Oleh :
Kelompok 5 :
Yudhi Andrianto
Irani Rachmawati
Sartika Fitriana T.P.
Stacey Athalia G
Arizki Witaradianingtias
Fery Irawan
I14104004
I14104012
I14104019
I14104025
I14104032
I14104039
Asisten :
Eva Fitrina
Asia Mufliha
Penanggung Jawab Praktikum :
Ir. Titi Riani, M. Biomed
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Vitamin didefinisikan sebagai zat organik yang diperlukan dalam jumlah
relative kecil namun sangat penting untuk pertumbuhan normal serta
pemeliharaan kesehatan, dan harus selalu tersedia dalam makanan karena tidak
dapat disintesa oleh tubuh. Vitamin berperan sebagai bagian dari enzim dan koenzim untuk mengatur proses metabolisme karbohidrat, lemak, protein dalam
tubuh. Selain itu vitamin yang berperan sebagai anti oksidan, banyak berperan
dalam mempertahankan berfungsinya berbagai jaringan tubuh. Senyawa
antioksidan diantaranya adalah asam fenolik, flavonoid, betakaroten, vitamin E,
vitamin C, asam urat, bilirubin, dan albumin (Gheldof et al 2002).
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan
memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga
dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin
C merupakan vitamin yang berperan sebagai anti oksidan dan merupakan
vitamin yang mudah rusak.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Kegiatan pengamatan dan pengambilan data dari hasil analisis vitamin C
dilakukan pada tanggal 21 April 2011 dan 28 April 2011 di Laboratorium Biokimia
Lantai 1 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan selama praktikum, yaitu tabung reaksi,
refrigerator, sentrifuge, dan pipet mikro. Jenis bahan dan pereaksi yang
digunakan adalah urin sebanyak 0.2 ml, TCA 6% 0.75 ml, H 2SO4 300 l dan
pereaksi warna 50 l.
Prosedur Percobaan
Analisa Vitamin C
Proses analisis vitamin C dilakukan terhadap urin responden yang telah
mengkonsumsi suplemen vitamin C. Berikut cara kerja analisis status seng
dengan metode kecap smith :
Larutan urin diimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 0.2 ml ditambah TCA 6%
sebanyak 0.75ml kemudian di vortek
Larutan dipusingkan/sentrifuge selama 30 menit pada 3000 rpm
Larutan urin diambil 200 l dan ditambah 50 l perekasi warna kemudian tabung
reaksi ditutup alumunium foil
Larutan diinkubasi dalam waterbath selama 3 jam pada suhu 37C
Setelah 3 jam, larutan dipindahkan ke dalam icebath (refrigerator) selama 30 menit
Larutan ditambah 300 l H2SO4 65%, dikocok dan di diamkan 45 menit
Larutan dibaca spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Vitamin C
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, yang berarti bahwa tubuh
tidak menyimpannya. Vitamin C diperoleh dari makanan.Tubuh membutuhkan
vitamin C untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan di seluruh bagian tubuh. Ini
membantu tubuh membuat kolagen, suatu protein penting yang digunakan untuk
membuat kulit, tulang rawan, tendon, ligamen, dan pembuluh darah. Vitamin C
sangat penting untuk penyembuhan luka, dan untuk memperbaiki dan
memelihara tulang dan gigi (Sudarmaji,Slamet 1989).
Vitamin C atau asam askorbat merupakan suatu nutrien dan vitamin yang
larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan.
Vitamin C disintesis secara alami baik dalam tanaman maupun hewan, dan
mudah dibuat secara sintesis dari gula dengan biaya yang sangat rendah
(Winarno 1984).
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan
mudah rusak selama pemrosesan dan penyimpanan. Vitamin C lebih mudah
rusak dalam pemasakan dibanding vitamin-vitamin lain dan mudah sekali
teroksidasi terlebih bila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim asorbic acid oksidase,
sinar dan temperatur yang sangat tinggi (Gaman 1992).
Vitamin C mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C 6H8O6.
Vitamin ini memiliki bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-192 C, bersifat
larut dalam air sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat
molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter dan benzen, dengan
logam membentuk garam. Sifat asam ditentukan oleh ionisasienol group pada
atom C no 3 pada pH rendah vitamin C lebih stabil dari pada pH tinggi. Vitamin C
mudah teroksidasi, lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu ,enzim askorbat
oksidase, sinar, dan temperatur tinggi. Larutan encer Vitamin C pada pH kurang
dari 7.5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti di atas. Oksidasi vitamin
C akan terbentuk asam dehidro askorbat (Sudarmaji,Slamet 1989).
Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam Ldehidroaskorbat, keduanya mempunyai keaktifansebagai vitamin C. Asam
askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversible menjadi asam Ldihidroaskorbat. Asam L-dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat
mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L- diketogulonat yang tidak
memiliki keaktifan vitamin (Winarno 1984).
Fungsi Vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi. Vitamin C berperan membantu
enzim spesifik dalam melakukan fungsinya. Vitamin C juga bekerja sebagai
antioksidan. Perusahaan kadangkadang menambahkan vitamin C pada produk
makanannya untuk menjaga kandungan bahan tertentu. Vitamin C juga penting
untuk membentuk kolagen, serat, struktur protein. Kolagen dibutuhkan untuk
pembentukan tulang dan gigi dan juga untuk membentuk jaringan bekas luka.
Vitamin C juga meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi dan membantu
tubuh menyerap zat besi (Almatsier 2004).
Selain itu vitamin C berfungsi aktif dalam sel organisme hidup. Dimana
enzim propil hidroksilase tetap stabil, apabila kandungan vitamin C cukup dalam
sel. Vitamin C juga mencegah lesi pada kulit dan mencegah dinding pembuluh
darah mudah pecah. Seperti pada penyakit gusi/bibir berdarah. Vitamin C
berfungsi untuk menjaga struktur kolagen yang menghubungkan semua jaringan
serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Vitamin C
juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam
kesadaran. Sebagai antioksidan Vitamin C mampu menetralkan radikal bebas di
seluruh tubuh. Berdasarkan pengaruh pencahar, vitamin C dapat meningkatkan
pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C mampu menangkal nitrit penyebab
kanker (Ophart 2003).
Sumber Vitamin C
Beberapa sumber yang sangat baik dari vitamin C adalah jeruk, paprika
hijau, semangka, pepaya, jeruk, melon, kiwi, mangga, brokoli, tomat, kubis
Brussel, kembang kol, kubis, dan jus jeruk atau jus diperkaya dengan vitamin C.
Bahan baku yang dimasak sebagai sayuran hijau (turnip hijau, bayam), paprika
merah dan hijau, tomat kaleng dan segar, kentang, labu musim dingin, raspberry,
blueberry, cranberry, dan nanas juga merupakan sumber yang kaya vitamin C.
Vitamin C sensitif terhadap cahaya, udara, dan panas, sehingga akan
mendapatkan vitamin C jika makan buah-buahan dan sayuran mentah atau
dimasak sebentar (Ophart 2003).
Metabolisme Vitamin C
Metabolisme vitamin C terdiri dari oksidasi, ekskresi dan regenerasi. Hasil
oksidasi vitamin C yang pertama adalah radikal bebas askorbil yang biasa
berubah secara reversibel menjadi bentuk vitamin C kembali atau akan
common
cold,
skizofrenia,
kanker,
hiperkolesterolemia
dan
aterosklerosis. Tetapi hal ini belum mendapatkan dukungan ilmiah yang cukup.
Dosis yang melebihi 1000 miligram/hari menyebabkan diare, batu ginjal pada
orang-orang yang peka, perubahan siklus menstruasi. Beberapa orang yang
menghentikan asupan Vitamin C dosis tinggi secara tiba-tiba dapat kembali
mengalami scurvy (Ophart 2003).
Gejala awal kekurangan vitamin C adalah pendarahan disekitar gigi dan
merusak pembuluh darah di bawah kulit, menghasilkan pinpoint haemorrhage.
Kekurangan banyak vitamin C berakibat pada sistem syaraf dan ketegangan
otot. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan otot seperti juga rasa nyeri,
gangguan syaraf dan depresi. Gejala selanjutnya adalah anemia, sering terkena
infeksi, kulit kasar dan kegagalan dalam menyembuhkan luka. Ketika seseorang
mengkonsumsi sejumlah besar vitamin C dalam bentuk suplemen dalam jangka
panjang, tubuh menyesuaikannya dengan menghancurkan dan mengeluarkan
kelebihan vitamin C dari pada biasanya. Jika konsumsi kemudian secara tiba-tiba
dikurangi, tubuh tidak akan menghentikan proses ini, sehingga menyebabkan
penyakit kudisan (Gaman 1992).
Defisiensi vitamin C terjadi jika asupan kurang atau terganggu
absorbsinya terutama pada bayi. Peranan vitamin C meningkatkan GSH serta
menurunkan kadar MDA sel eritrosit sehingga proses hemolisis dapat dikurangi
atau dicegah (Suryohudoyo 2000). Perbedaan hasil pemeriksaan kultur sel
endotel aorta manusia yang diberikan vitamin C dan tanpa pemberian vitamin C.
