Anda di halaman 1dari 34

TUGAS TERSTRUKTUR

GETARAN BENANG LUSI TERHADAP KELELAHAN MATA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pelayanan Kesehatan

Disusun oleh:
Kevin Widya W

G1B012065

Hani Eka

G1B012066

R. Hendriyanto

G1B012067

Hefni Humaeda Zen


Junani Linggar Rekno Asih
Nikita Swasty Ramadhany
Annis Suryawardhani
Laela Diky Eka Putri
Sidiq Dwi Pamungkas
Ikha Solikha
Arvita Kumala
Anggita Purnamasari
Putri Sahati
Citra Yunila L
Natasya Dea P
Awwalina Zulfa H
Elia Umami

G1B012069
G1B012070
G1B012072
G1B012073
G1B012074
G1B012077
G1B012079
G1B012084
G1B012085
G1B012086
G1B012087
G1B012099
G1B012100
G1B012101

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2014
DAFTAR ISI
Daftar Isi...
BAB I ...............................................................................................
Pendahuluan
a. Latar Belakang.........................................................................................
b. Tujuan......................................................................................................
c. Manfaat....................................................................................................
BAB II ..................................................................................................................
Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Puskesmas.............................................................................
b. Fungsi Puskesmas...................................................................................
c. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas.......................................................

ii
1
1
2
2
3
3
3
5

d. Sistem Rujukan.......................................................................................
e. Komponen Manajemen Puskesmas........................................................
f. Manajemen Puskesmas...........................................................................
g. Sumber Pembiayaan Puskesmas.............................................................
h. Pembiayaan.............................................................................................
i. Dinkes Puskesmas (Manajemen Keuangan)........................................
j. Alokasi Anggaran dan Pemanfaatan.......................................................
BAB III..................................................................................................................
Penutup
a. Kesimpulan..............................................................................................
b. Saran........................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................

10
15
21
24
26
28
30
32
32
32
33

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Puskesmas

merupakan

unit

pelaksanaan

teknis

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan


di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional dan merupakan

pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya


kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan
demikian pembangunan berwawasan kesehatan dapat terealisasikan mulai dari pusat
pemberdayaan kesehatan-strata pertama.
Pada dasarnya puskesmas berperan sebagai pusat pelayanan promotif dan
preventif, namun sejauh ini puskesmas juga berperan dalam upaya kesehatan kuratif.
Pelayanan kesehatan yang berada di puskesmas adalah pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang berbasis kemasyarakatan biasanya berupa pelayanan terhadap penyakitpenyakit ringan dan mudah untuk diobati. Sudah banyak pelayanan kesehatan yang
disediakan oleh puskesmas untuk kebutuhan masyarakat akan kesehatan, seperti
pelayanan KB, cek kesehatan, dan lainnya. Namun yang dirasakan oleh masyarakat
adalah puskesmas kurang memaksimalkan fungsinya dengan baik apalagi puskesmas
yang berada di pelosok negeri. Banyak keluhan masyarakat desa maupun kota yang
mengatakan tentang masalah pelayanan yang ada di puskesmas seperti, tenaga medis
yang kurang, pelayanan petugas puskesmas yang tidak ramah, ketidaktepatan waktu
pembukaan loket puskesmas, waktu pelayanan puskesmas yang lama, yaitu hanya
sampai jam satu siang rata-rata serta tidak bisa memberikan pelayanan yang maksimal
kepada masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin menulis sebuah makalah
untuk mengetahui tentang sistem dan manajemen pelayanan kesehatan di puskesmas.
Namun, tidak hanya sistem dan manajemen pelayanan kesehatan saja yang akan
disajikan, ada pula data-data pelengkap mengenai puskesmas seperti, pengertian dan
fungsi dari puskesmas. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetahuan kepada masyarakat dilingkungan pendidikan maupun di luar lingkungan
pendidikan.
b. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem dan manajemen
pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas).
c. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah diharapkan pembaca makalah ini
dapat mengetahui dan memahami sistem serta manajemen pelayanan kesehatan yang
ada di Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas).
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.

Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain
puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan
masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit
Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
b. Fungsi Puskesmas
Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

128/MENKES/SK/II/2014 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat


fungsi Puskesmas antara lain:
1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
4

kerjanya, sehingga berwawasan serta medukung pembangunan kesehatan. Di


samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan

kesehatan

dan

pencegahan

penyakit

tanpa

mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.


2) Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.

Pemberdayaan

perorangan,

keluarga

dan

masyarakat

ini

diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi da situasi, khususnya sosial


budaya masyarakat setempat.
3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan

kesehatanperorangan,

tanpa

mengabaikan

pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah


rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya .

Sedangkan fungsi-fungsi puskesmas lainnya beserta proses dalam melaksanakan


fungsi tersebut antara lain:
1) Sebagai pusat pembangunan kesehatan masayarakat di wilayah kerjanya.
2) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsi dilaksanakan dengan cara sebagai berikut.
1) Merangsanag masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri.
2) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
3) Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis
maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan
tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
4) Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
5) Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan
program puskesmas (Effendi, 2009).
c. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Pembangunan kesehatan di Indonesia memiliki visi yang hendak dicapai pada
tahun 2015, yaitu dimana masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di seluruh republik Indonesia.
Maka dari itu, untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan, melalui puskesmas
bahwa setiap puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat, yang

keduanya jika ditinjau dari

kesehatan nasional merupakan

pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya

kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan
upaya kesehatan pengembang (Trihono, 2005).
C.1. Upaya Kesehatan wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya

kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan,

upaya kesehatan

lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan
gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya
pengobatan (Trihono, 2005).
C.1.1. Upaya Promosi Kesehatan
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan menjelaskan bahwa promosi kesehatan
merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses
pembelajaran diri dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2008). Saat ini, perilaku masyarakat merupakan
faktor utama yang menyebabkan masalah kesehatan. Dalam mengantisipasi perilaku
masyarakat yang belum menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), peran
promosi kesehatan sangatlah penting.
Ruang lingkup penyelenggaraan promosi kesehatan tidak hanya berfokus pada
perubahan perilaku masyarakat saja, tetapi juga merupakan upaya membangun
komitmen dan dukungan kongkrit para pengambil kebijakan dan berbagai kelompok
di masyarakat yang peduli terhadap masalah promosi kesehatan. Promosi kesehatan
juga berperan dalam proses peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, melalui
peningkatan kapasitas petugas kesehatan agar mampu dan responsif dalam
memberdayakan kliennya dengan kata lain sebagai agen perubahan yang bertugas
menjaga dan meningkatkan kesehatan klien untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan
sarana kesehatan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Untuk itu, peranan Puskesmas hendaknya tidak lagi menjadi sarana
pelayanan pengobatan dan rehabilitatif saja, tetapi juga lebih ditingkatkan pada upaya
promotif dan preventif. Oleh karena itu promosi kesehatan menjadi salah satu upaya
wajib di Puskesmas (Masulili, 2007).
Menurut Depkes RI (2007), promosi kesehatan di Puskesmas adalah upaya
Puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah
penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya
secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Secara
operasional, upaya promosi kesehatan di Puskesmas dilakukan agar masyarakat
mampu ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan

masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi mengancam secara


mandiri. Oleh karena itu, keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan sebagai
Agen perubahan di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul
gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat (Depkes, 2007).
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas merupakan upaya
penggerakakan

atau

pengorganisasian

masyarakat.

Penggerakan

atau

pengorganisasian masyarakat diawali dengan membantu kelompok masyarakat


mengenali masalah-masalah yang mengganggu kesehatan dan diupayakan agar
berbagai kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas meliputi kunjunganrumah dan
pemberdayaan berjenjang. Kunjungan rumah dilakukan petugas sebagai tindak lanjut
upaya promosi kesehatan di dalam Puskesmas, yaitu saat mereka berkunjung ke
Puskesmas. Untuk keluarga yang memiliki masalah kesehatan cukup berat, kunjungan
rumah dilakukan untuk membantu pemecahan masalah tersebut melalui konseling di
tingkat keluarga. Tidak jarang, kunjungan rumah yang semula dimaksud untuk
menyelenggarakan konseling keluarga berkembang menjadi konseling yang lebih luas
lagi, seperti tingkat dasa wisma atau bahkan lebih luas lagi.
Promosi kesehatan di masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas sebaiknya
tidak ditangani sendiri oleh petugas kesehatan Puskesmas. Masyarakat yang begitu
beragam dan luas terdiri dari berbagai tatanan seperti tatanan: rumah tangga, sarana
pendidikan, tempat kerja. menyebutkan, proses pemberdayaan berjenjang ini
umumnya diselenggarakan melalui pendekatan yang dikenal dengan sebutan
pengorganisasian masyarakat (Depkes RI 2007).
C.1.2. Kesehatan Lingkungan
Menurut World Health Organization (WHO) terdapat 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu : penyediaan air minum, pengelolaan airbuangan dan pengendalian
pencemaran,

pembuangan

sampah

padat,

pengendalian

vektor,

pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan,


termasuk higiene susu, pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi,
kesehatan kerja, pengendalian kebisingan, perumahan dan pemukiman, aspek kesling
dan transportasi udara, perencanaan daerah dan perkotaan, pencegahan kecelakaan,
rekreasi umum dan pariwisata, tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan
keadaan, epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk, tindakan
pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Adapun lima upaya dasar kesehatan lingkungan antara lain: penyehatan Sumber
Air Bersih (SAB), Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah),
penyehatan tempat-tempat umum (TTU), penyehatan tempat pengelola
makanan (TPM) dan klinik sanitasi dan pemeriksaan jentik nyamuk.
C.1.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan masyarakat bidang KIA
merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait
kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong,
yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat
transportasi atau komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor
darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
C.1.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya
meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: peningkatan pendidikan
gizi, penanggulangan KEP, anemia giz besi, GAKY, kurang vit A dan kurang zat gizi
mikro lainnya, penanggulangan gizi lebih, peningkatan surveilens gizi dan
pemberdayaan masyarakat untu mencapai keluarga sadar gizi.
C.1.5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Tujuan program ini adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang
akan ditanggulangi adalah malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria,
kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah
penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
C.1.6. Pengobatan Dasar
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh
9

pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi


manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai
dengan melakukan pengobatan yang rasional. Pengobatan rasional menurut WHO
1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan
waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau. Salah satu perangkat
untuk tercapainya penggunaan obat rasional adalah tersedia suatu pedoman atau
standar pengobatan yang dipergunakan secara seragam pada pelayanan kesehatan
dasar atau puskesmas.
Upaya pengobatan di Puskesmas adalah segala bentuk pelayanan pengobatan yang
diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit atau gejalanya yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk
keperluan tersebut (Disadur dan diringkas dari Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota, Permenkes RI No. 741/Menkes/PER/VII/2008).
C.2. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yaitu upaya
kesehatan sekolah, upaya kesehatran oleh raga, upaya perawatan

kesehatan

masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya
kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan upaya
pembinaan pengobatan tradisional. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas
dapat pula bersifat upaya inovasi yakni upaya diluar upaya puskesmas tersebut di
atas yang sesuai dengan

kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya

inovasi ini adalah dalam

rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas

(Trihono, 2005).
Pemilihan upaya kesehatan pengembangn ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti
target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan

10

puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan


kabupaten/kota
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu, dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya. Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan
fungsi puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).
d. Sistem Rujukan
d.1

Definisi
Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 Tahun 1972 sistem rujukan

kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang


memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas
masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat)
maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah)
ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi (Syafrudin & Hamidah, 2007)
d.2

Tujuan
Menurut Mochtar (1998) rujukan mempunyai berbagai macam tujuan

antara lain :
1. Agar setiap pasien mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya
2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman pasien atau bahan
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap
fasilitasnya
3. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of
knowledge & skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat
pendidikan dan daerah perifer
Sedangkan menurut Hatmoko, 2006 Sistem rujukan mempunyai tujuan
umum dan khusus, antara lain :
1. Tujuan umum :

11

Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung


kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna.
2. Tujuan Khusus :
a. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.
b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat
preveventif secara berhasil guna dan berdaya guna.
Secara lebih spesifik, tujuan umum sistem rujukan adalah untuk
meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu
(Syafrudin & Hamidah, 2007). Tujuan umum rujukan Puskesmas adalah untuk
memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan
medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR. Sedangkan tujuan khusus
sistem rujukan dalam wilayah Puskesmas adalah:
1. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam
rangka menangani rujukan kasus resiko tinggi dan gawat darurat
yang terkait dengan kematian ibu maternal dan bayi.
2. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah
kerja puskesmas.
d.3

Jenis Rujukan
Puskesmas sebagai pelayanan tingkat dasar memilki beberapa jenis
rujukan berdasarkan lingkup pelayanannya, yaitu :
1. Rujukan Medis
a. Konsultasi pasien, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain.
b. Pengiriman bahan (spesiemen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
c. Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
2. Rujukan Kesehatan
Rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang
bersifat preventif dan promotif dengan melalui pemberian bantuan
meliputi:
a. Survey epidemiologi dan pemberantasan peny`kit atas kejadian luar
biasa atau berjangkitnya penyakit menular.
b. Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.

