Virus
(MERS CoV)
Ko-Morbid
Jumlah Kasus
1.
Diabetes
32
68%
2.
23
49%
3.
13
28%
4.
Hipertensi
16
34%
5.
12
26%
NEJM 2013
Gambaran klinis
ILI (influenza like illness)
Seperti severe acute
respiratoryinfection/SARI
Pneumonia
Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), dapat disertai gagal ginjal,
perikarditis dan Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC).
Pada pasien immunocompromise dapat
ditemukan gejala awal demam dan
diare.
2)
3)
4)
b.
Kasus Probabel
a.Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti
klinis, radiologis atau histopatologis
DAN
Tidak tersedia pemeriksaan untuk MERS-CoV atau hasil
laboratoriumnya negative pada satu kali pemeriksaan
spesimen yang tidak adekuat.
DAN
Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan
kasus konfirmasi MERS Co-V.
a.Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti
klinis, radiologis atau histopatologis
DAN
Hasil pemeriksaan laboratorium inkonklusif (pemeriksaan
skrining hasilnya positif tanpa konfirmasi biomolekular).
DAN
Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus
konfirmasi MERS Co-V.
Kasus Konfirmasi
Seseorang yang terinfeksi MERS Co-V dengan hasil
pemeriksaan laboratorium positif. Untuk Indonesia,
kepastian hasil dilakukan oleh pemeriksaan
Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes).
Di negara2 WHO South East Asia Region maka
hanya 3 negara yang bisa memastikan pemeriksaan
Laboratorium, Balitbangkes Indonesia, Thailand dan
India
Klaster
Bila terdapat dua orang atau lebih
memiliki penyakit yang sama,dan
mempunyai riwayat kontak yang
sama dalam jangka waktu 14 hari.
Kontak dapat terjadi pada keluarga
atau rumah tangga, dan berbagai
tempat lain seperti rumah sakit,
ruang kelas, tempat kerja, barak
militer, tempat rekreasi, dan lainnya.
Hubungan Epidemiologis
Langsung
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan spesimen MERS CoV dilakukan
dengan menggunakan reverse transcriptase
polymerase chain reaction (RT-PCR)
Bahan pemeriksaan :
Spesimen dari saluran napas atas (hidung, nasofaring
dan/atau swab tenggorokan)
Spesimen saluran napas bagian bawah (sputum,
aspirat endotracheal, kurasan bronkoalveolar)
Tempat pemeriksaan :
Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta
Kasus USA
Zoonosis (?)
Virus korona penyebab MERS CoV lebih erat
hubungannya dengan kelelawar (coronaviruses HKU4
and HKU5 lineage 2C) daripada dengan SARS-CoV
(lineage 2B) (2, 9), bahkan lebih dari 90% sekuensing
menunjukkan kekerabatannya oleh karena itu
dipertimbangkan sebagai species yang sama oleh the
International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV).
Egyptian tomb bat. 2c betacoronaviruses juga
terdeteksi pada Nycteris bats di Ghana dan Pipistrellus
bats di Eropa .
virus korona yang ditemukan pada Unta, (dromedary
camel) 99.9% mirip dengan genom pada manusia clade
B MERS-CoV.
Unta
Penelitian baru pada unta menunjukkan bahwa unta
dewasa sudah punya antibodi terhadap MERS CoV,
angkanya bisa mencapai lebih dari 70%.
Unta anak2 punya virus yang aktif, penelitian
menunjukkan sampai 35% pada swab hidung unta
muda.
Belum dapat membuktikan bahwa ada penularan dari
unta ke manusia secara jelas, karena hubungan
langsung kausal belum ditemukan.
Data ini bisa membuat kita lebih ber-hati2 dan
waspada dalam kaitannya dengan unta.
Penelitian 2014
Peneliti Amerika Serikat & King Saud University
berhasil mengisolasi virus MERS CoV pada usap
(swab) hidung pada unta berpunuk satu, dan
membuktikan bahwa sekuen genom di unta dan
manusia adalah tidak berbeda. - "Emerging
Infectious Diseases", melakukan eksperimen untuk
melihat stabilitas virus MERS CoV pada susu unta,
domba dan sap, sebelum dan sesudah di
pasteurisasi. Walau memang virus ini bisa hidup
lama di susu, tapi sesudah di pasteurisasi maka
virus tidak ditemukan lagi.
