Karakteristik Sampah
Karakteristik Sampah
KABUPATEN MAROS
Mery Selintung1, Achmad Zubair1, Ellen Anneke T.2
Abstrak
Pertambahan volume dan keberagaman karakteristik sampah yang semakin meningkat membutuhkan
penanganan dan pengolahan yang baik untuk mengantisipasi timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan.
Sampai saat ini pengolahan persampahan seperti daur ulang sampah maupun tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah berupa landfill (lahan urug) atau insinerator (pembakaran) masih dibutuhkan dalam mengatasi
permasalahan persampahan. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis karakteristik sampah baik pada
sumber-sumber sampah maupun pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota Maros dan mengkaji sistem
pengelolaan sampah di TPA Maros berdasarkan hasil analisis karakteristik sampah baik fisik maupun kimia.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu memberi gambaran
tentang sistem pengelolaan sampah di TPA Maros, pengukuran data kuantitatif berupa timbulan, komposisi
dan densitas sampah, dan penelitian eksperimental meliputi kadar volatil, kadar abu, kadar air, nilai kalori,
konsentrasi karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur. Hasil penelitian dari karakteristik fisik yaitu rata-rata timbulan
sampah total rumah tangga Kota Maros 276 m 3/hari, rata-rata timbulan sampah kota yang terangkut ke TPA 62
m3/hari, komposisi sampah TPA 80,7% sampah organik dan 19,3% sampah anorganik, densitas sampah TPA
0,25 kg/ltr, kadar air 76,92%, kadar volatil 18,325%, kadar abu 81,765%, dan nilai kalori 859,825 Kkal/Kg,
sedangkan hasil karakteristik kimia yaitu kadar karbon 1,105%, kadar nitrogen 0,705%, fosfor 902,645 ppm,
dan sulfur 0,145%. Berdasarkan karakteristik sampah di TPA, proses pengomposan, daur ulang, pakan ternak
maupun controlled landfill dapat menjadi alternatif pertimbangan dalam hal pengolahan sampah di TPA
Bontoramba tetapi proses pembakaran sampah (insinerasi) kurang tepat.
Kata kunci: Karakteristik Sampah, Pengolahan, Tempat Pembuangan Akhir
PENDAHULUAN
Pertambahan jumlah penduduk,
perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup
masyarakat terutama di kota-kota besar
telah meningkatkan jumlah timbulan
sampah,
jenis,
dan
keberagaman
karakteristik sampah.
Peningkatan jumlah sampah ini tidak
diikuti oleh perbaikan dan peningkatan
sarana dan prasarana pengelolahan
sampah.
Hal
ini
mengakibatkan
permasalahan sampah menjadi kompleks,
antara lain sampah tidak terangkut dan
terjadi pembuangan sampah liar. Sehingga
menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan dan mengganggu kelestarian
fungsi lingkungan baik lingkungan
pemukiman, hutan, persawahan, sungai
dan lautan.
Pengelolahan sampah merupakan
upaya dalam mengurangi, mengumpulkan,
memindahkan, menyimpan sementara,
mengolah dan menimbun sampah.
Pengelolahan sampah dengan biaya murah,
layak dari segi kesehatan dan tidak
membawa implikasi yang negatif terhadap
1
2
5. Kadar Volatil
Penentuan kadar volatil bertujuan untuk
memperkirakan seberapa besar efektifitas
pengurangan
(reduksi)
sampah
menggunakan
metode
pembakaran
berteknologi tinggi.
6. Kadar Abu
Kadar abu merupakan sisa proses
pembakaran pada suhu tinggi. Dengan
penentuan kadar abu ini dapat dilihat
keefektifan kinerja proses pembakaran
tersebut.
7. Kandungan energi atau nilai kalor
Penentuan kandungan energi sampah
diperlukan dalam proses pengolahan
sampah terutama pengolahan secara
thermal yaitu memanfaatkan energi panas
seperti insinerasi (pembakaran). Upaya
untuk
mengevaluasi
kelayakan
pemungutan energi dari sampah dapat
mengurangi volume sampah mencapai 90
% (Tchobanoglous, 1993) sehingga akan
mengurangi kebutuhan lahan untuk
landfilling. Nilai kalor adalah jumlah
panas yang dilepaskan ketika satu satuan
massa bahan dibakar secara sempurna.
Timbulan, Komposisi, dan Densitas
sampah dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan pilihan
kelayakan pengolahan sampah yaitu daur
ulang, pembuatan kompos, dan insinerasi,
seleksi jenis/tipe peralatan pengumpulan
dan
peralatan
pemindahan
untuk
transportasi sampah dan desain TPA.
