KELOMPOK 5 :
1. ANDI SUCI KUMALA SARI ( K1A109064 )
2. ALMINSYAH ( K1A110025 )
3. AULIA ULFA RAMDANI ( K1A110080 )
4. AULIA FADHILAH TASRUDIN ( K1A110068 )
5. ANDI FAHRIANTI ( K1A110012)
6. DIAN SARI ENIMOSA (K1A110044 )
7. HARNITA ( K1A110056 )
8. LUCKY NURFITRIYAH ( K1A110050 )
9. NURFAJRYANTI RAMLI ( K1A110006 )
10. NUR INDRIA RESKY ( K1A110032 )
11. NOFRIYANTI RESTU HANDAYANI ( K1A110074 )
12. SITTI NURSANTI ( K1A110038 )
13. VANIA TRSYA SILONDAE (K1A110062 )
14. ZUREZKY YUANA YAFIE ( K1A110019 )
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
SKENARIO :
Seorang wanita 58 tahun ditemukan tewas, dan diduga disebabkan akibat jatuh dari ketinggian 3
m. Hematom ditemukan pada kedua daerah orbital, dan darah juga ditemukan pada kedua daerah
telnga dan hidungnya. Penyidik dari kepolisian meminta dilakukannya otopsi untuk
mengungkapkan penyebab kematian dari korban tersebut
Kata kunci :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Wanita 58 tahun
Ditemukan tewas
Jatuh dari ketinggian 3 meter
Hematom pada kedua daerah orbita
Darah ditemukan pada kedua daerah telinga dan hidungnya
Biru pada kedua kuku
Pertayaan:
1.
2.
3.
4.
hidung?
5. Jelaskan klasifikasi trauma pada kepala dan trauma jenis apa yang paling mendekati ?
6. Jelaskan tanda-tanda luka pada korban intravital dan post mortem?
7. Penyebab kematian yang paling memungkinkan?
8. Bagaiman menentukan waktu kematian?
9. Jelaskan langkah-langkah melakukan otopsi?
10. Bagaimanakah teknik melakukan otopsi?
11. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan otopsi?
Jawaban:
1. Anatomi dan fisiologi pada scenario
2. Karakteristik luka pada kasus
3. Jelaskan etiologi hematom pada skenario!
Etiologi hematom pada kasus karena adanya benturan benda tumpul pada kepala sehingga
menyebabkan fraktur basis kranii.
4. Jelaskan hubungan hematom pada daerah orbita dan perdarahan pada telinga dan
hidung!
Hematom pada mata dengan perdarahan pada telinga dan hidung memiliki hubungan.
Dimana faktor dari terjadinya hematom dan perdarahan pada telinga dan hidung sama yaitu
fraktur basis cranii.
5. Jelaskan klasifikasi trauma pada kepala dan trauma jenis apa yang paling mendekati?
Adapun pembagian trauma kapitis adalah:
Commotio cerebri
Contusion cerebri
Laceratio cerebri
ringan.Sedangkan Contusio cerebri dan Laceratio cerebri digolongkan sebagai cedera kepala
berat.Tingkat keparahan cedera kepala harus segera ditentukan pada saat pasien tiba di Rumah
Sakit.
1.
2.
Tidak pingsan
Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih dari 10
menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak.Pasien mungkin
mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan tampak pucat.
Vertigo dan muntah mungkin disebabkan lesi pada labirin atau terangsangnya pusat-pusat
dalam batang otak.Pada commotio cerebri mungkin pula terdapat amnesia retrograde, yaitu
hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan.Amnesia ini
timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis. Pemeriksaan tambahan yang
selalu dibuat adalah foto tengkorak, EEG, pemeriksaan memori.
3.
Contusio Cerebri
Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di dalam jaringan otak
tanpa adanya robekan jaringanyang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan
atau terputus. Hal penting untuk terjadinya lesi contusi ialah adanya akselerasi kepala yang
seketika itu juga menimbulkan pergeseran otak serta pengembangan gaya kompresi yang
destruktif.Akselerasi yang kuat berarti pula hiperekstensi kepala.Oleh karena itu, otak
membentang batang otak terlalu kuat, sehingga menimbulkan blockade reversible terhadap
lintasan asendens retikularis difus. Akibat blokade itu, otak tidak mendapat input aferen dan
karena itu, kesadaran hilang selama blockade reversible berlangsung.
