Otonomi Desa Di Indonesia Otonomi Asli Atau Tidak Asli Lagi
Otonomi Desa Di Indonesia Otonomi Asli Atau Tidak Asli Lagi
Achmad Nurmandi
Latar Belakang
Sejak berlakunya UU No. 32./2004 dan UU 33/2004, implementasi kebijakan otonomi
daerah menjadi fokus Pemerintah Pusat dan Daerah. Disamping menempatkan Provinsi dan
Kabupaten/Kota sebagai sasaran pelaksanaan otonomi, Pemerintah juga memandang bahwa Desa
sudah saatnya melaksanakan otonominya selaian otonomi asli yang ada selama ini. Sistem
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia menganut sistem otonomi bertingkat, yakni Provinsi
memiliki otonomi terbatas. Kabupaten/Kota memiliki otonomi luas dan Desa memiliki otonomi
asli.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 200 dan 216
menyatakan bahwa desa di kabupaten/kota memiliki kewenangan-kewenangan yang dapat diatur
secara bersama antara pemerintah desa dan BPD yang dimaksudkan untuk meningkatkan
pelayananan kepada masyarakat. Penyelenggaraan desa yang otonom dengan kewenangan yang
dilimpahkan tersebut pada dasarnya merupakan proses yang terjadi secara simultan dan
berkesinambungan yang memerlukan pengetahuan aparatur daerah tentang kewenangan mereka,
potensi daerah dan menjaring aspirasi masyarakat di wilayahnya. Yang menjadi pertanyaan
apakah otonomi asli sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tersebut
masih ada di desa-desa Indonesia. Transformasi sosial ekonomi selama enam puluh (60) tahun
sejak Indonesia merdeka menyebabkan banyak perubahan yang signifikan pada praktek
penyelenggaraan pemerintahan desa. Sebagian besar desa-desa di pulau Jawa telah mengalami
perubahan ruang menjadi kota atau desa-kota. 1 Sementara itu sebagian besar desa-desa di pulau
Sumatera mengalami trasnformasi menjadi desa industri perkebunan, terutama perkebunan sawit
dan karet. Perubahan struktur ekonomi desa kontemporer ini menyebabkan urusan-urusan
pemerintah desa pun mengalami pergeseran dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.
Kewenangan atau urusan desa yang dulunya dikenal dengan otonomi asli pun menjadi hilang dan
atau mengalami perubahan bentuk.
Dari paparan tersebut diatas makalah ini berusaha untuk menjawab penting yang
menggelitik para pengambil kebijakan atau praktisi adalah bagaimanakah pelaksanaan
kewenangan Otonomi Desa di Indonesia? Apakah masih ada otonomi asli yang dilaksanakan oleh
desa-desa di Indonesia? Data yang dipaparkan dalam paper ini adalah data yang dihasilkan dari
penelitian lapangan yang dilakukan pada tahun 2005 yang dilakukan penulis sebagai tugas yang
diberikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang ) Provinsi Riau.
Kewenangan Desa
Dalam Undang undang No. 32 Tahun 2004 disebutkan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan desa mencakup (1) urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul
desa, (2) urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
1
Istilah desa-kota diperkenalkan oleh Terry McGee (1998), ahli geografi dari Kanada, yang menunjukkan
percampuran antara ciri-ciri desa dan kota pada pemanfaatan lahan. Sebagian lahan dimanfaatkan untuk
kegiatan industri dan berdampingan dengan kegiatan pertanian. Pekerja masyarakat desa pun mengalami
perubahan dari sektor pertanian ke sektor industri, seperti pekerja pabrik, sektor informal, sektor
transportasi dan sektor keuangan.
pengaturannya kepada desa, (3) tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah provinsi, dan atau
pemerintah kabupaten/kota dan yang terakhir (4) urusan pemerintahan lainnya yang oleh
peraturan perundang-perundangan diserahkan kepada desa. Tugas pembantuan dari Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan/atau pemerintah Kabupaten/kota kepada desa disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia.
Yang dimaksud dengan urusan pemerintahan desa yang sudah ada berdasarkan pada hak
asal-usu adalah otonomi asli desa. Sebagai contoh, sebagian besar desa-desa di Indonesia
pada zaman sebelum kemerdekaan mengenal lumbung desa dan pasar desa.2 Lumbung
desa diadakan oleh masyarakat desa untuk menyimpang cadangan pangan (terutama padi)
guna mengantisipasi krisi pangan yang akan terjadi. Desa-desa juga mempunyai hukum
adat yang mengatur perilaku warganya yang berkaitan dengan pemanfaatan hutan,
hubungan sosial dan menjaga kelestarian lingkungan. Warga desa tidak dapat menebang
pohon tanpa mengikuti aturan yang berlaku, terutama lokasi, jenis pohon yang ditebang,
besar atau diameter pohon dan waktu penebangan. Hukum ada desa mengatur semua halhal tersebut dalam peraturan desa.
Dalam pengaturan perundangan, pemerintah desa selalu disebutkan terdiri dari 2 (dua)
unsur yaitu kepala pemerintahan dan wakil-wakil rakyat. Dalam UU No. 19 tahun 1965
pemerintahan desa terdiri atas Kepala Desa dan Badan Musyawarah Desa, dan pada UU No. 5
tahun 1979 pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Musyawarah Desa.