12

c. Penyidikan sebab keracunan, bantuan tekhnologi penanggulangan


keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan
massal.
d. Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk
pengungsi atas terjadinya bencana alam.
e. Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah
kekurangan air bersih bagi masyarakat umum.
f. Pemeriksaan spesiemen air di Laboratorium Kesehatan.
(Hatmoko, 2006)
d.4

Syarat Rujukan

Rujukan harus memenuhi beberapa syarat, antara lain :


1. Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang
untuk

merujuk,

mengetahui

kompetensi

sasaran/tujuan

rujukan

dan

mengetahui kondisi serta kebutuhan objek yang dirujuk.


2. Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis
Daerah
3. Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan
hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Adanya unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang
merujuk atau yang menerima rujukan.
b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan
melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan.
c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa :
1) Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh.
2) Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan kartu Assuransi lain.
3) Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang
d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan.
e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.
f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke
arah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap.
4. Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama
perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :
a. Sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan
infus, oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat
waktu

13

b. Pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat


daruratan
c. Sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem
komunikasi
5. Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
dan atau lengkap hanya dapat dilakukan apabila :
a. Dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien
tidak dapat diatasi
b. Pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang
tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula
c. Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang
tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula
d. Pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena
alasan medis;
e. Rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang
diketahui mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut
kebutuhan medis atau penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan
f.Rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit
kelebihan pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi)
g. Rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang setara
atau sesuai dengan jaringan pelayanannya
h. Khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang assuransi kesehatan lainnya,
harus ada kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di
fasilitas pelayanan kesehatan tujuan rujukan
i. Khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang
setara yaitu ke PPK 1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan kerjasama
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan
menentukan tujuan rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
(Pergub Jabar, 2011).
Mekanisme Rujukan
Sistem rujukan di Puskesmas terdiri dari:
1. Rujukan Internal
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
2. Rujukan Eksternal

14

Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal

(dari puskesmas rawat jalan ke

puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).
(Syafrudin & Hamidah, 2007).
Secara lebih spesifik, alur rujukan kasus kegawat daruratan di Puskesmas adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Antara masyarakat ke Puskesmas


Antara Puskesmas pembantu / bidan di desa ke Puskesmas
Intern antara petugas Puskesmas / Puskesmas rawat inap
Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Laboratorium atau fasilitas kesehatan
lainnya.
(Hatmoko, 2006).
Menurut Pergub Jabar (2011), alur pertama pasien untuk berobat adalah

pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK 1) yang berada pada
wilayah cakupan rujukan di kecamatan. Apabila pada fasilitas pelayanan pertama
tersebut tidak memungkinkan untuk ditangani, maka diperlukan rujukan. Adapun
langkah-langkah rujukan di Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kegawatdaruratan pasien
Tenaga kesehatan
Puskesmas harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri
dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan atau sesuai dengan peraturan perundangan.
3. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama pasien dan keluarga
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada pasien yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan
selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong pasien bila tidak
memungkin untuk dikirim.
5. Persiapan pasien
a. Alat penunjang selama di perjalanan
b. Keluarga

15

Beri tahu pasien dan keluarga mengenai kondisi terakhir pasien dan
mengapa pasien perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan
upaya rujukan tersebut.
c. Surat
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai kondisi pasien, alasan rujukan, hasil pemeriksaan di Puskesmas,
pertolongan atau tindakan yang telah diberikan di Puskesmas.
d. Obat
Obat-obatan yang mungkin akan diperlukan pasien selama perjalanan.
e. Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk pasien
dalam kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi
kendaraan itu cukup baik untuk mencapai tempat rujukan dalam waktu
yang tepat.
f. Uang
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan
lain yang diperiukan selama pasien tinggal di fasilitas rujukan.
g. Darah
Siapkan darah bila perlu, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
6. Pengiriman Pasien
7. Tindak lanjut pasien :
a. Untuk pasien yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan)
b. Pasien yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada
tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
(Azwar, 1998).
e.

Komponen Manajemen Puskesmas


Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang

berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kedua kata itu digabungkan menjadi
kata kerja managere yang artinya menangani. Manegere diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management,
dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya,
management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau
pengelolaan (Usman, 2006).
Manajemen Puskesmas didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja
secara sistematis untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien.

16

Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan Puskesmas membentuk fungsifungsi manajemen. Ada 3 (tiga) fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni
Perencanaan,

Pelaksanaan

dan

Pengendalian,

serta

Pengawasan

dan

Pertangungjawaban. Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara


terkait dan berkesinambungan (Departemen Kesehatan, 2004).
Fungsi manajemen yang digunakan oleh Puskesmas diadaptasi dari fungsi
manajemen yang dikemukakan oleh Terry dengan penambahan fungsi evaluating
(Penilaian), sehingga fungsi fungsi manajemen Puskesmas adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Planning (Perencanaan);
Organizing (Pengorganisasian);
Actuating (Penggerakan Pelaksanaan);
Controlling (Pengawasan/Pembimbingan);
Evaluating (Penilaian).

Planning (Perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan


tujuan Puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
Tanpa ada fungsi perencanaan Puskesmas, tidak ada kejelasan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan Puskesmas. Melalui fungsi perencanaan
Puskesmas akan ditetapkan tugas-tugas pokok staf dan dengan tugas-tugas ini
pimpinan Puskesmas akan mempunyai pedoman supervise dan menetapkan sumber
daya yang dibutuhkan oleh staf untuk menjalankan tugas-tugasnya.
Organizing (Pengorganisasian) adalah serangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber daya yang dimiliki Puskesmas dan memanfaatkan secara
efisien untuk mencapai tujuan Puskesmas. Atas dasar pengertian tersebut, fungsi
pengorganisasian juga meliputi proses pengintegrasian semua sumber daya yang
dimiliki Puskesmas. Actuating (directing, commanding, motivating, influencing) atau
fungsi penggerakan pelaksanaan Puskesmas adalah proses pembimbingan kepada staf
agar mereka mampu dan mau bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugasnya
sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, dan dukungan sumber
daya yang tersedia. Kepemimpinan yang efektif, pengembangan motivasi,
komunikasi, dan pengarahan sangat membantu suksesnya pelaksanaan fungsi aktuasi.
Controlling (pengawasan dan pengendalian) adalah proses untuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang sudah disusun dan
mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpanagan. Pelaksanaan fungsi manajemen
ini memerlukan perumusan standar kinerja (standard performance).

