Kolangitis
Kolangitis
Dr.Hendra Cipta
I. Pendahuluan
Kholangitis Akuta adalah inflamasi pada sistem bilier akibat adanya infeksi dan
hambatan aliran empedu.(9,12) Secara epidemiologis, penyakit ini menunjukkan
insidensi yang berbeda-beda di seluruh dunia. Di Amerika Serikat Kholangitis relatif
jarang, dan kejadiannya sering berhubungan dengan penyebab obstruksi dan baktibilia
yaitu pada prosedur ERCP (1-3%) yang sering terjadi akibat Injeksi zat kontras secara
retrograd. Sedangkan di negara-negara lainnya, Oriental cholangio-hepatitis sangat
endemik di Asia Tenggara, Cina, dan Taiwan. Dalam bentuk ini sering timbul "
recurrent pyogenic cholangitis" dengan batu intra & extrahepatal pada 70-80%
pasien dan cholelithiasis pada 50-70% pasien. Tidak terdapat perbedaan jenis kelamin
di dalam insidensi penyakit ini. Mayoritas pasien berusia antara dekade ke-empat dan
lima, serta pada usia yang lebih tua akan lebih banyak disertai penyakit penyerta
lainnya dan tingkat mortalitasnya pun lebih tinggi.( 12 )
Secara ras terdapat perbedaan insidensi Kholangitis. Namun hal ini ternyata lebih
disebabkan oleh pola makanan yang berbeda. Pada bangsa-bangsa di Eropah Utara,
Hispanik, Amerika,
dan
Pima
Indian
yang
mempunyai
kebiasaan
untuk
Mortalitas penyakit ini dahulu sangat tinggi yaitu 100 %, terutama jika disertai oleh
penyakit penyerta. Sekarang angka mortalitasnya jauh menurun yaitu berkisar antara 7
- 40 %. Jika dilakukan tindakan operasi emergensi maka kematiannya akan meningkat
yaitu 17 - 40 %. Namun demikian, apabila dilakukan terapi bedah definitifnya secara
elektif , tingkat mortalitasnya akan menurun sampai dengan 3 % saja.(12,14)
Pada makalah ini akan dibahas secara singkat beberapa aspek panyakit ini dan secara
lebih luas akan dibicarakan pula terapi dan pengelolaan bedahnya.
II. Etiologi
Kholangitis dapat disebabkan oleh berbagai keadaan patologis yang semuanya akan
berakhir dengan stasis aliran cairan empedu dan akhirnya terjadi infeksi oleh bakteri
akibat adanya multiplikasi yang meningkat pada sistem bilier. Berbagai jenis etiologi
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. : Etiologi Kholangitis
Choledocholithiasis
Striktur sistem bilier
Neoplasma pada sistem bilier
Komplikasi iatrogenik akibat manipulasi "CBD" (Common Bile Duct)
Parasit : cacing Ascaris, Clonorchis sinensis
Pankreatitis kronis
Pseudokista atau tumor pankreas
Stenosis ampulla
Kista Choledochus kongenital atau penyakit Caroli
Sindroma Mirizzi atau Varian Sindroma Mirizzi
Diverticulum Duodenum
Batu saluran empedu adalah penyebab terbanyak (hampir 90%), yang kemudian
disusul oleh striktur sistem bilier dan tumor pada sistem bilier. Di negara-negara Asia
2
Tenggara dan Cina cacing tidak jarang ditemukan sebagai penyebab, walaupun jenis
cacing yang ditemukan berbeda-beda.(1,4,5,10,12,15)
III. Patofisiologi
Dalam keadaan normal sistem bilier steril dan aliran cairan empedu tidak mengalami
hambatan sehingga tidak terdapat aliran balik ke sistem bilier. Kholangitis terjadi
akibat adanya stasis atau obstruksi di sistem bilier yang disertai oleh bakteria yang
mengalami multiplikasi. Obstruksi terutama disebabkan oleh batu "CBD" , striktur,
stenosis, atau tumor , serta manipulasi endoskopik "CBD". Dengan demikian pasase
empedu menjadi lambat sehingga bakteri dapat berkembang biak setelah mengalami
migrasi ke sistem bilier melalui vena porta, sistem limfatik porta ataupun langsung
dari duodenum. Oleh karena itu akan terjadi infeksi secara asenderen menuju duktus
hepatikus, yang pada akhirnya akan menyebabkan tekanan
dan melampaui batas 250 mmH20. Oleh karena itu akan terdapat aliran balik empedu
yang berakibat terjadinya infeksi pada kanalikuli biliaris, vena hepatika dan limfatik
perihepatik, sehingga pada gilirannya akan terjadi bakteriemia yang bisa berlanjut
menjadi sepsis (25-40%). Apa bila pada keadaan tersebut disertai dengan
pembentukan pus maka terjadilah Kholangitis supurativa.(9,10,12)
Terdapat berbagai bentuk patologis dan klinis kholangitis yaitu :(5,9)
1. Kholangitis dengan cholecystitis : Pada keadaan ini tidak ditemukan obstruksi
pada sistem bilier, maupun pelebaran dari duktus intra maupun ekstra hepatal.
