desa. Adapun kemudian
kemampuan Pemerintah desa dalam melaksanakan tugas tersebut yang memang
dalam saat ini masih kurang perlu terus dipacu.
2) Dengan pelimpahan kewenangan atau urusan kepada pemerintah desa sebaiknya
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kapasitas. Dengan pentahapan
pelimpahan kewenangan ini, diharapkan nantinya ketika kewenangan yang
dilimpahkan kepada desa semakin besar, kapasitas kinerja pemerintah desa sudah
siap untuk melaksanakannya. Sehingga ke depan para perangkat desa, baik itu
dari kepala desa hingga pelaksana terendah dalam melaksanakan tugasnya hanya
sebagai sambilan sebagai pengabdian mereka, namun memang menjadi tugas
utama mereka dalam menjalankan pemerintahan desa.
3) Perumusan undang-undang atau kebijakan tentang desa terutama kewenangannya
tidak tepat lagi berdasarkan kewenangan asal-usul sebagaimana yang tercantum di
dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Rumusan urusan asal-usul dalam setiap undang-undang dan peraturan pemerintah
adalah tidak valid lagi dan tidak dapat dijadikan pijakan untuk membuat kebijakan
tentang desa di Indonesia. Kenyataan ini diperkuat oleh pengangkatan sekretaris
desa sebagai pegawai negeri dan tuntutan pengurus asosiasi desa untuk
mengangkat perangkat desa sebagai pegawai negeri.
Implikasi Teoritis
1) Dari data empiris dapat disimpulkan bahwa otonomi asli berdasarkan asal-usul
tidak dapat valid lagi.
2) Secara teoritis desa-desa yang ada di Indonesai sekarang lebih banyak menjadi
bawahan dari pemerintahan atasan daripada merupakan unit pemerintahan
yang otonom.
Daftar Pustaka
Balitbang Provinsi Riau, Pemetaan Otonomi Desa, Pekanbaru, 2005.
Soetardjo, Desa, Penerbit Djembatan, Jakarta, 1975.

Lampiran:
Kewenangan Desa Masa Belanda Orde Baru

Kewenangan Desa
Hasil Pengkajian &
Penelitian

A. Pertanian
10

a.
Pertanian
Menetapkan pembagian tanah giliran
Mengadakan pembenihan bersama
Pemberantasan hama tanaman
Pembelian pupuk bersama
Pembuatan pupuk kompos bersama
Penggarapan awal tanam padi
Penggarapan tanah kosong
Pembelian bibit bersama
Pengaturan tanaman pagar
Pengelolaan tanaman pekarangan
Membasmi tikus, anjing dan babi hutan
Koordinasi antar kelompok tani
Fasilitator penyuluhan pertanian
Pendataan dan pelaporan hasil pertanian
Penjagaan atas keselamatan yayasan pengairan dan pembagian air
Penyediaan lahan percobaan pertanian
Perbaikan saluran air
Peternakan
Mengadakan tanah pangonan
Pengusahaan tanaman rumput
Pengumpulan makanan ternak untuk persediaan di musim kemarau
Penyebarluasan informasi dan promosi peternakan
Menjaga hewan ternak yang digembala di hutan yang diizinkan
Mengadakan kandang desa
Pengebirian hewan jantan
Mengadakan pasar hewan dan
mengatur penjualan hewan ternak
Mencegah dan menjaga penyakit hewan
Membantu aparat pemerintah mengadakan pameran hewan ternak
Mengadakan pemeliharaan hewan ternak untuk memperbaiki
jenis hewan ternak
Kelautan
Mengadakan pelabuhan perikanan di laut dan di sungai
Mengadakan sedekah laut
Penjagaan bersama di pelabuhan
Mengadakan pasar ikan atau tempat pelelangan ikan
Mengadakan kolam pembibitan ikan
Menaburi benih ikan di sungai dan danau

