PERIODONTAL
PEMILIHAN KASUS
Sejak, terdapat rentang yang luas dari terapi bedah periodontal untuk
perawatan jaringan lunak dan cacat tulang periodontal, pertimbangan
harus diberikan untuk pembedahan yang paling tepat untuk setiap lokasi
pada setiap kriteria kasus.
Klasifikasi bedah periodontal:
A. Bedah reduksi saku:
Resektif: gingivektomi, flep posisi apikal dan undisplaced flap
dengan atau tanpa reseksi tulang
Regenerative: flep dengan graft dan membran
B. Koreksi cacat anatomi/morfologi:
Teknik bedah plastik untuk memperlebar gingiva cekat:
Graft epitel
Graft jaringan ikat
Bedah estetik:
Penutupan akar
Pembentukan kembali papila gingiva
Teknik bedah preprostetik:
Crown lengthening
Ridge augmentation
Mendalamkan vestibulum
Peletakkan dental implan:
Dengan GBR
Graft sinus
Tujuan dari fase bedah dari bedah periodontal:
INFORMASI PREOPERATIF
Riwayat kasus
Riwayat medis
Operator harus menentukan jika modifikasi preoperatif spesifik
diindikasikan karena riwayat medis pasien, sebelum merencanakan
prosedur bedah apapun. Alergi obat, medikasi pasien atau penyakit
vi.
vii.
Izin
pasien harus diberithau dengan lengkap secara verbal dan dalam tulisan
mengenai detail dari prosedur dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Pasien harus diberikan persetujuan untuk prosedur secara verbal dan
dengan menandatangani formulir persetujuan.
Premedikasi
Premedikasi harus diberikan ketika diindikasikan. Agen kemoterapetik
yang digunakan untuk premedikasi adalah:
i.
ii.
iii.
iv.
dari panjang flep terhadap dasar flep, semakin besar vaskular yang
terganggu pada margin flep.
Pembukaan flep
Flep ketebalan diangkat menggunakan elevator periosteal yang tajam
diarahkan ke bawah dari periosteum dijaga terhadap tulang. Papila dibuka
terlebih dahulu, diikuti dengan gingiva marginal, bergerak ke
anterior/posterior dari perluasan insisi sampai margin flep telah
dibebaskan dari gigi atau krista alveolar atau keduanya. Ketika margin
flep telah terbebas sepenuhnya, elevator periosteal diarahkan dalam
bidang vertikal dan horizontal sampai akses yang adekuat diperoleh.
Retraksi flep
Retractor bedah digunakan untuk menahan flep kembali pada gigi dan
tulang. Retraksi harus pasif tanpa tekanan. Retraksi flep yang terus
menerus untuk waktu lama tidak dianjurkan. Ketika flep ditarik, daerah
bedah harus diirigasi dengan saline steril untuk menjaga jaringan tetap
lembab, untuk mengurangi kontaminasi dan untuk meningkatkan
visibilitas.
Reposisi flep
Flep dapat direposisi, diposisikan ke apikal, diposisikan ke korona atau
diposisikan ke lateral. Lokasi akhir flep ditentukan oleh tujuan terapi dan
teknik bedah periodontal spesifik dilakukan.
Oleh karena itu, secara umum jaringan harus ditangani dengan hati-hati
dengan trauma bedah minimum.
Hemostasis
Langkah untuk meminimalkan perdarahan pasca bedah:
1. Sebelum flep dirapatkan, semua daerah harus dibersihkan dari
gumpalan darah dan lokasi bedah harus diperiksa lagi untuk
perdarahan.
2. Tekanan harus diaplikasikan pada flep untuk meminimalkan
ketebalan gumpalan darah.
3. Penutupan yang baik dengan penjahitan mengurangi terjadinya
perdarahan pasca bedah.
4. Wedge disal dan daerah ridge edentulus hrus dirapatkan dengan
baik dan hati-hati karena area ini adalah sumber yang baik dari
perdarahan pasca bedah.
Penutupan luka
Berbagai teknik untuk penutupan luka adalah penjahitan, klip
kulit/staples, skin tape dan adhesive luka [Autologous fibrin glue, sistem
sealing fibrin fibronektin, sianoakrilat, protein adhesif Mussel].
Berbagai struktur penjangkar intraoral yang berguna dalam
mempertahankan jaringan yang bergerak adalah:
i.
ii.
iii.
iv.
Gigi: gigi ini adalah yang paling mudah dan plaing aman diantara
semua penjangkar intraoral
Jaringan yang terikat: gingiva yang melekat pada tulang melalui
periosteum adalah penjangkar terbaik kedua.
