Anda di halaman 1dari 7

AYAT-AYAT MAKKIYAH WAL MADANIYAH

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha untuk menafsirkan al-quran secara benar, tidak terlepas dari keharusan untuk mengetahui
tentang kapan ayat al-quran itu diturunkan, dimana dan kepada siapa ayat itu ditujukan, serta
kondisi apa yang melatar belakangi turunnya ayat itu. Pengetahuan tentang hal itu akan
dijelaskan secara rinci dalam ilmu Makki Wal Madani.
Oleh karena itu ilmu Makki wal Madani tidak dapat dipisahkan dari rangkaian ilmu-ilmu dalam
disiplin ulumul quran. Ilmu ini menjelaskan tentang pengertian Makki dan Madani, cara-cara
mengetahui Makki dan Madani, tanda-tandanya, macam-macamnya, serta faedah
mengetahuinya.
Serta umum memang telah diketahui bahwa al-quran bahwa ayat-ayat al-quran itu terbagi
dalam dua kelompok, yakni Makkiyah dan Madaniyah, namun bagaimana kriteria masingmasing kelompok itu, perlu dijelaskan secara rinci dan mendalam, untuk keperluan itu, untuk itu
akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan Makki dan Madani.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian surat Makki wal Madani?
2. Apa saja yang termasuk ciri has ayat Makkiyah wal Madaniyah?
3. Bagaimana cara mengetahui surat Makkiyah dan Madaniyah?
4. Terbagi berapakah ayat-ayat dan surat-surat al-quran?
5. Apa kegunaan mempelajari surat Makkiyah wal Madaniyah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui arti atau difinisi surat Makki wal Madani!
2. Untuk mengetahui ciri-ciri has surat Makkiyah wal Madani!
3. Untuk mengetahui apakah surat itu Makki ataukah Madani!
4. Untuk mengetahui pembagian surat-surat dan ayat dalam al-quran!
5. Untuk mengetahui kegunaan mempelajari surat Makki wal Madani!
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Para sarjana muslim mengemukakan empat perspektif dalam mendefinisikan terminologi
Makkiyah dan Madaniyah. Keempat perspektif itu adalah : Masa turun (zaman an-nuzul), tempat
(makan an-nuzul), objek pembicaraan (mukhathab) dan tema pembicaraan (maudu).
Artinya :
Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatupun bukan

turun di Makkah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah
ke Madinah, kendati bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah di
sebut Madaniyah walaupun turun di Makkah atau Arafah
Dari perspektif tempat turun, mereka mendefinisikan kedua termologi di atas sebagai berikut :
Artinya :
Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah dan
Hudabiyah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan Sekitarnya,
seperti Uhud, Quba, dan Sula
Dari perpektif objek pembicaraan, mereka mendifinikan kedua termologi di atas sebagai berikut:
Artinya :
Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah, sedangkah
Madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah
Adapun pendefinisian Makkiyah dan Madaniyah dari perspektif tema pembicaraan akan
disinggung lebih terinci dalam uraian karakteristik kedua klasifikasi tersebut.
B. Ciri-ciri Khas Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
a. Tanda-tanda surah Makkiyah
Sesuatu surah/ayat adalah Makkiah, kalau/ayat itu mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
1. Dimulai dengan nida ya ayyuhan nasu dan sejenisnya
Contoh :
Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu
bertakwa.
2. Didalamnya terdapat lafadh: kalla
. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah yang diucapkannya saja.
3. Didalamnya terdapat ayat-ayat sajdah, ada 15 ayat sajdah, (sunnat bersujud tilwah) antara
lain :.. dan mereka bertasbih memujinya dan hanya kepadanyalah mereka bersujud
4. Pada permulaannya teradapat huruf-huruf tahajji (huruf terpotong-potong), seperti huruf :
S. Shaad, S. as-Syura, S. as-Syuara, A. al-Araf dan s. al-Ankabut.
5. Didalamnya terdapat cerita-cerita para Nabi dan Umat-umat terdahulu, selain surah al-Baqarah
dan al-Maidah. Contohnya, antara lain seperti surah : Tunus, Yusuf, Huth, Ibrahim, al-Kahfi,
Maryam. Thaha dan sebagainya.
6. Didalamnya berisi cerita-cerita terhadap kemusrikan dan penyembuhan-penyembuhan kepada
selain Allah SWT.
7. Didalamnya berisi keterangan-keterangan adat kebiasaan orang-orang kafis dan orang musrik
yang suka mencuri, merampok, membunuh, mengubur hidup-hidup anak perempuan dan lain
sebagainya.
8. Di dalamnya berisi penjelasan dengan bukti-bukti argumentasi dari alam ciptaan Allah SWT.
Yang apat menyadarkan orang-orang kafir untuk untuk beriman kepada Allah SWT dan percaya
kepada Rasul dan Kitab-kitab suci, hari kiamat dan sebagainya.
9. Berisi sejarah perinsip-perinsip akhlak yang mulia dan pranata sosial yang tinggi, yang
dijelaskan dengan sangat mengagumkan sehingga menyebabkan orang benci kepada kekafiran,
kemusrikan, kefasikan, kekerasan, taat setia, kasih sayang, ikhlas, hormat, rendah hati dan
sebagainya.