Penelitian lain yang dipublikasi pada jurnal
kedokteran yang sama menunjukkan bahwa virus
MERs CoV ada bersirkulasi pada unta di Saudi
Arabia, Mesir, Tunisia, Nigeria, Sudan, Etiopia,
Jordan, Oman, Qatar dan Uni Arab Emirat.
Situasi di Indonesia
Sampel yang diperiksa sampai dengan 31 Mei 2014
18 Provinsi telah melaporkan pemeriksaan kasus
suspek : Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bengkulu,
JawaTimur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, DKI
Jakarta, Banten, Bali, NTB, Kalimantan Timur,
Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat,
Lampung, Jambi, Kalimantan Tengah
Semua kasus suspek ternyata negatif MERS CoV
Hasil pemeriksaan Lab kasus
suspek
Virologi
Group IV; positive-sense, single-stranded RNA viruses , Ordo
Nidovirales, Famili Coronaviridae, Subfamili Coronavirinae,
Genus Betacoronavirus dan Spesies nya tentu MERS-CoV.
MERS-CoV adalah anggota baru dari kelompok beta
Coronavirus, Betacoronavirus, lineage C.
Filogenetik dibagi menjadi 2 clades, clade A dan B. kasus
awal M adalah Klaster clade A (EMC/2012 and JordanN3/2012), dan kasus-kasus baru secara genetik termasuk
clade B.
MERS-CoV berbeda dengan virus korona yang
menyebabkan penyakit lain SARS dan common cold, jadi ini
suatu varian virus baru di dunia.
Pengobatan
Belum ada vaksin yang
tersedia.
General supportive care
Intensive care
Pencegahan sepsis
Pengobatan yang bersifat
spesifik belum ada.
Universal Precaution
Strength of evidence
Study Focus:
Quality of
Best
Available
Evidence
Order of
Recommenda
tion
Convalescent
plasma
SC (Moderate)
Interferon
MIV (Low)
Protease
Inhibitors
SIV; SA; SC
Intravenous
Immunoglobuli
n
Nil
Nitazoxanide
Nil
Nil
Others e.g.
Cyclosporin A
SIV; MIV
Ribavirin
SIV; SA; SC
Corticosteroids
SIV; SA; SC
SA (Low)
Pencegahan droplet
Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1
meter dari pasien.
Tempatkan pasien dalam kamar tunggal, atau
berkelompok dengan diagnosis penyebab penyakit
yang sama.
Jika diagnosis penyebab penyakit tidak mungkin
diketahui, kelompokkan pasien dengan diagnosis
klinis yang sama dan berbasis faktor risiko
epidemiologi yang sama dengan pemisahan minimal
1 meter.
Batasi gerakan pasien dan pastikan bahwa pasien
memakai masker medis saat berada di luar kamar.
Pencegahan airborne
Pastikan bahwa petugas kesehatan menggunakan
APD (sarung tangan, baju lengan panjang,
pelindung mata, dan respirator partikulat (N95
atau yang setara)) ketika melakukan prosedur
tindakan yang dapat menimbulkan aerosol.
Bila mungkin, gunakan satu kamar berventilasi
adekuat ketika melakukan prosedur yang
menimbulkan aerosol.
Kewaspadaan standar
Kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung
diri (APD) untuk menghindari kontak langsung
dengan darah pasien, cairan tubuh, sekret
(termasuk sekret pernapasan) dan kulit lecet atau
luka.
Kontak dekat dengan pasien yang mengalami gejala
pernapasan (misalnya batuk atau bersin) pada saat
memberikan pelayanan, gunakan pelindung mata
karena semprotan sekresi dapat mengenai mata.
pencegahan jarum suntik atau cedera benda tajam,
pengelolaan limbah yang aman; pembersihan dan
disinfeksi peralatan serta pembersihan lingkungan
Pencegahan
1. PHBS
2. CTPS
3. Masker
4. Penyakit Kronik
5. Unta
6. Keluhan di Arab
7. 14 hari sesudah kembali
8. Ikuti perkembangan WHO, dll.
Pandemi
Public health emergency of international concern
(PHEIC)
Emergency committe:
15 pakar
Rekomendasi ke dirjen WHO
4 Indikator:
1.Virus baru
2.Menular antar benua
3.Severity
4.Sustained human to human transmission
TERIMA KASIH