Keagamaan
Pemeliharaan tempat ibadah

11

Perumusan
kebijakan pertanian
tingkat desa
b. Penggarapan awal
tanam tahunan
c. Penggarapan tanah
kosong
d. Pembelian
bibit
bersama
dan
sarana produksi
e. Pengaturan
tanaman pagar
f. Pengelolaan
tanaman
pekarangan
g. Pembasmian hama
h. Pengkoordinasian
antar kelompok tani
i. Pembinaan
kelompok tani
j. Penyebarluasan
informasi
dan
promosi peternakan
k. Penetapan sasaran
areal dan lokasi
kegiatan
pengembangan
lahan
l.
Pembangunan dan
pemeliharaan serta
pengelolaan
saluran tertier untuk
budi
daya
perikanan
m. Pengelolaan
perpustakaan bukubuku
petunjuk
teknis pertanian
n. Penumbuhan dan
pengembangan
kelembagaan
petani
o. Pengelolaan
pembenihan
ikan
milik desa
p. Pengawasan
lalu
lintas ternak yang
ada di dalam desa
q. Pemungutan
retribusi
rumah
potong hewan yang
ada di desa
r. Penyelenggaraan
kebun bibit hijauan
pakan ternak
s. Pemberian
rekomendasi
izin
usaha
penangkar
benih/bibit
pertanian di desa
t. Pengaturan
pemanfaatan
air

Mengadakan sedekah bumi


Mengadakan ruwah desa

u.
v.

Pekerjaan umum

w.

Mengadakan bersih desa


Memelihara dan membikin bersih rumah, tanah pekarangan
kandang dan selokan

x.

Mengurus pekerjaan umum


Mengurus benda-benda milik desa
Membuat dan memelihara jalan umum dan jembatan
Mengadakan dan memelihara tambangan (perahu atau gethek)
penyeberangan
Penyajian data tentang kondisi fisik bangunan desa
Penyediaan tenaga kerja proyek pekerjaan umum
Rekomendasi pembukaan pemukiman baru (perumahan)

y.
z.
aa.

Penyaluran dana alokasi perumahan


bb.

Fasilitator penyuluhan pemukiman sehat


Rekomendasi IMB
Penyajian data pemanfaatan ruang desa

cc.
dd.
ee.
ff.
gg.

hh.

Kesehatan
Mendatangkan penduduk pada saat adanya suntikan cacar, patek
dan bubul, dysentry serta mengurusi administrasinya

ii.

Memberikan perantaraan untuk menjual dan membagi pil kina


Mengantarkan orang sakit atau menganjurkan orang yang sakit
untuk minta obat di poliklinik atau memberi surat tanda miskin
kepada pendududuk yang membutuhkan

jj.

Mengadakan Posyandu
Mengadakan penyuluhan kesehatan
Membantu meringkan berobat

kk.

Pendataan kesehatan masyarakat

12

pada tingkat usaha


tani
pengadaan tanah
pangonan
Pengusahaan
tanaman rumput
Pengumpulan
makanan
ternak
untuk persediaan di
musim kemarau
Penjagaan hewan
ternak
yang
digembala di hutan
yang diizinkan
Pengadaan
kandang desa
Pembantuan
pengebirian hewan
jantan
Pengadaan pasar
desa untuk jual beli
hewan
Pengaturan
penjualan
hewan
ternak
Pembantuan
pencegahan
penyakit hewan
Pendataan
dan
pelaporan
hasil
pertanian
Pembantuan
penyuluhan
pertanian
Penyediaan lahan
percobaan
Pembantuan
pengawasan
pengolahan
hasil
pertanian
Pengawasan
terhadap
penangkapan ikan
dengan bahan dan
alat terlarang di
perairan umum di
wilayah desa
Pembantuan
pengaturan
pelaksanaan
penanggulangan
hama dan penyakit
secara terpadu
Pembantuan
pengadaan
pameran
bidang
pertanian
Pengadaan
pemeliharaan
hewan
dan
komoditas
pertanian

Kelautan
a.
Pendidikan

b.

Bertanggung jawab atas penerimaan murid di tiap-tiap sekolah


dan usia sekolah
Menyediakan tanah dan membangun gedung sekolah

c.

Penyajian data tentang pendidikan dan kebudayaan

d.