Sedangkan di bawah UU No. 22 tahun 1999 pemerintahan desa terdiri dari Pemerintah Desa dan
Badan Perwakilan Desa, dan Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dan Perangkat Desa dan menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 pemerintahan
desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa
Dari keempat UU tersebut kelihatannya terjadi fluktuasi otonomi desa. Pada UU yang
pertama disebutkan adanya badan musyawarah desa yang secara tegas sebagai lembaga
perwakilan rakyat, sehingga anggota-anggotanya dipilih langsung oleh warga masyarakat;
sementara pada UU yang kedua LMD hanyalah lembaga musyawarah yang anggota-anggotanya
tidak dipilih oleh rakyat akan tetapi diangkat lebih karena pilihan atau penunjukan Kepala Desa
sendiri dan Kepala Desa secara otomatis menjadi ketua LMD. Lain halnya pada UU No. 22 tahun
1999 dimana otonomi desa sedemikian luasnya, sehingga desa diberikan keleluasaan untuk
mengadakan kegitan yang dapat dipakai untuk meningkatkan dan mendapatkan hasil-hasil atau
dana yang bisa dipakai untuk membiayai kegiatan-kegiatannya.
Demikian halnya pada UU No. 32 Tahun 2004, lembaga musyawarah desa berubah
menjadi badan permusyawaratan desa yang berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala
desa, menampung dan menyatukan aspirasi masyarakat. Anggota badan permusyawaratan desa
aadalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah
dan mufakat. Selain Badan Permusyawaratan Desa menurut undang-undang ini juga dapat
dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa yang berpedoman pada
peraturan perundang-undangan, lembaga ini bertugas membantu pemerintahan desa dan
merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa.
Pencermatan lebih mendalam menunjukkan bahwa konflik penguasaan kewenangan
terutama disebabkan karena adanya kewenangan yang menghasilkan penerimaan, yaitu adanya
kecenderungan perebutan kewenangan antar tingkatan pemerintahan untuk memperoleh sumber2
sejauhmana skala ekonomis itu sesuai dengan batas-batas wilayah administrasi Pemda yang
sudah ada. Makin luas wilayah yang diperlukan untuk mencapai skala ekonomis akan makin
tinggi otoritas yang diperlukan. Bandara dan pelabuhan yang cakupan pelayanannya antar
provinsi adalah menjadi tanggung jawab nasional.
b) Akuntabilitas : bahwa penyerahan urusan tersebut akan menciptakan akuntabilitas pemda
pada masyarakat. Ini berarti bagaimana mendekatkan pelayanan tersebut kepada masyarakat.
Makin dekat unit pemerintaahan yang memberikan pelayanan kepada masyaarakat akan
makin mendukung akuntabilitas.
c) Eksternalitas : dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang memerlukan pelayanan tersebut.
Eksternalitas sangat terkait dengan akuntabilitas. Makin luas eksternalitas yang ditimbulkan
akan makin tinggi otoritas yang diperlukan untuk menangani urusan tersebut. Contoh, sungai
atau hutan yang mempunyai eksternalitas regional seyogyanya menjadi tanggung jawab
Provinsi untuk mengurusnya.
Potret Otonomi Desa di Provinsi Riau
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian deskriptif eksploratif yang dalam
penelitian seperti ini, pengetahuan mengenai persoalan atau fenomena yang akan diteliti masih
sangat kurang atau sama sekali belum ada, oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk
mengeksplorasi data melalui depth interview dan kemudian mendeskripsikannya.
b. Unit Analisis dan Wilayah Penelitian
Unit analisis yang diteliti adalah desa sebagai suatu unit pemerintahan di tingkat yang paling bawah yang
dibagi pada beberapa kecamatan yang diambil secara random. Wilayah penelitian akan meliputi beberapa
desa di Provinsi Riau yang berjumlah sebanyak 1318 desa pada tahun akhir tahun 2005. Dari jumlah
populasi tersebut, diambil minimal 5% sebagai desa sampel, yang selanjutnya dipilih secara systimatic
random sampling. Dari populasi yang ada desa-desa yang menjadi sampel adalah sebagai berikut:Jumlah
desa yang dijadikan sampel berjumlah 71 desa atau 5% dari jumlah populasi dengan rincian sebagai berikut
2.
KEWENANGAN/URUSAN
Nilai
Desa
Desa
TIDAK
TIDAK
JAWAB
JUMLAH
21
47
71
29.58
66.20
4.23
100
47
23
71
1.41
66.20
32.39
100
YA
Desa
Pengawasan pengambilan
hasil hutan non kayu dalam
ulayat desa
Desa
47
22
71
2.82
66.20
30.99
100
50
17
71
5.63
70.42
23.94
100
21
46
71
29.58
64.79
5.63
100
47
22
71
2.82
66.20
30.99
100
49
19
71
4.23
69.01
26.76
100
43
20
71
%
11.27
60.56
28.17
Sumber: Laporan Penelitian Otonomi Desa di Provinsi Riau, Bapeda Provinsi Riau, 2005
100
3.
4.
5.
6.
7.
8.
