Anda di halaman 1dari 4

Laporan Percobaan

Optika Gelombang: Polarisasi Cahaya


Daniel E Latumaerissa, Pujo Setyo Waluyo, Yodhi Anggara Primananda
Agustin E B Rahayu, Estrisia Anggu Bima

Pendahuluan
Polarisasi cahaya merupakan salah
satu gejala gelombang yang menunjukkan
bahwa cahaya merupakan gelombang
transversal (Gelombang longitudinal tidak
akan terpolarisasi). Polarisasi merupakan
peristiwa berubahnya cahaya kodrati
(cahaya yang bergetar pada berbagai bidang)
menjadi
cahaya
terkutub/terpolarisasi
(cahaya yang bergetar dalam satu bidang
tertentu)[1].
Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya polarisasi cahaya
misalnya mengatur arah polariasi sumber
gelombang/cahaya, keaktifan optis, absorbsi
selektif oleh bahan, polarisasi karena
pantulan, polarisasi karena bias kembar dan
polarisasi karena hamburan.
Dalam makalah ini, akan dilaporkan
beberapa
hasil
percobaan
mengenai
peristiwa polariasi dalam kehidupan sehari
hari.

Tujuan
1. Menyelidiki beberapa gejala polarisasi
seperti bias rangkap, keaktifan optis,
hamburan dan pemantulan Brewster.
2. Membuat sendiri lempeng gelombang
.

Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam
melakukan percobaan antara lain,
2 Lempeng Pola-roid 2 lempeng kaca
Sejumlah
bahan 2 penjepit kaca
plastik
(Selotip, 2 statif
penggaris, kotak 2 piring optik
Lempeng
logam
kaset audio, dll)
Larutan gula jenuh
berkilap

Kotak
lampu/ Filter/tapis warna
sumber cahaya

Hasil dan Diskusi


1. Percobaan Kristal Kalsit
Pada percobaan kristal kalsit, sebuah
titik hitam (noda) mula mula dibuat di atas
permukaan kertas, kemudian sepotong
kristal kalsit diletakkan di atasnya. Maka
akan tampak dari atas jumlah titik adalah
dua. Hal ini terjadi karena cahaya yang
melalui kristal kalsit mengalami pembiasan
rangkap. Pembiasan rangkap terjadi pada
bahan anisotropis. Karena ikatan antar atom
berbeda untuk arah yang berbeda, sehingga
cepat rambat gelombang untuk arah yang
berbeda akan berbeda pula. Karena,
1
v
n
Maka cahaya dengan cepat rambat
berbeda memiliki indeks bias berbeda pula
dan akan dibiaskan dengan sudut bias yang
berbeda, sehingga memungkinkan terjadi
lebih dari satu bayangan yang tampak. Salah
satu sinar disebut Ordinary ray yang taat
pada hukum Snellius tentang pembiasan dan
yang satunya disebut Extraordinary ray
yang tidak taat pada hukum Snellius. Ketika
kalsit diputar maka akan tampak salah satu
titik mengitari titik yang lain, sinar ekstraordinari akan berputar, sedangkan sinar
ordinary akan tinggal diposisinya.

Selanjutnya jika diatas kristal kalsit


diberikan polaroid, titik yang terlihat jumlah
menjadi satu. Dan titik akan tampak seperti
bertukar tempat jika polaroid diputar tegak
lurus atau sudut sebesar 90. Hal ini
menunjukkan bahwa bayangan yang
terbentuk disebabkan oleh cahaya yang
terpolarisasi dengan arah saling getar tegak
lurus.

Catatan: (1) lambda yang dipakai


dalam percobaan haruslah lambda untuk
warna tertentu selain warna putih, karena
warna putih terdiri dari berbagai panjang
gelombang yang berbeda beda (gabungan
warna). Dalam percobaan kelompok yang
telah dilakukan, digunakan filter warna
hijau. Sehingga lempeng yang dibuat adalah
lempeng warna hijau.
3. Membuat Lempeng
Untuk membuat lempeng
kelompok mengalami kesulitan, sehingga
tidak berhasil.

Untuk membuat bahan yang


membias rangkap dapat juga dibuat. Dengan
menggunakan bahan bahan yang ada
disekitar kita. Contohnya menggunakan
plastik bening seperti selotip.
2. Membuat Lempeng
Membuat lempeng dapat
dilakukan dengan menggunakan perekat
selotip yang ditempelkan pada kaca objektif.
Untuk melakukan pengujian, digunakan dua
polaroid yang terlebih dahulu dipasang
sejajar (terang). Kemudian kaca objektif
dengan perekat dan ke-2 polaroid di susun
berlapis, dengan urutan polaroid kaca
polaroid.
Setelah itu diamati apakah ada
perbedaan antara daerah yang berperekat
dan disekitar perekat. Jika tidak ada
perbedaan (terang terang: gelap gelap ),
maka kita dapat menambah lapisan perekat
dengan menempelkan perekat lagi sampai
teramati perubahan (terang gelap atau
sebaliknya).
Dalam
percobaan
agar
menghasilkan pola demikian dibutuhkan dua
lapisan perekat pada kaca objektif. Ini
berarti untuk membuat lempeng 1/2 dapat
dibuat dari selembar kaca objektif yang
dilapisi 2 lapisan perekat selotip.

4. Keaktifan Optis Larutan Gula


Sebuah material/bahan dikatakan
bersifat optis aktif, jika dapat memutar
bidang polarisasi cahaya yang melaluinya.
Dalam percobaan yang dilakukan, diamati
keaktifan optis larutan gula.
Mula mula dicari sudut putar yang
antara dua polaroid yang menghasilkan
keadaan paling terang dan paling gelap
ketika diantara keduanya diletakaan air.

