Anda di halaman 1dari 18

BAB 43 PRINSIP UMUM DARI BEDAH

PERIODONTAL
PEMILIHAN KASUS
Sejak, terdapat rentang yang luas dari terapi bedah periodontal untuk
perawatan jaringan lunak dan cacat tulang periodontal, pertimbangan
harus diberikan untuk pembedahan yang paling tepat untuk setiap lokasi
pada setiap kriteria kasus.
Klasifikasi bedah periodontal:
A. Bedah reduksi saku:
Resektif: gingivektomi, flep posisi apikal dan undisplaced flap
dengan atau tanpa reseksi tulang
Regenerative: flep dengan graft dan membran
B. Koreksi cacat anatomi/morfologi:
Teknik bedah plastik untuk memperlebar gingiva cekat:
Graft epitel
Graft jaringan ikat
Bedah estetik:
Penutupan akar
Pembentukan kembali papila gingiva
Teknik bedah preprostetik:
Crown lengthening
Ridge augmentation
Mendalamkan vestibulum
Peletakkan dental implan:
Dengan GBR
Graft sinus
Tujuan dari fase bedah dari bedah periodontal:

Regenerasi dari kehilangan perlekatan periodontal


Meningkatkan prognosis gigi dan penggantiannya
Meningkatkan estetis

INFORMASI PREOPERATIF
Riwayat kasus
Riwayat medis
Operator harus menentukan jika modifikasi preoperatif spesifik
diindikasikan karena riwayat medis pasien, sebelum merencanakan
prosedur bedah apapun. Alergi obat, medikasi pasien atau penyakit

sistemik menentukan perubahan dalam tipe agen anestesia, analgesik,


antibiotik profilaksis dan bahkan prosedur bedah.
Indikasi untuk bedah periodontal
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.

Perbaikan kerusakan gingiva yang parah


Inflamasi menetap pada daerah dengan saku sedang sampai
dalam
Daerah dengan kontur tulang iregular, krater dalam
Ketika pembersihan iritan akar tidak memungkinkan karena saku
dalam khususnya pada molar dan premolar
Lesi furkasi
Saku infrabony pada daerah distal dari molar terakhir, dipersulit
dengan masalah mukogingiva.

Kontraindikasi untuk bedah periodontal


i.
ii.
iii.
iv.
v.

vi.
vii.

Pasien tidak kooperatif


Penyakit sistemik yang tidak terkontrol/gangguan hormonal
a. Diabetes melitus yang tidak terkontrol
b. Disfungsi adrenal
Kelainan darah
Merokok
Penyakit kardiovaskular
a. Hipertensi
b. Infarksi miokardial
c. Angina pektoris
d. Terapi antikoagulan
e. Demam rematik
Transplantasi organ
Gangguan neurologis
a. Multiple sklerosis
b. Penyakit Parkinson

Izin
pasien harus diberithau dengan lengkap secara verbal dan dalam tulisan
mengenai detail dari prosedur dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Pasien harus diberikan persetujuan untuk prosedur secara verbal dan
dengan menandatangani formulir persetujuan.
Premedikasi
Premedikasi harus diberikan ketika diindikasikan. Agen kemoterapetik
yang digunakan untuk premedikasi adalah:
i.

Ansiolitik: pasien yang neurotik dan gelisah diberikan antiansietas,


sedatif, agen hipnotik, penenang atau barbiturat im atau iv
sebelum terapi pembedahan.

ii.

iii.
iv.

Antibiotik: diberikan pada pasien kompromis medis seperti infektif


endokarditis atau pasien yang memerlukan antibiotik profilaksis
(penyakit jantung valvular). Antibiotik harus diberikan satu jam
sebelum pembedahan untuk memperoleh level yang adekuat
untuk mencegah bakteremia.
Antiseptik: obat kumur dengan 0,12% CHX glukonat.
Obat anti-inflamasi non steroid (AINS): ibuprofen dapat diberikan
sebagai premedikasi sebelum pembedahan

Pasien dengan terapi antikoagulan/aspirin harus menghentikan obat


tersebut 7 sampai 14 hari sebelum pembedahan dan 3 sampai 4 hari
setelahnya dengan persetujuan dokter.
PERTIMBANGAN INTRAOPERATIF
Monitor data sebelum pembedahan
Data yang diperlukan untuk memilih prosedur pembedahan termasuk
radiografi periapikal, model studi dan tabel probing.
Anestesi
Bedah periodontal harus dilakukan tanpa rasa sakit, seluruh area gigi
yang direncanakan untuk pembedahan, gigi dan jaringan periodontal
harus dianestesi dengan anestesi yang tepat. Infiltrasi lokal dan anastesi
blok adalah metode pilihan. Setelah administrasi awal dari anestesi lokal,
suntikkan setetes larutan anestesi langsung ke papila interdental. Ini
membuat gingiva lebih kaku dan lebih mudah untuk diinsisi dan memiliki
efek hemostatik karena vaskonstriktor yang terdapat pada larutan. Secara
umum, kebanyakan prosedur bedah periodontal dilakukan dengan
anestesi lokal. Akan tetapi, pada pasien yang gelisah atau pasien yang
menderita gangguan neurologis, pembedahan dilakukan dalam anestesi
umum.
Penanganan jaringan
Persiapan flep
Flep bedah didefinisikan sebagan pemisahan dari sepotong jaringan dari
jaringan sekitar kecuali pada dasarnya. Flep dapat ketebalan penuh atau
ketebalan parsial.
Desain flep
Desai flep harus berdasarkan pada prinsip menjaga suplai darah optimal
pada jaringan. Rasio panjang (tinggi) flep yang direkomendasi terhadap
dasar harus tidak lebih besar dari 2:1 (gambar 43.1). semakin besar rasio