Timbulnya lesi contusio di daerah coup, contrecoup, dan intermediate coup
menimbulkan gejala defisit neurologik yang bisa berupa refleks babinsky yang positif dan
kelumpuhan UMN. Setelah kesadaran pulih, penderita biasanya menunjukkan organic brain
syndrome.2,5
Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang beroperasi pada trauma
kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh darah cerebral terganggu, sehingga terjadi
vasoparalitis. Tekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan
lemah. Juga karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan
bisa timbul.2
Pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan berguna untuk melihat letak lesi dan adanya
kemungkinan komplikasi jangka pendek.
4.
Laceratio Cerebri
Dikatakan
laceratio
cerebri
jika
kerusakan
tersebut
disertai
dengan
robekan
yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana yang terkena.
Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala:
Epistaksis
Rhinorrhoe
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan foto roentgen basis kranii.
Komplikasi :
Gangguan pendengaran
Adanya cairan LCS yang bercampur darah. Kebocoran LCS dapat diperiksa
dengan double ring atau halo sign, yaitu jika setetes cairan darah yang dicurigai
mengandung LCS diletakkan diatas tissue/koran, maka darah akan terkumpul
ditengah dan sekitarnya terbentuk perembesan yang membentuk cincin kedua.
Tidak ada kehilangan kesadaran, atau jika ada tidak lebih dari 10 menit
Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan neurologist.
Gejalnya serupa dengan CKS, hanya dalam tingkat yang lebih berat
hubungan anatomik antar beberapa organ yang tergolong dalam satu sistem menjadi hilang.
Dengan demikian, tekhnik ini kurang baik bila digunakan pada autopsi forensik, terutama pada
kasus penembakan dengan senjata api dan penusukan dengan senjata tajam, yang perlu dilakukan
penentuan saluran luka, arah serta dalamnya penetrasi yang terjadi.
Tehnik Rokitansky :
Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat dan diperiksa dengan melakukan beberapa
irisan in situ, baru kemudian seluruh organ-organ tersebut dikeluarkan dalam kumpulankumpulan organ (en bloc). Tekhnik ini jarang dipakai, karena tidak menujukkan keunggulan
yang nyata. Tekhnik ini pun tidak baik digunakan autopsi forensik.
Tehnik Letulle:
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher, dada, diafragma, dan perut dikeluarkan
sekaligus (en masse), Kepala diletakkan diatas meja dengan permukaan posterior menghadap ke
atas. Plexus coeliacus dan kelenjar paraaorta diperiksa. Aorta dibuka sampai arcus aorta dan Aa.
Renales kanan dan kiri dibuka serta diperiksa.
Aorta diputus di atas muara a. renalis. Rektum dipisahkan dari sigmoid. Organ urogenital
dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal jejunum diikat pada dua tempat dan kemudian
diputus antara dua ikatan tersebut dan usus dapat dilepaskan. Esofagus dilepaskan dari trakea,
tetapi hubungannya dengan lambung dipertahankan. Vena cava inferior serta aorta diputus di atas
diafragama dan dengan demikian organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut.
Dengan pengangkatan organ-organ tubuh secara en masse ini, hubungan antar organ tetap
dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh. Kerugian tekhnik ini adalah sukar
dilakukan tanpa pembantu serta agak sukar dalam penanganan karena panjangnya kumpulan
organ-organ yang dikeluarkan sekaligus.
Tehnik Ghon:
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan
limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai tiga kumpulan organ (bloc).
Peralatan Untuk Autopsi
a. Kamar autopsi
b. Meja autopsi
c. Peralatan autopsi
d. Pemeriksaan untuk pemeriksaan tambahan
e. Peralatan tulis menulis dan fotografi
Pemeriksaan Luar
Sistematika pemeriksaan adalah :
1. Label mayat
2. Tutup mayat
3. Bungkus mayat
4. Pakaian mayat
5. Perhiasan mayat
6. Benda Disamping mayat
Disertakan pula pengiriman benda disamping mayat (misal bungkusan atau tas). Lakukan
pencatatan teliti dan lengkap
7. Tanda Kematian
Pencatatan tanda kematian berguna untuk penentuan saat kematian,. Jangan lupa mencatat
waktu/saat dilakukan pemeriksaan.
a. Lebam mayat
Catatan letak/distribusi lebam mayat, adanya bagian tertentu di daerah lebam mayat yang
justru tidak menunjukkan lebam (karena tertekan pakaian terbaring di atas benda keras
dan lain-lain). Warna dari lebam mayat serta intensitas (hilang dengan penekanan/sedikit
hilang/tidak menghilang sama sekali).