Keadaan ini sering disebabkan oleh batu "CBD" yang kecil, kompresi oleh vesica
felea / kelenjar getah bening / inflamasi pankreas, edema/spasme sphincter Oddi,
edema mukosa "CBD", atau hepatitis. (lihat gambar 1.)
2. "Acute Non Suppurative Cholangitis" : Terdapat baktibilia tanpa pus pada sistem
bilier yang biasanya disebabkan oleh obstruksi parsial. (Gambar2.)
3. "cute suppurative cholangitis" : "CBD" berisi pus dan terdapat bakteria, namun
tidak terdapat obstruksi total sehingga pasien tidak dalam keadaan sepsis. (Lihat
Gambar 3.)
Gambar 3.: Kholangitis disertai dengan pus dan obstruksi parsial
4. "Obstructive Acute Suppurative Cholangitis" : Di sini terjadi obstruksi total sistem
bilier sehingga melampaui tekanan normal pada sistem bilier yaitu melebihi 250
mm H20 sehingga terjadi bakterimia akibat reflluk cairan empedu yang disertai
dengan influks bakteri ke dalam sistem limfatik dan vena hepatika.( Lihat Gambar
5. Apabila bakteriemia berlanjut maka akan timbul berbagai komplikasi yaitu sepsis
berlarut, syok septik, gagal organ ganda yang biasanya didahului oleh gagal ginjal
yang disebabkan oleh sindroma hepatorenal, abses hati piogenik (sering multipel)
dan bahkan peritonitis. Jika sudah terdapat komplikasi, maka prognosisnya
menjadi lebih buruk. Beberapa kondisi yang memperburuk prognosis adalah
sebagai berikut (tabel 2.).
Tabel 2. : Faktor yang meningkatkan mortalitas
Umur
Febris
Lekositosis
Syok Septik
Kultur darah (+)
Gangguan sistem phagositosis
Immunosuppresi
Adanya Neoplasma hepar
Obstruksi intrahepatal multipel
Penyakit hepar kronis
Abses hepar
IV. Bakteriologi
Adanya infeksi bakteri merupakan hal yang penting di dalam patogenesis Kholangitis.
Sesuai dengan rute infeksi yang telah diuraikan sebelumnya, maka jenis bakteri yang
dapat ditemukan pada kultur cairan empedu maupun darah adalah yang terbanyak
berturut-turut yaitu bakteri gram negatif, anaerob dan gram positif yang terutama
berasal dari usus halus. Tabel 2. Memperlihatkan berbagai jenis bakteri yang dapat
ditemukan pada kultur empedu maupun darah.(14)
Tabel 3. :Bakteriologi Kholangitis Akut
EMPEDU
Cholecystitis
Escherichia coli
Kholangitis
31%
Keduanya Darah
26%
44%
Enterococcus
18%
11%
13%
9%
Klebsiella spp
15%
12%
11%
14%
26 %
Pseudomonas spp
6%
5%
5%
9%
Enterobacter spp
2%
5%
4%
1%
Staphylococcus
0.3%
3%
3%
9%
Bacteriodes spp
3%
4%
4%
2%
Clostridium spp
2%
4%
3%
0.3%
Toloza EM & Wilson SF. In: Fry DE (ed). Surgical Infections 1995
Terdapat berbagai faktor yang dapat dijadikan prediktor terjadinya baktibilia
sebagaimana tercantum pada tabel3. (14)
Diabetes mellitus
Hyperamylasemia
Obesitas
Toloza EM & Wilson SF. In: Fry DE (ed). Surgical Infections 1995
V. Diagnosis:
: 87 - 90 %
: 40 %
: 65 %
Tidak ditemukannya ketiga tanda tersebut secara bersamaan terutama disebabkan oleh
obstruksi saluran empedu yang tidak komplit. Apabila keadaan penyakit menjadi lebih
berat yaitu disertai oleh sepsis atau syok maka akan ditemukan "Reynolds Pentad"
yang ditandai oleh Charcots triad ditambah dengan "Mental confusion / Lethargy"
dan syok. Keadaan ini terjadi pada 10 - 23 % pasien. Perubahan tersebut disebabkan
oleh obstruksi total saluran empedu sehingga tekanan yang meningkat menyebabkan
refluks aliran empedu sehingga bakteri dapat mencapai sistem pebuluh darah sistemik
6
dan terjadi sepsis. Oleh karena itu pada keadaan ini perlu segera dilakukan drainase
untuk mengadakan dekompresi dan pengendalian terhadap sumber infeksi.
