Dari uraian latar belakang diatas dapat diambil suatu rumusan permasalahan
yaitu Bagaimana mengoptimalkan kemampuan tenaga pendidik di
Pusdikarhanud guna mencetak prajurit Arhanud yang profesional
untuk dapat mengawaki dan mengoperasionalkan sistem dan
alutsista modern Arhanud TNI AD kedepan?
Adapun nilai guna dari penulisan essay ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang optimalisasikemampuan tenaga pendidik di Pusdikarhanud
guna mencetak prajurit Arhanud yang profesional untuk dapat mengawaki dan
mengoperasionalkan sistem dan alutsista modern Arhanud TNI AD kedepan
dengan tujuan sebagai bahan masukan sekaligus sebagai sumbangan
pemikiran bagi Komando Atas dalam rangka menentukan kebijakan yang tepat
dalam rangka mengoptimalkan tenaga pendidik di lembaga-lembaga
pendidikan TNI AD di masa yang akan datang.
Landasan yang menjadi pedoman dari penulisan ini adalah Undang-Undang
Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara khususnya pada ayat 1 dan
2 pasal 25 Bab VII yang menjelaskan bahwa pertahanan negara dibiayai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan pembiayaan pertahanan
negara ditujukan untuk membangun, memelihara mengembangkan, dan
menggunakan Tentara Nasional Indonesia serta komponen pertahanan
lainnya. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia (TNI), khususnya terkait dengan peran TNI yaitu sebagai alat
negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan
kebijakan dan keputusan politik negara. Tentara Nasional Indonesia bertugas
melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk mempertahankan
kedaulatan negara dan keutuhan wilayah, melindungi kehormatan dan
keselamatan bangsa, melaksanakan Operasi Militer Selain Perang dan ikut
serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan
internasional. Kemudian TNI AD melaksanakan tugas TNI matra darat di
bidang pertahanan, melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan
wilayah perbatasan darat dengan negara lain, melaksanakan tugas TNI dalam
pembangunan dan pengembangan kekuatan matra darat dan melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. Doktrin TNI Tridarma Eka Karma
(Tridek) sesuai dengan Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/45/VI/2010
tanggal 15 Juni 2010 menjelaskan bahwa jati diri TNI terdiri dari Tentara
Rakyat, Tentara Pejuang, Tentara Nasional dan Tentara Profesional yaitu
tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik
praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya serta mengikuti
kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil,
hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang
telah diratifikasi. Selain itu dijelaskan pula bahwa penyelenggaraan pokokpokok pembinaan TNI dilakukan dalam satu siklus pembinaan secara
berkelanjutan yang meliputi semua aspek yang berpengaruh terhadap
pencapaian tugas pokok. Di setiap eselon, pembinaan tersebut dilakukan
secara terpadu, terencana dalam penentuan tujuan, penahapan sasaran,
penerapan sistem, dan metode yang baku untuk setiap jenjang. Pembinaan
TNI ditujukan untuk mewujudkan postur TNI guna mengatasi setiap ancaman
militer dan ancaman bersenjata serta mampu melaksanakan tugas OMP dan
kebutuhan organisasi. Apabila hal ini dapat berjalan secara optimal maka hasil
didik yang akan dioperasionalkan di satuan-satuan akan profesional dan
memilki integritas pribadi yang sesuai harapan.Keteladanan sangat dibutuhkan
dalam proses pembentukan watak, karena merupakan proses pembudayaan
yang dilakukan terus-menerus. Dalam komunitas militer istilah keteladanan
sering pula diartikan sebagai Keperwiraan ( officership). Kualitas keteladanan
dari setiap tenaga pendidik akan diperlihatkan melalui sikap dan prilaku yang
dapat dipanuti oleh setiap peserta didik ke arah yang lebih baik.