Periosteum
Jaringan ikat yang longgar: ini adalah struktur penjangkar yang
paling tidak aman dalam mulut. Jaringan ikat dalam vestibulum dan
jaringan lemak pada daerah retromolar adalah contoh dari sumber
penjangkar jaringan ikat yang longgar.
iii.
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Prinsip penjahitan
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
x.
xi.
xii.
pertama dan simpul diikat (gambar 43.5A sampai D). jahitan ini dilakukan
ketika flep tidak dalam aposisi yang dekat karena flep posisi apikal atau
insisi nonscallped.
Jahitan simple sling: jarum masuk dari permukaan luar dari flep dan
mengelilingi gigi. Permukaan luar dari flep yang sama dari daerah
interdental berdekatan dilakukan. Jahitan dikembalikan pada lokasi awal
dan simpul diikat (gambar 43.6A sampai D). digunakan pada flep posisi
apikal dan pada flep reposisi.
Jahitan sling/suspensori digunakan ketika prosedur bedah memiliki
perluasan terbatas dan melibatkan hanya permukaan jaringan bukal atau
lingual dari gigi. Juga adalah pilihan jahitan ketika flep bukal dan lingual
direposisi pada berbagai level dan untuk meletakkan membran pembatas
pada permukaan gigi.
Jahitan mattress: mattress berarti bahwa jahitan melalui flep dua kali.
Bahan tidak melalui bawah garis insisi, sehingga meminimalkan kusutnya
benang.
a. Mattress vertikal: jarum mempenetrasi permukaan luar dari
permukaan epitel flep 8 sampai 10 mm apikal terhadap ujung papila.
Ini melalui permukaan bawah flep, muncul kembali ke permukaan luar
dari flep yang sama 2 sampai 3 mm dari ujung papila. Sehingg, gigitan
vertikal 6 sampai 7 mm terambil dengan jarum. Jarum melalui
permukaan bawah embrasur, dimana teknik tersebut diulangi lagi
dengan flep kedua/berlawanan. Jahitan diikat pada flep pertama
(gambar 43.7A sampai D). digunakan pada area dengan papila
panjang dan sempit. Terdiri dari dua tipe ke luar dan ke dalam.
b. Jarum melalui flep dan daerah interdental. Jahitan diletakkan pada
permukaan lingual dari gidi dan dikembalikan ke permukaan bukal
melalui ruang interdental berikutnya. Prosedur diulangi gigi demi gigi
sampai ujung mesial/distal dari flep dicapai. Kemudian, jarum melalui
flep lingual dengan jahitan terletak pada aspek bukal dari setiap gigi
dan melalui setiap ruang interproksimal. Ketika jahitan dari flep lingual
selesai dan jarum telah dibawa kembali ke daerah interdental
pertama, posisi dari flep diatur dan diletakkan pada posisi yang benar
dan menutup jahitan (gambar 43.11 A dan B). Oleh karena itu, hanya
satu simpul yang dibutuhkan (gambar 43.12). jahitan berlanjut
umumnya digunakan ketika flep melibatkan beberapa gigi yang
direposisi ke apikal. Ketika flep telah diangkat pada kedua sisi gigi,
satu persatu flep diletakkan pada posisi yang benar.
Jahitan periosteal: ini diindikasikan pada flep ketebalan parsial posisi
apikal.
Sutured knots
Komponen dari sutured knots adalah loop, simpul dan ear. simpul terdiri
dari sejumlah tight dan throw, setiap throw mewakili sulaman dari dua tali
dan ear adalah akhiran dari jahitan. Simpul harus diikat sekecil mungkin.
Simpul yang telah selesai harus cekat untuk mengurangi kelonggaran.
Ikat simpul pada aspek fasial untuk akses pelepasan menyisakan ujung
jahitan 2 sampai 3 mm.
Tipe dari simpul:
i. Simpul persegi: dua ikatan tunggap pada arah berlawanan.
ii. Simpul Granny: dua atau tiga ikatan pada arah yang sama.
iii. Simpul bedah 2-1: ikatan pertama dua kali dan dua ikatan tunggal
pada arah berlawanan.
iv. Simpul bedah 2-2: ikatan pertama dua kali dan ikatan kedua juga
dua kali pada arah berlawanan.
Prinsip dari pelepasan jahitan:
i.
ii.
iii.
Dressing periodontal
Dressing periodontal pertama kali diperkenalkan pada 1923 ketika Dr AW
Ward menetapkan peraturan dan penggunaan bahan packing sekitar gigi
setelah bedah gingiva. Bahan ini disebut Wonder pack, yang terdiri dari
zinc oxide eugenol dicampur dengan alkohol, minyak pinus dan fiber
asbestos.