dari panjang flep terhadap dasar flep, semakin besar vaskular yang
terganggu pada margin flep.
Pembukaan flep
Flep ketebalan diangkat menggunakan elevator periosteal yang tajam
diarahkan ke bawah dari periosteum dijaga terhadap tulang. Papila dibuka
terlebih dahulu, diikuti dengan gingiva marginal, bergerak ke
anterior/posterior dari perluasan insisi sampai margin flep telah
dibebaskan dari gigi atau krista alveolar atau keduanya. Ketika margin
flep telah terbebas sepenuhnya, elevator periosteal diarahkan dalam
bidang vertikal dan horizontal sampai akses yang adekuat diperoleh.
Retraksi flep
Retractor bedah digunakan untuk menahan flep kembali pada gigi dan
tulang. Retraksi harus pasif tanpa tekanan. Retraksi flep yang terus
menerus untuk waktu lama tidak dianjurkan. Ketika flep ditarik, daerah
bedah harus diirigasi dengan saline steril untuk menjaga jaringan tetap
lembab, untuk mengurangi kontaminasi dan untuk meningkatkan
visibilitas.
Reposisi flep
Flep dapat direposisi, diposisikan ke apikal, diposisikan ke korona atau
diposisikan ke lateral. Lokasi akhir flep ditentukan oleh tujuan terapi dan
teknik bedah periodontal spesifik dilakukan.
Oleh karena itu, secara umum jaringan harus ditangani dengan hati-hati
dengan trauma bedah minimum.

Penggunaan suction selama bedah untuk menghindari kompresi dari


jaringan dengan spons kering. Fiber kapasa dari spons kering/gauze
dapat tertinggal dan menjadi sumber iritasi dan infeksi nantinya.
Larutan saline steril harus digunakan
Jangan menghembuskan angin ke lokasi bedah karena dapat
menginduksi emfisema servikofasial yang dapat membahayakan.
Bur bedah yang tajam dengan kecepatan lambat dan pendinginan
yang adekuat harus digunakan untuk pembuangan tulang. Hindari
pengeringan tulang dan jangan memanaskan tulang di atas 47oC
jika tidak akan menyebabkan nekrosis pada permukaan tulang.
Hindari tekanan tinggi terhadap jaringan lunak/tulang

Skeling dan root planing


Skeling dan root planing pada batas dengan bedah periodontal dilakukan
pada permukaan akar yang terbuka dengan bantuan kuret.

Hemostasis
Langkah untuk meminimalkan perdarahan pasca bedah:
1. Sebelum flep dirapatkan, semua daerah harus dibersihkan dari
gumpalan darah dan lokasi bedah harus diperiksa lagi untuk
perdarahan.
2. Tekanan harus diaplikasikan pada flep untuk meminimalkan
ketebalan gumpalan darah.
3. Penutupan yang baik dengan penjahitan mengurangi terjadinya
perdarahan pasca bedah.
4. Wedge disal dan daerah ridge edentulus hrus dirapatkan dengan
baik dan hati-hati karena area ini adalah sumber yang baik dari
perdarahan pasca bedah.
Penutupan luka
Berbagai teknik untuk penutupan luka adalah penjahitan, klip
kulit/staples, skin tape dan adhesive luka [Autologous fibrin glue, sistem
sealing fibrin fibronektin, sianoakrilat, protein adhesif Mussel].
Berbagai struktur penjangkar intraoral yang berguna dalam
mempertahankan jaringan yang bergerak adalah:
i.
ii.
iii.
iv.

Gigi: gigi ini adalah yang paling mudah dan plaing aman diantara
semua penjangkar intraoral
Jaringan yang terikat: gingiva yang melekat pada tulang melalui
periosteum adalah penjangkar terbaik kedua.
Periosteum
Jaringan ikat yang longgar: ini adalah struktur penjangkar yang
paling tidak aman dalam mulut. Jaringan ikat dalam vestibulum dan
jaringan lemak pada daerah retromolar adalah contoh dari sumber
penjangkar jaringan ikat yang longgar.

Penjahitan dan teknik penjahitan


Seleksi dari tipe bahan jahit dan jarum bergantung pada tipe dan
ketebalan jaringan, lokasi dalam mulut, kemudahan dalam penanganan,
biaya dan waktu perencanaan dari pelepasan jahitan.
Bagian dari jarum bedah
i.
ii.

iii.

Point adalah ujung kerja dari jarum


Body adalah daerah pegangan yang mana membentuk
kebanyakan dari panjang jarum. Ini dimulai dimana point dari jarum
berakhir dan berakhir dimana kontur berubah, menandai awal dari
swage jarum.
Mata/swage adalah bagian dimana jarum dan bahan jahit bersatu.