Pembinaan dan penyuluhan pengembamngan kesenian dan kebudayaan

e.

Rekomendasi surat keterangan untuk bea siswa

Perekonomian
Mengadakan perkreditan melalui lumbung desa dan bank desa
Membangun dan mengembangkan pasar desa
Mengadakan pemupukan modal melalui usaha ekonomi desa
Rekomendasi pengajuan kredit
Rekomendasi izin usaha
Rekomendasi izin pendirian koperasi
Penyajian data tentang koperasi
Koordinasi kegiatan pembinaan koperasi dari kecamatan
Fasilitator pemberian kredit dari bank

13

Perumusan kebijakan
bidang kelautan tingkat
desa
Pengadaan pasar ikan
atau tempat pelelangan
ikan
Pengadaan
kolam
pembibitan ikan
Penaburan benih ikan
di sungai dan danau
Pengadaan pelabuhan
perikanan di laut dan di
sungai

Pekerjaan Umum
a. Perumusan
kebijakan
bidang
pekerjaan
umum
tingkat desa
b. Pembangunan,
pengawasan
dan
pemeliharaan irigasi
desa
c. Pengelolaan
dan
pemanfaatan
proyek air bersih
yang ada di dalam
desa
d. Pemeliharaan rutin
saluran irigasi yang
terdiri
dari
rambahan
dan
membuang
sedimentasi
e. Pengelolaan
embung/telaga milik
desa yang sudah
dikonstruksi
f. Pemberian
informasi
sarana
dan
prasarana
masyarakat
milik
desa

g.

Kehutanan dan Perkebunan


Menjaga hutan negara
Membantu memadamkan kebakaran hutan dan tanaman
Menyediakan lahan pembibitan
Membantu pencatatan penebangan kayu
Mengawasi hurtan dari penebangan liar
Rekomendasi surat izin tebang
Melaksanakan program penghijauan
Mengkoordinir penyuluhan kehutanan

Politik dalam negeri dan administrasi publik


Penjagaan di gardu desa
Membuat dan memelihara gardu desa
Penjagaan di rumah kades atau dukuh
Penjagaan keliling dalam desa

Pengurusan
benda-benda milik
desa
h. Pembuatan
dan
pemeliharaan jalan
umum milik desa
dan jembatan desa
i. Pengadaan
dan
pemeliharaan
tambangan (perahu
atau
gethek)
penyeberangan
j. Penjagaan
atas
keselamatan
pengairan
dan
pembagian air
k. Pemeliharan
saluran tertier
l. Pemeliharaan rutin
jalan
kabupaten
yang berada di
desa yang terdiri
dari: pembersihan
semak,
pembersihan
saluran/bandar,
pembersihan bahu
jalan, pembersihan
gorong-gorong
m. Pengelolaan
dan
pemeliharaan
pompanisasi,
jaringan irigasi yang
ada di desa
n. Perawatan ringan
saluran
irigasi
sekunder,
tersier
dan kwarter
o. Operasi
dan
perawatan Jaringan
Irigasi Kecil (PIK)
yang
sudah
dikonstruksi
p. Penyediaan tenaga
kerja
proyek
pekerjaan
umum

Penjagaan di pelabuhan dan jalan desa

Pemukiman

Penjagaan di lumbung desa


Piket malam kantor desa

a. Perumusan

Mengadakan penjagaan di pos kamling


Mengkoordinir penyuluhan ketentraman dan ketertiban
Fasilitator pelatihan Hansip

b.

Mamantau ketentraman dan kemanan wilayah


Penanggulangan bencana
Mengeluarkan surat rekomendasi keramaian

c.