%
%
Desa
%
Pengawasan terhadap
pengambilan tumbuhan dan
penangkapan satwa liar
yang dilindungi
Pemberian rekomendasi izin
pengelolaan hutan yang ada
dalam desa kepada pihak
ketiga
Desa
Desa
%
Desa
%
Dari table data di atas dan wawancara langsung di lapangan terlihat bahwa
kewenangan bidang kehutanan dalam hal ini, kewenangan asli desa tidak ada lagi. Dari
mereka yang menjawab ya dalam pelaksanaan kewenangan/urusan kehutanan ini,
mereka hanya melaksanakan tugas pembantuan dari pemerintah kabupaten bahkan
pemerintah pusat. Pengelohan hutan desa yang merupakan urusan otonomi asli desa
sudah tidak ada lagi. Pengolahan hutan sudah menjadi urusan pemerintah pusat sebagai
pelaksanaan peraturan perundang-undangan tentang kehutanan. Jadi, kita melihat kasus
per kasus dari semua urusan, mulai pertanian hingga bidang otonomi pemerintahan, sifat
tugas pembantuan yang diberikan dapat dikatakan sebagai tugas pembantuan semu.
Bukan merupakan tugas pembantuan yang sepenuhnya diserahkan kepada desa untuk
mengatur dan mengelola pelaksanaan tugas. Jika ini diteruskan dari tahun ke tahun,
slogan otonomi desa yang bermuara kepada pemberdayaan masyarakat desa hanya akan
menjadi otonomi desa tidak asli lagi.
Dalam sektor pendidikan yang merupakan cara untuk meningkatan kualitas penduduk
dalam menghadapi era persaingan masa depan, belum mampu dilaksanakan secara
maksimal, keterbatasan dana dan SDM menjadi alasan dalam melaksanakan program ini.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
KEWENANGAN/URUSAN
Nilai
Berpartisipasi dalam
penyediaan lahan untuk
pembangunan TK, SD, SLTP
dan SLTA
Desa
Desa
TIDAK
TIDAK
JAWAB
JUMLAH
58
81.69
7
9.86
6
8.45
71
100
26
23
22
71
36.62
32.39
30.99
100
15
32
24
71
21.13
45.07
33.80
100
11
34
26
71
15.49
47.89
36.62
100
17
23.94
29
40.85
25
35.21
71
100
7
9.86
38
53.52
26
36.62
71
100
17
28
26
71
23.94
39.44
36.62
100
29
17
25
71
40.85
23.94
35.21
100
17
23.94
29
40.85
25
35.21
71
100
32
11
28
71
YA
Desa
%
Desa
%
Desa
%
Desa
%
Desa
%
Desa
%
Desa
%
Desa
39.44
100
35
9
27
%
49.30
12.68
38.03
Sumber: Laporan Penelitian Otonomi Desa di Provinsi Riau, Bapeda Provinsi Riau, 2005
71
100
11.
45.07
15.49
Desa
setiap acara hari kemerdekaan, olahraga tradisional yang dilakukan diantaranya lomba
gasing. Hasil rekapitulasi kewenangan bidang-bidang pemerintahan, dari bidang
kehutanan sampai dengan perkebunan pada umumnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Wawancara dengan perangkat desa/penghulu dan analisis dokumen laporan kegiatan
tahunan desa menunjukkan beban kerja dari organisasi pemerintahan desa
Kewenangan
1
2
3
Kehutanan
Industri
Perdagangan
4
5
6
7
8
Koperasi
Pariwisata
Pertambangan
Pekerjaan Umum
Pertanahan
% Desa yang
melaksanakan (dari 71
desa)
11
19
25
11
1
10
40
60
Keterangan
Desa yang masih memiliki hutan adat
Desa-desa yang masih memiliki pasar
desa
Desa
Desa-desa yang masih menjalankan
hukum adat
9
Perhubungan
25
10 Kependudukan
35
Sebagian besar tugas pembantuan
11 Kependidikan
21
12 Pertanian
15
13 Perkebunan
30
Sumber: Laporan Penelitian Otonomi Desa di Provinsi Riau, Bapeda Provinsi Riau, 2005
adalah kearifan lokal yang mempunyai makna simbolik, mendekatkan pamong desa
dengan rakyatnya. Ketiga, fungsi pembangunan seperti menggerakkan perencanaan dari
bawah, merancang proposal yang disampaikan kepada pemerintah supra desa,
mengalokasikan bantuan ke masyarakat serta memobilisasi dana dan tenaga masyarakat
melalui gotong royong. Keempat, mengumpulkan pungutan seperti pajak bumi dan
bangunan (PBB). Dalam tabel di bawah ini, terlihat proporsi beban kerja pemerintah desa
antara keempat fungsi tersebut.
Fungsi birokrasi
(tugas
pembantuan)
40
Fungsi
sosial
20
Fungsi
pembang
unan
10
Fungsi Pengum
pulan pajak dan
retribusi
30
Indragiri Hulu
45
20
25
Indragiri Hilir
37
20
23
20
Pelalawan
40
22
13
25
Siak
45
24
22
Kampar
40
25
25
Rokan Hulu
40
21
30
Bengkalis
35
22
87
30
Rokan Hilir
40
21
30
Rerata
40.22
21.67
19.33
26.33
Sumber: Laporan Penelitian Otonomi Desa di Provinsi Riau, Bapeda Provinsi Riau, 2005
Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar (40,22%) tugas atau beban kerja
perangkat desa lebih banyak melakukan tugas-tugas pembantuan daripada tugas-tugas
dalam fungsi pembangunan, fungsi sosial dan fungsi otonomi asli desa lainnya. Tugastugas pembantuan yang dilakukan desa antara lain memungut pajak, menjalakan tugas
administrasi kependudukan, menjalankan tugas-tugas penyuluhan, membantu monitoring
proyek-proyek pemerintah atasan, dan membantu menjalankan tugas ketertiban dan
keamanan.
Kesimpulan
Dari temuan data diatas dapat disimpulkan bahwa
1) Otonomi desa asal-usul secara empiris dan faktual tidak ada lagi.