Tipe dari jarum


A. Berdasarkan bentuk:
i. Lurus
ii.
Melengkung : , 3/8, , 5/8 (gambar 43.2)
B. Berdasarkan mata:
i. Eyed: bahan jahit diikat pada jarum dan didesain untuk
penggunaan ulang.
ii.
Eyeless/swaged: bahan jahit dimasukkan pada lubang pada ujung
selama produksi dan metal dikompresi disekitarnya. Jarum tidak
dapat digunakan kembali.
C. Berdasarkan fungsi
i. Tapered: digunakan untuk lapisan mesenkim seperti otot/wajah
yang lembut dan mudah dipenetrasi.
ii.
Cutting: digunakan untuk mukosa berkeratin dan kulit.
a. Cutting konvensional (gambar 43.3A)
b. Cutting terbalik (gambar 43.3B)
Tipe dari bahan jahit
A. Berdasarkan jumlah filamen:
a. Monofilamen, mis. Baja, nilon
b. Multifilamen, mis. Silk, kapas.
B. Berdasrkan diameter oleh US Pharmacopoeia dalam urutan
menurun dari ukuran 5, 4, 3, 2, 1-0 sampai 11-0. 1-0 memiliki
diameter terbesar dan 11-0 berdiameter terkecil.
C. Berdasarkan kemampuan absorbsi bahan jahit:
a. Dapat diabsorbsi
b. Tidak dapat diabsorbsi
D. Berdasarkan sumber:
a. Alami:
Dapat diabsorbsi plain gut, chromic gut, fast absorbing
gut, plain collagen, chromic collagen
Tidak dapat diabsorbsi silk, kapas, linen
b. Sintetik
Dapat diabsorbsi poliglaktin, poliglikonat, poliglikolik,
polidioksanon.
Tidak dapat diabsorbsi nilon, polibutester, polyester,
dekron, polipropilen, nurolon.
Metode dari pemilihan jahitan
Harus terdapat nama jahitan, ukuran, panjang dan tidak traumatik, tipe
jarum, ukuran jarum, dan jumlah foil yang diperlukan, mis. Prolen 2-0, 70
cm dengan jarum cutting terbalik atraumatik (lingkaran 3/8 45 mm) 1 foil.
Tujuan penjahitan

i.
ii.
iii.
iv.
v.

Untuk menstabilkan jaringan


Untuk memposisikan jaringan pada lokasi yang diinginkan
Menjaga hemostasis
Memungkinkan penyembuhan dengan tujuan utama
Sebagai alat untuk retraksi flep untuk fotografi atau untuk
memperoleh autograft gingiva bebas/jaringan ikat.

Prinsip penjahitan
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.

viii.
ix.
x.
xi.
xii.

Needle holder harus memegang jarum pada sekitar dari point


Jarum harus masuk ke jaringan tegak lurus ke permukaan.
Jarum harus melalui jaringan mengikuti kurvatura jarum
Sutura harus diletakkan pada jarak yang sama (2 sampai 3 mm) dari
insisi pada kedua sisi dan pada kedalaman yang sama.
Jarum harus melalui dari daerah yang bebas ke daerah yang cekat.
Jarum harus melalui dari daerah yang tipis ke daerah yang tebal
Jika salah satu dataran jaringan lebih dalam dari yang lain, jarum
harus dimasukkan dari sisi yang dalam ke sisi yang lebih di
permukaan.
Jarak yang jarum lalui ke jaringan harus lebih besar dari jarak dari
ujung jaringan.
Jaringan tidak boleh ditutup dalam tekanan, ini akan mengakibatkan
terkoyaknya jaringan atau nekrose.
Jahitan harus diikat sehingga jaringan cukup dekat, tidak pucat.
Jahitan tidak boleh diletakkan diatas garis insisi.
Jahitan harus diletakkan sekitar 3-4mm antara satu sama lain.

Berbagai tipe jahitan


A. Jahitan terputus-putus:
a. Sirkumferensial : direk/loop
b. Figure of eight
c. Mattress: vertikal dan horizontal
B. Jahitan berlanjut:
a. Jahitan independent sling
b. Mattress: vertikal dan horizontal
c. Continuous locking
C. Jahitan simple sling
D. Jahitan periosteal
Jahitan direk/loop: jarum mempenetrasi permukaan dari flep pertama.
Permukaan bawah dari flep berseberangan dilalui dan jahitan dibawa
kembali ke sisi awal dimana simpul diikat (gambar 43.4A sampai D).
jahitan ini digunakan dimana bone graft diletakkan dan ketika aposisi
yang dekat dari insisi scalloped diperlukan.
Figure of eight: jarum penetrasi permukaan luar dari flep pertama dan
permukaan luar dari flep berlawanan. Jahitan dibawa kembali ke flep