Pendataan organisasi masyarakat


Manyajikan data dan informasi tentang kegiatan desa

14

kebijakan
bidang
perumahan tingkat
desa
Penataan kembali
pemukiman pasca
bencana
Pemberian
rekomendasi
pembukaan
pemukiman
baru

(perumahan)

d. Penyajian data
e. Penyelenggaraan

f.
Penyelenggaraan Otonomi Daerah
a. Fasilitator kegiatan Koordinasi
b. Sosialisasi program-program pemerintah ke dudun-dusun
c. Sosialisasi rencana pembangunan ke masyarakat
d. pengawasan terhadap pembangunan
e. Pendataan obyek-obyek bangunan

Penataan ruang
a. Perumusan
kebijakan bidang
penataan ruang
tingkat desa
b. Penyajian data
pemanfaatan ruang
desa
c. Pemberian
rekomendasi IMB

Kesehatan

Periimbangan keuangan
a.
b.

PenarikanPBB dan pajak lainnya


Penyajian data keuangan desa

a.

b.

Hukum
a.

c.

Fasilitator penyuluhan hukum

Kependudukan
a. Rekomendasi surat-surat kependudukan
b. Penyajian data dan informasi kependudukan
c. Koordinasi masalah transmigrasi
d. Membuat peta monografi dan statistik kependudukan
e. Fasilitator penyuluhan kependudukan

d.
e.

f.
g.

h.

Penerangan
a.
b.

fasilitasi
penyuluhan
pemukiman sehat
Pengawasan
pelaksanaan
ijin
prinsip

Sosialisasi hukum dan perda kepada masyrakat


Sosialisasi program kerja pemerintah

i.

j.

15

Perumusan
kebijakan bidang
kesehatan tingkat
desa
Penyuluhan
sederhana tentang
pemberantasan
penyakit menular
Penyelenggaraan
kewaspadaan dini
terhadap terjadinya
kejadian luar biasa
berupa laporan
1x24 jam
Pengawasan Bidan
Desa dan Polindes
Pemberian motivasi
pelaksanaan
kegiatan GSI
(Gerakan Sayang
Ibu)
Pengawasan
terhadap Dukun
Bayi
Pembantuan
pelaksanaan,
pengawasan PMT
Penyuluhan dan
PMT Pemulihan
Pelaksanaan
Posyandu
Pembinaan dan
pengawasan upaya
kesehatan
tradisional
Pengelolaan dana

sehat
Penyelenggaraan
kegiatan tanaman
obat keluarga
(TOGA)
l. Penyelenggaraan
fasilitasi penduduk
pada saat adanya
suntukan cacar,
patek dan
bubul,disentri serta
mengurusi
administrasinya
m. Pemberian
perantaraan untuk
menjual dan
membagikan pil
kina
n. Penyelenggraan
fasilitasi orang sakit
atau menganjurkan
orang yang sakit
untuk minta obat di
poliklinik atau
memberi surat
tanda miskin
kepada penduduk
yang membutuhkan
o. Pengadaan dan
fasilitasi
penyuluhan
kesehatan
p. Pembantuan
keringanan berobat
q. Pendataan
Kesehatan
Masyarakat
r. Pemberian
rekomendasi surat
berobat
s. Pemantauan wabah
penyakit
t. Pembentukan
Kader Kesehatan
Desa
k.

Pertanahan
a.
b.
c.
d.

Mengeluarkan susrat rekomendasi jual beli tanah


Rekomendasi pembuatan sertifikat tanah
Registrasi kepemilikan tanah
Membantu pelaksaaan kegiatan Proda dan Prona

Olahraga
a.
b.
c.

Fasilitator penyuluhan olah raga


Rekomendasi mengikuti turnamen olah raga
Penyebaraninformasi olah raga

Lingkungan hidup
a.
b.
c.

Fasilitator penyuluhan lingkungan hidup


Monitoring kerusakan lingkungan
Penyajian data tentang lingkungan hidup

Perhubungan
a.
b.

Monitoring terhadap kondisi jalan umum


Penyajian data tentang kondisi jalan

Sosial
a.
b.
c.
d.
e.

Inventarisasi penduduk penyandang cacat


Penyaluran bantuan untuk penduduk miskin
Pembinaan terhadap organisasi sosial di desa
Koordinasi bantuan untuk bencana
Mengeluarkan rekomendasi keringanan

Pendidikan
a.

b.