Rasa tanggungjawab (responsibility) yang dimiliki oleh sebagian para tenaga
pendidik dalam menjalankan tugas pokoknya memberikan materi pelajaran
sesuai tanggungjawabnya saat ini masih belum optimal dilaksanakan untuk
memerankan kriteria pendidik yang profesional. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya anggapan dari beberapa tenaga pendidik yang menganggap
bahwa tugas mendidik dilakukan semata-mata untuk mengejar nominal dari
setiap materi pelajaran yang diberikannya. Padahal seharusnya, setiap tenaga
pendidik yang diberikan tanggungjawab untuk memberikan materi pelajaran
harus bertanggungjawab penuh dan semestinya memiliki pemikiran bahwa
tugas pendidik merupakan tugas mulia dalam rangka menghasilkan prajuritprajurit profesional yang akan digunakan di satuan-satuan. Apabila setiap
tenaga pendidik memiliki rasa tanggungjawab yang penuh dalam menyiapkan
materi pelajaran dengan maksimal maka hasil didik akan maksimal pula
dihasilkan. Dengan hasil didik yang maksimal maka akan berpengaruh dengan
pelaksanaan tugas pokok yang maksimal pula bagi satuan. Bila setiap satuan
dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal maka, akan maksimal pula
organisasi TNI AD dalam menjalankan tugas pokonya. Rasa tanggungjawab
dari para tenaga pendidik di satuan pendidikan mesti selalu
ditingkatkan.Peningkatan rasa tanggungjawab ini dapat dilaksanakan melalui
pengawasan dan pembinaan yang ketat dari setiap unsur terkait yang ada
baik pada tingkat satuan pengguna, maupun pada tingkat satuan komando
pengawasan baik Pusat Kesenjataan maupun Kodiklat TNI AD. Hal ini diikuti
pula dengan keseragaman dalam hal pemberian sanksi yang tegas
(punishment) bagi tenaga pendidik yang tidak memiliki rasa tanggungjawab
yang tinggi dalam melaksanakan tugas pokoknya dalam memberikan materi
pelajaran. Sebaliknya pemberian
penghargaan (reward) oleh
satuan
pendidikan bagi tenaga pendidik yang dinilai memiliki rasa tanggungjawab
yang tinggi dapat pula dilaksanakan setiap saat. Tanggapan dari peserta didik
terhadap tenaga pendidik yang memberikan materi pelajaran kepadanya
dapat pula menjadi dasar dalam pemberian reward dan punishment tersebut.
Dengan rasa tanggungjawab yang tinggi maka diharapkan kinerja (prestasi
kerja) dari seorang tenaga pendidik akan optimal dalam menjalankan
tugasnya. Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam salah satu pidatonya di
Yogyakarta, pada tanggal 12 November 1945menyampaikan Tentara hanya
Penguasaan Informasi dan Teknologi (IT) dari sebagian tenaga pendidik yang
ada di Pusdikarhanud saat ini belum maksimal dan masih perlu ditingkatkan
dalam rangka menunjang pelaksanaan tugasnya.Para tenaga pendidik saat ini
dituntut untuk dapat menguasai dan mampu mengoperasionalkan sarana
teknologi yang dimiliki Pusdikarhanud dalam menjalankan tugas pokoknya
mendidik para peserta didik. Tuntutan ini antara lain berupa proses belajar
mengajar dengan menggunakan sistem e-learning yang telah diberlakukan
oleh Kodiklat TNI AD dalam mengolah dan mendistribusikan informasi melalui
jaringan
telekomunikasi
secara
cepat,
ringkas
dan
dinamis. Elearning dimanfaatkan untuk mengirimkan bahan ajaran serta dapat pula
digunakan sebagai sarana interaksi antara tenaga pendidik dan peserta
didik.Selain itu ketersediaan dari simulator-simulator untuk menunjang
pendidikan seperti simulator Air Defence Tactical Trainning Theatre
(ADT3), simulator Target
Drone
(sasaran
udara/sasud), simulator
Rudal Robort Bofors System dan meriam 57 mm, serta simulator Computer
Base Training (CBT) yang tersedia di Pusdikarhanud hanya dapat dioperasikan
oleh tenaga pendidik yang menguasai Informasi dan Teknologi (IT). Kondisi
saat ini menunjukkan bahwa tidak semua tenaga pendidik yang ada di
Pusdikarhanud mampu mengoperasikan simulator tersebut. Kondisi ini akan
terus berjalan sama apabila kemampuan penguasaan Informasi dan Teknologi
(IT) para tenaga pendidik tidak ditingkatkan. Dengan demikian, tenaga
pendidik yang dioperasionalkan di Pusdikarhanud dituntut untuk memiliki
pengetahuan informasi dan teknologi sehingga mampu mengoperasikan
semuasarana yang ada tersebut secara maksimal.