2) Desa-desa lebih banyak melaksanakan urusan-urusan pemerintahan dalam rangka
tugas pembantuan dari pada kewenangan yang dilimpahkan dari pemerintah
atasan.
Implikasi Kebijakan
1) Melihat tugas utama pemerintahan desa yang ada saat ini, dan tugas yang akan
dilaksanakan di masa datang, masa otonomi desa yang diterapkan. Secara umum
diperlukan keikhlasan para pejabat kabupaten, provinsi, maupun pemerintah pusat
untuk membagi kewenangan tugas tersebut kepada desa. Adapun kemudian
kemampuan Pemerintah desa dalam melaksanakan tugas tersebut yang memang
dalam saat ini masih kurang perlu terus dipacu.
2) Dengan pelimpahan kewenangan atau urusan kepada pemerintah desa sebaiknya
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kapasitas. Dengan pentahapan
pelimpahan kewenangan ini, diharapkan nantinya ketika kewenangan yang
dilimpahkan kepada desa semakin besar, kapasitas kinerja pemerintah desa sudah
siap untuk melaksanakannya. Sehingga ke depan para perangkat desa, baik itu
dari kepala desa hingga pelaksana terendah dalam melaksanakan tugasnya hanya
sebagai sambilan sebagai pengabdian mereka, namun memang menjadi tugas
utama mereka dalam menjalankan pemerintahan desa.
3) Perumusan undang-undang atau kebijakan tentang desa terutama kewenangannya
tidak tepat lagi berdasarkan kewenangan asal-usul sebagaimana yang tercantum di
dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Rumusan urusan asal-usul dalam setiap undang-undang dan peraturan pemerintah
adalah tidak valid lagi dan tidak dapat dijadikan pijakan untuk membuat kebijakan
tentang desa di Indonesia. Kenyataan ini diperkuat oleh pengangkatan sekretaris
desa sebagai pegawai negeri dan tuntutan pengurus asosiasi desa untuk
mengangkat perangkat desa sebagai pegawai negeri.
Implikasi Teoritis
1) Dari data empiris dapat disimpulkan bahwa otonomi asli berdasarkan asal-usul
tidak dapat valid lagi.
2) Secara teoritis desa-desa yang ada di Indonesai sekarang lebih banyak menjadi
bawahan dari pemerintahan atasan daripada merupakan unit pemerintahan
yang otonom.
Daftar Pustaka
Balitbang Provinsi Riau, Pemetaan Otonomi Desa, Pekanbaru, 2005.
Soetardjo, Desa, Penerbit Djembatan, Jakarta, 1975.
Lampiran:
Kewenangan Desa Masa Belanda Orde Baru
Kewenangan Desa
Hasil Pengkajian &
Penelitian
A. Pertanian
10
a.
Pertanian
Menetapkan pembagian tanah giliran
Mengadakan pembenihan bersama
Pemberantasan hama tanaman
Pembelian pupuk bersama
Pembuatan pupuk kompos bersama
Penggarapan awal tanam padi
Penggarapan tanah kosong
Pembelian bibit bersama
Pengaturan tanaman pagar
Pengelolaan tanaman pekarangan
Membasmi tikus, anjing dan babi hutan
Koordinasi antar kelompok tani
Fasilitator penyuluhan pertanian
Pendataan dan pelaporan hasil pertanian
Penjagaan atas keselamatan yayasan pengairan dan pembagian air
Penyediaan lahan percobaan pertanian
Perbaikan saluran air
Peternakan
Mengadakan tanah pangonan
Pengusahaan tanaman rumput
Pengumpulan makanan ternak untuk persediaan di musim kemarau
Penyebarluasan informasi dan promosi peternakan
Menjaga hewan ternak yang digembala di hutan yang diizinkan
Mengadakan kandang desa
Pengebirian hewan jantan
Mengadakan pasar hewan dan
mengatur penjualan hewan ternak
Mencegah dan menjaga penyakit hewan
Membantu aparat pemerintah mengadakan pameran hewan ternak
Mengadakan pemeliharaan hewan ternak untuk memperbaiki
jenis hewan ternak
Kelautan
Mengadakan pelabuhan perikanan di laut dan di sungai
Mengadakan sedekah laut
Penjagaan bersama di pelabuhan
Mengadakan pasar ikan atau tempat pelelangan ikan
Mengadakan kolam pembibitan ikan
Menaburi benih ikan di sungai dan danau
Keagamaan
Pemeliharaan tempat ibadah
11
Perumusan
kebijakan pertanian
tingkat desa
b. Penggarapan awal
tanam tahunan
c. Penggarapan tanah
kosong
d. Pembelian
bibit
bersama
dan
sarana produksi
e. Pengaturan
tanaman pagar
f. Pengelolaan
tanaman
pekarangan
g. Pembasmian hama
h. Pengkoordinasian
antar kelompok tani
i. Pembinaan
kelompok tani
j. Penyebarluasan
informasi
dan
promosi peternakan
k. Penetapan sasaran
areal dan lokasi
kegiatan
pengembangan
lahan
l.
