Referat TB 3
Referat TB 3
TUBERKULOSIS
Pembimbing :
dr. Nurhayati Sp.P
Dibuat oleh:
DIAN PUSPITA SARI
030.05.070
ANDITTA ZAHRANI
030.05.025
030.05.212
Kepaniteraan Klinik
Ilmu Interna RSUD Karawang
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Periode 22 Maret 29 Mei 2010
PENDAHULUAN
Sebagaimana juga halnya di negara-negara berkembang lain, tuberkulosis (TB) di
Indonesia masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Tuberkulosis
merupakan penyakit sistemik yang dapat mengenai hampir semua organ tubuh, yaitu organ
pernafasan
(TBparu-TBP) ataupun di organ di luar paru (TB Ekstraparu- TBE). Kuman TB dapat hidup
lama tanpa aktifitas dalam jaringan tubuh (dormant) hingga sampai saatnya ia aktif kembali.
Lesi TB dapat sembuh tetapi dapat juga berkembang progresif atau mengalami proses kronik
atau serius.
Pada tahun 1993 WHO mengeluarkan petunjuk program terapi tuberculosis dan Depkes RI
menyebarluaskan petunjuk Panduan Kemasan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Pedoman
dan tatalaksana yang baru ini patut dipedomani dan dilaksanakan. Dalam makalah ini akan
diuraikan diagnosis dan penatalaksanaan TB berdasarkan hal-hal tersebut di atas.
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Infeksi bersifat sistemik sehingga dapat mengenai semua organ
dengan paru sebagai lokal infeksi primer.
ETIOLOGI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan
tidak berkapsul. Penyusun utama dinding sel basil TB adalah asam mikolat, lilin kompleks
(complex waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor. Struktur dinding sel yang
kompleks tersebut menyebabkan bakteri ini bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai
akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asamalcohol.
EPIDEMIOLOGI
WHO telah mendeklarasikan TB sebagai global health emergency, karena lebih
kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikrobacterium TB. Sebagian besar dari kasus TB
ini (95%) dan kematiannya terjadi pada negara yang berkembang Diantara mereka 75%
berada dalam usia yang produktif, yaitu 20-49 tahun Penduduk yang padat dan tingginya
prevalensi maka lebih dari 65% kasus TB yang baru dan kematiannya muncul di Asia.
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2-3 juta setiap tahun.
Indonesia sendiri menempati urutan ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India.
PATOGENESIS
1. Tuberkulosis Primer
Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet
nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung ada tidaknya sinar UV ventilasi yang baik dan kelembaban udara. Dalam suasana
gelap
dan
lembab
kuman
dapat
bertahan
berhari-hari
sampai
berbulan-bulan.
Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan nafas atau
paru-paru. Kuman dapat juga masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini jarang
terjadi.
Bila kuman menetap di jaringan paru maka akan membentuk sarang TB pneumonia
kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat terjadi dibagian
mana saja jaringan paru. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis local) dan juga diikuti pembesaran getah bening hilus (limfadenitis
regional). Sarang primer + limfangitis local + limfadenitis regional = kompleks primer.
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatan selesai.
Kasus gagal
Pasien BTA + yang masih tetap +, atau kembali menjadi positif pada akhir bula ke-5
OAT 2 bulan serta pada foto thorax ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis TB paru dilakukan berdasarkan gejala klinis, pemerikssaan jasmani,
pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
A. Gambaran klinis
Gejala respiratori
batuk > 2 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala sistemik
Demam
Malaise, keringat malam, Penurunan berat badan, anoreksia
Gejala TB ekstra paru
Limfadenitis TB
Meningitis TB
Pleuritis TB
TBC tulang dan sendi
B. Pemeriksaan jasmani
Pada pemeriksaan jasmani gejala yang ditemukan tergantung pada organ yang terlibat
Pada tuberkulosis paru umumnya terletak pada lobus superior terutama daerah apeks
dan segmen posterior serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan ditemukan antara
lain :
Suara napas bronkial, amforik,melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma,
dan mediastinum .Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paruparu) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
C. Pemeriksaan Bakteriologi
Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi dapat berasal dari dahak, cairan pleura, Liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, Bronchoalveolar Lavage, urin, feses,
jaringan biopsi.
Cara pengambilan dahak
Pengambilan dahak lakukan 3 kali yaitu Sewaktu (saat datang pertama kali) pagi
sewaktu ( saat mengantarkan dahak pagi) atau dikumpulkan setiap pagi 3 kali
berturut-turut
Cara pemeriksaan
Dapat dilakukan secara mikroskopik biasa, mikroskopik fluoresen atau biakan.