Dengan cara polaroid 1 diputar, dari


hasil percobaan didapatkan bahwa pada
sudut 90 dan 270 keadaan paling gelap.
Sedangkan pada sudut 0 dan 180 keadaan
paling terang.
Catatan: (1) Sebelum diletakkan air
ditengahnya,
kedua
polaroid
harus
diletakan sejajar, sehingga keadaan paling
terang (2) Ada baiknya digunakan filter
warna agar cahaya yang akan digunakan
hanya merupakan satu panjang gelombang
saja.
Kemudian air dalam tabung/gelas
kimia diganti dengan larutan gula yang

diberi perlakuan terhadap tinggi larutan


dalam gelas kimia dan juga konsentrasi
larutan. Polaroid diputar sampai sudut
tertentu yang menyebabkan keadaan paling
gelap (cahaya minimum dilewati oleh
polaroid). Dalam percobaan ini filter warna
yang dipakai adalah warna hijau.

sudut putar yang berbeda, sehingga dapat


melewatkan panjang gelombang (warna)
yang berbeda beda pula.
5. Polarisasi Cahaya Langit Akibat
Hamburan
Menggunakan polaroid didapatkan
sudut sebesar 120. Berdasarkan teori,
ketika cahaya menumbuk sebuah material,
elektron pada material tersebut dapat
menyerap cahaya dan meradiasikannya
kembali[2]. Sebagai ilustrasi dapat dilihat
gambar berikut.

Dari hasil percobaan didapatkan data


sebagai berikut.
Variabel

Tinggi larutan
Konsentrasi
larutan

Perlakuan

3,4 cm
6,8 cm
Jenuh
Pengenceran
50%

Putaran Sudut

90
100
100
110

Dari data hasil percobaan terlihat


bahwa untuk mencapai keadaan paling ada
yang mengalami perubahan besar sudut jika
dibandingkan dengan sudut air 90, dari sini
dapat diambil beberapa informasi seperti
besarnya perputaran sudut bergantung pada
tinggi larutan. Semakin besar tinggi/tebal
larutan, semakin besar pula
putaran
sudutnya
l
Yang
kedua,
semakin
besar
konsentrasi larutan maka semakin besar pula
putaran sudutnya.
C
Jika pada sumber cahaya tidak
diberikan tapis warna, maka cahaya yang
teramati pada polaroid ketika diputar putar
akan bervariasi. Dengan urutan dari biru
muda pada putaran sudut yang kecil menuju
ke jingga seiring pertembahan besarnya
sudut putaran. Urutan perubahan warna
menunjukkan kesesuaian dengan urutan
spektrum panjang gelombang dari kecil ke
besar. Itu berarti larutan gula memiliki nilai
indeks bias yang berbeda beda untuk besar

Cahaya yang tidak terpolarisasi pada


mulanya
akan
bertabrakan
dan
menyebabkan molekul udara bervibrasi,
molekul yang bervibrasi ini akan
menghasilkan polarisasi linear pada arah
yang tegak lurus dengan sumbu gelombang
datang sedangkan yang sejajar tidak
mengalami polarisasi linear.
Pada langit cahaya matahari yang
menuju bumi dihamburkan oleh molekul gas
sehingga cahaya matahari yang awalnya
tidak
terpolarisasi
akan
mengalami
polarisasi linear pada bagian tertentu. Jika
pengamat bisa mendapatkan posisi yang
tepat, pengamat tersebut dapat mengamati
keadaan gelap yang maksimal melalui
polaroid.
6. Hukum Brewster untuk polarisasi
karena pantulan
Dari data hasil percobaan didapatkan
bahwa besar sudut Brewster untuk bahan
yang dipakai yaitu plastik, adalah sebesar
30. Adapun ralat dari hasil pengukuran
antara lain, alat ukur dan sudut pengamatan
selain itu tidak dilakukan pengukuran sudut

antara sinar pantul dan sinar bias (Polarisasi


linear terjadi jika sudut antara sinar pantul
dan bias 90) untuk memastikan apakah
pada sudut terukut, benar benar memenuhi
syarat polarisasi linear atau tidak.
Dengan hasil pengukuran yang
didapat maka nilai indeks bias bahan dapat
n tg 30 0,6
dtentukan sebagai,
. Nilai ini
tidak sesuai dengan teori yang mana nudara <
nplastik.
7. Polarisasi pada Gelombang Mikro
Dari percobaan yang dilakukan
didapatkan hasil bahwa jika kisi terali
diposisikan portrait (tegak) maka intensitas
yang diterima receiver paling sedikit. Dan
sebaliknya jika kisi terali diposisikan
lansekap, maka intensitas yang diterima
receiver dari transmitter maksimum. Hal ini
disebabkan pada posisi portrait, lebih
banyak energi yang diserap oleh elektron
elektron terali untuk bergetar dari pada
ketika posisinya lansekap.

Untuk posisi lansekap Intensitas diterima sangat besar

Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah
dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
antara lain,
1. Polarisasi cahaya menunjukkan bahwa
cahaya adalah gelombang transversal
2. Polarisasi cahaya dapat terjadi dalam
berbagai peristiwa seperti, pemantulan,
bias rangkap, hamburan
3. Bahan material yang bersifat bias
rangkap seperti lempeng dapat dibuat
dengan menggunakan bahan bahan
yang ada disekitar.

Referensi
[1] S, Yohanes.1989.FISIKA 2 Program
Ilmu Ilmu Fisik dan Ilmu Limu
Biologi. Jakarta. Intan Pariwara

Untuk Posisi Portrait Intensitas diterima sangat kecil

[2] Halliday, Resnick.2007. Fundamentals


of Physics 8th Edition.

Anda mungkin juga menyukai