Kerusakan oksidatif lebih besar didapatkan pada sampel tanpa pemberian
vitamin C. Pada penelitian tersebut digunakan parameter oksidatif : kadar vitamin
C intraseluler, GSH, rasio GSH/GSSG, dan rasio NADPH/NADP. Scurvy esensial
terjadi pada sel endotel aorta pada manusia yang diterapi vitamin C (Smith 2002)
Defisiensi akut vitamin C bisa menimbulkan penyakit scurvy. Manifestasi Scurvy
yang klasik berhubungan dengan gangguan sintesis kolagen yang diperlihatkan
dalam bentuk perdarahan subkutan serta perdarahan lain, kelemahan otot, gusi
membengkak dan lunak, serta tanggalnya gigi. Pada anak sindrom defisiensi
vitamin C disebut Moller-Barlow disease didapatkan pada bayi tanpa ASI,
biasanya pada umur 6 bulan dengan ciri-ciri pelebaran batas kartilago tulang
khususnya tulang rusuk, penekanan kartilago epifiseal ekstremitas, nyeri sendi,
anemi dan sering panas (Carr 1999).
Faktor yang Mempengaruhi Penyeraparan Vitamin C
Vitamin C dari makanan diserap usus dan masuk ke dalam peredaran
darah terutama melalui usus kecil dalam beberapa jam setelah makan. Kadar
vitamin C dalam darah hanya sebentar naik karena zat ini segera diambil
jaringan dan setiap ada kelebihan segera dikeluarkan melalui ginjal (Suhardjo
dan Kusharto, 1989).
Vitamin C juga dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk
ke dalam saluran darah dan dibagikan ke dalam jaringan tubuh. Kelenjar
andrenalin mengandung vitamin C yang sangat tinggi. Pada umumnya tubuh
menahan vitamin C sangat sedikit. Pada kondisi normal pemberian vitamin C
secara berlebihan akan meningkatkan sekresi vitamin C melalui urin, tetapi jika
kondisi tubuh buruk sebagian besar vitamin C akan ditahan jaringan tubuh
(Winarno, 1984).
Asam askrobat dalam tubuh di serap dengan mekanisme transport aktif.
Tingkat penyerapan vitamin C pada usus menurun ketika asupan asam askrobat
meningkat. Intake vitamin C antara 1 sampai 1,5 gram 50% dapat dicerna, tetapi
pada
konsumsi
lebih
dari
12
gram
hanya
16%
dari
vitamin
yang
AKG (mg)
30
35
40
45
45
50
60
60
60
60
60
Golongan Umur
Wanita:
10-12 thn
13-15 thn
16-19 thn
20-45 thn
46-59 thn
>60 thn
Hamil:
Menyusui:
0-6 bln
7-12 bln
AKG (mg)
50
60
60
60
60
60
+ 10
+ 25
+ 10
HASIL PEMBAHASAN
Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi
pada bagian atas usus halus lalu masuk keperedaran darah melalui vena porta.
Rata-rata absorpsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20 dan 120 mg
sehari.Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C, bila konsumsi
mencapai 100 mg sehari (Almatsier 2006).
Analisis metabolisme vitamin C dimulai dengan mengambil sampel urin
sebanyak 0,2 ml urin yang dimasukkan kedalam dua tabung reaksi yang masingmasingya diberikan urin dengan jumlah yang sama (sampel duplo), kemudian
diberikan penambahan 0,75 ml TCA (Trichloroacetat) 6% dan dicampurkan
dengan menggunakan vortex (alat pemusing). Sampel disentrifuge selama 15
menit untuk memisahkan protein yang terdapat di dalam urin. Prosedur yang
dilakukan dalam sentrifuge berguna untuk memisahkan protein yangterdapat
dalam urin dengan memberikan TCA (trichloroacetat).. Fungsi TCA adalah untuk
menghentikan jalannya reaksi hidrolisis dengan cara mendenaturasi enzim
karena sifat TCA adalah asam. Reagen ini menghentikan reaksi enzimatis karena
sifatnya yang asam sehingga enzim menjadi inaktif dan kehilangan fungsi
katalitiknya dan terjadinya pengendapan protein. Setelah 15 menit sampel urin
diambil sebanyak 200 l dan ditambahkan 50 l pereaksi warna. Penambahan
tersebut mengakibatkan urin akan bereaksi dengan CuSO4 0,6%, thiourea 5%
dan 2,4 dinitrophenilhidrazin 2% dalam H2SO4 9 N (2,2%) yang akan
menghasilkan warna sehingga dapat dibaca dalam spektofotometer. Seluruh
tabung reaksi ditutup menggunakan aluminium foil, inkubasi di dalam waterbath
selama 3 jam kemudian dipindahkan kedalam ice bath selama 45 menit. Sampel
ditambahakan 300 l H2SO4 65% dan didiamkan selama 30 menit. Penambahan
H2SO4
yang
berfungsi
sebagai
katalisator
untuk
mempercepat
reaksi
pengendapan sehingga filtrat yang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi lebih
cepat. Kemudian dibaca serapannya pada spektofotometer dengan panjang
gelombang = 520 nm.