10. Berisi nasehat-nasehat petunjuk dan ibarah-ibarat dari balik yang dapat menyadarkan bahwa
kekafiran, kedurhakaan, dan pembangkangan umat itu hanya mengakibatkan kehancuran dan
kesengsaraan saja.
11. Kebanyakan surat/ayat-ayatnya pendek-pendek, karena menggunakan bentuk ijaz (singkat
padat). Bentuk tersebut ditujukan kepada orang-orang Quraisy Mekkah yang umumnya pakar
bahasa Arab.
b. Madaniyah
a. Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga, warisan,
keutamaan jihadm kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintah menangani perdamaian dan
peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara.
b. Mengkhitabi Ahli Kitab Yahudi dan Nashrani dan mengajaknya masuk Islam, juga
menguraikan perbuatan mereka yang telah menyimpangkan Kitab Allah dan menjauhi kebenaran
serta perselisihannya setelah datang kebenaran.
c. Mengungkapkan langkah-langkah orang-orang munafik.
d. Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum dengan terang dan
menggunakan ushlub yang terang pula.
e. Didalamnya berisi hukum-hukum daraidl, seperti dalam surah: al-Baqarah, an-Nisa, alMaidah.
f. Berisi izin jihad fi sabilillah dan hukum-hukumnya, seperti talak, ataupun mengenai hadlonah,
seperti dalam surah : al-Baqarah, al-Anfal, at-Taubah dan al-Hajj.
g. Berisi hukum-hukum Munakahat. Baik mengenai nikah, talak atau mengenai hadlonah,
seperti, seperti dalam surah : al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa, Al-Maidah, an-Nur, alMumtahanh, at-Thalak dan sebagainya.
h. Berisi hukum-hukum kemasyarakat, kenegaraan, seperti masalah permusyawaratan,
kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan pergaulan dan sebagainya seperti dalam surah : alBaqarah, Ali Imran, al-Maidah, al-Anfal, at-Taubah, al-Hjarat dan sebagainya.
i. Berisi dawah (seruan) kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani serta penjelasan-penjelasan
akidah mereka yang menyimpang, seperti dalam surah : al-Baqarah, Ali Imran, al-Fath, al-Hajt,
al-Hjarat dan sebagainya.
j. Berisi ayat-ayat nida yang ditujukan kepada penduduk Madinah yang Islam dan Khithab
(perintah) : Ya Ayyuhal ladzini amanu yang dalam al-Quran ada 219 ayat. Atau 219/6236 x
100% = 3,51%
k. Kebanyakan surah/ayat-ayatnya panjang-panjang sebab ditujukan kepada penduduk Madinah
yang Islam yang orang-orangnya banyak yang kurang terpelajar, sehingga perlu dengan
ungkapan yang luas agar jelas.
C. Cara-cara Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
Dalam menetapakan mana ayat-ayat al-Quran yang termasuk kategori Makkiyah dan
Madaniyah, para sarjana Muslim berpegangan teguh pada dua perangkat pendekatan.
1. Pendekatan Transmisi (Periwayatan)
Dengan perangkat pendekatan tranmisi, para sarjana muslim merujuk kepada riwayat-riwayat
valid yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang besar kemungkinan menyaksikan
turunnya wahyu. Atau para generasi tabiin yang saling berjumpa dan mendengarkan langsung
dari para sahabat tentang aspek-aspek yang berkatan dengan proses kewahyuan al-Quran,
termasuk di dalamnya adalah informasi di dalamnya adalah informasi kronologis al-Quran.

Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah banyak bisa dilcak pada otoritas sahabat dan
tabiin saja. Informasi itu tidak ada yang datang dari Rasulullah karena memang ilmunya tentang
itu bukan merupakan kewajiban umat
Seperti halnya hadits-hadits Nabi telah terekam dalam kodifikasi-kodifikasi kitab hadits, para
sarjana muslim pun telah merekam informasi dari para sahabat dan tabiin tentang Makkiyah dan
Madaniyah dalam kitab-kitab tafsir bi al-matsur, tulisan-tulisan tentang asbab an-nuzul,
pembahasan-pembahasan ilmu-ilmu al-quran dan jenis-jenis tulisan lainnya.
Otoritas para sabahat dan para tabiin dalam mengetahui informasi kronologi al-quran dapat
dilihat dari stateman-statemennya. Dalam salah satu riwayah al-Bukhari, Ibn Masud berkata :
Artinya :
Demi Dzat yang tidak ada Tuhan selain-Nya, tidak ada salah satu pun dari kitab Allah yang
turun, kecuali aku tahu untuk siapa dan di mana diturunkan, seandainya aku tahu tempat orang
yang lebih paham darku tentang kitab Allah pasti aku akan menjumpainya.
Dalam riwayat lain disebut bahwa Ibn Abbas berkata, ketika ditanya oleh Ubai bin Kaab
mengenai ayat yang diturunkan di Madinah, Terdapat dua puluh surat yang diturunkan di
Madinah, sedangkan jumlah surat sisanya di Mekkah As-Suyuthi menyediakan beberapa lembar
dalam kitab al-itqan-nya untuk merekam riwayat-riwayat dari sahabat dan tabiin mengenai
perangkat periwayatan dalam mengetahui kronologis al-Quran.
2. Pendekatan Analogi (Qiyas)
Ketika melakukan kategorisasi Makkiyah dan Madaniyah, para sarjana muslim penganut
pendekatan analogi bertolak dari ciri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi itu. Dengan demikian,
bila dalam surat Makkiyah terdapat sebuah ayat yang memiliki ciri-ciri khusus Madaniyyah, ayat
ini termasuk kategori ayat Madaniyah. Tentu saja, para ulama telah menetapkan tema-tema
sentral yang ditetapkan pula sebagai ciri-ciri khusus bagi kedua klasifikasi itu. Misalnya mereka
menetapkan tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai ciri khusus Makkiyyah;
Tema faraid dan ketentuan had sebagai ciri khusus Madaniyyah.
D. Klasifikasi Ayat-ayat dan Surat-surat al-Quran
Pada umumnya para ulama membagi macam-macam surah al-Quran menjadi dua kelompok
yaitu : surah-surah Makkiyah dan Madaniyah. Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan
jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama mengatakan, bahwa jumlah surah
Makkiyah ada 94 surah, sedangkan surah Madaniyah ada 20 surah. Sebagian ulama yang lain
mengatakan bahwa jumlah surah Makkiyah ada 84 surah, dan yang Madaniyah 30.
Dr. Abdullah Syahhatah dalam bukunya al-Quran Wat Tafsier mengetakan surah-surah yang
disepakati para ulama surah Makkiyah ada 82 surah, dan surah Madaniyah ada 20 surah
Madaniyah. Dan ada sebagian surah lain yang tergolong Makkiyah atau Madaniyah. Tetapi di
dalam berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Karena itu, dari segi Makkiyah dan Madaniyah ini
maka surah-surah al-Quran sebagai empat macam yaitu : 13
a. Surah-surah Makkiyah murni
Yaitu surah-surah Makkiyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus Makkiyah semua, tidak
ada satupun yang Madaniyah, surah-surah yang berstatus murni ini seluruhnya ada 58 surah yang
berisi 2074 ayat. Contohnya seperti surah-surah al-Fatehah, Yunus, ar-Rahdu, al-Anbiya, alMuykminun, an-Namisat, al-Fatir, surah-surah yang pendek-penduk pada jus 30 kecuali surah
an-Nashr.