b. Kaku mayat
Catat distribusi kaku mayat serta derajat kekakuan pada beberapa sendi (daerah
dagu/tengkuk, lengan atas, siku, pangkal paha, sendi lutut) dngan menentukan apakah
mudah/sukar dilawan
Apabila ditemukan spasme kadaverik (cadaveric spasm), harus dicatat dengan sebaikbaiknya, karena spasme kadaverik memberi petunjuk apa yang dilakukan korban saat
terjadi kematian).
c. Suhu tubuh mayat
Kriteria penurunan suhu tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan, namun kadang
masih membantu dalam perkiraan kematian. Pengukuran suhu dengan menggunkana
termometer rektal. Jangan lupa mencatat suhu ruangan pada saat yang sama.
d. Pembusukan
Tanda pembusukan yang pertama tampak berupa kulit perut sebelah kanan bawah yang
berwarna kehijau-hijauan, Pada pembusukan lebih lanjut, kulit ari telah terkelupas,
terdapat gambaran pembuluh superfisial yang melebar berwarna biru hitam, ataupun
tubuh yang telah mengalami penggembungan akibat pembusukan lanjut.
e. Lain-lain
Mencatat
perubahan
tanatologik
lain
yang
mungkin
ditemukan,
(misalnya
mummifikasi/adipocare).
8. Identifikasi umum
Catat jenis kelamin, bangsa atau ras, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat badan,
keadaan zakar yang disirkumsisi, adanya striae albicantes pada dinding perut.
9. Identifikasi Khusus
Catat segala sesuatu yang dapat digunakan untuk penentuan identitas secara khusus.
a. Rajah/tatto
Tentukan letak, bentuk, warna serta tulisan tatto yang ditemukan. Bila perlu buat
dokumentasi foto.
b. Jaringan parut
Catat seteliti mungkin jaringan parut yang ditemukan, baik yang timbul akibat
penyembuhan luka maupun yang terjadi akibat tindakan bedah.
c. Kapalan (Callus)
Dengan mencatat distrubusi callus, kadangkala dapat diperoleh keterangan berharga
mengenai pekerjaan mayat yang diperiksa semasa hidupnya.
Pada pekerja/buruh pikul, ditemukan kapalan pada daerah bahu, pada pekerja kasar
lainnya ditemukan kapalan pada telapak tangan atau kaki.
Catat kelainan bawaan yang mungkin ditemukan, adanya manik-manik yang ditanam di
bawah kulit, keluarnya cairan dari lubang kemaluan, serta kelainan yang disebabkan oleh
penyakit atau sebab lain. Pada dugaan telah terjadi suatu persetubuhan beberapa saat
sebelumnya, dapat diambil preparat tekan menggunakan kaca objek yang ditekankan pada
daerah glands atau coronaglandis yang kemudian dapat dilakukan pemeriksaan terhadap
adanya sel epitel vagina menggunakan teknik laboratorium.
Pada mayat wanita, periksa keadaan selaput dara dan komisura posterior akan kemungkinan
adanya tanda kekerasan. Pada kasus dengan persangkaan telah melakukan persetubuhan
beberapa saat sebelumnya, jangan lupa melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap
sekret/cairan linag senggama.
Lubang pelepasan perlu mendapat perhatian. Pada mayat yang sering mendapat perlakuan
sodomi, mungkin ditemukan anus berbentuk corong yang selaput lendirnya sebagian berubah
menjadi lapisan bertanduk dan hilangya rugae.
15. Lain-lain
Perlu diperhatian akan kemungkinan terdapatnya :
a. Tanda perbendungan, ikterus, warna kebiru-biruan pada kuku/ ujung-ujung jari (pada
sianosis) atau adanya edema/sembab.
b. Bekas pengobatan berupa bekas kerokan, tracheotomi, suntikan, pungsi lumbal, dan lainlain.
c. Terdapatnya bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh, kepingan, atau serpihan cat,
pecahan kaca, lumuran aspal, dan lain-lain.
16. Pemerikaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka
Pada pemeriksaan tersebut , perlu dilakukan pencatatan yang teliti dan objektif terhadap :
a. Letak luka
Sebutkan regio anatomis luka yang ditemukan, mencatat letaknya yang tepat
menggunakan koordinat terhadap garis/titik anatomis yang terdekat.
b. Jenis luka
Tentukan apakah merupakan luka lecet, luka memar, atau luka terbuka.
c. Bentuk luka
Menyebutkan bentuk luka yang didapatkan. Pada luka yang terbuka sebutkan bentuk luka
setelah luka dirapatkan.
d. Arah luka