Penyediaan buku-buku pegangan Gumilyang menjadi bahan tambahan
referensi dalam memberikan materi pelajaran selain bahan ajaran yang telah
tersedia, saat ini masih belum optimal dilaksanakan oleh sebagian tenaga
pendidik yang ada di Pusdikarhanud.Hal ini sebenarnya telah menjadi tuntutan
dari Komando Atas dalam hal ini Kodiklat TNI AD maupun Pussenarhanud
sebagai Pembina Tekhnis Kecabangan Arhanud.Kondisi ini terjadi akibat
kurangnya kesadaran, motivasi maupun pengalaman dan pengetahuan dari
sebagian tenaga pendidik dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Seharusnya setiap tenaga pendidik telah menyiapkan bahan-bahan tambahan
referensi selain bahan ajaran yang ada yang dapat berupa buku-buku,
majalah-majalah maupun referensi lain untuk menambah wawasan
pengetahuannya sebelum memberikan materi pelajaran. Selain itu para
dapat
lebih
objektif
dan
benar.
Kesadaran
akan
rasa
tanggungjawab (responsibility) yang dimiliki oleh setiap tenaga pendidik yang
ada dalam menjalankan tugas pokoknya untuk memberikan materi pelajaran
sesuai tanggungjawabnya perlu dioptimalkan. Setiap tenaga pendidik setiap
saat mesti diawasi dan diarahkan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari
serta dilakukan pembinaan yang tepat baik melalui kegiatan pembinaan
mental berupa pemberian jam komandan, santi aji, maupun santi karma
ataupun melalui pemberian penekanan-penekanan yang berguna untuk dapat
selalu peduli dan bertanggungjawab dalam setiap tugas yang diembannya.
Pembinaan mental ini dilakukan secara rutin dengan melibatkan satuan
pelaksana yang membidangi fungsi tersebut baik dari Komando Atas maupun
yang ada di wilayah.Fungsi pengawasan yang ada baik pada strata satuan
pengguna (Pusdik) maupun pada level satuan tertinggi yang memiliki peranan
dalam pengawasan pelaksanaan proses pengajaran seperti Kodiklat TNI AD.
Pelaksanaan evaluasi terhadap kegiatan pendidikan termasuk evaluasi
terhadap kwalitas tenaga pendidik yang tersedia mesti secara rutin
dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang
mungkin perlu dilakukan perubahan sesuai perkembangan situasi dan
kebutuhan organisasi serta dihadapkan dengan tuntutan Komando Atas.
Momentum perubahan yang dapat terjadi secara cepat setiap saat mesti
didukung penuh oleh Komando Atas baik pada tingkat Pussen maupun pada
level Kodiklat TNI AD dengan menindak lanjuti setiap kebutuhan dan
keinginan yang diajukan dari Pusdik. Pemberian penghargaan (reward) serta
sanksi (punishment) secara konsekwen kepada setiap tenaga pendidik perlu
diatur dan diseragamkan dengan maksud untuk memotivasi para tenaga
pendidik untuk terus menerus berinovasi mengembangkan dan meningkatkan
kemampuannya dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Dengan motivasi
yang tinggi berdampak pada kwalitas hasil kerja yang optimal dari kinerja
setiap tenaga pendidik yang dioperasionalkan. Penguasaan Informasi dan
Teknologi (IT) dari setiap tenaga pendidik yang ada di Pusdikarhanud harus
terus ditingkatkan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugasnya. Para
tenaga pendidik dituntut untuk dapat menguasai dan mampu
mengoperasionalkan sarana teknologi yang dimiliki Pusdikarhanud dalam
menjalankan tugas pokoknya mendidik para peserta didik. Peningkatan
penguasaan Informasi dan Teknologi (IT) ini dapat dilakukan melalui
pendidikan-pendidikan dan penataran-penataran yang terkait dengan
Informasi dan Teknologi (IT). Selain itu sewaktu-waktu juga para tenaga
pendidik yang ada diadakan pengujian tentang pemahamannya terkait dengan
Informasi dan Teknologi (IT) serta dapat pula dilihat dari hasil umpan balik
dari peserta didik yang ada terhadap tenaga pendidik yang dioperasionalkan
tersebut. Penyediaan buku-buku pegangan Gumil yang menjadi bahan
tambahan referensi dalam memberikan materi pelajaran selain bahan ajaran
yang telah tersedia mesti dioptimalkan melalui pemberian penekananpenekanan dan pemberian sanksi-sanksi yang tegas dan seragam di seluruh
pusdik jajaran TNI AD untuk selalu menyediakan dan mengupdate referensi
yang dimiliki sebelum memberikan materi pelajaran. Pengupdatan ini dapat
dilakukan dengan cara mencari referensi yang diperlukan dari fasilitas internet
yang tersedia maupun berdasarkan pengalaman baik pendidikan maupun
2.
3.
4.
KeputusanKasad Nomor Kep/6/II/2006 tanggal 22 Pebruari 2006
tentang Organisasi dan Tugas Pusdikarhanud.