Pemeriksaan alat bantu terutama berguna untuk mencari kemungkinan etiologi
Kholangitis yang sangat menentukan jenis terapi yang harus dilakukan sebagai terapi
pembedahan definitif maupun untuk tujuan dekompresi sementara. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah : (1,6,10,12,14)
CT.Scan lebih sensitif dan spesifik dari pada USG dan memberikan gambaran :
Batu "CBD".
MRI Cholangiografi : Pemeriksaan ini sangat sensitif dan spesifik, serta akurat,
yaitu masing-masing 91.6 %,: 100 %, dan 96.8 %. Kelebihan alat ini adalah non
invasif, dapat dilakukan hampir semua usia dan dapat membedakan jenis batu
cholesterol dari jenis lainnya secara jelas.
Pancreatography)
ataupun
PTC
(Percutanues
Transhepatic
Cholangiography).
Tidak terdapat visualisasi kandung empedu, CBD, maupun usus halus oleh
karena adanya obstruksi total.
VI. Pengelolaan :
Mengingat mortalitas yang tinggi jika terapi bedah dilakukan pada saat emergensi,
maka langkah awal pengobatan Kholangitis akut adalah sebagai berikut :
(3,5,10,12,14)
Pasien dipuasakan
"Invasive monitoring"
Analgesik non narkotik , namun jika telah ada konfirmasi diagnostik, Meperidine
atau Fentanyl dapat diberikan.
Pembedahan terbuka
Mortalitas pada berbagai tindakan baik bedah maupun non bedah adalah sebagai
berikut :
Terapi
invasif
minimal
dengan
teknik
Percutaneus
Transhepatic
Terapi
pemilihan jenis antibiotika yang tepat secara empirik adalah sebagai berikut : (14)
Tabel 5. Jenis antibiotika parenteral pilihan secara empirik .
Cholecystitis Akuta :
- Aminoglikosida - penicillin
- Penicillin spektrum luas
- Cephalosporin generasi ketiga
Kholangitis Akuta :
-
Aminoglikosida penicillin
Imipenem-cilastatin
Prophylaxis :
-
10
Hadirnya cephalosporin generasi ke-tiga adalah suatu langkah maju di dalam terapi
infeksi bakteri, namun demikian penggunaannya harus tepat. Jenis ini mempunyai
spektrum antibakteri yang kuat terhadap Eschericia coli, Klebsiela, enterococci dan
bakteri anaerob seperti Bacteroides yang merupakan bakteri yang paling sering
ditemukan di dalam cairan empedu dan menyebabkan peningkatan pembentukan batu
pada sistem saluran empedu. Yang dimasukkan ke dalam
Cefotaxime,
Ceftriaxone, dan
11
Sebagaimana
telah
diuraikan
sebelumnya,
penyebab
terbanyak
adalah
No jaundice
Suspicion of CBD stones
Routine per-op
cholangiogram
CBD stones
open
expl
laparosc
chole
failure
pre-op ERCP
No stones
laparosc
expl BCD
CBD stones
laparosc
cholecystec
failure
endoscopic sphinct
and duct clearance
success
failure
post-op
ERCP
open
laparosc
expl CBD
expl CBD
failure
Algorithm showing available strategies for CBD stone.
Hepatobil Panc Surg 1999
menanganinya
dan
tentunya
biaya
yang
harus
dikeluarkan
untuk
12
Two-step approach
LC+LTCDCBDE
LC + pre/post-op ERS
Advantages
Advantages
- Lower costs
- Less technically
demanding
- Potentially decreased morbidity
Disadvantages
Disadvantages
- Potentially increased
morbidity
- Increased operating room cost
13
CBD stone
Stone < 0.9 mm
LC + Lap transcystic
CBD exploration
Succesful
Laparoscopic
choledochotomy
Open CBD
exploration
Retained stones
Rosenthal RJ et al. World J Surg 1998; 22: 1125-1132
14
Yes
ERCP / ERS
Stone Extraction
Retained stones
Stones cleared
Laparoscopic
cholecystectomy
Laparoscopic cholecystectomy
Yes
Postoperative
ERCP / ERS /
stone extraction
Open CBDE / percutan
stone extraction
Retained stones
No
Done
disiplin ilmu yang terkait seperti ilmu bedah, penyakit dalam, radiologi, dan
anestesiologi.