Pembangunan dan
pemeliharaan serta
pengelolaan
saluran tertier untuk
budi
daya
perikanan
m. Pengelolaan
perpustakaan bukubuku
petunjuk
teknis pertanian
n. Penumbuhan dan
pengembangan
kelembagaan
petani
o. Pengelolaan
pembenihan
ikan
milik desa
p. Pengawasan
lalu
lintas ternak yang
ada di dalam desa
q. Pemungutan
retribusi
rumah
potong hewan yang
ada di desa
r. Penyelenggaraan
kebun bibit hijauan
pakan ternak
s. Pemberian
rekomendasi
izin
usaha
penangkar
benih/bibit
pertanian di desa
t. Pengaturan
pemanfaatan
air
u.
v.
Pekerjaan umum
w.
x.
y.
z.
aa.
cc.
dd.
ee.
ff.
gg.
hh.
Kesehatan
Mendatangkan penduduk pada saat adanya suntikan cacar, patek
dan bubul, dysentry serta mengurusi administrasinya
ii.
jj.
Mengadakan Posyandu
Mengadakan penyuluhan kesehatan
Membantu meringkan berobat
kk.
12
Kelautan
a.
Pendidikan
b.
c.
d.
e.
Perekonomian
Mengadakan perkreditan melalui lumbung desa dan bank desa
Membangun dan mengembangkan pasar desa
Mengadakan pemupukan modal melalui usaha ekonomi desa
Rekomendasi pengajuan kredit
Rekomendasi izin usaha
Rekomendasi izin pendirian koperasi
Penyajian data tentang koperasi
Koordinasi kegiatan pembinaan koperasi dari kecamatan
Fasilitator pemberian kredit dari bank
13
Perumusan kebijakan
bidang kelautan tingkat
desa
Pengadaan pasar ikan
atau tempat pelelangan
ikan
Pengadaan
kolam
pembibitan ikan
Penaburan benih ikan
di sungai dan danau
Pengadaan pelabuhan
perikanan di laut dan di
sungai
Pekerjaan Umum
a. Perumusan
kebijakan
bidang
pekerjaan
umum
tingkat desa
b. Pembangunan,
pengawasan
dan
pemeliharaan irigasi
desa
c. Pengelolaan
dan
pemanfaatan
proyek air bersih
yang ada di dalam
desa
d. Pemeliharaan rutin
saluran irigasi yang
terdiri
dari
rambahan
dan
membuang
sedimentasi
e. Pengelolaan
embung/telaga milik
desa yang sudah
dikonstruksi
f. Pemberian
informasi
sarana
dan
prasarana
masyarakat
milik
desa
g.
Pengurusan
benda-benda milik
desa
h. Pembuatan
dan
pemeliharaan jalan
umum milik desa
dan jembatan desa
i. Pengadaan
dan
pemeliharaan
tambangan (perahu
atau
gethek)
penyeberangan
j. Penjagaan
atas
keselamatan
pengairan
dan
pembagian air
k. Pemeliharan
saluran tertier
l. Pemeliharaan rutin
jalan
kabupaten
yang berada di
desa yang terdiri
dari: pembersihan
semak,
pembersihan
saluran/bandar,
pembersihan bahu
jalan, pembersihan
gorong-gorong
m. Pengelolaan
dan
pemeliharaan
pompanisasi,
jaringan irigasi yang
ada di desa
n. Perawatan ringan
saluran
irigasi
sekunder,
tersier
dan kwarter
o. Operasi
dan
perawatan Jaringan
Irigasi Kecil (PIK)
yang
sudah
dikonstruksi
p. Penyediaan tenaga
kerja
proyek
pekerjaan
umum
Pemukiman
a. Perumusan
b.
c.
14
kebijakan
bidang
perumahan tingkat
desa
Penataan kembali
pemukiman pasca
bencana
Pemberian
rekomendasi
pembukaan
pemukiman
baru
(perumahan)
d. Penyajian data
e. Penyelenggaraan
f.
Penyelenggaraan Otonomi Daerah
a. Fasilitator kegiatan Koordinasi
b. Sosialisasi program-program pemerintah ke dudun-dusun
c. Sosialisasi rencana pembangunan ke masyarakat
d. pengawasan terhadap pembangunan
e. Pendataan obyek-obyek bangunan
Penataan ruang
a. Perumusan
kebijakan bidang
penataan ruang
tingkat desa
b. Penyajian data
pemanfaatan ruang
desa
c. Pemberian
rekomendasi IMB
Kesehatan
Periimbangan keuangan
a.
b.
a.
b.
Hukum
a.
c.
Kependudukan
a. Rekomendasi surat-surat kependudukan
b. Penyajian data dan informasi kependudukan
c. Koordinasi masalah transmigrasi
d. Membuat peta monografi dan statistik kependudukan
e. Fasilitator penyuluhan kependudukan
d.
e.
f.
g.
h.
Penerangan
a.
b.
fasilitasi
penyuluhan
pemukiman sehat
Pengawasan
pelaksanaan
ijin
prinsip
i.
j.