pertama dan simpul diikat (gambar 43.5A sampai D). jahitan ini dilakukan
ketika flep tidak dalam aposisi yang dekat karena flep posisi apikal atau
insisi nonscallped.
Jahitan simple sling: jarum masuk dari permukaan luar dari flep dan
mengelilingi gigi. Permukaan luar dari flep yang sama dari daerah
interdental berdekatan dilakukan. Jahitan dikembalikan pada lokasi awal
dan simpul diikat (gambar 43.6A sampai D). digunakan pada flep posisi
apikal dan pada flep reposisi.
Jahitan sling/suspensori digunakan ketika prosedur bedah memiliki
perluasan terbatas dan melibatkan hanya permukaan jaringan bukal atau
lingual dari gigi. Juga adalah pilihan jahitan ketika flep bukal dan lingual
direposisi pada berbagai level dan untuk meletakkan membran pembatas
pada permukaan gigi.
Jahitan mattress: mattress berarti bahwa jahitan melalui flep dua kali.
Bahan tidak melalui bawah garis insisi, sehingga meminimalkan kusutnya
benang.
a. Mattress vertikal: jarum mempenetrasi permukaan luar dari
permukaan epitel flep 8 sampai 10 mm apikal terhadap ujung papila.
Ini melalui permukaan bawah flep, muncul kembali ke permukaan luar
dari flep yang sama 2 sampai 3 mm dari ujung papila. Sehingg, gigitan
vertikal 6 sampai 7 mm terambil dengan jarum. Jarum melalui
permukaan bawah embrasur, dimana teknik tersebut diulangi lagi
dengan flep kedua/berlawanan. Jahitan diikat pada flep pertama
(gambar 43.7A sampai D). digunakan pada area dengan papila
panjang dan sempit. Terdiri dari dua tipe ke luar dan ke dalam.
b. Jarum melalui flep dan daerah interdental. Jahitan diletakkan pada
permukaan lingual dari gidi dan dikembalikan ke permukaan bukal
melalui ruang interdental berikutnya. Prosedur diulangi gigi demi gigi
sampai ujung mesial/distal dari flep dicapai. Kemudian, jarum melalui
flep lingual dengan jahitan terletak pada aspek bukal dari setiap gigi
dan melalui setiap ruang interproksimal. Ketika jahitan dari flep lingual
selesai dan jarum telah dibawa kembali ke daerah interdental
pertama, posisi dari flep diatur dan diletakkan pada posisi yang benar
dan menutup jahitan (gambar 43.11 A dan B). Oleh karena itu, hanya
satu simpul yang dibutuhkan (gambar 43.12). jahitan berlanjut
umumnya digunakan ketika flep melibatkan beberapa gigi yang
direposisi ke apikal. Ketika flep telah diangkat pada kedua sisi gigi,
satu persatu flep diletakkan pada posisi yang benar.
Jahitan periosteal: ini diindikasikan pada flep ketebalan parsial posisi
apikal.

Sutured knots
Komponen dari sutured knots adalah loop, simpul dan ear. simpul terdiri
dari sejumlah tight dan throw, setiap throw mewakili sulaman dari dua tali
dan ear adalah akhiran dari jahitan. Simpul harus diikat sekecil mungkin.
Simpul yang telah selesai harus cekat untuk mengurangi kelonggaran.
Ikat simpul pada aspek fasial untuk akses pelepasan menyisakan ujung
jahitan 2 sampai 3 mm.
Tipe dari simpul:
i. Simpul persegi: dua ikatan tunggap pada arah berlawanan.
ii. Simpul Granny: dua atau tiga ikatan pada arah yang sama.
iii. Simpul bedah 2-1: ikatan pertama dua kali dan dua ikatan tunggal
pada arah berlawanan.
iv. Simpul bedah 2-2: ikatan pertama dua kali dan ikatan kedua juga
dua kali pada arah berlawanan.
Prinsip dari pelepasan jahitan:
i.
ii.

iii.

Daerah harus dihapus dengan hidrogen peroksida untuk pelepasan


dari debris nekrotik, darah dan serum dari jahitan.
Gunting yang tajam harus digunakan untuk menggunting loop jahitan,
sedekat mungkin pada permukaan epitel. Dengan cara ini, jumlah
minimal dari bagian jahitan yang terpapar pada lingkungan luar dan
telah tertutup debris dan bakteri akan tertarik melalui jaringan.
Penjepit kapas kemudian digunakan untuk mengambil jahitan. Lokasi
simpul harus diperhatikan agar dapat diambil terlebih dahulu, yang
mana kan mencegah terperangkapnya flep yang tidak perlu.

Dressing periodontal
Dressing periodontal pertama kali diperkenalkan pada 1923 ketika Dr AW
Ward menetapkan peraturan dan penggunaan bahan packing sekitar gigi
setelah bedah gingiva. Bahan ini disebut Wonder pack, yang terdiri dari
zinc oxide eugenol dicampur dengan alkohol, minyak pinus dan fiber
asbestos.
Tujuan
Dressing periodontal digunakan untuk alasan berikut:
a. Melindungi daerah luka dari iritan seperti makanan panas/pedas
b. Meningkatkan kenyamanan pasien
c. Membantu menjaga posisi dari jaringan lunak yang direposisi dan
berperan sebagai pembatas untuk mencegah pembentukan jaringan
granulasi berlebih.

d. Juga melindungi permukaan akar yang baru terbuka dari perubahan


temperatur, menstabilkan gigi yang mobil dan melindungi jahitan.
Sifat
a. Dressing harus lembut tetapi dengan plastisitas dan fleksibilitas.
b. Dressing harus mengeras dengan waktu yang tepat
c. Dressing harus memiliki kekakuan yang cukup untuk mencegah
fraktur dan dislokasi.
d. Dressing harus memiliki permukaan mulus setelah mengeras untuk
mencegah iritasi pada pipi dan bibir.
e. Dressing harus stabil dimensinya untuk mencegah kebocoran dan
akumulasi debris plak.
f. Dressing harus memiliki sifat bakterisidal untuk mencegah
pembentukan plak berlebih.
g. Dressing tidak boleh menginduksi reaksi alergi
h. Dressing harus memiliki rasa yang dapat diterima
i. Dressing tidak boleh mengganggu penyembuhan.
Klasifikasi dressing periodontal:
i.
ii.
iii.

