Anda di halaman 1dari 3

Elton mayo dan fritz roethlisberger

Antara tahun 1927 dan 1933 Elton mayo dan fritz Roethlisberger kuliah di
hawthorne wetern electric untuk menguji beberapa asumsi tentang teori manajemen
ilmiah (homans 1941). Tujuan studi pertama adalah untuk menentukan hubungan
antar intensitas cahaya dengan produktifitas pekerja. Ketika para peneliti
meningkatkan tingkat intensitas cahaya dari kelompok kerja yang dijadikan bahan
penelitian, output kerja menjadi meningkat sebagaimana diharapkan. Namun, ketika
cahaya dikurangi, output terus meningkat. Para peneliti menyimpulkan bahwa factor
psikologis yang tidak diketahui telah mempegaruhi output kerja.
Dalam suatu penelitian selanjutnya, pengamat ruang penelitian mengizinkan
para pekerja untuk bergaul dengan yang lainnya pada saat bekerja, para pekerja
bertemu secara rutin dengan pengawas pabrik untuk memberikan penjelasanpenjelasan tentang perubahan-perubahan penelitian selanjutnya, dan para pekerja
menjalin persahabatan dengan sesama temannya sehingga berpengaruh terhadap
kehidupan pribadi mereka.
Lalu penelitian yang lainnya yang melibatkan 14 pekerja laki-laki diamati
pada saat bekerja di dekat ruang listrik untuk menganalisa dinamika-dinamika
kelompok mereka. Tercatat bahwa kelompok kerja tersebut memperlihatkan kuota
produksi dan norma-norma perilaku yang menimbulkan konflik dengan merekameraka yang ditentukan oleh direksi. Elton mayo dan fritz Roethlisberger
menyimpulkan bahwa faktor-faktor diluar kondisi lingkungan mempunyai pengaruh
sangat besar terhadap produktifitas pekerja. Dukungan dari teman kerja, normanorma kelompok kerja, pembuatan keputusan yang bersifat partisipatif serta
penghargaan dari para pimpinan meningkatkan produktifitas dengan cara
meningkatkan kepuasan-kepuasan sosial dan psikologis para pekerja (Roethlisberger
dan Dickson, 1956).
Dee Ann Gillies, 2000. Manajemen keperawtan: sebagai suatu pendekatan
sistem. Bandung

Elton Mayo (1930) menekankan bahwa jika manajemen memberikan perhatian penuh
kepada pegawai, maka hasil produksi akan meningkat dengan tidak mengabaikan
kondisi lingkungan kerja. Teori tersebut dikenal dengan hawthorne effect, di mana
seseorang akan merespon kejadian dan terus belajar manakala mereka merasa terus
diperhatikan dan didukung oleh manajemen. Mayo (1930) juga menemukan bahwa
lingkungan kelompok dan social baik formal maupun informal merupakan suatu
factor dalam menentukan produktivitas perusahaan dan memungkinkan semua
pegawai ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. (nursalam, 2012.
Manajemen keperwatan : aplikasi dalam praktik keperawatn professional. Jakarta:
salemba medika)
Elton mayo (1920)
Pada tahun 1920-an. Elton Mayo, seorang psikolog, ikut melibatkan diri dalam
penelitian tentang pengaruh kelelahan pada tingkat produktivitas pekerja dan berbagai
kemungkinan pengaruh istirahat untuk lebih meningkatkan output kerja. Dari
percobaan yang dilakukannya, telah dimunculkan revolusi mental dalam bekerja
melalui manipulasi lingkungan. Spontanitas kerja telah terjadi tanpa adanya
pembayaran ekstra. Dalam hal ini tidak diperlukan pembudakan pekerja karena
pekerja kadang-kadang juga diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dalam
mengembangkan tugasnya.
Menurut Mayo, manajemen yang baik harus mengarah pada kepentingan individu
pekerja untuk mengatasi apa yang disebut dengan Rabble Hypothesis yaitu
hipotesis yang menggambarkan bahwa dalam oraganisasi terdapat kesemrawutan kerj
karena individu-individu didalam organisasi telah bertindak demi kepentingannya
sendiri. Disamping itu, karena juga terjadinya atomistic society pada kelompokkelompok pekerja, menyebabkan gangguan terhadap sense of belonging dari salah
suatu kelompok pekerja terhadap lingkungannya. Menurutnya pada sebuah kelompok
aka nada tiga tipe individu dewasa sesuai dengn reaksinya terhadap lingkungan.
Manusia akan bereaksi logis (karena mereka berpikir logis), non logis, dan irasional.

Mayo membantah pernyataan bahwa manajemen itu harus selalu logis, sebab pekerja
pada umumnya masih dikuasai oleh emosinya. Yang perlu lebih dikembangkan
dalam organisasi adalah sense of belonging. Gagasan ini perlu didukung dengan
mengembangkan tipe pengawasan yang lebig simpatik (bukan bersifat kaku atau
keras).
Eltonmayo juga menganggap pekerja sebagai makhluk social, yang tidak hanya dapat
dipacu produktifitas melalui peningkatan upah saja. Mereka akan mampu bekerja
lebih produktif apabila kerjasama antar individu di dalam sebuah kelompok kerja
lebih dikembagnkan dan juga mendapat perhatian khusus untuk pengembangan
motivasi mereka (external motivator) melalui insentif yang bukan bersifat material.
Sehubungan denga pemikiran tersebut, mayo lebih dikenal dengan dua teorinya yaitu
human relationship theory, dan rable hypothesis. (Dr. A.A. Gde Muninjaya,
MPH.1999. Manajemen kesehatan. Jakarta: EGC)

Anda mungkin juga menyukai