15
Perumusan
kebijakan bidang
kesehatan tingkat
desa
Penyuluhan
sederhana tentang
pemberantasan
penyakit menular
Penyelenggaraan
kewaspadaan dini
terhadap terjadinya
kejadian luar biasa
berupa laporan
1x24 jam
Pengawasan Bidan
Desa dan Polindes
Pemberian motivasi
pelaksanaan
kegiatan GSI
(Gerakan Sayang
Ibu)
Pengawasan
terhadap Dukun
Bayi
Pembantuan
pelaksanaan,
pengawasan PMT
Penyuluhan dan
PMT Pemulihan
Pelaksanaan
Posyandu
Pembinaan dan
pengawasan upaya
kesehatan
tradisional
Pengelolaan dana
sehat
Penyelenggaraan
kegiatan tanaman
obat keluarga
(TOGA)
l. Penyelenggaraan
fasilitasi penduduk
pada saat adanya
suntukan cacar,
patek dan
bubul,disentri serta
mengurusi
administrasinya
m. Pemberian
perantaraan untuk
menjual dan
membagikan pil
kina
n. Penyelenggraan
fasilitasi orang sakit
atau menganjurkan
orang yang sakit
untuk minta obat di
poliklinik atau
memberi surat
tanda miskin
kepada penduduk
yang membutuhkan
o. Pengadaan dan
fasilitasi
penyuluhan
kesehatan
p. Pembantuan
keringanan berobat
q. Pendataan
Kesehatan
Masyarakat
r. Pemberian
rekomendasi surat
berobat
s. Pemantauan wabah
penyakit
t. Pembentukan
Kader Kesehatan
Desa
k.
Pertanahan
a.
b.
c.
d.
Olahraga
a.
b.
c.
Lingkungan hidup
a.
b.
c.
Perhubungan
a.
b.
Sosial
a.
b.
c.
d.
e.
Pendidikan
a.
b.
16
Perumusan bidang
pendidikan
dan
kebudayaan tingkat
desa
Penyelenggaraan
partisipasi
dalam
penyediaan lahan
untuk
pembangunan TK,
SD, SLTP, dan
SLTA
Penyelenggaraan
kursus-kursus
ketrampilan
d. Peningkatan peran
Taman
Bacaan
Masyarakat
pada
pusat
kegiatan
belajar masyarakat
e. Penyelenggaraan
fasilitasi
dan
memotivasi
kelompok-kelompok
belajar yang ada di
desa
f. Penggalian,
pembinaan
dan
pengembangan
bermacam
seni
yang hidup dan
tumbuh di desa baik
seni
trasional
maupun
seni
modern
g. Penghimpunan dan
penulisan seluruh
jenis upacara adat,
dan adat istiadat
yang berlaku di
desa
h. Pengorganisasian
kesenian tradisional
i. Pendirian
Taman
Kanak-Kanak
j.
Penyajian
data
tentang pendidikan
dan kebudayaan
k. Pembinaan
dan
penyuluhan
pengembangan
kesenian
dan
kebudayaan
l. Pemberian
rekomendasi surat
keterangan
untuk
bea siswa
m. Pemberian
kontribusi
untuk
melengkapi,
merawat
dan
merehabilitasi
sarana pendidikan,
seperti:
pembangunan fisik,
gedung, mebelair,
pengadaan sarana
laboratorium,
perpustakaan dan
buku
pegangan
siswa
n. Pemberian
kontribusi
c.
Ketenagakerjaan
a.
b.
c.
Pariwisata
a.
17
o.
p.
q.
peningkatan
kesejahteraan
tenaga pendidikan,
seperti uang lelah,
kelebihan
jam
mengajar,
transportasi
dan
perumahan
guru
untuk
daerah
terpencil
Pemberian
kontribusi
penyediaan bahan
belajar,
tempat
belajar dan fasilitas
lain bagi pendidikan
luar sekolah
Penyelenggaraan
fasilitasi pembinaan
organisasi
dan
kegiatan pemuda,
misalnya kelompok
pemuda
produktif
dan group kesenian
pemuda
Penyelenggaraan
fasilitasi
dan
pengembangan
olah
raga
masyarakat
tradisional,
misalnya
menyiapkan
lapangan
dan
sarana
lapangan
dan
sarana
olahraga lainnya
Perindustrian
&
Perdagangan
a.
b.
c.
d.
18
Perumusan
kebijakan bidang
perindustrian dan
perdagangan
tingkat desa
Pengadaan,
pengelolaan dan
pembinaan
lembaga
keuangan
non
bank di desa
Pembangunan,
pengelolaan dan
pengembangan
pasar desa
Pengadaan
pemupukan modal
melalui
usaha
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
ekonomi desa
Pengawasan
terhadap
penggunaan alat
UTTP
(ukuran,
takaran,
timbangan
dan
perlengkapannya)
Pengelolaan pasar
ikan desa
Pengawasan
pencemaran
limbah
industri
skala desa
Pemberian
rekomendasi
ijin
dalam
bidang
perindustrian yang
ada di desa
Pengawasan
garam beryodium
Pengadaan
fasilitasi
penyuluhan
Penyajian
data
dan
informasi
tingkat desa
Perkoperasian
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
19
Perumusan
kebijakan
bidang
perkoperasian
tingkat desa
Pengelolaan dana
UED-SP
Pendirian lembaga
keuangan non bank
tingkat desa
Pengelolaan
KUT/KUD
Pemberian
rekomendasi
penerbitan
dan
pencabutan Badan
Hukum Koperasi
Pemberian
rekomendasi
dan
pengawasan dana
kredit yang ada di
desa
Pemebrian
rekomendasi kredit
program
pada
koperasi
Penyajian
data
tentang koperasi di
desa
Penyelenggaraan
koordinasi kegiatan
pembinaan
dari
kecamatan
dan
kabupaten
B. Penanaman
Modal
a.
b.
c.
d.