16

Perumusan bidang
pendidikan
dan
kebudayaan tingkat
desa
Penyelenggaraan
partisipasi
dalam
penyediaan lahan
untuk
pembangunan TK,
SD, SLTP, dan

SLTA
Penyelenggaraan
kursus-kursus
ketrampilan
d. Peningkatan peran
Taman
Bacaan
Masyarakat
pada
pusat
kegiatan
belajar masyarakat
e. Penyelenggaraan
fasilitasi
dan
memotivasi
kelompok-kelompok
belajar yang ada di
desa
f. Penggalian,
pembinaan
dan
pengembangan
bermacam
seni
yang hidup dan
tumbuh di desa baik
seni
trasional
maupun
seni
modern
g. Penghimpunan dan
penulisan seluruh
jenis upacara adat,
dan adat istiadat
yang berlaku di
desa
h. Pengorganisasian
kesenian tradisional
i. Pendirian
Taman
Kanak-Kanak
j.
Penyajian
data
tentang pendidikan
dan kebudayaan
k. Pembinaan
dan
penyuluhan
pengembangan
kesenian
dan
kebudayaan
l. Pemberian
rekomendasi surat
keterangan
untuk
bea siswa
m. Pemberian
kontribusi
untuk
melengkapi,
merawat
dan
merehabilitasi
sarana pendidikan,
seperti:
pembangunan fisik,
gedung, mebelair,
pengadaan sarana
laboratorium,
perpustakaan dan
buku
pegangan
siswa
n. Pemberian
kontribusi
c.

Ketenagakerjaan
a.
b.
c.

Menginformasikan kepada masyarakat tentang pekerjaan


Rekomendasi surat-surat persyaratan mencari kerja
Penyajian data ketenaga kerjaan

Pariwisata
a.

Penyajian data dan informasi kepariwisataan

Energi dan Pertambangan


a.
b.

Pendataan sumberdaya alam desa


Rekomendasi izin pertambangan

17

o.

p.

q.

peningkatan
kesejahteraan
tenaga pendidikan,
seperti uang lelah,
kelebihan
jam
mengajar,
transportasi
dan
perumahan
guru
untuk
daerah
terpencil
Pemberian
kontribusi
penyediaan bahan
belajar,
tempat
belajar dan fasilitas
lain bagi pendidikan
luar sekolah
Penyelenggaraan
fasilitasi pembinaan
organisasi
dan
kegiatan pemuda,
misalnya kelompok
pemuda
produktif
dan group kesenian
pemuda
Penyelenggaraan
fasilitasi
dan
pengembangan
olah
raga
masyarakat
tradisional,
misalnya
menyiapkan
lapangan
dan
sarana
lapangan
dan
sarana
olahraga lainnya

Perindustrian

&

Perdagangan
a.

b.

c.

d.

18

Perumusan
kebijakan bidang
perindustrian dan
perdagangan
tingkat desa
Pengadaan,
pengelolaan dan
pembinaan
lembaga
keuangan
non
bank di desa
Pembangunan,
pengelolaan dan
pengembangan
pasar desa
Pengadaan
pemupukan modal
melalui
usaha

e.

f.
g.

h.

i.
j.
k.

ekonomi desa
Pengawasan
terhadap
penggunaan alat
UTTP
(ukuran,
takaran,
timbangan
dan
perlengkapannya)
Pengelolaan pasar
ikan desa
Pengawasan
pencemaran
limbah
industri
skala desa
Pemberian
rekomendasi
ijin
dalam
bidang
perindustrian yang
ada di desa
Pengawasan
garam beryodium
Pengadaan
fasilitasi
penyuluhan
Penyajian
data
dan
informasi
tingkat desa

Perkoperasian
a.

b.
c.
d.
e.

f.

g.

h.
i.