Zinc oxide eugenol


Zinc oxide noneugenol : Coepak, periocare, periopac, perioputty dan
vocopac
Lainnya: dressing periodontal fotocuring, dressing kolagen, gel
metakrilat dan sianoakrilat.

Dressing zinc oxide eugenol


i.

ii.

Bentuk bubuk dan cairan (pack Kirkland): bubuk terdiri dari zinc
oxide, asam tannic, rosin, kaolin, zinc steorate, asbestos. Cairan
mengandung eugenol, minyak kacang tanah, rosin. Ketika
komponen dari dressing zinc oxide eugenol dicampur, pengerasan
terjadi sebagai hasil dari interaksi kemis antara zinc oxide dan
eugenol membentuk zinc eugenolat.
Bentuk pasta tube 1 basis zinc oxide 87%, minya sayur/mineral
13%; tube 2 minyak akselerator dari cengkeh 12%, karet/rosin
polimerisasi.

Dressing zinc oxide non-eugenol:


i.

Coepak: merupakan yang paling umum dan dressing non-eugenol


yang paling banyak digunakan.
Zinc oxide : bahan utama
Minyak sayur
: untuk plastisitas
Karet
: untuk kohesi
Lorothidol : fungisida
Cairan kelapa
: asam lemak

ii.

iii.

iv.

v.

vi.

vii.

viii.

Klorotimol : agen bakteriostatik


Resin kolofoni
Periocare: pasta terdiri dari zinc oxide, MgO, Ca(OH)2, minyak sayur.
Gel mengandung resin, asam lemak, etilselulosa, lanolin, Ca(OH)2.
Pengerasan periocare terjadi dengan reaksi kimia.
Periopac: adalah campuran dressing ZnO noneugenol mengandung
Ca3(PO4)2, ZnO, akrilat, pelarut organik, agen perasa dan pewarna.
Ketika bahan ini terpapar udara atau kelembapan, bahan ini
mengeras dengan kehilangan banyak pelarut organik. Setelah
mengeras, dressing ini menjadi cukup rapuh.
Vocopac: adalah produk formulasi baru yang digunakan sebagai
dressing periodontal. Mengadung 90 gm basa dan 90 gm katalis.
Tidak mengandung eugenol atau koumarin dan tidak menyebabkan
iritasi gingiva, mempertahankan kualitas elastis yang keras selama
dalam mulut pasien dan tidak menjadi rapuh. Ini berikatan dengan
baik pada gigi dan membantu penyembuhan. Waktu pencampuran
sekitar 20-30 detik dan waktu kerja sekitar 10-15 menit.
Perioputty: adalah dressing noneugenol yang mana mengandung
metil dan propel-paraben untuk sifat bakteriosidal dan fungisida dan
benzokain sebagai anestesi topikal.
Barricade visible light cure periodontal dressing: komponen tunggal
dari bahan dressing ini mengeliminasi, waktu pencampuran pasta
yang memerlukan waktu. Ini tersedia dalam sebuah syringe untuk
aplikasi langsung atau mengeluarkannya pada pad pencampuran
dan peletakkan secara intraoral. Bahan curing kemudian diperoleh
dengan unit light curing untuk membentuk lapisan pelindung elastic
yang kaku tetapi tidak rapuh. Bahan dasar dari bahan ini adalah
resin dimetakrilat uretan polieter, silica, foto inisiator light cure
visibel (VLC), akselerator dan stabiliser. Ini mengandung monomer
yang dapat berpolimerisasi yang mana menyebabkan sensitivitas
pada kulit (alergi kontak dermatitis) pada orang yang rentan. Poteksi
mata harus digunakan ketika curing dengan unit light cure.
Dressing kolagen: sebagain contoh dari dressing kolagen adalah
collocate. Dressing kolagen adalah dalam bentuk spons kolagen
yang mana adalah kolagen tipe I yang diperoleh dari tendon Achilles
dari sapi. Bahan ini dapat diresorbsi speneuhnya yang dapat
digunakan untuk menutup dan melindungi lokasi graft palatal; spons
memiliki ketebalan sekitar 3 mm dan dapat dipotong agar sesuai
dengan lokasi graft. Bahan ini menghentikan perdarahan dan dapat
menyerap 30-40 kali beratnya dalam cairan, tanpa menggembung.
Dressing gel metakrilat: mereka memiliki konsistensi elastic yang
lembut dan lentur dan akan mengalir dalam tekanan. Mereka
beradaptasi dengan baik terhadap jaringan dan sangat nyaman
pada lokasi luka. Keuntungan utama dari bahan ini adalah

ix.