Tujuan
Dressing periodontal digunakan untuk alasan berikut:
a. Melindungi daerah luka dari iritan seperti makanan panas/pedas
b. Meningkatkan kenyamanan pasien
c. Membantu menjaga posisi dari jaringan lunak yang direposisi dan
berperan sebagai pembatas untuk mencegah pembentukan jaringan
granulasi berlebih.
ii.
Bentuk bubuk dan cairan (pack Kirkland): bubuk terdiri dari zinc
oxide, asam tannic, rosin, kaolin, zinc steorate, asbestos. Cairan
mengandung eugenol, minyak kacang tanah, rosin. Ketika
komponen dari dressing zinc oxide eugenol dicampur, pengerasan
terjadi sebagai hasil dari interaksi kemis antara zinc oxide dan
eugenol membentuk zinc eugenolat.
Bentuk pasta tube 1 basis zinc oxide 87%, minya sayur/mineral
13%; tube 2 minyak akselerator dari cengkeh 12%, karet/rosin
polimerisasi.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
dari permukaan lingual. Digabung ke pack pada permukaan distal dari gigi
terakhir dan kemudian dibawa ke depan sepanjang marging gingiva ke
garis tengah. Strip digabung secara interproksimal dengan memberikan
tekanan ringan pada permukaan fasial dan lingual dari pack (gambar
43.15).
Dilarang
Dressing periodontal tidak boleh meluas ke permukaan mukosa
yang tidak terlibat
Tidak boleh melebihi permukaan oklusal dari gigi
Tidak boleh mengganggu oklusi
Peletakkan dressing periodontal
Dressing periodontal dipertahankan secara mekanis dengan menguncinya
pada ruang interdental dari gigi dan menggabungkan porsi lingual dan
fasial dari pack. Pada daerah edentulus, dressing periodontal
dipertahankan dengan bantuan splint, pesawat Hawley dan stents. Pada
kasus gigi yang terisolasi, dental floss diikat dengan longgar sekeliling gigi
dan diatasnya pack diaplikasikan.
Dressing periodontal dapat menyebabkan jahitan terperangkap dibawah
dressing dan dapat merubah posisi flep.
INSTRUKSI DAN PERHATIAN PASCA BEDAH
Instruksi pasca bedah yang tepat harus diberikan secara verbal dan
tertulis kepada pasien termasuk penjelasan mengenai:
1. Ketidanyamanan dan komplikasi yang mungkin terjadi
2. Semua medikasi, khususnya analgesik dan antibiotik
3. Modifikasi diet
Instruksi kepda pasien setelah bedah
Lakukan
Konsumsi 2 tablet asetaminofen setiap 6 jam pada hari pertama
Mengunyah pada sisi yang tidak dibedah
Konsumsi makanan semi solid
Aplikasi es, secara bergantian, selama 20 menit dan tidak selama 20
menit, pada wajah diatas sisi yang dibedah pada hari pertama
Gunakan obat kumur klorheksidin
Jika perdarahan tidak berhenti, ambil sepotong kain dan dibentuk
menjadi huruf U dan tahan dengan jempol dan jari telunjuk,
aplikasikan pada kedua sisi pack dan tahan dengan tekanan selama
20 menit.
Perdarahan
Rasa sakit pasca bedah
Infeksi
Bengkak
Reaksi terhadap obat
Perdarahan
Perdarahan pasca bedah diawali pada saat pembedahan. Perdarahan yang
segera dimulai setelah pembedahan, dan berhenti sementera setelah
bedah. Biasanya karenan pecahnya gumpalan darah yang tidak
sempurna, seperti berkaitan dengan kehilangan efek vasokonstriktor dari
anestesi. Perdarahan kedua dimulai dari 24 jam sampai 10 hari setelah
pembedahan.
Langkah untuk mengontrol perdarahan pasca bedah:
1. Langkah pertama untuk kontrol perdarahan adalah identifikasi
sumber perdarahan. Suction dilakukan dengan hati-hati dan tekanan
lokal diberikan dengan spons.
2. Injeksi vasokonstriktor secukupnyadengan aplikasi tekanan
membantu pembentukan gumpalan darah.
3. Bekuan darah artifisial dapat diinduksi dengan produk kolagen
mikrofibrilar selulosa oksidasi.