19

Perumusan
kebijakan
bidang
perkoperasian
tingkat desa
Pengelolaan dana
UED-SP
Pendirian lembaga
keuangan non bank
tingkat desa
Pengelolaan
KUT/KUD
Pemberian
rekomendasi
penerbitan
dan
pencabutan Badan
Hukum Koperasi
Pemberian
rekomendasi
dan
pengawasan dana
kredit yang ada di
desa
Pemebrian
rekomendasi kredit
program
pada
koperasi
Penyajian
data
tentang koperasi di
desa
Penyelenggaraan
koordinasi kegiatan
pembinaan
dari
kecamatan
dan
kabupaten

B. Penanaman
Modal
a.

b.
c.
d.

Perumusan
kebijakan bidang
penenaman modal
tingkat desa
Penyelenggaraan
fasilitasi kerjasama
dengan pihak ketiga
Pendirian Badan
Usaha Milik Desa
Penyelenggaraan
fasilitasi pemberian
kredit dari bank

C. Kehutanan dan
perkebunan
a.

b.

c.

d.

e.
f.
g.

h.
i.

20

Perumusan
kebijakan
bidang
perhutanan
dan
perkebunan tingkat
desa
Pengembangan
dan
pembinaan
kelembagaan
petani
dan
pertumbuhannya
Penghijauan
dan
konservasi
tanah
yang terdiri dari
kebun bibit desa
yang
telah
diserahkan kepada
desa,
dan
pengelolaan
embung-embung air
yang
sudah
dibangun desa
Persuteraan alam
yaitu
berupa
pondok
sutera
dengan
peralatannya yang
dibangun oleh desa
Pengelolaan hutan
desa
Pembantuan
penyediaan lahan
pembibitan di desa
Pembantuan
pengawasan
pelaksanaan
perluasan tanaman
perkebunan
Pembantuan
penjagaan
hutan
negara
Pembantuan

pemadaman
kebakaran
hutan
dan tanaman
j. Pengawasan
pengambilan hasil
hutan desa dalam
ulayat desa
k. Pengawasan
terhadap
pengambilan
tumbuhan
dan
penangkapan satwa
liar yang dilindungi
l. Pemberian
rekomendasi
ijin
pengelolaan hutan
yang ada dalam
desa kepada pihak
ketiga
m. Pengawasan
perburuan
tradisional
satwa
liar
yang
tidak
dilindungi
pada
areal buruan
n. Pemberian
rekomendasi surat
izin tebang dan
pembantuan
pencatatan
penebangan kayu
o. Pengawasan hutan
dari
penebangan
liar
p. Penyelenggaraan
program
penghijauan
q. Pengkoordinasian
penyuluhan
kehutanan

D. Politik dalam
negeri dan
administrasi
publik
a.

b.
c.
d.

21

Perumusan
kebijakan
bidang
politik dalam negeri
dan
administrasi
publik tingkat desa
Penetapan
organisasi
pemerintah desa
Penetapan
perangkat desa
Penetapan
pembentukan
lembaga
kemasyarakatan

e.

Penetapan
pembentukan BPD
f. Penetapan
APB
desa
g. Pemberdayaan dan
pelestarian
lembaga adat
h. Penetapan
peraturan desa
i. Pelaksanaan
kerjasama
antar
desa
j. Pembuatan
surat
rekomendasi
keramaian
k. Penjagaan di gardu
desa
l.
Pembuatan
dan
pemeliharaan
gardu desa
m. Penjagaan di rumah
kades atau dukuh
n. Penjagaan keliling
dalam desa
o. Penjagaan
di
pelabuhan
dan
jalan desa
p. Penjagaan
di
lumbung desa
q. Penyelenggaran
piket malam kantor
desa
r. Penjagaan di pos
kamling
s. Penyelenggaraan
patroli desa
t. Pembentukan
Hansip desa
u. Penyelenggaran
koordinasi
penyuluhan
ketentraman
dan
ketertiban
v. Penyelenggaraan
monitoring
ketentraman
dan
ketertiban wilayah
w. Pemilihan
dan
Pengangkatan
Lurah Desa serta
Pamong
desa
x. Penyusunan
Struktur Organisasi
Desa
y. Penyelenggaraan
pelayanan umum
z. Penyelenggaraan
kerjasama dengan
Ormas
aa. Pengelolaan Arsip
Desa
bb. Penanggulangan

22

bencana
cc. Penyajian data dan
informasi
tentang
kegiatan desa

E. Otonomi
Daerah
a.

b.
c.

d.
e.

f.
g.
h.

i.
j.
k.