kemampuannya untuk membawa dan melepaskan medikamen ke


jaringan lunak.
Sianoakrilat: pada 1964, adhesive jaringan diperkenalkan ke
kedokteran gigi. Dr SN Bhaskar memperoleh ide dari potensinya
untuk digunakan dalam bidang periodonsia dan melakukan
sejumlah penelitian laboratorium dan klinis. Bahan dasar dari
sianoakrilat adalah CH=C(CN) COOR. Bentuk butil dan isobutil
ideal sebagai bahan dressing periodontal. Guna dari sianoakrilat
adalah alternatif terhadap penjahitan dan sebagai adhesive
permukaan dan dressing periodontal. Bahan ini memiliki
kemampuan unik untuk melekatkan permukaan jaringan yang
lembab. Sianoakrilat diaplikasikan dalam bentuk tetesan atau
disemprot dalam jaringan. Bahan lebih sedikt dibandingkan bahan
lain. Keuntungan lain termasuk kurangnya efek samping yang jelas,
mudah melekat pada jaringan, hemostasis yang segera, kurangnya
bukti toksisitas/sensitivitas sistemik, peletakkan flep yang tepat,
berkurangnya waktu penjahitan, mudah untuk aplikasi dan kemauan
pasien dibandingkan dengan dressing yang banyk. Ini sangat
berguna dalam kontrol flep pada permukaan konkaf seperting
daerah furkal. Sianoakrilat telah digunakan untuk aplikasi
permukaan saja; adhesive menjadi terperangkap dibawah flep
jaringan lunak akan menunda penyembuhan luka.
Sifat pack antibakterial: basitrasin, oksitetrasiklin (Terramycin),
neomisin dan nitrofurakson telah dicoba, tetapi banyak dapat
menyebabkan reaksi hipersensitivitas. Termasuknya bubuk
tetrasiklin dalm Coe Pak secara umum direkomendasikan,
khususnya ketika bedah yang lama dan traumatik dilakukan.

Persiapan dan aplikasi dari dressing periodontal


Pack zinc oxide dicampur dengan eugenol atau cairan non eugenol pada
kertas lilin dengan depressor kayu. Bubuk secara perlahan dicampur
dengan cairan sampai pasta yang tebal terbentuk.
Coe-Pak dipersiapkan dengan mencampur pasta dengan panjang yang
sama dari tabung yang terdiri dari akselerator dan basa sampai
menghasilkan pasta dengan warna yang sama. Pak kemudian dicampur
dalam segelas air pada temperatur ruangan, dalam 2-3 menit pasta
kehilangan sifat lengketnya dan dapat dibentuk, dan dapat bertahan
selama 15-20 menit. Pack kemudian digulung menjadi dua strip sekitar
panjang dari daerah yng dirawat. Ujung dari stau strip dibengkokan
membentuk kait dan dipaskan sekitar permukaan distal dari gigi terakhir
mendekatkannya dari permukaan distal. Sisa dari strip dibawa kedepan
sepanjang permukaan fasial ke garis tengah. Strip kedua diaplikasikan

dari permukaan lingual. Digabung ke pack pada permukaan distal dari gigi
terakhir dan kemudian dibawa ke depan sepanjang marging gingiva ke
garis tengah. Strip digabung secara interproksimal dengan memberikan
tekanan ringan pada permukaan fasial dan lingual dari pack (gambar
43.15).
Dilarang
Dressing periodontal tidak boleh meluas ke permukaan mukosa
yang tidak terlibat
Tidak boleh melebihi permukaan oklusal dari gigi
Tidak boleh mengganggu oklusi
Peletakkan dressing periodontal
Dressing periodontal dipertahankan secara mekanis dengan menguncinya
pada ruang interdental dari gigi dan menggabungkan porsi lingual dan
fasial dari pack. Pada daerah edentulus, dressing periodontal
dipertahankan dengan bantuan splint, pesawat Hawley dan stents. Pada
kasus gigi yang terisolasi, dental floss diikat dengan longgar sekeliling gigi
dan diatasnya pack diaplikasikan.
Dressing periodontal dapat menyebabkan jahitan terperangkap dibawah
dressing dan dapat merubah posisi flep.
INSTRUKSI DAN PERHATIAN PASCA BEDAH
Instruksi pasca bedah yang tepat harus diberikan secara verbal dan
tertulis kepada pasien termasuk penjelasan mengenai:
1. Ketidanyamanan dan komplikasi yang mungkin terjadi
2. Semua medikasi, khususnya analgesik dan antibiotik
3. Modifikasi diet
Instruksi kepda pasien setelah bedah
Lakukan
Konsumsi 2 tablet asetaminofen setiap 6 jam pada hari pertama
Mengunyah pada sisi yang tidak dibedah
Konsumsi makanan semi solid
Aplikasi es, secara bergantian, selama 20 menit dan tidak selama 20
menit, pada wajah diatas sisi yang dibedah pada hari pertama
Gunakan obat kumur klorheksidin
Jika perdarahan tidak berhenti, ambil sepotong kain dan dibentuk
menjadi huruf U dan tahan dengan jempol dan jari telunjuk,
aplikasikan pada kedua sisi pack dan tahan dengan tekanan selama
20 menit.

Pembengkakan biasa pada prosedur bedah yang ekstensif. Akan


berkurang dalam 3 atau 4 hari. Aplikasikan kompres hangat bila
tetap ada.
Jika ada masalah lain, hubungi dokter.
dilarang

Hindari makanan panas


Jangan merokok atau mengkonsumsi alkohol
Hindari asam, makanan yang sangat pedas
Jangan menyikat diatas pack
Hindari melakukan pekerjaan berat
Jangat mencoba menghentikan perdarahan dengan berkumur.

