Anda di halaman 1dari 7

TUNAIKANLAH AMANAH

Oleh: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc

KHUTBAH PERTAMA:

...












.




Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah dan meningkatkan
ketakwaan dalam kehidupan kita. Khususnya di zaman ini yang banyak
cobaan dan ujian yang menimpa kaum Muslimin umumnya dan Negara
kita khususnya.
Sumber: alsofwah.or.id. Silahkan kunjungi http://ibnumajjah.wordpress.com/
untuk mendapat puluhan khutbah lainnya dan ratusan ebook Islam.

Di antara bentuk ketakwaan tersebut adalah menunaikan amanat


yang telah dibebankan kepada kita semua dalam Firman Allah
:
















"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zhalim dan amat jahil, sehingga Allah mengazab orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin lakilaki dan perempuan; sehingga Allah menerima taubat orang-orang
Muk-min laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." (Al-Ahzab: 72-73).
Amanah ini sebenarnya telah ditawarkan kepada alam semesta,
langit, bumi dan gunung. Namun mereka semua takut memang-gulnya
dan enggan menerimanya karena takut dengan azab Allah. Lalu
amanah tersebut ditawarkan kepada Adam dan beliau menerimanya.
Ibnu Abbas berkata dalam menjelaskan pengertian amanah dalam
ayat ini: Amanah adalah kewajiban-kewajiban, Allah tawarkan kepada
langit, bumi dan gunung, apabila mereka menunaikannya, maka
mereka mendapatkan pahala dan bila menyia-nyiakannya, maka
mereka diberi siksaan, lalu mereka menolaknya, bukan karena tidak
taat kepada Allah namun karena mengagungkan agama Allah.
Wahai hamba Allah! Amanat tersebut adalah beban syariat yang
mencakup hak-hak Allah dan hak-hak hambaNya. Siapa yang
menunaikannya, maka dia mendapatkan pahala dan barangsiapa yang
menyia-nyiakannya, maka dia mendapat siksa.
Siapa yang memiliki kesempurnaan sifat amanah, maka ia telah
menyempurnakan agamanya, dan siapa yang tidak memilikinya, maka
ia telah membuang agamanya, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, al-Bazzar dan juga ath-Thabrani dari hadits Anas bin Malik dan

dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami', beliau


berkata, Rasulullah :

.











"Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah dan tidak
ada agama bagi orang yang tidak menjaga janjinya."
Oleh karena itu, sifat amanah menjadi sifat para nabi dan rasul.
Perhatikanlah Firman Allah , ketika mengisahkan tentang
nabi Nuh, Hud, dan Shalih:





"Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang
diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku." (Asy-Syu'ara:107-108).
Demikian juga Rasulullah menjelaskan, bahwa
semakin berkurang sifat amanah, maka semakin berkurang juga cabang
keimanan, sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dari hadits
Hudzaifah, beliau berkata, Rasulullah bersabda:







"Sesungguhnya amanah telah turun ke tengah hati-hati orangorang, kemudian turunlah al-Qur`an, sehingga mereka mengetahui
al-Qur`an dan Sunnah. Kemudian Nabi a menceritakan tentang
hilangnya sikap amanah: seseorang tidur sebentar lalu amanah
dicabut dari hatinya sehingga tersisa bekasnya seperti bercak kecil,
kemudian tidur kembali lalu dicabut amanah dari hatinya sehingga
tersisa seperti lepuhan luka, seperti bara api yang kamu tempelkan
ke kakimu, lalu kaki tersebut terluka bakar dan kamu lihat ia

melepuh dan tidak ada apa-apanya. Kemudian beliau mengambil


kerikil dan ditempelkan ke kaki beliau. Lalu orang-orang berbai'at
namun hampir tak seorang pun menunaikan amanah hingga
diberitakan bahwa pada bani Fulan terdapat seorang yang amanah,
hingga dikatakan kepada orang itu, 'Alangkah sabarnya, alangkah
hebatnya dan alangkah berakalnya!' Padahal di hatinya tidak ada
sebiji sawi pun dari iman."
Demikianlah Allah mencabut sifat amanah dari hati seseorang
dengan sebab meremehkan kewajiban agama dan khianat terhadap
firmankan:
hak-hak orang lain. Sebagaimana Allah