17

Evaluating (Penilaian) adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau tingkat
keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil
yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang tela ditetapkan, dilanjutkan dengan
pengambilan kesimpulan serta saran-saran yang bisa dilakukan pada setiap tahap pada
pelaksanaan program (Azrul, 1998)
Meskipun kelima fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, tetapi
sebagai suatu kesatuan proses, dimana kelimanya merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Kelima fungsi ini sifatnya sekuensial,
artinya fungsi yang satu mendahului fungsi yang lainnya, dimana aktivitas manajerial
dimulai dengan planning dan berakhir pada evaluating. Jika perencanaan (planning)
telah disusun, kemudian struktur organisasi dirancang sedemikian rupa agar setiap
tugas dan hubungan antar unit kerja dalam organisasi dapat merealisasikan rencana
(organizing). Jika struktur organisasi telah dirancang, maka pimpinan memilih dan
menetapkan personalia dengan kualifikasi yang tepat untuk menempati posisi dalam
struktur organisasi dan mengerjakan berbagai tugas. Kemudian individu atau tim yang
bekerja dalam organisasi digerakan dan diarahkan agar mereka bertindak atau bekerja
efektif untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan (actuating). Akhirnya semua
aktivitas atau operasi organisasi dikontrol untuk mengetahui sejauhmana hasil yang
dicapai sesuai dengan standar kinerja yang telah ditentukan (controlling), kemudian
hasil yang dicapai dibandingkan dengan tolok ukur atau kriteria kinerja yang telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan kesimpulan dan saran-saran yang dapat dilakukan pada
setiap tahap pelaksanaan program (evaluating).
Komponen Manajemen Puskesmas :
1. Manajemen Operasional Puskesmas
Penyelenggaraan berbagai pelayanan kesehatan baik perorangan maupun
kesehatan masyarakat perlu ditunjang oleh manajemen yang baik. Perencanaan
yang dimaksud adalah kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas, pelaksanaanpengendalian

adalah

rangkaian

pengorganisasian,penyelenggaraan,

pemantauan

kegiatan
(a.l

mulai

dari

pemantauan

wilayah

setempat/PWS dengan data dari SP2TP dalam forum Lokakarya Mini Puskesmas).
Adapun pengawasan-pertanggungjawaban adalah kegiatan pengawasan internal
dan eksternal serta akuntabilitas petugas. Seluruh rangkaian kegiatan manajemen
tersebut harus dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan.
18

2. Manajemen Alat dan Obat


Logistik yang tersedia di Pukesmas direncanakan untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan program pokok Puskesmas. Setiap program membutuhkan
dukungan logistik yang jumlah dan jenisnya berbeda-beda. Misalnya program P2M
membutuhkan termos, kulkas, jarum dan spuit, termomater, alat semprot nyamuk
untuk pembarantasan vektor, vaksin dan sebagainya. Program KB membutuhkan
alat-alat kontrasepsi, spekulum, obat-obat efek samping, sarung tangan, yodium
dan sebagainya. Jenis dan jumlah logistik ditentukan berdasarkan kebutuhan
Puskesmas setahun, disusun dalam suatu perencanaan. Kebutuhan ini disusun
dalam Lokakarya Mini Puskesmas (LKMP). Standar minimal jumlah peralatan
Puskesmas untuk setiap program harus ditentukan oleh pimpinan dan staf T.U.
Kebutuhan logistic Puskesmas di satu Kabupaten/Kota biasanya disediakan
oleh pihak kantor Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan BKKBN (khusus untuk
kebutuhan program KB). Jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan perencanaan
yang telah diajukan oleh masing-masing Puskesmas. Dana proyek untuk
pengadaan logistik dan obat-obatan di Puskesmas biasanya sudah dialokasikan
setiap tahun. Pencatatan penerimaan dan pengeluaran barang harus dibuat oleh
petugas dalam bentuk inventaris Puskesmas. Demikian pula dengan penerimaan
dan pemakaian obat-obatan. Pimpinan Puskesmas mempunyai wewenang dan
wajib memeriksa administrasi barang dan obat secara rutin. Penyusunan
perencanaan kebutuhan logistik dan obat didasarkan pada pencatatan barang dan
obat yang habis dan yang masih tersedia (pola konsumsi). Khusus untuk
manajemen obat, penyimpanan dan pengeluarannya mengikuti system first in and
first out (FIFO) untuk mencegah obat kadaluarsa.
3. Manajemen Keuangan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok.Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Merujuk
pada dua definisi tersebut, maka manajemen keuangan puskesmas dapat diartikan
sebagai seni dan ilmu mengelola uang untuk melancarkan operasionalisasi
puskesmas. Dari definisi sebelumnya, tampak bahwa manajemen keuangan di
puskesmas bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
19

Selain itu, dapat bermakna sebagai fungsi motivasi bagi operasionalisasi


puskesmas. Untuk pembahasan selanjutnya akan diarahkan pada penjelasan kedua
tujuan tersebut.
Terkait melancarkan pelayanan kesehatan, sebenarnya eksistensi puskesmas
adalah memainkan fungsi sebagai tempat bagi masyarakat untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu, agar mampu mamainkan fungsinya
memerlukan pengelolaan keuangan yang tepat. karena bagaimana pun untuk
melaksanakan berbagai aktivitas memerlukan uang sebagai media pembiayaan.
Tidak hanya itu saja, seni mengelola uang yang tepat di puskesmas akan
mengarahkan pada tata tertib (law and order) dan keteraturan dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Spesifiknya yaitu dengan alur kerangka operasionalisasi
keuangan yang tepat, maka interaksi antara pihak yang membutuhkan dan petugas
puskesmas akan menjadi lebih baik. dalam pengertian, petugas puskesmas relatif
akan lebih mudah untuk melakukan kegiatan promotif dan preventif. Sampai di
sini, cukup jelas bahwa eksistensi manajemen keuangan di puskesmas memiliki
keeratan dengan efektifitas dan efisiensi pemerian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Terkait tujuan kedua yaitu kehadiran manajemen keuangan di puskesmas yang
tepat sasaran akan memudahkan dalam melaksanakan pelayanan, karena sudah
tersedianya uang sebagai sarana. Dan hal ini akan semakin memperkuat upaya
petugas kesehatan di puskesmas dalam mengeksekusi kegiatan-kegiatan pokok
pelayanan kesehatan di puskesmas.
4. Manajemen Ketenagaan
Staf adalah sumber daya manusia (SDM) yang utama yang dimiliki
Puskesmas. Oleh karena itu, SDM Puskesmas perlu dibina dan dikembangkan baik
motivasi, inisiatif dan keterampilannya agar mereka dapat bekerja lebih produktif.
Sesuai dengan system manajemen modern, staf Puskesmas merupakan faktor
produksi utama untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Untuk
meningkatkan motivasi kerja staf, system intensif perlu diterapkan sesuai dengan
ketentuan yang disepakati bersama. Sistem kerja yang bersifat integratif dan
berkelompok juga dapat dikembangkan di Puskesmas. Selain itu, pemberian
penghargaan oleh pimpinan kepada staf yang berprestasi juga akan membantu
untuk meningkatkan motivasi mereka. Keterbukaan pimpinan dalam pengelolaan

20

keuangan Puskesmas juga akan lebih meningkatkan rasa kebersamaan staf dalam
melaksanakan tugas-tugas pokoknya.
Jumlah dan jenis tenaga yang tersedia di Puskesmas sangan bervariasi. Di
bidang ketenagaan, masalah yang sering dihadapi oleh Puskesmas adalah
jumlahnya yang terbatas, keterampilan rendah dan kualifikasinya tidak sesuai
dengan kebutuhan. Tenaga minimal yang harus dimiliki oleh sebuah Puskesmas
adalah dokter umum, bidan, perawat sanitasi, perawat umum, perawat gigi, tata
usaha dan bendahara. Semakin berkembang pelayanan yang dilaksanakan oleh
Puskesmas, semakin banyak jenis dan jumlah staf yang dibutuhkan. Di Puskesmas
yang dilengkapi dengan ruang rawat inap juga membutuhkan staf yang lebih
banyak seperti 2-3 dokter umum, seorang dokter gigi, 2-3 orang bidan, 3-4 orang
perawat umum, 1-2 orang perawat gigi, seorang perawat jiwa, perawat sanitasi,
seorang tenaga analis, seorang asisten apoteker, juru masak dan supir.
Untuk Puskesmas yang jumlah tenaganya masi terbatas, Puskesmas menganut
sistem kerja integratif. Tiap-tiap staf diberikan satu tugas pokok dan tugas-tugas
tambahan lainnya. Tugas tambahan ini merupakan tugas yang bersifat integratif.
Contoh: staf yang mendapat tugas pokok menangani program KIA, KB atau gizi
masih dapat diberikan tugas tambahan lainnya seperti mengorganiasasikan
kegiatan Posyandu, kunjungan ke sekolah, ke rumah penderita dalam rangka PHN,
penyuluhan

kepada

kelompok-kelompok

masyarakat

di

wilayah

binaan.

Keterbatasan jumlah tenaga yang tesedia di Puskesmas juga dapat diatasi dengan
melaksanakan beberapa program prioritas sesuai dengan masalah kesehatan
masyarakat yang potensial berkembang di wilayah kerja Puskesmas. Program
pokok yang wajib dilaksanakan di puskesmas adalah pengobatan, KIA, PKM,
P2M, Kesehatan lingkungan, gizi dan lab. Puskesmas tidak diwajibkan untuk
melaksanakan semua program pokok Puskesmas yang ada pada Buku Pedoman
Kerja Puskesmas.
Untuk manajemen personalia di Puskesmas, dokter selaku manajer Puskesmas
tidak diberikan wewenang untuk mengangkat staf kecuali Puskesmas dapat
menyisihkan dana sendiri untuk membayar honor staf. Ia berhak mengusulkan
kebutuhan staf (jumlah dan jenis) ke Dinkes Kabupaten/Kota. Untuk mengatasi
keterbatasan jumlah staf, dokter sebagai pimpinan Puskesmas wajib memberikan
bimbingan teknis kepada staf agar mereka lebih terampil mengatur dan
melaksanakan tugas pokok dan tugas integratifnya. Pimpinan Puskesmas juga
21

wajib

mengembangkan

motivasi

kerja,

merencanakan

tugas-tugas

dan

mensupervisi kegiatan mereka. Untuk menilai perstasi kerja staf, dokter Puskesmas
wajib memantau pelaksanaan kegiatan harian staf. Salah satu cara yang dapat
dikembangkan oleh pimpinan Puskesmas adalah dengan mengevaluasi buku
laporan harian staf atau mengadakan supervisi langsung kepada staf dan unit
kerjanya masing-masing.
Pertemuan antara pemimpin dengan staf sebaiknya diadakan secara rutin.
Pertemuan rutin (rapat bulanan dan mingguan) yang merupakan penjabaran fungsi
actuating, perlu diarahkan untuk mengkaji kemajuan dan hambatan pelaksanaan
program untuk mencapai tujuan operasional program yang sudah disepakati.
Pertemuan rutin juga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan koordinasi tugastugas lintas program, penyampaian hasil supervisi pimpinan terhadap pelaksanaan
kegiatan program di lapangan, atau untuk mengumumkan kebijaksanaan pimpinan,
dan umpan balik dari staf terhadap penerapan kebijakan pimpinan.

f. Manajemen Puskesmas
Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan demikian puskesmas berfungsi
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama (Depkes RI,
2006).
Menurut Depkes RI (2006), Upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas
terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan yang harus
menerapkan

azas

penyelenggaraan

puskesmas

secara

terpadu

yaitu

azas

pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan.


Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka puskesmas harus
melaksanakan manajemen dengan baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas
secara efektif dan efisien. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh
kegiatan di atas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan
(Depkes RI, 2006).

22

1. Perencanaan Puskesmas
Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat 2010. Dalam
perencanaan puskesmas hendaknya melibatkan masyarakat sejak awal sesuai kondisi
kemampuan masyarakat di wilayah kecamatan. Pada dasarnya ada 3 langkah penting
dalam penyusunan perencanaan yaitu :
a. Identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas
pelayanan kesehatan tentang cakupan dan mutu pelayanan
b. Identifikasi potensi sumber daya masyarakat dan provider
c. Menetapkan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan masalah.
Hasil perencanaan puskesmas adalah Rencana Usulan Kegiatan (RUK) tahun yang
akan datang setelah dibahas bersama dengan Badan Penyantun Puskesmas (BPP).
Setelah mendapat kejelasan dana alokasi kegiatan yang tersedia selanjutnya
puskesmas membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Proses perencanaan
dapat menggunakan instrumen Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) yang telah
disesuaikan dengan kondisi setempat atau dapat memanfaatkan instrument lainnya.
Menurut Muninjaya (2004), fungsi perencanaan merupakan fungsi terpenting
dalam manajemen. Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari manajemen
secara keseluruhan, tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen
yang lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan merupakan tuntunan
terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Perencanaan merupakan
sesuatu yang mutlak harus ada dalam setiap kegiatan,terlebih lagi kegiatan-kegiatan
yang besar dan bersifat kompleks. Suatu kegiatan yang tidak didahului dengan
perencanaan, kemungkinan besar tidak dapat mencapai tujuan, kalaupun tujuan dapat
dicapai maka secara ekonomis tidak dapat dikatakan efektif dan efisien. Hal ini
berlaku dalam program kesehatan yang sejak semula telah mengakui pentingnya
peranan perencanaan dalam mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan berbagai
program kesehatan serta mengkaitkannya dengan program-program sektor lain agar
dapat diperoleh hasil yang berdaya guna dan berhasil guna.
2. Penggerakkan Pelaksanaan
Puskesmas melaksanakan serangkaian kegiatan yang merupakan penjabaran lebih
rinci dari rencana pelaksanaan kegiatan. Penyelenggaraan penggerakan pelaksanaan
puskesmas melalui instrumen lokakarya mini puskesmas yang terdiri dari :
a. Lokakarya mini bulanan

23

Merupakan alat untuk penggerakan pelaksanaan kegiatan bulanan dan juga


monitoring bulanan kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas program
intern puskesmas.
b. Lokakarya mini tribulanan
Dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan dan monitoring kegiatan
puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral, Badan Penyantun Puskesmas
atau badan sejenis dan mitra yang lain puskesmas sebagai wujud tanggung
jawab puskesmas perihal kegiatan.
3. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas
kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana dan
peraturan perundang undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk
terselenggaranya pengawasan dan pertanggungjawaban dilakukan kegiatan sebagai
berikut :
1. Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan
pengawasan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan
langsung. Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan
kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup
aspek administrative, keuangan dan teknis pelayanan.
2. Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, kepala puskesmas harus membuat laporan
pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan serta perolehan
dan penggunaan berbagai sumber daya termasuk keuangan. Laporan tersebut
disampaikan ke dinas kesehatan kabupaten/kota serta pihak pihak terkait lainnya.
Apabila terjadi penggantian kepala puskesmas, maka kepala puskesmas yang lama
diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban masa jabatannya.
Untuk terselenggaranya proses pengendalian, pengawasan dan penilaian
diperlukan instrumen yang sederhana. Instrumen yang telah dikembangkan di
puskesmas adalah:

24

a. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)


b. Penilaian/Evaluasi Kinerja Puskesmas sebagai pengganti dan stratifikasi.
g.

Sumber Pembiayaan Puskesmas


Definisi pembiayaan pelayanan kesehatan adalah besarnya dana yang harus

disediakan

oleh

pemerintah

maupun

masyarakat

untuk

menyediakan

dan

memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan perseorangan, keluarga


maupun kelompok dan masyarakat. Di negara berkembang seperti Indonesia beaya
pelayanan kesehatan masih belum bisa lepas dari campur tangan pemerintah baik
dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya (Santosa, 2008).
Biaya pelayanan kesehatan ditinjau dari segi penyedia pelayanan kesehatan dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu biaya bagi penyedia jasa pelayanan kesehatan dalam
menyediakan berbagai upaya kesehatan dan biaya bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan dalam memanfaatkan pelayanan tersebut. Dari segi jenis pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan maka biaya pelayanan kesehatan dibedakan menjadi
2 (dua) yaitu biaya pelayanan kedokteran yang bertujuan mengobati penyakit dan
pemulihan kesehatan penderita serta biaya pelayanan kesehatan masyarakat yang
bertujuan mencegah penyakit dan memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Santosa, 2008).
Syarat pokok dalam pembiayaan kesehatan adalah:
1. Jumlah biaya yang cukup dalam arti membiayai semua kegiatan upaya
pelayanan kesehatan dan tidak menyulitkan kemudian hari
2. Penyebaran dana yang sesuai menurut alokasi kebutuhan
3. Pemanfaatan yang efektif dan efisien
Sumber pembiayaan upaya pelayanaan kesehatan antara lain:
1. Sepenuhnya bersumber dari Pemerintah
2. Sebagian ditanggung masyarakat
3. Sepenuhnya ditanggung pihak ketiga baik itu swasta maupun bantuan
luar negeri.
(Santosa,
2008)
Pada era desentralisasi, fungsi pembiayaan usaha pelayanan kesehatan yang
dilakukan pemerintah memiliki pembagian yang terperinci antara Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah. Puskesmas memiliki sumber pembiayaan antara lain:
1. Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten atau Kota

25

2. Pendapatan Puskesmas melalui biaya retribusi yang besarnya ditentukan


Pemerintah Kabupaten atau Kota setempat
3. Sumber lain seperti perusahaan ansuransi PT Askes, PT Jamsostek,
JPSBK dan lainnya.
(Santosa,
2008)
Sumber pembiayaan puskesmas dapat diperinci sebagai berikut:
A. Pemerintah ( anggaran pembangunan dan anggaran rutin)
a. Pemerintah Pusat
1.
Tugas Pembantuan (BOK)
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan

bantuan

Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan


pencapaian MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan
kinerja

Puskesmas

dan

jaringannya

serta

Poskesdes/Polindes,

Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan


kesehatan yang bersifat promotif dan preventif dan diberikan dalam
2.
3.

bentuk Tugas Pembantuan (TP) (Dinkes Kabupaten Tangerang, 2012).


Dana Program TB, HIV/AIDS, Malaria
Jamkesmas
Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah program bantuan
sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak

4.

mampu.
Jampersal
Program Jaminan Persalian (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan
persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan
dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal diperuntukkan bagi seluruh
ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan (Dinkes Kabupaten

Balangan, 2011)
b. Pemerintah Daerah
1.
APBD Anggaran Dinas Kesehatan
2.
Jaminan Kesehatan
B. Pendapatan Puskesmas
1.
Setor Kas Daerah
2.
Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas
3.
Seluruhnya dimanfaatkan langsung oleh puskesmas
C. Sumber Lain, antara lain dari:
1.
Dana Asuransi swasta lain (kerjasama)
2.
Dana swasta (program)
3.
Dana PNPM (program)
4.
Lain-lain.

26

(HPM FK UGM,
2013)
Sesuai Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.21/1994 dan No.23/1994
Puskesmas menjadi bagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang
tanggungjawab penyelenggaraannya ditangan Bupati atau Walikota setempat. Peran
pemerintah dalam penyelenggaraaan pelayanan kesehatan di Puskesmas secara umum
adalah sebagai pembuat kebijakan (regulator), sebagai penyandang dana (donator),
dan sebagai pelaksana atau pelaku (eksekutor) (Santosa, 2008).

h.

Pembiayaan
Untuk terselenggarannya upaya kesehatan perorangan dan paya kesehatan

masyarakat yang menjadi tanggung jawab puskesmas, perlu ditunjang dengan


tersedianya pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan
puskesmas, yakni :
1. Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal dari
pemerintah terutama adalah pemerintah kabupaten/kota. Disamping itu
puskesmas masih menerima dana yang berasal dari pemerintah provinsi dan
pemerintah pusat. Dana yang disediakan oleh pemerintah dibedakan atas dua
macam, yakni:
a. Dana anggaran pembagunan yang mencakup dana pembangunan gedung,
pengadaan peralatan serta pengadaan obat.
b. Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan. Pemeliharaan gedung
dan peralatan,pembelian barang habis pakai serta biaya operasional.
Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk seterusnya dibahas bersama DPRD kabupaten/kota.
Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan untuk kedua
anggaran tersebut melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.anggaran
yang telah disetujui yang tercantum dalam dokumen keuangan diturunkan
secara bertahap ke puskesmas melalui Dinas Kesehatab Kabupaten/Kota
atau oleh pemerintah Kabupaten/Kota . untuk beberpa anggaran tertentu,
misalnya pengadaan obat dan pembangunan gedung serta pengadaan
anggaran tersebut dikelola langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupatn/Kota

27

atau pemerintah Kabupaten/ kota. Penanggungjawab pengunaan anggaran


yang di terima puskesmas adalah kepala puskesmas, sedangkan
administrasi keuangan dilakukan oleh pemegang keuangan puskesmas
yakni seorang staf yang di tetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atas usulan kepala puskesmas. Penggunaan dana sesuai dengan kegiatan
yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku .
2. Pembiayaan Puskesmas dari pendapatan Puskesmas
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakkan kewajiban
membiayai upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang
besarnya ditentukan oleh Peraturan Daerah masing-masing (retribusi)
a. Seluruhnya disetor ke Kas Daerah
. Pada saat ini ada
beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh
dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan ini yaitu:
Untuk ini secara berkala Puskesmas menyetor seluruh dana retribusi yang
diterima ke kas daerah melalui dinas kesehatan kabupaten/kota.
b. Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu membenarkan Puskesmas menggunakan
sebagian dari dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan, yang lazimnya berkisar antara 25-50% dari total dana retribusi
yang diterima. Penggunaan dana hanya dibenarkan untuk membiayai
kegiatan operasional Puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara berkala
dipertanggung jawabkan oleh puskesmas ke pemerintah daerah melalui
Dinas kesehatan kabupaten/kota.
c. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan Puskesmas menggunakan
seluruh dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan untuk membiayai kegiatan operasional Puskesmas. Dahulu
puskesmas yang menerapkan model pemamfaatan dana seperti ini disebut
Puskesmas Swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar
puskesmas

yang

juga

harus

menyelenggarakan

upaya

kesehatan

masyarakat yang dananya ditanggung oleh pemerintah diubah menjadi


puskesmas swakelola. Dengan perkataan lain puskesmas tidak mungkin
sepenuhnya

menjadi

swadana.

Pemerintah

tetap

berkewajiban

menyediakan dana yaitu untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat


yang memang menjadi tanggung jawab pemerintah.(kemenkes , 2010)
28

i.

Dinkes Puskesmas (Manajemen Keuangan)


Manajemen keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dalam suatu organisasi

atau pun institusi. Hal yang sama juga pada puskesmas, yang merupakan suatu
lembaga kesehatan. Manajemen keuangan puskesmas dapat diartikan sebagai seni dan
ilmu mengelola uang untuk melancarkan operasionalisasi puskesmas untuk
memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Selain itu, dapat bermakna
sebagai fungsi motivasi bagi operasionalisasi puskesmas.
Terkait melancarkan pelayanan kesehatan, sebenarnya eksistensi puskesmas
adalah memainkan fungsi sebagai tempat bagi masyarakat untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu, agar mampu mamainkan fungsinya
memerlukan pengelolaan keuangan yang tepat. karena bagaimana pun untuk
melaksanakan berbagai aktivitas memerlukan uang sebagai media pembiayaan. Tidak
hanya itu saja, seni mengelola uang yang tepat di puskesmas akan mengarahkan pada
tata tertib (law and order) dan keteraturan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Spesifiknya yaitu dengan alur kerangka operasionalisasi keuangan yang tepat,
maka interaksi antara pihak yang membutuhkan dan petugas puskesmas akan menjadi
lebih baik. dalam pengertian, petugas puskesmas relatif akan lebih mudah untuk
melakukan kegiatan promotif dan preventif. Sampai di sini, cukup jelas bahwa
eksistensi manajemen keuangan di puskesmas memiliki keeratan dengan efektifitas
dan efisiensi pemerian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Terkait tujuan kedua
yaitu kehadiran manajemen keuangan di puskesmas yang tepat sasaran akan
memudahkan dalam melaksanakan pelayanan, karena sudah tersedianya uang sebagai
sarana. Dan hal ini akan semakin memperkuat upaya petugas kesehatan di puskesmas
dalam mengeksekusi kegiatan-kegiatan pokok pelayanan kesehatan di puskesmas.
Adapun sumber-sumber keuangan Puskesmas sebagai berikut:
Pemerintah
Sumber biaya berasal dari Pemerintah Kabupaten yang dibedakan atas dana
pembangunan dan dana anggaran rutin. Dana ini diturunkan secara bertahap ke
Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten.
Retribusi

29

Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan Puskesmas yang membiayai


upaya kesehatan perorangan yang pemanfaatanya dan besarnya ditentukan oleh
Pemerintah Daerah.
PT. ASKES
Puskesmas menerima dana dari PT. ASKES yang peruntukannya sebagai imbal jasa
kepada peserta ASKES yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PT. JAMSOSTEK
Puskesmas menerima dana dari PT. JAMSOSTEK yang peruntukannya sebagai imbal
jasa kepada peserta JAMSOSTEK yaitu Pegawai / karyawan yang berada dibawah
naungan Dinas Tenaga Kerja.
BPP (Badan Penyantun Puskesmas)
Dengan

memberdayakan

potensi

yang

dimiliki

masyarakat

dalam

rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.


j.