b. Surah-surah Madaniyah murni


Yaitu surah-surah Madaniyah yang seluruh ayat-ayatnya pun Madaniyah semua. Tidak ada satu
ayatpun yang Makkiyah. Surah-surah yang berstatus Madaniyah murni ini seluruhnya da 18
surah yang terdiri dari 737 ayat. Seperti surah-surah al-Imran, an-Nisa, an-Nur, al-Ahzab, alHujarat, al-Muntahanah, az-Zalzalah dan sebagainya.
c. Surah-surah Makkiyah yang berisi ayat Makkiyah
Yaitu surah-surah yang sebetulnya kebanyakannya ayatnya adalah Makkiyah, segingga berstatus
Makkiyah, tetapi didalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyah, surah-surah yang
demikian ini dalam al-Quran ada 32 surah yang terdiri dari 2.699 ayat. Contohnya, antara lain
seperti surah : al-Anam, al-Araf, al-Waqiah, Hud, Yusuf, Ibrahim dan sebagainya.
d. Surah-surah Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah.
Yaitu surah-surah yang kebanyakan ayat-ayatnya berstatus Madaniyah, surah-surah yang
demikian ini, dalam al-Quran Madaniyah, surah-surah yang demikian ini, dalam al-Quran
hanya ada 6 surah yang terdiri dari 726 ayat, yaitu surah-surah : al-Baqarah, al-Maidah, al-Anfal,
at-Taubah, al-Hajj dan surah Muhammad dan surah al-Qital.
Jadi dari beberapa uraian di atas diketahui bahwa dalam al-Quran terdapat : 114 surah dan 6236
ayat 7.
E. Kegunaan Mempelajarinya
Kegunaannya antara lain :
1. Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat-ayat yang turun
belakangan dari kitab suci al-Quran.
2. Mudah diketahui mana ayat-ayat al-Quran yang hukum bacaannya telah dinazakh (dihapus
dan diganti), dan mana ayat-ayat yang menaskhkannya, khususnya bila ada dua ayat yang
menerangkan hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya bertentangan dari yang satu
dengan yang lain. Dalam hal seperti itulah harus dicari mana ayat yang turun lebih dulu, yaitu
mana yang Makkiyah, sehingga kemungkinan ayat itulah yang telah dihapus dan diganti hukum
atau bacaannya oleh ayat yang turun kemudian atau yang Madaniyah sebagai nasikh atau
penghapus/penggantinya.
3. Mengetahui dan mengerti sejarah pensyariatan hukum-hukum Islam (Tarikhut Tasysyrie)
yang amat bijaksana dalam menetapkan peraturan-peraturan.
4. Mengetahui Hikmah disyariatkannya sesuatu hukum (hikmatut tasyrie). Sebab dengan ilmu
Makki dan Madani dapat diketahui tarikh Tasyrie yang dalam mensyariatkan hukum-hukum
Islam itu secara bertahap, sehingga dapat pula diketahui mengapa sesuatu hukum itu disyariatkan
hukum-hukum Islam itu secara demikian. Seperti diharamkannya minuman keras, yang
penetapan hukumnya itu secara bertahap. Mula-mula hanya diterangkan ada bahayanya yang
lebih besar dari pada manfaatnya, dilarang menjelang shalat, kemudian secara tegas diharamkan
dan dilarangnya.
5. Dengan mengetahui ilmu Makki wal Madani yang dapat mengetahui hikmatut Tasyrie itu,
akan bisa menambah kepercayaan orang terhadap kewahyuan al-Quran, karena melihat
kebijaksanaannya dalam menetapkan hukum-hukum ajarannya seacra bertahap sehingga mudah
dimengerti dihayati dan diamalkan orang.
6. Meningkatkan keyakinan orang terhadap kesucian, kemurnian dan keaslian al-Quran, melihat
hukum-hukum ajarannya ataupun bentuk tulisannya dan kata-kata serta kalimatnya masih tetap
orisinil, tidak berkurang atau bertambah satu huruh atau ketentuan satu huruf pun. Dengan