Perhatian pasca bedah


Hari 1: analgesik, pack dingin, kain lebab diperlukan, hindari mengganggu
luka.
Setelah hari 1: rasa sakit, bengkak, perdarahan akan berkurang atau
menghilang. Mulai dengan aktivitas ringa, pack hangat diperlukan dan
kontrol plak kemis direkomendasikan
Setelah 5 sampai 10 hari: buka dressing dan jahitan setelah 7 hari:
lakukan pembersihan plak supragingiva. Mulai dengan tindakan oral
hygiene ringan.
Setelah 4 sampai 6 minggu: setiap dua minggu kunjungan ke dokter gigi
untuk membersihkan plak dan instruksi oral hygiene. Batas dentogingiva
tidak boleh diprob atau diinstrumentasi selama 6 sampai 8 minggu pasca
bedah. Sikat gigi lembut harus digunakan dengan lembut pada beberapa
minggu pertama setelah bedah. Pasien harus mengikuti metode Charter
mengingdari penyikatan gigi yang terlalu keras.
KOMPLIKASI PASCA BEDAH
Jika komplikasi pasca bedah terjadi, mereka harus ditangani dengan
perawatan yang segera dan tepat, yang mana termasuk kontrol
perdarahan, analgesik yang adekuat atau antibiotik.
Komplikasi berkaitan dengan bedah periodontal adalah:

Perdarahan
Rasa sakit pasca bedah
Infeksi
Bengkak
Reaksi terhadap obat

Potensi resiko lain termasuk sensitivitas akar, flep yang melunak,


resorpsi akar atau ankilosis, kehilangan krista alveolar, perforasi
flep, pembentukan abses dan kontur gingiva iregular.

Perdarahan
Perdarahan pasca bedah diawali pada saat pembedahan. Perdarahan yang
segera dimulai setelah pembedahan, dan berhenti sementera setelah
bedah. Biasanya karenan pecahnya gumpalan darah yang tidak
sempurna, seperti berkaitan dengan kehilangan efek vasokonstriktor dari
anestesi. Perdarahan kedua dimulai dari 24 jam sampai 10 hari setelah
pembedahan.
Langkah untuk mengontrol perdarahan pasca bedah:
1. Langkah pertama untuk kontrol perdarahan adalah identifikasi
sumber perdarahan. Suction dilakukan dengan hati-hati dan tekanan
lokal diberikan dengan spons.
2. Injeksi vasokonstriktor secukupnyadengan aplikasi tekanan
membantu pembentukan gumpalan darah.
3. Bekuan darah artifisial dapat diinduksi dengan produk kolagen
mikrofibrilar selulosa oksidasi.
4. Elektrokoagulasi dapat efektif untuk lokasi perdarahan kapiler dan
arteriol kecil
5. Lokasi perdarahan arteriol besar dapat dikontrol dengan meletakkan
jahitan pda jaringan lunak. Simpul ditarik ketat untuk menutup
pembuluh darah dengan kompresi dari jaringan sekitar (gambar
43.16)
Jika perdarahan dari lokasi dalam tulang maka dapat dikontrol dengan
wax tulang (beeswax dan asam salisilat) yang menutup kanal tulang.
Perdarahan berlebih dari lesi interproksimal dan infraboni dari degranulasi
inadekuat. Jaringan granulomatous residual adalah sumber umum dari
perdarahan, karena terdiri dari kapiler besar.
Berbagai agen hemostatis topikal
agen
Avitene
Collacote
Collatape
Collaplug
Thrombinar
Thrombogen
Thrombostat
Gelfoam

Bahan utama
Kolagen
Kolagen
Kolagen
Kolagen
Trombin
Trombin
Trombin
Gelatine

Beriplast
Surgicel

Fibrin
Selulosa

Rasa sakit pasca bedah


Keparahan dari rasa sakit pasca bedah berbeda tergantung pada tingkat
ketahanan rasa sakit pasien, lokasi, durasi, perluasan pembedahan dan
kemampuan dimaan jaringan lunak dan tulang ditangani selama bedah.
Rasa sakit paska bedah dan ketidaknyamanan untuk pasien dapat
dikurangi dengan penanganan bedah dari jaringan lunak dan tulang yang
mengalami trauma.

Tulang harus dijaga tetap lembab karena tulang yang kering


menginduksi rasa sakit yang sangat. Harus ada penutupan tulang
yang baik oleh jaringan lunak selama penjahitan. Paparan tulang
tidak boleh luas.
Dressing periodontal tidak boleh meluas dibawah batas
mukogingiva atau ke frenulum dan palatum.
Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari mengunyah pada
lokasi yang dibedah.
Dua tablet asetaminofen setiap 6 jam untuk 24 jam pertama. Tetapi
jika rasa sakit menetap maka tablet asetaminofen dengan kodein
dapat diresepkan.
Jika rasa sakit paska bedah berkaitan dengan infeksi yang mana
biasanya dimulai setelah 4 hari setelah pembedahan (limfadenopati
lokal dan demam) kemudian harus dirawat dengan antibiotik
sistemik disertai dengan analgesik.