VII. Kasus Kholangitis di Bandung :
1574
308 (19.56%)
Jumlah penderita :
Laki-laki
162 orang
Perempuan
146 orang
50.09 + 15.8
5 kasus (1.62%)
Mortalitas
3 kasus (0.97%)
Tabel 8.: Jenis kausa kholangitis yang ditemukan pada 308 kasus:
Etiologi
Jumlah
Persentase
Cholecystitis + Cholelithiasis
Choledocholitihiasis +Cholecystitis+ Cholelithiasis
Hepatolihtiasis
Sclerosing cholangitis
Cacing
Striktur
Kista Choledochus
Tumor pankreas
Ca Empedu
kasus
103
171
9
3
3
4
4
2
5
33.44%
55.51%
2.92 %
0.97 %
0.97 %
1.29 %
1.29 %
0.64 %
1.62 %
16
Post ERCP
Batu pankreas
Total
3
1
308
0.97 %
0.32 %
Penanganan yang dilakukan pada kasus-kasus tersebut adalah sesuai dengan protokol
yang telah diuraikan pada makalah ini yaitu tidak dilakukannya tindakan bedah
emergensi, namun terlebih dahulu diberikan terapi konservatif untuk memperbaiki
keadaan umum dan kemudian dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan
diagnosis kausanya. Setelah persiapan operasi yang cukup yaitu keadaan pasien yang
membaik dan diagnosis yang benar telah ditegakkan, maka dilakukan pembedahan
definitif secara elektif. Dengan pola pengelolaan seperti tersebut di atas, maka tingkat
mortalitasnya sangat rendah yaitu 0.97 %.
VIII. Kesimpulan :
1. Kholangitis akuta terutama yang datang dengan sepsis dan syok harus mendapat
penanganan segera karena merupakan suatu kegawatan hepatobilier.
2. Tindakan operasi segera diperlukan untuk menanggulangi kausanya, tetapi harus
ditunda sampai
IX.
Daftar Pustaka:
17
1. Benjamin I.S., Benign and Malignant Lesions of the Biliary Tract, in Garden O.J.
(Ed), Hepatobiliary and Pancreatic Surgery, W.B. Saunders Company Ltd.1999 :
201 - 219.
2. Csendes A., Burdiles P., Diaz J.C., Present Role of Classic Open
Choledochostomy in the Surgical Management of Patients with Common Bile
Duct Stones, World Journal of Surgery 1998; 22 : 1167 - 1170.
3. Karnadihardja W., Kholangitis Akut Sebagai Komplikasi Obstruksi Saluran
Empedu, PIT IKABI IX , Semarang, 1994.
4. Liu C.L., Fan S.T., Wong J., Primary Biliary Stones : Diagnosis and Management,
World Journal of Surgery 1998; 22 : 1162 - 1166.
5. Lipsett P.A., Pitt H.A., Acute Cholangitis, in The Surgical Clinics of North
America, December 1990 : 1297 - 1312.
6. Moston R.W., Menzies D., Gallstones in Garden O.J. (Ed), Hepatobiliary and
Pancreatic Surgery, W.B. Saunders Company Ltd.1999 : 175- 197.
7. Microbiology and Pharmacokinetics of Parenteral Cephalosporins, Roche
Products 1985 621 93472 (Sydney).
8. Navarrete C.G., Castillo C.T., Castillo P.Y., Choledocholithiasis : Percutaneus
Treatment, World Journal of Surgery 1998; 22 : 1151 - 1154.
9. Pitt H.A., Longmire W.P., Suppurative Cholangitis, in Hardy J.D. (Ed), Critical
Surgical Illness, Second Edition, W.B. Saunders Company, 1980 : 380 - 408.
10. Raraty M.G.T., Finch M., Neoptolemos J.P., Acute Cholangitis and Pancreatitis
Secondary to Common bile Duct Stones : Management Update, World J Surg
1998; 22: 1151 - 1161.
18
11. Rosenthal R.J., Rossi R.L., Martin R.F., Options and Strategies for Management
of Choledocholithiasis, World J Surg 1998; 22: 1125-1132.
12. Sally
Santen,
Cholangitis
in
Emergency
Medicine,
11/09/1999
at
www.emedicine.com.
13. Seitz U, Bapaye A, Bochnaker S., et al., Advances in Therapeutic Endoscopic
Treatment of Common Bile Duct Stones, World J Surg 1998; 22 : 1133.
14. Toloza EM & Wilson SF. Cholecystitis and Cholangitis, In: Fry DE (ed). Surgical
Infections, 1995 : 251 - 260.
15. Thistle J.L., Pathophysiology of Bile Duct Stones, World Journal of Surgery 1998;
22 : 1114 - 1118.
-------------------------
19