Perumusan
kebijakan bidang
penenaman modal
tingkat desa
Penyelenggaraan
fasilitasi kerjasama
dengan pihak ketiga
Pendirian Badan
Usaha Milik Desa
Penyelenggaraan
fasilitasi pemberian
kredit dari bank
C. Kehutanan dan
perkebunan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
20
Perumusan
kebijakan
bidang
perhutanan
dan
perkebunan tingkat
desa
Pengembangan
dan
pembinaan
kelembagaan
petani
dan
pertumbuhannya
Penghijauan
dan
konservasi
tanah
yang terdiri dari
kebun bibit desa
yang
telah
diserahkan kepada
desa,
dan
pengelolaan
embung-embung air
yang
sudah
dibangun desa
Persuteraan alam
yaitu
berupa
pondok
sutera
dengan
peralatannya yang
dibangun oleh desa
Pengelolaan hutan
desa
Pembantuan
penyediaan lahan
pembibitan di desa
Pembantuan
pengawasan
pelaksanaan
perluasan tanaman
perkebunan
Pembantuan
penjagaan
hutan
negara
Pembantuan
pemadaman
kebakaran
hutan
dan tanaman
j. Pengawasan
pengambilan hasil
hutan desa dalam
ulayat desa
k. Pengawasan
terhadap
pengambilan
tumbuhan
dan
penangkapan satwa
liar yang dilindungi
l. Pemberian
rekomendasi
ijin
pengelolaan hutan
yang ada dalam
desa kepada pihak
ketiga
m. Pengawasan
perburuan
tradisional
satwa
liar
yang
tidak
dilindungi
pada
areal buruan
n. Pemberian
rekomendasi surat
izin tebang dan
pembantuan
pencatatan
penebangan kayu
o. Pengawasan hutan
dari
penebangan
liar
p. Penyelenggaraan
program
penghijauan
q. Pengkoordinasian
penyuluhan
kehutanan
D. Politik dalam
negeri dan
administrasi
publik
a.
b.
c.
d.
21
Perumusan
kebijakan
bidang
politik dalam negeri
dan
administrasi
publik tingkat desa
Penetapan
organisasi
pemerintah desa
Penetapan
perangkat desa
Penetapan
pembentukan
lembaga
kemasyarakatan
e.
Penetapan
pembentukan BPD
f. Penetapan
APB
desa
g. Pemberdayaan dan
pelestarian
lembaga adat
h. Penetapan
peraturan desa
i. Pelaksanaan
kerjasama
antar
desa
j. Pembuatan
surat
rekomendasi
keramaian
k. Penjagaan di gardu
desa
l.
Pembuatan
dan
pemeliharaan
gardu desa
m. Penjagaan di rumah
kades atau dukuh
n. Penjagaan keliling
dalam desa
o. Penjagaan
di
pelabuhan
dan
jalan desa
p. Penjagaan
di
lumbung desa
q. Penyelenggaran
piket malam kantor
desa
r. Penjagaan di pos
kamling
s. Penyelenggaraan
patroli desa
t. Pembentukan
Hansip desa
u. Penyelenggaran
koordinasi
penyuluhan
ketentraman
dan
ketertiban
v. Penyelenggaraan
monitoring
ketentraman
dan
ketertiban wilayah
w. Pemilihan
dan
Pengangkatan
Lurah Desa serta
Pamong
desa
x. Penyusunan
Struktur Organisasi
Desa
y. Penyelenggaraan
pelayanan umum
z. Penyelenggaraan
kerjasama dengan
Ormas
aa. Pengelolaan Arsip
Desa
bb. Penanggulangan
22
bencana
cc. Penyajian data dan
informasi
tentang
kegiatan desa
E. Otonomi
Daerah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Perumusan
kebijakan
bidang
otonomi
daerah
tingkat desa
Penyelenggaraan
fasilitasi
kegiatan
Koordinasi
Penyelenggraan
Rapat
Koordinasi
dengan
Pamong
Desa
Penyelenggaraan
koordinasi kegiatan
dengan Dusun
Penyelenggaraan
sosialisasi rencana
pembangunan
desa
kepada
masyarakat
Pengawasan
terhadap
pembangunan
Pendataan obyekobyek bangunan
Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Desa
dengan
koordinasi dengan
BPD
Pengendalian
Pembangunan
Desa
Penyelengaran
evaluasi
pembangunan desa
Penyelenggaraan
sosialisasi programprogram
Pemerintah Daerah
ke Dusun-Dusun
F. Perimbangan
Keuangan
a.
b.
c.
d.
23
Perumusan
kebijakan bidang
perimabangan
keuangan tingkat
desa
Penggalian PAD
Penarikan
Pungutan Desa
Penyusunan
e.
APBDes
Pengelolaan
restribusi pasar
desa
G. Perundangundangan
a.
Perumusan
kebijakan
bidang
hokum
dan
perundangundangan
tingkat
desa
b.
Penyelenggaraan
sosialisasi hukum dan perda
kepada
masyarakat
Kependudukan
a. Perumusan
kebijakan
bidang
kependudukan
tingkat desa
b. Penerbitan
KTP
dan Kartu Keluarga
c. Pengawasan
peredaran
dan
pemakaian
alat
kontrasepsi
d. Pelaksanaan
penyuluhan tentang
Keluarga
Berencana
e. Pembinaan
terhadap
kaderkader
Keluarga
Berencana
f. Pengelolaan
kelompok-kelompok
Bina Keluarga
g. Pengelolaan
kelompok
Usaha
Ekonomi Produktif
h. Penyajian data dan
informasi
kependudukan
i. Pembuatan
peta
monografi
dan
statistik
kependudukan
j. Pembuatan Surat
Kelahiran
dan
Kematian
k. Pendataan
dan
pembinaan dalam
kegiatan
mutasi
penduduk
l. Pemberian
rekomendasi Akteakte kependudukan
24
m. Penyelenggaraan
fasilitasi
penyuluhan
kependudukan
H. Penerangan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Perumusan
kebijakan bidang
penerangan tingkat
desa
Pembinaan
kelompok-kelompok
komunikasi sosial
Penyelenggaraan
sosialisasi program
kerja pemerintah
Pengawasan
peredaran/
pemutaran film
keliling
Pemberian izin
pengelolaan VCD/
tempat penyewaan
VCD
Pengawasan
peredaran VCD/
film yang telah lulus
sensor
Penyelenggaraan
sosialisasi berbagai
kebijaksanaan
daerah
melalui
media pertemuan
I. Pertanahan
a.
b.
c.
d.
e.