Biakan adalah cara yang terbaik karena dapat untuk memastikan kuman tersebut
kuman hidup, dan dapat dilakukan uji kepekaan dan identifikasi kuman bila perlu.
Pemeriksaan mikroskopik dapat dengan pewarnaan Ziehl Neelsen atau Tan Thiam
Hok (gabungan Kinyoun Gabbett), dan biakan dengan cara sederhana
D. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan standart adalah foto thorax PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto
Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte
Gambaran radiologis lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura
Destroyed lung
Merupakan gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang
yang terjadi.
IgG TB adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibody IgG dengan antigen spesifik untuk M.tuberculosis. Metode ini lebih
sering digunakan untuk mendeteksi TB ekstra paru, tapi tidak cukup baik
untuk mendeteksi TB paru pada anak.
Hb. Anemi bila ada disebabkan oleh peradangan kronik, perdarahan, atau defisiensi.
Laju Endap Darah (LED). Mungkin meninggi, tetapi tidak dapat merupakan indikator
untuk aktivitas penyakit.
Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini
akan
dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV dapat
memberikan hasil negative.
PENGOBATAN TB
Tujuan obat kemoterapi anti TB (OAT) adalah:
Menyembuhkan pasien dalam jangka pendek dengan gangguan yang minimal.
Mencegah kematian karena penyakit yang aktif atau efek lanjutannya.
Mencegah relaps.
Mencegah timbulnya kuman yang resisten.
Melindungi masyarakat dan penularan
Jenis, sifat dan dosis OAT
lini 1
Jenis OAT
sifat
Harian
Isoniazid (H)
Bakterisid
10
(4-6)
(8-12)
10
10
(8-12)
(8-12)
25
35
(20-30)
(30-40)
15
15
(12-18)
(12-18)
15
30
(15-20)
(20-35)
Rifampicin (R)
Bakterisid
Jenis
obat
tambahan lainnya
(lini 2)
Kanamisin
Amikasin
Ethambutol (E)
Bakteriostatik
Kuinolon
Makrolid dan amoksilin+ asam klavulanat
Ada beberapa obat lain yang sekarang belm digunakan di Indonesia : Kapreomisin,
Sikloserin, PAS, Derivat rifampicin dan INH, Thionamides
Bila ada kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum
pengobatan Tb. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT tidak diberikan dan
bila telah dalam pengobatan, harus dihentikan. Kalau peningkatannya kurang dari 3
kali, pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat. Pasien
dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan OAT yang dapat
dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE
e. Pasien TB dengan gagal ginjal
Isoniasid (H), Rifampisin (R) dan Pirasinamid (Z) dapat di ekskresi melalui empedu
dan dapat dicerna menjadi senyawa-senyawa yang tidak toksik. Paduan OAT yang paling
aman untuk pasien dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR.
f. Pasien TB dengan Diabetes Melitus
Diabetes harus dikontrol. Penggunaan Rifampisin dapat mengurangi efektifitas obat
oral anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosis obat anti diabetes perlu ditingkatkan. Pada
pasien Diabetes Mellitus sering terjadi komplikasi retinopathy diabetika, oleh karena itu hatihati dengan pemberian etambutol, karena dapat memperberat kelainan tersebut.
h. Indikasi operasi
Pasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi (reseksi paru), adalah:
Untuk TB paru:
Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.
Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi
secara konservatif.
Pasien MDR TB dengan kelainan paru yang terlokalisir.
Untuk TB ekstra paru:
Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya pasien TB tulang yang
disertai kelainan neurologik.
EFEK SAMPING OAT
KOMPLIKASI
Efusi pleura
Empiema
Pneumothorax
Cor pulmonal
DAFTAR PUSTAKA
1. Diagnosis
dan
Penatalaksanaan
Tuberkulosis.
Diunduh
dari:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06DiagnosisdanPenatalaksanaanTuberkulosis11
5.pdf/06DiagnosisdanPenatalaksanaanTuberkulosis115.html. Diakses tanggal 1 Mei
2010.
2. TB paru. Diunduh dari: www.tbindonesia.or.id/tbnew/arsip/article/140. Diakses
tanggal 1 Mei 2010.
3. Konsensus
Tuberkulosis
Paru.
Diunduh
dari:
Nasional
Penanggulangan
Tuberculosis.
Diunduh
dari:
6. Danusantoso, Halim. Buku Saku Ilmu Penyakit paru. Penerbit Hipokrates. Jakarta:
2000.