4. Elektrokoagulasi dapat efektif untuk lokasi perdarahan kapiler dan
arteriol kecil
5. Lokasi perdarahan arteriol besar dapat dikontrol dengan meletakkan
jahitan pda jaringan lunak. Simpul ditarik ketat untuk menutup
pembuluh darah dengan kompresi dari jaringan sekitar (gambar
43.16)
Jika perdarahan dari lokasi dalam tulang maka dapat dikontrol dengan
wax tulang (beeswax dan asam salisilat) yang menutup kanal tulang.
Perdarahan berlebih dari lesi interproksimal dan infraboni dari degranulasi
inadekuat. Jaringan granulomatous residual adalah sumber umum dari
perdarahan, karena terdiri dari kapiler besar.
Berbagai agen hemostatis topikal
agen
Avitene
Collacote
Collatape
Collaplug
Thrombinar
Thrombogen
Thrombostat
Gelfoam
Bahan utama
Kolagen
Kolagen
Kolagen
Kolagen
Trombin
Trombin
Trombin
Gelatine
Beriplast
Surgicel
Fibrin
Selulosa
Pembengkakan
Pembengkakan setelah bedah sangat baik dicegah dengan pack es.
Setelah terjadi pembengkakan, pack yang hangat dan berkumur dengan
larutan saline hangat dengan sering disarankan. Secara umum berkurang
pada hari ke-4 setelah pembedahan. Jika pembengkakan menetap dan
menjadi lebih parah, kemudan amoksisilin (500 mg) harus diberikan setiap
8 jam selama 1 minggu. Tidak semua pembengkakan pasca bedah
disebabkan oleh inflamasi; beberapa dapat disebabkan perdarahan ke
dalam jaringan. Ini dapat terjadi setelah bedah flep dan diikuti dengan
diskolorasi bawah pipi, dagu atau mata.
PENYEMBUHAN LUKA
Unutk memastikan penyembuhan yang baik, prinsip bedah atraumatis
harus diikuti termasuk: (1) anestesi yang cukup; (2) disinfeksi permukaan;
(3) instrumentasi yang tajam; (4) penanganan jaringan atraumatis dan
minimal; (5) waktu operasi singkat; (6) mencegah kontaminasi yang tidak
perlu; (7) dressing dan penjahitan yang tepat, jika diindikasikan.
Penyembuhan adalah fase dari respon inflamasi dimana mengarah pada
hubungan fisiologi dan anatomi yang baru diantara elemen tubuh yang
rusak. Penyembuhan jaringan periodontal dapat dalam bentuk
penyembuhan, perlekatan baru dan regenerasi. (lebih lanjutnya akan
dijelaskan pada bab 48: bedah tulang regenerative)
Laju penyembuhan dari berbagai jaringan periodontal
Tipe jaringan
Laju penyembuhan (perkiraan)
Epitel jungsional
5 hari
Epitel sulkular
7-10 hari
Epitel permukaan gingiva
10-14 hari
Jaringan ikat
21-28 hari
Tulang alveolar
4-6 minggu
Luka pada gingiva sembuh leibh cepat dengan lebih sedikit pembentukan
jaringan parut dibandingkan pada kulit. Alasan dari kurangnya
pembentukan jaringan parut adalah:
a. Fibroblas gingiva tidak seperti fibroblas pada jaringan ikat lain yang
menghasilkan lebih banyak MMP13 daripada MMP1. MMP13 memiliki
substantivitas yang lebih luas dan lebih dapat
menghancurkan/mengubah sejumlah protein matriks ekstraselular.
MMP1 pada sisi lain memiliki aktivitas biologis yang terbatas pada
kolagen I. Lebih besar MMP13 pada lokasi luka dianggap
menghasilkan lebih banyak perubahan dan mencegah pembentukan
jaringan parut.
b. Terdapat miofibroblas yang lebih banyak pada gingiva dibandingkan
pada kulit. Fibroblas dapat berdiferensiasi membentuk miofibroblas
yang lebih sintetis dibawah pengaruh dari TGF-. Adanya TGF-
pada daerah luka meningkatkan miofibroblas yang telah ada yang
mengakibatkan kontraksi luka yang lebih sedikit dan pembentukan
jaringan parut.
PENELITIAN YANG BERKAITAN
Lindhe J, Socransky SS, Nyman S, dkk. kedalaman probing pada
terapi periodontal. Journal of clinical periodontology 1982;9:32336.
Mereka melaporkan bahwa prosedur skeling dan root planing menginduksi
kehilangan perlekatan jika dilakukan pada saku yang kurang dari 3mm,
dimana perlekatan terjadi pada saku yang lebih dalam. Flep Widman