Pembengkakan
Pembengkakan setelah bedah sangat baik dicegah dengan pack es.
Setelah terjadi pembengkakan, pack yang hangat dan berkumur dengan
larutan saline hangat dengan sering disarankan. Secara umum berkurang
pada hari ke-4 setelah pembedahan. Jika pembengkakan menetap dan
menjadi lebih parah, kemudan amoksisilin (500 mg) harus diberikan setiap
8 jam selama 1 minggu. Tidak semua pembengkakan pasca bedah
disebabkan oleh inflamasi; beberapa dapat disebabkan perdarahan ke
dalam jaringan. Ini dapat terjadi setelah bedah flep dan diikuti dengan
diskolorasi bawah pipi, dagu atau mata.
PENYEMBUHAN LUKA
Unutk memastikan penyembuhan yang baik, prinsip bedah atraumatis
harus diikuti termasuk: (1) anestesi yang cukup; (2) disinfeksi permukaan;
(3) instrumentasi yang tajam; (4) penanganan jaringan atraumatis dan

minimal; (5) waktu operasi singkat; (6) mencegah kontaminasi yang tidak
perlu; (7) dressing dan penjahitan yang tepat, jika diindikasikan.
Penyembuhan adalah fase dari respon inflamasi dimana mengarah pada
hubungan fisiologi dan anatomi yang baru diantara elemen tubuh yang
rusak. Penyembuhan jaringan periodontal dapat dalam bentuk
penyembuhan, perlekatan baru dan regenerasi. (lebih lanjutnya akan
dijelaskan pada bab 48: bedah tulang regenerative)
Laju penyembuhan dari berbagai jaringan periodontal
Tipe jaringan
Laju penyembuhan (perkiraan)
Epitel jungsional
5 hari
Epitel sulkular
7-10 hari
Epitel permukaan gingiva
10-14 hari
Jaringan ikat
21-28 hari
Tulang alveolar
4-6 minggu
Luka pada gingiva sembuh leibh cepat dengan lebih sedikit pembentukan
jaringan parut dibandingkan pada kulit. Alasan dari kurangnya
pembentukan jaringan parut adalah:
a. Fibroblas gingiva tidak seperti fibroblas pada jaringan ikat lain yang
menghasilkan lebih banyak MMP13 daripada MMP1. MMP13 memiliki
substantivitas yang lebih luas dan lebih dapat
menghancurkan/mengubah sejumlah protein matriks ekstraselular.
MMP1 pada sisi lain memiliki aktivitas biologis yang terbatas pada
kolagen I. Lebih besar MMP13 pada lokasi luka dianggap
menghasilkan lebih banyak perubahan dan mencegah pembentukan
jaringan parut.
b. Terdapat miofibroblas yang lebih banyak pada gingiva dibandingkan
pada kulit. Fibroblas dapat berdiferensiasi membentuk miofibroblas
yang lebih sintetis dibawah pengaruh dari TGF-. Adanya TGF-
pada daerah luka meningkatkan miofibroblas yang telah ada yang
mengakibatkan kontraksi luka yang lebih sedikit dan pembentukan
jaringan parut.
PENELITIAN YANG BERKAITAN
Lindhe J, Socransky SS, Nyman S, dkk. kedalaman probing pada
terapi periodontal. Journal of clinical periodontology 1982;9:32336.
Mereka melaporkan bahwa prosedur skeling dan root planing menginduksi
kehilangan perlekatan jika dilakukan pada saku yang kurang dari 3mm,
dimana perlekatan terjadi pada saku yang lebih dalam. Flep Widman

modifikasi menginduksi kehilangan perlekatan bula dilakukan pada saku


yang kurang dari 4,2 mm tetapi memberikan perlekatan yang lebih baik
dari root planing pada saku yang lebih dalam dari 4,2 mm. Kedalaman
probing yang baik pada level perlekatan yang tidak berubah setelah
perawatan yaitu 2,9 mm untuk root planing dan 4,2 mm untuk
pembedahan. Disimpulkan bahwa molar merespon lebih baik pada
pembedahan dibandingkan dengan root planing di atas 4,5 mm. Kontrol
plak yang buruk oleh pasien pada fase pemeliharaan cenderung
meningkatkan kedalaman probing.
HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
Penyebab perdarahan berlebih selama pembedahan termasuk
laserasi dari pembuluh darah besar, pembersihan jaringan granulasi
yang tidak lengkap, pasien hipertensi, pasien dengan gangguan
perdarahan dan pasien dalam terapi antikoagulan.
Jika jaringan sekitar memucat, akan tetapi, jahitan terlalu ketat,
yang mana dapat mengakibatkan nekrosis karena kurangnya
vaskularisasi
Hemostatis harus dicapai sebelum dan bukan ketika aplikasi dari
dressing. Indikasi yang jelas untuk sebuah dressing adalah
mencapai stasis jaringan, begitu juga dengan graft mukosa bebas
atau untuk melindungi bekuan darah di atas tulang pada teknik
denudasi interdental. Aplikasi dari dressing adalah masalah
individual.
Kemungkinan hasil dari terapi bedah periodontal adalah: regenerasi,
perlekatan baru, epitel jungsional yang panjang, resorpsi
akar/ankilosis dan rekurensi saku.

Anda mungkin juga menyukai