Perumusan
kebijakan bidang
pertanahan tingkat
desa
Pemberian surat
keterangan atas
Hak Atas Tanah
Penetapan batas
Desa
Penetapan batas
Tanah Ulayat Desa
Penyelesaikan
sengketa tanah
tingkat Desa
J. Olahraga
a.
b.
c.
25
Perumusan
kebijakan
bidang
olah raga tingkat
desa
Penyebaran
informasi olah raga
Penyediaan fasilitas
olah raga
d.
e.
Penyelenggaraan
fasilitasi
penyuluhan
olah
raga
Pemberian
rekomendasi
mengikuti turnamen
K. Lingkungan
hidup
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Perumusan
kebijakan bidang
lingkungan hidup
tingkat desa
Penyelenggaraan
monitoring
kerusakan
lingkungan
Penyediaan lahan
reboisasi
Pengagturan
sanitasi
Penyelenggaraan
fasilitasi
penyuluhan
Penyajian
data
tentang lingkungan
hidup
L. Perhubungan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
26
Perumusan
kebijakan
bidang
perhubungan
tingkat desa
Pengelolaan parkir/
pemangkalan
kendaraan di pasar,
tempat wisata dan
lokasi lainnya yang
ada di dalam desa
Pembangunan dan
pengawasan jalan
desa
pemberiaan
izin
penggunaan jalan
Pengawasan
dan
pemeliharaan
rambu-rambu jalan
serta
alat
perlengkapan jalan
lainnya
yang
berada di desa
Pengawasan kelas
jalan
kabupaten
yang ada di desa
Penyelenggaraan
monitoring
terhadap
kondisi
jalan umum
Penyajian
data
tentang
jalan
kondisi
M. Sosial
a.
Perumusan
kebijakan
bidang
sosial tingkat desa
b. Penerbitan
surat
keterangan miskin
c. Penanggulangan
Bencana
Alam
dalam skala desa
d. Pembinaan kepada
orsos di desa
e. Pendataan
penyandang
masalah sosial dan
potensi
kesejahteraan
sosial
f. Pembinaan pekerja
sosial masyarakat
dan
organisasi
sosial
g. Pengurusan orang
terlantar
h. Pemberian
rekomendasi
permintaan bantuan
kepada pemerintah
daerah
i. Pemberian
rekomendasi
izin
keramaian di desa
j. Perumusan
kebijakan
untuk
kesiapan terhadap
ancaman bencana
tingkat desa
k. Pengawasan
dan
pemberian
izin
penyewaan kaset
video, play station,
dan sejenisnya
l. Penyelenggaraan
inventarisasi
penduduk
penyandang
cacat sosial
m. Penyelanggaran
penyaluran bantuan
untuk
orang
miskin/org cacat
n. Pelaksanaan
kordinasi bantuan
untuk bencana
o. Penerbitan
surat
rekomendasi
keringanan
p. Penyantunan anakanak miskin dan
27
q.
putus sekolah
Pemberdayaan
anak-anak cacat
N. Ketenagakerjaa
n
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Perumusan
kebijakan bidang
ketenagakerjaan
tingkat desa
Pendataan dan
pengkalsifikasian
tenaga kerja
Pemberian
informasi kepada
masyarakat
tentang lowongan
pekerjaan
Pemberian
rekomendasii suratsurat pengurusan
lowongan pekerjaan
Penyajian data
ketenagakerjaan
tingkat desa
Penyelenggaraan
fasilitasi
penyuluhan
ketenagakerjaan
O. Pariwisata
a.
b.
c.
d.
e.
Pengelolaan usaha
wisata dalam desa
di luar rencana
induk pariwisata
Pengelolaan lokasi
perkemahan dalam
desa
Pengelolaan tempat
rekreasi dan
hiburan umum
dalam desa
Pemberian Izin dan
pengawasan
pondok wisata pada
kawasan wisata
yang ada di desa
Pelaksanaan
kerjasama
pemungutan pajak
hotel dan restoran
yang ada dalam
pasar desa
P. Energi dan
Pertambangan
a.
28
Perumusan
kebijakan bidang
energi dan
pertambangan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
29
tingkat desa
Pembinaan dan
pengawasan
kelompok
penambang tingkat
desa terhadap
pertambangan
rakyat
Pemberian
rekomendasi
pemberian izin
pemanfaatan air
bawah tanah dan
permukaan
Pemberian
rekomendasi izin
penambangan
bahan galian
golongan C yang
memakai alat berat
Pemberian
rekomendasi izin
dan pengelolaan
bahan galian
golongan A dan B
Pemberian
rekomendasi izin
pembangunan
tenaga listrik yang
baru
Pembantuan
penyajian data dan
informasi
Pembantuan
fasilitasi
penyuluhan
30