Karakteristik Kimia Sampah :
Penentuan karakteristik kimia sampah
diperlukan dalam mengevaluasi alternatif
suatu proses dan sistem recovery yang
dapat dilakukan pada suatu limbah padat,
misalnya untuk mengetahui kelayakan
proses composting atau pembakaran
sampah.
Karakteristik kimia yaitu
khususnya yang menggambarkan susunan
kimia sampah yang meliputi persentase
kandungan unsur karbon, nitrogen, fosfor
dan sulfur.
1. Rasio C/N
lebih
besar
dibandingkan
anorganik 19,3%.
2. Komposisi Sampah
sampah makanan
kertas
kayu
logam
kaca
dll
kain
karet/kulit
plastik
0.04
0.81
Logam
Kertas
0.43
Kayu
Kain
karet/kulit
Plastik
3.7
88.79
Kaca
Dll
S ampah Makanan
Plas tik
Kertas
Kain
Kayu
Kaca
Kaleng/Bes i
Karet
sampah
3. Densitas Sampah
Berdasarkan hasil analisis data dan
penelitian, densitas rata-rata sampah
rumah tangga di Kota Maros 0,16 kg/ltr
sedangkan di TPA Bontoramba 0,25 kg/ltr.
Densitas sampah yang tidak terlalu besar
diakibatkan oleh tidak adanya pemadatan
sampah di TPA.
4. Kelembaban (Kadar Air)
Penelitian
dari
laboratorium
menunjukkan kadar air atau kelembaban
sampah di TPA Bontoramba adalah
76,92%. Untuk sampah domestik tipikal
kelembaban
adalah
15
40%
(Tchobagnolous,
1993).
Tingginya
kelembapan sampah karena komponen
terbanyaknya
merupakan
sampah
makanan. Seperti yang diketahui bahwa
sampah makanan mempunyai kadar air
yang tinggi yaitu 70% dibandingkan
dengan komponen sampah lainnya.
Kelembapan memegang peranan
yang sangat penting dalam proses
metabolisme mikroba dan secara tidak
langsung berpengaruh pada suplay
oksigen.
Mikroorganisme
dapat
memanfaatkan bahan organik apabila
bahan organik tersebut larut di dalam air.
Kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran
optimum untuk metabolisme mikroba.
Apabila kelembapan di bawah 40%,
aktivitas mikroba akan mengalami
penurunan dan akan lebih rendah lagi pada
kelembapan 15%. Apabila kelembapan
lebih besar dari 60%, hara akan tercuci,
volume udara berkurang, akibatnya
aktivitas mikroba akan menurun dan akan
terjadi
fermentasi
anaerobik
yang
menimbulkan bau tidak sedap.
Nilai kadar air yang tinggi
menyatakan bahwa terdapat cukup
oksigen, yang berpotensi sebagai sumber
bahan baku kompos. Kompos terbentuk
dari degradasi sampah secara aerob
(dengan oksigen).
5. Kadar Volatil
Berdasarkan
pemeriksaan
di
laboratorium, kadar volatil sampah di TPA
Bontoramba yaitu 18,325%. Untuk
sampah domestik kadar volatil sampah
berkisar 40 60% (Tchobagnolous,1993).
Dengan kandungan kelembaban sebesar
76,92 %
dan kadar volatil sebesar
18,325%, maka dapat dikatakan sampah di
TPA Bontoramba tidak dapat tereduksi
dengan proses pembakaran pada suhu
tinggi.
6. Kadar Abu
Berdasarkan analisis laboratorium
diperoleh kadar abu sampah di TPA
Bontoramba sekitar 81,675%. Dari
literatur didapatkan kadar abu sebesar 10
30% (Tchobanoglous, 1993). Ini berarti
keseluruhan total sampah yang dibakar
tersisa sekitar 81,675% berupa abu.
Kriteria insinerasi yaitu kadar kelembapan
15-35%, kadar volatil 50-65%, abu 3-9%.
Berdasarkan kriteria tersebut, dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses
pembakaran sampah (insinerasi) tidak
dapat menjadi alternatif pertimbangan
dalam hal pengolahan sampah di TPA
Bontoramba.
Karakteristik Kimia Sampah
1. Rasio C/N dan Fosfor
Rasio C/N sampah domestik di
TPA Bontoramba dalam penelitian sebesar
1,567 dengan kadar karbon 1,105% dan
kadar nitrogen 0,705%. Rasio C/N yang
efektif untuk proses pengomposan berkisar
antara 30:1 hingga 40:1. Kecilnya rasio
C/N disebabkan kurangnya kandungan
karbon pada sampah dimana sebagian
besar berupa sayuran dengan kandungan
nitrogen yang cukup tinggi.
Jika rasio C/N tinggi (ketersediaan
nitrogen
terbatas),
mikroba
akan
kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan
perlakuan khusus, misalnya menambahkan
mikroorganisme selulotik atau dengan
menambahkan kotoran hewan karena
10