Prinsip percobaan analisis metabolisme vitamin C adalah protein dalam
plasma, serum atau urine dibebaskan terlebih dahulu dengan penambahan asam
metafosfat.
Asam
askorbat
dalam
lapisan
jernih
ditunjukkan
dengan
diberi vitamin C berlebihan. Gangguan tersebut di dalam serum dan plasma tidak
diperhitungkan, sebab gangguan tersebut dapat dihilangkan. Hasil yang
diperoleh dalam urin kira-kira 15% lebih tinggi apabila gangguan-gangguan yang
ada dihilangkan.
Berdasarkan praktikum diperoleh standar vitamin C yang dapat dilihat
pada Gambar 2 dibawah ini.
konsumsi
lebih
dari
12
gram
hanya
16%
dari
vitamin
yang
Keterangan:
1 = You C-1000
2 = Vitacimin
3 = Buah Jeruk
4 = Redoxon
5 = Xon-C
6 = Vita Long-C
DAFTAR PUSTAKA
Baliwati, Y.F dan Ali, K. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC
Girindra,A.1993. Biokimia 1. Jakarta:Gramedia
Harjadi.1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta:Gramedia
Hawab,HM. 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Bayumedia:Medan
Lehninger A.1982. Dasar-dasar Biokimia. Maggy Thenawidjaya, penerjemah.
Jakarta:Erlangga.Terjemahan dari : Basic of Biochemistry
Lide R.2004. CRC Handbook of Chemistryy and Physics. London:CRC Press
Mulyono,HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta:Bumi Aksara
Winarno F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
LAMPIRAN
Gambar 7 Pemusingan/sentrifuge
Sampel
You C-1000
Vitacimin
340 g Jeruk
Redoxon
Xon-C
Vita Long C
Vitamin C (mg)
1000
500
119
1000
500
500
Absorbansi 1
0,610
0,467
0,550
0,691
0,474
0,758
Absorbansi 2
0,690
0,470
0,411
0,770
0,496
0,733
Rata-Rata
0,650
0,469
0,481
0,731
0,485
0,745
Sampel
You C1000 mg
Vitacimin 500 mg
340 g
Jeruk - 119
mg
Redoxon 1000 mg
Xon-C 500 mg
Vita Long
C - 500 mg
Rata-Rata
Absorbansi
Konsentrasi
Vitamin C
Urin (g/ml)
Vitamin
C
Terbuang
(mg)
Presentase
Asumsi
Presentase
Vitamin C Penyerapan Penyerapan
Terbuang
Vitamin C
Vitamin C
(%)
(mg)
(%)
0,650
48,44
72,66
7,27
927,34
92,73
0,469
37,13
55,69
11,14
444,31
88,86
0,481
37,88
56,81
47,74
62,19
52,26
0,731
53,50
80,25
8,03
919,75
91,98
0,485
38,13
57,19
11,44
442,81
88,56
0,745
54,38
81,56
16,31
418,44
83,69
Contoh Perhitungan:
1. Konsentrasi Vitamin C
Persamaan garis lurus standar y=0,016x 0,127
(y = absorbansi dan x = konsentrasi)
Konsentrasi Vitamin C x=(y+0,127)/0,016
Konsentrasi (You C-1000) = (0,650 + 0,127)/0,016 = 48,56 g/ml
2. Vitamin C Terbuang
Diasumsikan urin 24 jam = 1200 ml -1600 ml (1500 ml)
Kadar Vitamin C terbuang = 1500 ml x konsentrasi Vitamin C sampel
Kadar Vitamin C terbuang (You C-1000) = 1500 ml x 48,56 g/ml = 72660 g
= 72,66 mg
3. Presentase Vitamin C Terbuang
(%) Vitamin C terbuang = (vitamin C terbuang / kadar vitamin C dikonsumsi) *
100%
(%) You C-1000 = (72,66 / 1000)*100% = 7,27 %
4. Penyerapan Vitamin C
Penyerapan Vitamin C = Kadar Vitamin C yang dikonsumsi Vitamin C yang
terbuang
Penyerapan You C-1000 = 1000 mg 72,66 mg = 927,34 mg
5. Presentase Penyerapan Vitamin C
(%) Penyerapan Vitamin C = (vitamin C diserap / kadar vitamin C dikonsumsi)
* 100%
(%) You C 1000 = (927,34 / 1000)*100% = 92,73 %