Alokasi Anggaran dan Pemanfaatan


j.1 Alokasi Anggaran
Sistem alokasi anggaran merupakan pemanfaatan dana yang disesuaikan

dengan prioritas kegiatan, sehingga program dapat terlaksana dengan baik. Tahapan
dan prioritas kegiatan program pada setiap tahun dipertimbangkan dalam
rangka pencapaian misi dan tujuan program.
Prosentase Alokasi Program/Kegiatan meliputi :
1. Prosentase anggaran untuk pelatihan SDM
2. Prosentase anggaran untuk penelitian dan pengembangan
3. Prosentase anggaran untuk operasional puskesmas
j.2 Pengolongan Pendapatan Puskesmas
Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha.
Sedangkan menurut Winardi (1992 : 171) pendapatan adalah hasil berupa uang atau
materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.
Penggolongan pendapatan Puskesmas meliputi :
1. Pendapatan umum adalah penerimaan suatu negara yang bersumber dari pajak
dan sumber lainnya untuk membiayai kepentingan umum.
2. Pendapatan jamkesmas merupakan penerimaan pendapatan yang bersumber
dari program jamkesmas.
3. Pendapatan lain-lain
j.3 Pemanfaatan Dana
30

Masalah yg sering dijumpai:


1. Pemborosan dana akibat perencanaan yang kurang integrasi antara
puskesmas dan dinkes (misal: pengadaan alat, perencanaan biaya
2.

pemeliharaan?)
Kurang alokasi untuk program prioritas di puskesmas (dana digunakan

3.

untuk kegiatan yg mudah di SPJ kan)


Dana diperuntukkan untuk biaya pegawai
Dana perjalanan
Peluang mencari sumber pendanaan
Askes (kapitasi)
Jamkesmas
Dana bantuan (bencana, TB, Malaria)

j.4 Pengelolaan Kas


1. Rekening bendahara 1 rekening (pengendalian dan pengawasan)
2. Saldo kas harian selalu dikonsolidasikan dengan rekening bank pada setiap
akhir hari kerja
3. Minimalisasi
kas

float

(Cash

float

adalah

uang

yang

mengendap/menganggur pada bank yang berkaitan dengan pelaksanaan


pengeluaran atau penerimaan. Uang yang menganggur tersebut harus dapat
diminimalisir dengan memanfaatkan dana kas sedemikian rupa sehingga
saldo kas menganggur menjadi minimal).....memanfaatkan untuk kegiatan
sesuai dengan program/kegiatan sesuai dengan jadwal/rencana.

31

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Sistem Pelayanan Puskesmas yaitu kesatuan usaha yang terdiri dari berbagai
elemen / bagian bagian yang berkaitan secara teratur dan berusaha mencapai
suatu tujuan dalam suatu lingkungan.
Manajemen Pelayanan Puskesmas terdiri atas Perencanaan Puskesmas yang
berupa Rencana Usulan Kegiatan (RUK). Penggerakan pelaksanaan berupa
Lokakarya mini bulanan dan Lokakarya mini tribulanan. Pengawan,
pengendalian dan penilaian berupa Pemanatauan Wilayah Setempat dan
Penilaian Evaluasi Kinerja Puskesmas.
Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
i. Upaya promosi kesehatan
ii. Upya kesehatan lingkungan
iii. Upaya kesehatan ibu anak & KB
iv. Upaya perbaikan gizi masyarakat
v. Upaya pencgahan, pemberantasan penyakit menular
vi. Upaya pengobatan
- Sistem rujukan aadalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas
timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat baik
secra vertikal maupun horizontal , kepada yang lebih kompeten, terjangkau
dan dilakukan secara rasional
b. Saran
Pelayanan dipuskesmas lebih ditingkatkan dalam melayani masyarakat serta
pemberian anggaran yang lebih dalam semua aspek promosi kesehatan.

32

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1998. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Azrul A. 1988. Pengantar Adaministrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta: Bina
Aksara.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008.
Dinkes Kesehatan Kabupaten Balangan. 2011. Program Jaminan Persalinan
Jampersal. www.dinkes.balangankab.go.id. Diakses pada tanggal 6 Juni 2014
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2013. Bantuan Operasional Kesehatan.
www.dinkes-kabtangerang.go.id. Diakses pada tanggal 6 Juni 2014
Effendi, Ferry da Makhfudli.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
Hatmoko, 2006. Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas. Staf Pengajar IKM
Universitas Mulawarman.
HPM FK UGM. 2012. Manajemen Puskesmas. http://hpm.fk.ugm.ac.id. Diakses pada
tanggal 6 Juni 2014
Menkes RI. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.128/
MENKES/SK/II/2004, op cit, Hal, 33.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Santosa, Agus. 2008. Hubungan Antara Uraian Tugas, Motivasi Dan Kepatuhan Dengan
Kinerja Petugas Paramedis Pelayanan Kesehatan Puskesmas Gratis Di Kota Salatiga
Tahun 2008. Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Semarang

33

Sina,

Peter. 2012. Tujuan Manajemen Keuangan Puskesmas. http://petersina.blogspot.com/2012/03/tujuan-manajemen-keuangan-puskesmas.html.


Diakses tanggal 7 Juni 2014 pukul 21.00
Syafrudin & Hamidah. 2007. Kebidanan Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Peraturan Gubernur Jawa Barat. 2011. Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat
Trihono. 2005. Manajemen puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta. Sagung
Seto
Usman H. 2006. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Cetakan Pertama.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.

34

Anda mungkin juga menyukai