"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah
memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk
kepada kaum yang fasik." (Ash-Shaf: 5).
Dari sini, jelaslah bahwa tauhid dan memberantas kesyirikan adalah
amanah, amar makruf nahi mungkar adalah amanah, harta adalah
amanah yang tidak boleh dipakai untuk kemaksiatan, mata kita adalah
amanah yang harus dijaga dari memandang yang haram, dan seluruh
anggota tubuh kita adalah amanah yang harus dijaga dan dipelihara
dari keburukan dan kemaksiatan.
Wahai Kaum Muslimin Rahimakumullah
Demikian juga keluarga dan anak-anak, mereka merupakan amanah
yang harus ditunaikan dengan mendidik mereka dengan pendidikan
Islam, dan jangan dibiarkan hancur oleh globalisasi yang menerpanya.
Ingatlah janji Allah kepada orang yang menunaikan amanah dan
hak-haknya yang dijelaskan dalam FirmanNya:


.










.







"Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara
shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni)

yang akan mewarisi Surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya." (AlMu`minun: 8-11).
Ingat juga dengan sabda Rasulullah dalam hadits
yang hasan:











"Berilah jaminan kepadaku enam perkara, niscaya aku jamin bagi
kalian surga; apabila salah seorang kalian berbicara maka jangan
berdusta, apabila berjanji jangan mengingkari, apabila diberi
amanat jangan berkhianat, dan tundukkanlah pandangan kalian,
peliharalah kemaluan kalian serta jagalah tangan-tangan kalian."
(HR. Ahmad).
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Perlu diingat oleh kita semua, bahwa menyia-nyiakan dan tidak
menunaikan amanah, memiliki implikasi buruk pada keadaan seseorang
dan dapat menjadi sebab kerusakan masyarakat. Rasulullah
pernah ditanya tentang waktu kiamat? Beliau menjawab:







"Apabila amanat telah disia-siakan, maka tunggulah kiamat." (HR.
al-Bukhari).
Oleh karena itu, bertakwalah wahai kaum Muslimin, peliharalah
amanat dan tunaikanlah hak-hak dan kewajiban seorang hamba serta
jauhilah semua larangan Allah.














KHUTBAH YANG KEDUA

















"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar
lagi Maha Melihat." (An-Nisa`: 58).
Ayat yang mulia ini mencakup seluruh jenis amanah. Di antara yang
terpenting adalah tugas, pekerjaan, dan jabatan. Siapa yang
menunaikan kewajiban yang Allah bebankan pada tugas dan jabatan
tersebut dan merealisasikan kemaslahatan kaum Muslimin, maka ia
telah menunaikan amanah dan berbuat kebaikan untuk akhiratnya, dan
yang tidak menunaikannya dengan baik atau mengambil suap dan
korupsi menggunakan jabatan dan kedudukannya tersebut, maka ia
telah mengkhianati amanah dan mendapatkan bencana dan siksaan
Allah serta di akhirat nanti, ia akan dipermalukan. Rasulullah
pernah bersabda:

"Apabila Allah mengumpulkan semua orang yang pertama hingga


terakhir pada Hari Kiamat, maka diangkat tinggi-tinggi tanda bagi
orang yang berkhianat (atas amanahnya) dan diteriakkan, 'Inilah
pengkhianatan fulan bin fulan'." (HR. Muslim).

Demikian juga amanat yang dititipkan orang kepada kita, kita wajib
menunaikannya sebagaimana mestinya dan jangan berkhianat
walaupun orang lain mengkhianati kita. Nabi pernah
bersabda:

"Tunaikan amanah kepada orang yang memberimu amanah dan


janganlah mengkhianati orang yang berkhianat kepada kamu." (HR.
)Ahmad dan at-Tirmidzi




.














.






Anda mungkin juga menyukai