Perumusan
kebijakan
bidang
otonomi
daerah
tingkat desa
Penyelenggaraan
fasilitasi
kegiatan
Koordinasi
Penyelenggraan
Rapat
Koordinasi
dengan
Pamong
Desa
Penyelenggaraan
koordinasi kegiatan
dengan Dusun
Penyelenggaraan
sosialisasi rencana
pembangunan
desa
kepada
masyarakat
Pengawasan
terhadap
pembangunan
Pendataan obyekobyek bangunan
Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Desa
dengan
koordinasi dengan
BPD
Pengendalian
Pembangunan
Desa
Penyelengaran
evaluasi
pembangunan desa
Penyelenggaraan
sosialisasi programprogram
Pemerintah Daerah
ke Dusun-Dusun

F. Perimbangan
Keuangan
a.

b.
c.
d.

23

Perumusan
kebijakan bidang
perimabangan
keuangan tingkat
desa
Penggalian PAD
Penarikan
Pungutan Desa
Penyusunan

e.

APBDes
Pengelolaan
restribusi pasar
desa

G. Perundangundangan
a.

Perumusan
kebijakan
bidang
hokum
dan
perundangundangan
tingkat
desa
b.
Penyelenggaraan
sosialisasi hukum dan perda
kepada
masyarakat
Kependudukan
a. Perumusan
kebijakan
bidang
kependudukan
tingkat desa
b. Penerbitan
KTP
dan Kartu Keluarga
c. Pengawasan
peredaran
dan
pemakaian
alat
kontrasepsi
d. Pelaksanaan
penyuluhan tentang
Keluarga
Berencana
e. Pembinaan
terhadap
kaderkader
Keluarga
Berencana
f. Pengelolaan
kelompok-kelompok
Bina Keluarga
g. Pengelolaan
kelompok
Usaha
Ekonomi Produktif
h. Penyajian data dan
informasi
kependudukan
i. Pembuatan
peta
monografi
dan
statistik
kependudukan
j. Pembuatan Surat
Kelahiran
dan
Kematian
k. Pendataan
dan
pembinaan dalam
kegiatan
mutasi
penduduk
l. Pemberian
rekomendasi Akteakte kependudukan

24

m. Penyelenggaraan
fasilitasi
penyuluhan
kependudukan

H. Penerangan
a.

b.
c.
d.

e.

f.

g.

Perumusan
kebijakan bidang
penerangan tingkat
desa
Pembinaan
kelompok-kelompok
komunikasi sosial
Penyelenggaraan
sosialisasi program
kerja pemerintah
Pengawasan
peredaran/
pemutaran film
keliling
Pemberian izin
pengelolaan VCD/
tempat penyewaan
VCD
Pengawasan
peredaran VCD/
film yang telah lulus
sensor
Penyelenggaraan
sosialisasi berbagai
kebijaksanaan
daerah
melalui
media pertemuan

I. Pertanahan
a.

b.
c.
d.
e.

Perumusan
kebijakan bidang
pertanahan tingkat
desa
Pemberian surat
keterangan atas
Hak Atas Tanah
Penetapan batas
Desa
Penetapan batas
Tanah Ulayat Desa
Penyelesaikan
sengketa tanah
tingkat Desa

J. Olahraga
a.

b.
c.

25

Perumusan
kebijakan
bidang
olah raga tingkat
desa
Penyebaran
informasi olah raga
Penyediaan fasilitas
olah raga

d.

e.

Penyelenggaraan
fasilitasi
penyuluhan
olah
raga
Pemberian
rekomendasi
mengikuti turnamen

K. Lingkungan
hidup
a.

b.

c.
d.
e.
f.

Perumusan
kebijakan bidang
lingkungan hidup
tingkat desa
Penyelenggaraan
monitoring
kerusakan
lingkungan
Penyediaan lahan
reboisasi
Pengagturan
sanitasi
Penyelenggaraan
fasilitasi
penyuluhan
Penyajian
data
tentang lingkungan
hidup

L. Perhubungan
a.

b.

c.
d.
e.

f.
g.

h.

26

Perumusan
kebijakan
bidang
perhubungan
tingkat desa
Pengelolaan parkir/
pemangkalan
kendaraan di pasar,
tempat wisata dan
lokasi lainnya yang
ada di dalam desa
Pembangunan dan
pengawasan jalan
desa
pemberiaan
izin
penggunaan jalan
Pengawasan
dan
pemeliharaan
rambu-rambu jalan
serta
alat
perlengkapan jalan
lainnya
yang
berada di desa
Pengawasan kelas
jalan
kabupaten
yang ada di desa
Penyelenggaraan
monitoring
terhadap
kondisi
jalan umum
Penyajian
data

tentang
jalan

kondisi

M. Sosial
a.

Perumusan
kebijakan
bidang
sosial tingkat desa
b. Penerbitan
surat
keterangan miskin
c. Penanggulangan
Bencana
Alam
dalam skala desa
d. Pembinaan kepada
orsos di desa
e. Pendataan
penyandang
masalah sosial dan
potensi
kesejahteraan
sosial
f. Pembinaan pekerja
sosial masyarakat
dan
organisasi
sosial
g. Pengurusan orang
terlantar
h. Pemberian
rekomendasi
permintaan bantuan
kepada pemerintah
daerah
i. Pemberian
rekomendasi
izin
keramaian di desa
j. Perumusan
kebijakan
untuk
kesiapan terhadap
ancaman bencana
tingkat desa
k. Pengawasan
dan
pemberian
izin
penyewaan kaset
video, play station,
dan sejenisnya
l. Penyelenggaraan
inventarisasi
penduduk
penyandang
cacat sosial
m. Penyelanggaran
penyaluran bantuan
untuk
orang
miskin/org cacat
n. Pelaksanaan
kordinasi bantuan
untuk bencana
o. Penerbitan
surat
rekomendasi
keringanan
p. Penyantunan anakanak miskin dan

27

q.

putus sekolah
Pemberdayaan
anak-anak cacat

N. Ketenagakerjaa
n
a.

b.
c.

d.

e.
f.

Perumusan
kebijakan bidang
ketenagakerjaan
tingkat desa
Pendataan dan
pengkalsifikasian
tenaga kerja
Pemberian
informasi kepada
masyarakat
tentang lowongan
pekerjaan
Pemberian
rekomendasii suratsurat pengurusan
lowongan pekerjaan
Penyajian data
ketenagakerjaan
tingkat desa
Penyelenggaraan
fasilitasi
penyuluhan
ketenagakerjaan

O. Pariwisata
a.

b.
c.

d.

e.

Pengelolaan usaha
wisata dalam desa
di luar rencana
induk pariwisata
Pengelolaan lokasi
perkemahan dalam
desa
Pengelolaan tempat
rekreasi dan
hiburan umum
dalam desa
Pemberian Izin dan
pengawasan
pondok wisata pada
kawasan wisata
yang ada di desa
Pelaksanaan
kerjasama
pemungutan pajak
hotel dan restoran
yang ada dalam
pasar desa

P. Energi dan
Pertambangan
a.

28

Perumusan
kebijakan bidang
energi dan
pertambangan

b.

c.

d.

e.

f.

g.
h.

29

tingkat desa
Pembinaan dan
pengawasan
kelompok
penambang tingkat
desa terhadap
pertambangan
rakyat
Pemberian
rekomendasi
pemberian izin
pemanfaatan air
bawah tanah dan
permukaan
Pemberian
rekomendasi izin
penambangan
bahan galian
golongan C yang
memakai alat berat
Pemberian
rekomendasi izin
dan pengelolaan
bahan galian
golongan A dan B
Pemberian
rekomendasi izin
pembangunan
tenaga listrik yang
baru
Pembantuan
penyajian data dan
informasi
Pembantuan
fasilitasi
penyuluhan

30

Anda mungkin juga menyukai