demikian betul-betul merupakan realisasi dari jaminan Allah SWT sebagaimana dinyatakan
dalam firman Allah SWT :
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya kami pulalah yang
memeliharanya 20).
7. Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap dawah Islamiyah, Tahap-tahap dawah Islamiyah
yang diterangkan dalam ayat-ayat Makkiyah adalah berbeda dengan isi dan ajaran dari ayat-ayat
Madaniyah, seperti yang telah diterangkan dalam tanda-tanda surah Makkiyah dan Madaniyah di
atas.
8. Mengetahui perbedaan uslub-uslub (bentuk bahasa) al-Quran yang dalam surah-surah
Makkiyah berbeda dengan yang dalam surah-surah madaniyah.sebab dalam surah-rusah
Makkiyah yang ditujukan kepada orang-orang kafir Quraiys, yang banyak pakar ahli bahasa
Arabnya memakai uslub singkat padat sedang dalam surah-surah Madaniyah yang ditujukan
kepada penduduk Madaniyah yang heteroen, yang banyak orang-orang asing belum mengenal
Bahasa Arab, menggunakan ungkapan panjang lebar agar mudah diserap mereka.
9. Dengan mengetahui ilmu Makki dan Madani situasi dan kondisi masyarakat kota Makkah dan
Madinah dapat diketahui, khususnya pada waktu turunya ayat-ayat al-Quran. Sedangkan dalam
pembahasan lain juga dikutib tentang faedah-faedah mempelajari surat Makkiyah dan
Madaniyah di antara yang berpendapat Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin beliauy
mengemukakan bahwa ada 4 faedah dalam mempelajari surah Makkiyah dan Madaniyah yaitu :
a. Nampak jelas sastra al-Quran pada puncak keindahannya, yaitu ketika setiap kaum diajak
berdialog yang sesuai dengan keadaan objek yang didakwahi ; dari ketegasan, kelugasan,
kelunakan dan kemudahan.
b. Nampak jelas puncak tertinggi hari hikmah pensyariatan diturunkannya secara berangsungangsur sesuai dengan prioritas terpenting kondisi obyek yang di dakwahi serta kesiapan mereka
dalam menerima dan taat.
c. Pendidikan dan pengajaran bagi para mubaligh serta pengarahan mereka untuk mengikuti
kandungan dan konteks al-Quran dalam berdakwah, yaitu dengan mendahulukan yang
terpenting di antara yang penting serta menggunakan ketegasan dan kelunakan pada tempatnya
masing-masing.
d. Membedakan antara nasikh dan mansukh ketika terdapat dua buah ayat Makkiyah dan
Madaniyah, maka lengkaplah syarat-syarat nasakh karena ayat Madaniyah adalah sebagai nasikh
(penghapus) ayat Makkiyah disebabkan ayat Madaniyah turun setelah ayat Makkiyah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata Makki dan Madani tidak hanya dibedakan oleh tempat
turunnya, tetapi juga dibedakan oleh isi, uslub dan lafadz yang digunakan. Selain itu, tidak
seluruh surat masuk dalam kelompok Makkiyah atau Madaniyah, tetapi ada beberapa perincian
lebih lanjut sesuai dengan kondisi ayat-ayat dan kejadian yang mengiri turunya ayat tersebut.
Oleh karena itu mengetahuyi Makki dan Madani merupakan suatu hal yang penting, baik dalam
penafsirah dalam al-Quran pelaksanaan dakwah Islam maupun perjalanan sejarah persyaratan
hukum-hukum Islam.
B. Saran

Dari beberapa penjelasan di atas tentang penulisan Makkiyah dan Madaniyah pasti tidak terlepas
dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan Makalah ini menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh para pembaca dalam
khususnya pembimbing mata kuliah ilmu ulumul quran, oleh karena itu penulis makalah ini
mengharap kepada para pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat
kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dalam terselesainya makalah yang selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai