Anda di halaman 1dari 21

097

Vinallia Variantiana 11 01 01
098
Widya Astuti D.
11 01 01
099
Yopi Andarista
11 01 01
100

FARMAKOKINETIKA KLINIK
PADA PASIEN GAGAL
JANTUNG
S1 REGULER B
STIFI BHAKTI PWERTIWI

Fungsi Jantung
menyediakan oksigen ke
seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari
hasil metabolisme
(karbondioksida).

Hal ini berarti karena jantung


bekerja secara terus menerus
selama manusia hidup dan
akan berpengaruh terhadap
kemampuan fungsi jantung
yang secara berangsur akan
mengalami penurunan

Bertambahnya usia
seseorang, akan sangat
berpengaruh terhadap
fungsionalitas jantung
itu sendiri
Jurnal. Raden Sanjoyo. 3

Gagal Jantung
Adalah

Suatu sindroma klinik yang kompleks akibat kelainan struktural


fungsional jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk diisi
dengan darah atau untuk mengeluarkan darah

Gagal Jantung Terjadi


Jika curah jantung tidak cukup untuk memnehi kebutuhan tubuh akan O 2

Amir Syarif. 2007:


299

Sesak napas dan


rasa lelah, yang
membatasi
kemampuan
melakukan kegiatan
fisik
Retensi cairan,
yang
menyebabkan
kongesti paru
dan edema
perifer

Manifestasi
Klinik

Amir Syarif. 2007:


299

Patofisiologi Gagal Jantung


Apabila fungsi jantung menurun, terjadilah gangguan atau sejumlah reaksi untuk
mengkompensasi penurunan tersebut.
Terjadinya retensi natrium dan air akan menimbulkan eksspansi volume darah dan
kenaikan tekanan pengisian oleh jantung, sehingga menaikkan volume stroke,
namun juga akan meningkatkan tekanan pembuluh darah vena paru dan vena
sistemik.
Akibatnya masa otot jantung membesar dan sistem syaraf simaptis memacu
kontraktilitas otot jantung.
Jika sistem kompensasi ini tidak memadai, maka curah jantung berhenti..
Sebagai akibat stimulasi syaraf simpatis, aliran darah mengalami redistribusi secara
tidak proporsional, sebagian menuju ke otak dan hati, sebagian lain ke ginjal, kulit
dan jaringan splanehnik, begitu pula redistribusi aliran darah di dalam organ seperti
ginjal dan paru
Penurunan aliran darah karena pengurangan curah jantung dan atau adanya
vasokontriksi lokal akan mengurangi perfusi organ, sehingga dapat menyebabkan
hipoksia.
Kenaikan tekanan darah vena sistemik dapat menyebabkan kongesti viseral dan
gangguan fungsi organ.
LukmanGI
Hakim. 190Perubahan aktivitas syaraf otonom akan menyebabkan kelainan motilitas
191

aliran darah pada ginjal


yang banyak terjadi.
Dan terjadi penurunan
klirens pada hati dengan
hepatic extraction ratio
yang tinggi.
Penurunan bioavailability
obat yang juga terjadi
pada pasien gagal
jantung. Hal ini
disebabkan karena
adanya edema pada
saluran GI sehingga
proses absorpsi molekul
obat menjadi sulit serta
penurunan aliran darah
pada saluran GI
Bauer. 41

Continue
Volume distribusi dari
beberapa obat juga
menurunpada pasien
gagal jantung. Karena
klirens dan volume
distribusi tidak
berubah secara
bersamaan, yang
disebabkan karena
perubahan waktu
paruh yang sulit
diprediksi pada pasien
Bauer. 42
gagal jantung.

Pharmacokinetic

Cardiovascular disorders that impair


cardiac output may affect all the
pharmacokinetic factors:
Absorption of oral, SC, IM, and topical
drugs is erratic because of decreased
blood flow to sites of drug
administration.
Distribution is impaired because of
decreased blood flow to sites of drug
action.
Metabolism and excretion are impaired
because of decreased blood flow M.H.Farjoo.
to the 7

Countinue
Failure of one metabolizing pathway
will not affect a drug using multiple
elimination routes.
A drug eliminated by one pathway
will accumulate if the pathway fails.
In this case there is a risk of toxicity,
especially if therapeutic margin is
narrow.
M.H.Farjoo. 8

Continue
In heart failure, hepatic congestion can
lead to decreased clearance and an
increased toxicity with usual doses of
lidocaine and beta blockers.
In heart failure renal perfusion is reduced
and requires dose adjustments.
Heart failure causes redistribution of
regional blood flow => volume of
distribution => drug toxicity
(lidocaine).
M.H.Farjoo. 13-14

Absorpsi Obat
Gagal jantung dapat mengubah bioavailability obat
disebabkan karena perlambatan aliran darah ditempattempat absorpsi. Misalnya pada pemberian secara i.m.
pada pasien akan terjadi vasokontriksi pada otot skelet
yang diatur oleh syaraf simpatisdan memperlambat
kecepatan absorpsi obat.
Gangguan syaraf otonom ( aktivitas syaraf simpatik
dan aktivitas syaraf parasimpatik) dan atau terjadinya
hipoperfusi jaringan dapat motilitas GI, sehingga
memperlama waktu transit obat.

Lukman Hakim. 191

Continue
Perlambatan motilitas usus akan menunda obat
masuk ke dalam sistem sirkulasi sehingga terjadi
penundaan obat mencapai puncak di dalam darah.
Namun perlambatan aliran darah diusus halus akan
mengurangi klirens obat-obat rasio hepatik yang
tinggi (Eh tinggi) yang seharusnya mengalami firstpass metabolisme di usus.
Misalnya pada kenaikan bioavailability dari prazosin
dan hidralazzin per oral, dan tidak berubah pada
digoksin atau eratik pada prokainamid yang memiliki
Eh rendah.
Lukman Hakim. 192

Respon syaraf otonom


terhadap gagal jantung
merupakan sumber
perubahan distribusi obat.
Ketika terjadi
penurunan fungsi jantung,
timbul autoregulasi aliran
darah (aliran darah ke
otak dan otot jantung
lebih besar), sehingga
sebagian besar obat
didalam darah dialirkan ke
otak dan otot jantung, dan
sisanya dalam porsi kecil
menuju ke ginjal, otot dan
organ splanchnik, karena
aliran darah ke organorgan ini berkurang.

Distribusi Obat

Lukman Hakim. 192

Di dalam ginjal,
aliran darah juga
menyebabkan
pengurangan
kecepatan dan
mungkin jumlah obat
yang diambil oleh
jaringan otot skelet.
Untuk obat yang
hidrofilik, karena terjadi
ekspansi volume cairan
ekstraselular, obat
akan terdistribusi lebih
banyak dari normal,
sehingga memperbesar
Vd obat.

Continue

Lukman Hakim. 192

Gagal jantung dapat


mengurangi kapasitas
metabolisme hati
melalui dua cara:
Kerusakan sel hati
(karena kongesti atau
hipoperfusi)
Hipoksemia sehingga
mengganggu proses
oksidasi oleh enzim
CYP.

Metabolisme

Lukman Hakim. 192

Klirens Obat

Karena perubahan kecepatan aliran darah ke


tempat-tempat eliminas utama (hati dan
ginjal), maka klirens hepatik dan renal obat
juga akan berubah.
Perlambatan aliran darah karena gagal
jantung akan memperlambat klirens hepatik,
obat-obat dengan Eh tinggi akan menyebabkan
perlambatan aliran darah hepatik sehingga
meningkatkan kadarnya di dalam darah jika
dosis maintenance obat tidak dikurangi.
Lukman Hakim. 194

Klirens lidokain (Eh tinggi) dilaporkan


melambat ketika obat tersebut diberikan melalui
infus (1,4 mg/menit) pada pasien infark myocard
dengan gagal jantung, menyebabkan kenaikan
kadar lidokain darah sekitar 2 kali, jika
dibandingkan pada pasien tanpa gagal jantung.
Begitu pula setelah infus dihentikan, terjadi
perpanjangan T eliminasi lidokain dari 4,3
0,8 jam (tanpa gagal jantung) menjadi 10,2
2,0 jam (dengan gagal jantung) dan 1,4 0,1
jam pada pasien sehat.
Lukman Hakim. 194

Pharmacodynamic

The effect of lytic therapy in a patient


with or without coronary thrombosis is
different.
the arrhythmogenic effects of digitalis
depend on K+.
The vasodilating effects of nitrates,
beneficial in angina, can be
catastrophic in aortic stenosis.
M.H.Farjoo. 16

Referensi
Sanjoyo, Raden. 2005. Sistem Kardiovaskuler. FMIPA. UGM
Syarif, Amir. Et.al. Ed.V. 2007. Farmakologi dan Terapi. FKUI.
Hakim, Lukman. 2011. Farmakokinetika Klinik. Jakarta:
Bursa Ilmu
Bauer, L. A. 2005. Clinical Pharmacokinetics Handbook. New
York: Mc- Graw-Hill
Farjoo, M. H. Drugs Pharmacology in Heart Disease. Shahid
Beheshti University of Medical Science

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai