LP GBS
LP GBS
A. Pengertian
Sindrom Guillain-Barre (GBS) adalah
penyebabnya tidak diketahui secara pasti yang menyangkut saraf perifer dan
cranial (Brunner dan Suddart, 2002, hal : 2248).
Sindrom Guillain-Barre (GBS dilafalkan ghee-yan bahray) adalah
suatu demielinasi polineuropati akut yang dikenal dengan beberapa nama lain
yaitu polyneuritis idiopatik, paralisis asenden landry, dan polineuropati
inflamasi akut. Gambaran utama GBS adalah paralisis motorik asendens
secara primer dengan segala gangguan fungsi sensorik. GBS adalah gangguan
neuron motorik bagian bawah dalam saraf perifer, final common pathway
untuk gerakan motorik juga. (Sylvia A. Price, 2006, hal : 1151)
B. Etiologi
Penyebab yang pasti pada Sindrom Guillain-Barre sampai saat ini belum
diketahui. Tetapi pada banyak kasus sering disebabkan oleh infeksi virus.
Virus merubah sel dalam system syaraf sehingga sistem imun mengenali sel
tersebut sebagai sel asing. Sesudah itu, limfosit T yang tersensitisasi dan
magrofag akan menyerang myelin. Selain itu, limfosit T menginduksi limfosit
B untuk menghasilkan antibody yang menyerang bagian tertentu dari
selubung myelin yang menyebabkan kerusakan myelin (NINDS, 2000).
Virus yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah virus yang
menyerang sistem pernapasan (influenza),
Measles, Cytomegalovirus
(CMV), HIV dan Herpes Simplex Virus. Sedangkan untuk penyebab bakteri
yang paling sering oleh Campylobacter jejuni. Selain beberapa factor diatas
ada beberapa factor predisposisinya yaitu :
Imunisasi
Tindakan pembedahan
C. Manifestasi klinis
Terdapat kelemahan progresif simetris akut, biasanya lebih berat
disebelah distal daripada sebelah proksimal dan lebih buruk di tungkai
daripada di lengan.
Pasien sering mengeluh kesulitan bergerak, bangun dari kursi atau
naik tangga.
Paralisis asenden mengenai saraf motorik sering daripada sensorik.
Sensorik hilang (terutama kedudukan dan sesuai sensasi getar)
bervariasi tetapi biasanya ringan.
Pada beberapa pasien , gejala awal mencakup otot cranial atau
ekstremitas atas (misalnya kesemutan di tangan).
Secara umum kelemahan mencapai maksimum dalam 14 hari.
D. Penatalaksanaan
Plasmaferisis
(perubahan
plasma)
yang
menyebabkan
reduksi
Pemberian immunoglobulin IV
1. Pengertian
Imunoglobulin (Antibodi) adalah protein-protein pelindung yang
terbentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk dalam tubuh. Di
dalam tubuh imunoglobulin yang diproduksi terdiri dari berbagai
tipe antara lain : IgA, IgE, IgD, IgG, IgM.
(Buku Saku Patofisiologi, Hal148).
2. Tujuan terapi immunologi
O Ada imunoglobulin yang sengaja diproduksi untuk pengobatan.
Pada pasien dengan GBS penggunaan terapi imunoglobulin
sangat bermanfaat selain plasmafaresis.
http://www.ilunifk83.com/t220p450-allergi-penyakit-autoimunpenyakit-genetik-sel-punca-bayi-tabung-dll
3. Rute pemberian immunoglobulin
Imunoglobulin
diberikan
secara
intravena.
Sebelumnya
immunoglobulin diberikan secara intramuskular tapi sekarang
diberikan secara IV.
(Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2, Hal
1153)
4. Dosis Imunoglobulin
350-500 mg/kg BB yang diberikan sebulan sekali.
150-250 mg/kg BB yang diberikan setiap 2 minggu sekali.
(Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 hal 1711)
Dosis untuk bayi neonatus 500 mg/Kg BB
Bayi Prematus 750 mg/Kg BB. www.pediatricaugm.blogspot.com
Pemberian IVIG ini dilakukan dalam 2 minggu setelah gejala
muncul dengan dosis 0,4 g / kg BB / hari selama 5 hari. Khusus
pada pasien GBS. Waktu pemberiannya selama 1/2-1jam.
www.geocities.ws/.../Anak-RSAL-Guillain-Barre-syndrome
5. Efek samping
Efek samping dari pemberian imunoglobulin terjadi pada 5%
pasien.
O Efek samping yang muncul seperti nyeri kepala, menggigil, nyeri
sendi, pusing, mual, lelah, myalgia, nyeri punggung, peningkatan
tekanan darah pada pasien dengan resiko hipertensi.
O Reaksi dapat muncul setelah 30 menit pemberian imunoglobulin
intravena dan berkurang setelah infus dihentikan.
http://pediatricaugm.blogspot.com/2010/06/terapi-imunoglobulinintravena-2.html
6. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap imunogobulin
Defisiensi IgA
Antibodi anti IgE / IgG.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a) Dosis imunoglobulin dihitung berdasarkan berat badan pasien.
b) Untuk terapi awal, sebaiknya digunakan konsentrasi yang lebih
rendah dan/atau laju infusi yang lebih lambat.
c) Diberikan pada jalur infus yang terpisah dari obat-obat lainnya.
Bila menggunakan jalur primer, bilas dengan salin sebelum
pemberian.
d) Pada pasien berisiko gagal ginjal dosis, laju dan/atau
konsentrasi infus dikurangi. Pengurangan laju infus atau
penghentian infus dapat membantu meringankan beberapa efek
samping (kemerahan pada wajah, perubahan kecepatan nadi,
perubahan tekanan darah).
e) Pemberian PE dikombinasikan dengan IVIg tidak memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hanya memberikan
PE atau IVIg
http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/376srum-imunoglobulin.html
Bengkok
Infus set
Sarung tangan
b) Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien tujuan pemberian immunoglobulin.
c) Prosedur
Cuci tangan
Sabung infus set baru ke botol immunoglobulin,
masukan cairan ke slang untuk mengeluarkan udara,
lalu klem selang.
Jika pasien sudah mendapatkan infus NaCl 0,9 % atau
RL maka tidak perlu dibilas. Klem infus set lama lalu
cabut dari IV cath yang ada pada pasien. Kemudian
sambungkan ujung selang infus set baru dari botol
immunoglobulin ke pasien. Buka klem dan atur
tetesannya. Waktu pemberian selama 1/2-1jam.
Jika pasien mendapat infus yang tidak isotonis maka
perlu dibilas dengan NaCl 0,9 %. Caranya
Dengan menggunakan spuit 20 cc tarik NaCl
dari sediaan 25 cc.
Klem set infus lama. Desinfeksi tempat
suntikan pada infus set yang lama dengan kapas
alcohol.
Masukan 20 cc NaCl 0,9 % dari spuit ke dalam
aliran.
Setelah selesai dibilas cabut set infus lama dan gantikan
denga set infus yang sudah tersambung pada botol
immunoglobulin. Atur tetesan dalam waktu 1/2-1jam.
Jika telah selesai siapkan lagi bilas lagi dengan NaCl
0,9 % (caranya sama seperti di atas). Pada pasien yang
sudah mendapat terapi NaCl atau RL maka tidak perlu
dibilas lagi cukup diganti infusnya.
Setelah selesai bereskan alat
Cuci tangan
Dokumentasi (nama obat, jumlah tetesan, waktu
pemberian, nama dan tanda tangan perawat).
Pasien
yang
mengalami
masalah
pernafasan
menimbulkan
paralisis
(misalnya
suksinilkolin)
karena
E. Komplikasi
Komplikasi GBS yang paling berat adalah kelemahan atau paralisis pada otototot pernafasan, kardiovaskuler dan kelumpuhanm otot yang menetap.
Komplikasi lain meliputi disritmia jantung, trombosis vena profunda dan emboli
paru. (Buku Saku Patofisiologi. Elizabeth J. Corwin. 2009: hal 266)
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.1 Identitas
Umur : Terjadi puncak insidensi antara usia 15-35 tahun dan antara 50-74
tahun. Jarang mengenai usia dibawah 2 tahun. Usia termuda yang
pernah dilaporkan adalah 3 bulan dan paling tua usia 95 tahun.
Jenis kelamin : Semua orang baik wanita maupun laki-laki dapat
mengalaminya
1.2 Keluhan utama
Pasien mengeluhkan parastesia (kesemutan dan kebas) pada otot kaki, sesak
napas.
1.3 Riwayat penyakit sekarang
Gejala yang sering dirasakan pasien yaitu kesemutan dan kebas (parestesia),
kelemahan pada otot kaki yang berkembang ke ekstremitas atas, batang
tubuh dan otot wajah.
1.4 Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengalami infeksi pada saluran pernapasan, gastroinstentinal yang
lama, bedah saraf, penggunaan obat-obat seperti kortisteroid dan berbagai
jenis antibiotic.
1.4 Riwayat psikososial dan spiritual
Umumnya pasien cepat marah, merasa takut, cemas akan kemungkinan
paralisis yang permanen, sehingga pasien menjadi pendiam dan malas
berkomunikasi dengan orang disekitarnya. Terkadang pasien merasa Tuhan
tidak adil dengannya akibat penyakit yang diderita (hubungan spiritualnya
kurang baik)
1.5 Pola pemenuhan kebutuhan dasar
1.5.1 Nutrisi : Asupan nutrisi pada pasien yang kurang karena adanya
kelemahan otot untuk mengunyah dan menelan.
1.7.2
Pemeriksaan
EMG
elektrofisiologis
menunjukkan
pelambatan
OLEH:
KELOMPOK 6:
Geovani Febriano
(200902037)
(200902038)
(200902041)
(200902049)
(200902057)
(200902062)
(200902065)
Rosalia Reso
(200902068)
DAFTAR PUSTAKA
kerja
cell
separator
dapat
berupa
continuous
flow
2. (Eci) Bagaimana cara pengkajian pada bayi yang terkena penyakit GBS? (Karena
pada indentitas dikatakan bahwa GBS dapat terkena pada semua usia)
Jawab :
Penyakit GBS yang muncul pada bayi baru lahir disebabkan karena
diturunkan dari ibu. Gejala infeksi GBS pada bayi antara lain demam, nafas
tersengal/sesak, detak jantung tak beraturan, lesu, kejang. Gejala ini dapat
terlihat dalam beberapa hari pertama setelah lahir. Namun, dalam kasus
tertentu, gejala infeksi dapat terlihat 1 minggu-3 bulan setelah lahir (late
onset).
Biasanya pada bayi susah untuk dilakukan pengkajian jika kelemahan masih
terjadi pada ekstremitas bawah. Jika paralisis sudah semakin parah akan jelas
terlihat tidak ada gerakan aktif ekstremitas dari bayi. Namun secara umum
jika bayi yan terkena dapat dilakukan pemeriksaan reflek bayi. Jika kerusakan
menyerang ekstremitas dapat diperiksa reflek babinski. Normalnya pada bayi
refleks Babinski positif, tetap jika terkena GBS nilainya negatif yaitu tidak
ada dorso fleksi ibu jari juga tidak diikuti membukanya jari-jari lain. (Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1, hal 218)
Jika terkena pada ekstremitas atas bayi tidak punya kemampuan lagi untuk
menggenggam. Jika kelemahan terkena pada wajah bayi tidak bisa menutup
matanya, bayi tidak dapat menangis, atau menyusui.
Jika sudah parah sampai menyerang otot pernapasan maka bisa timbul apneu,
retrakasi dada juga tidak ada.
3. (Vika)
a) Pada
pemeriksaan
fisik
hipotensi/hipertensi. Mengapa?
B2
dituliskan
takikardi/bradikardi
dan
darah menjadi tidak stabil. Kadang-kadang hipotensi atau hipertensi. (Buku Saku
Patofisiologi hal 227)
b. Pada GBS dapat terjadi inkontinensia atau retensi urine. Cuma bedanya
inkontinensia terjadi karena gangguan pada fleksus lumbalis sehingga
menyebabkan penurunan control spinter eksterna dan retensi urine terjadi karena
paralisis otot detrusor dan ketidakadekuatan otot detrusor bekerja.
c. Semi fowler dilakukan efektif supaya pasien terbantu untuk bernafas dan pasien
tidak sesak. Jika dihubungkan dengan kelemahan otot, pada awalnya kelemahan
terjadi pada kelemahan otot kaki lalu menyebar ke otot wajah dan otot-otot
pernapasan. Kerusakan otot-otot pernapasan ini tidak terjadi secara menyeluruh
namun bertahap. Posisi diberikan jika pasien masih mampu bernapas dan dikontol
kapasitas vitalnya. Jika kerusakannya menyeluruh dan kapasitas vitalnya menurun
< 15 ml/kg BB maka pasien perlu diberikan ventilator.
4. (Itha) Penatalaksanaan injeksi imunoglobulin bertujuan untuk apa?
Jawaban: sekalian pada penjelasan penatalaksanaan imunoglobulin.
5. (Christin)
a) Bagaimana jalannya terjadi penyakit GBS karena faktor predisposisi
Imunisasi dan pembedahan? (Karena pada WOC ada faktor predisposisi)
disarankan untuk saat ini pada penderita yang mendapatkan efek samping
kortikosteroid adalah dengan melakukan penurunan konsumsi dosis
kortikosteroid secara perlahan-lahan (tapering off).
http://doctorology.net
6. (Tredi) Mengapa pada manifestasi klinisnya kelemahan lebih berat pada daerah
distal daripada proksimal?
Jawab :
Pada dasarnya GBS menyerang saraf bagian perifer dahulu, jadi kelemahan lebih
dahulu terjadi di bagian distal. Jika kerusakan sudah parah pada distal maka akan
menyebar ke proksimal.
7. (Indra) Sebenarnya nilai SaO2 normal adalah 95%-100% mengapa kelompok
menuliskan 90%-100%?
Normalnya SaO2 95-100% sudah diperbaiki.
8. (Trisna) Apa maksud dari kapasitas vital paksa dan inspirasi paksa negatif? (Pada
penatalaksanaan)
Jawab :
Kapasitas vital yang diukur dari pasien yang berusaha bernapas sampai
semampunya pasien. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kerja otot
pernapasan.
Kapasitas Vital (VC)/Vital Capacity (4800 ml) adalah jumlah udara maksimal
yang dapat diekspirasi sesudah inspirasi maksimal.
Kapasitas Inspirasi (IC) = 3600 ml adalah jumlah udara maksimal yang dapat
diinspirasi sesudah ekspirasi normal.
9. (Win)
a) Apa maksudnya kelemahan mencapai maksimum dalam 14 hari?
b) Apa maksudnya kelemahan progresif simetris akut? (Pada manifestasi klinis)
Jawab :
a. Kelemahan yang dimulai secara bertahap sejak timbulnya gejala awal sampai
gejala menetap dalam waktu 14 hari, tapi ini tidak pasti pada setiap orang.
b. Kelemahan yang berkembang secara cepat bertahap mulai dari ekstermitas
bawah sampai saraf merusak saraf kranial dan kelemahannya bersifat simetris.
Pada ekstremitas sinistra dan dekstra.
10. (Danang) Apa bedanya paralisis pada pasien GBS dan stroke?
Jawab :
Pada pasien GBS paralisisnya bersifat simetris sedangkan pada pasien stroke
paralisisnya asimetris.
Fase progresif, dimulai dari timbulnya gejala penyakit, dimana selama fase
ini kelumpuhan bertambah berat sampai mencapai maksimal. Fase ini
berlangsung sampai 4 minggu, jarang yang melebihi 8 minggu
Prognosanya
Sebenarnya penderita dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu
sekitar enam bulan. Dengan catatan, tidak terjadi infeksi pada tubuh penderita.
Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik tetapi pada
sebagian kecil penderita prognosisnya bisa buruk karena faktor usia dan waktu
waktu perburukan penyakitnya sangat cepat. Penderita yang prognosisnya buruk
dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. Bagi mereka yang berhasil sembuh,
SGB tetap menyisakan kelemahan fungsi tubuh, jika sel saraf rusak tidak bisa
melakukan degenerasi atau kembali normal dengan sendirinya. Yang
menyebabkan kematian biasanya karena terjadi gagal napas.
Penderita yang pulih dari GBS harus menjalani terapi dan latihan secara
teratur untuk dapat menggerakkan kembali anggota tubuhnya, seperti berjalan,
makan, berbicara, atau menulis. Setelah satu tahun atau lebih, 85 % penderita bisa
kembali normal. Penyakit GBS tidak dapat dicegah. Jika dapat terdeteksi sedini
mungkin dan mendapat penanganan lebih cepat, kemungkinan sembuhnya bisa
lebih besar.
Pengobatannya :
Secara umum
1.
Plasmafaresis dini
2.
3.
http://www.ilunifk83.com/t220p450-allergi-penyakit-autoimun-penyakit-genetiksel-punca-bayi-tabung-dll
Penulis Gita Hafas
Subjek : Alergi, Penyakit Autoimun, Penyakit Genetik, Sel Punca, Bayi Tabung,
Diposkan 03 Agustus 2011 jam 06:55
12. (Nova) mengapa kelemahan pada saraf V, VII, dan XII bisa menyebabkan
paralisis pada otot lidah dan rahang? (Pada WOC)
Jawab :
Secara anatomis serabut otot dipersarafi oleh neuron. Kontraksi pada otot
dipengaruhi oleh respon terhadap stimulus saraf. Jika terjadi kerusakan kerja saraf
khususnya pada akson yang berhubungan lqngsung dengan serabut otot, maka
kerja otot juga ikut rusak. Hal ini yang menyebabkan paralisis pada otot.
(Buku Saku Patofisiologi hal. 318)
13. (Indra) Bagaimana mekanisme dari virus CMV bisa sebabkan GBS?
Jawab :
Cara Virus CMV ( Cytomegalovirus) masuk ke tubuh:
Melalui transfusi darah
Orang dengan penyakit HIV, mudah tertular CMV.
Jika virus masuk dalam tubuh maka akan terjadi reaksi antigen-antibodi.
Sehingga sistem kekebalan tubuh menurun. Virus CMV merubah sel dalam
system syaraf sehingga sistem imun mengenali sel tersebut sebagai sel asing.
Sesudah itu, limfosit T yang tersensitisasi dan magrofag akan menyerang
myelin. Selain itu, limfosit T menginduksi limfosit B untuk menghasilkan
antibody yang menyerang bagian tertentu dari selubung myelin yang
menyebabkan kerusakan myelin. (NINDS, 2000).
http://spesialis-torch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=16
14. (Ade Rini) apa hubungannya obat antibiotik dengan penyakit GBS? (Pada
riwayat penyakit dahulu)
Jawab :
Jika antibiotik diberikan pada dosis yang besar dan sering dapat menyebkan
imunosupresan (menekan system imun).
Contoh Antibiotik:
Kloramfenikol (chloromycetin)
Daktinomisin (cosmogen)
Gentamisin sulfat (garamycin)
Penisilin
Streptomisin
Vankomisin
Contoh Kortikosteroid:
Prednison
(Keperawatan Medikal Bedah Volume 3, hal 1700)
15. (Vani) apa tujuan intervensi timbang BB setiap hari?
Jawab :
Perubahan berat badan baik penurunan atau peningkatan dapat menjadi tanda
bahwa pasien mengalami kekurangan atau kecukupan asupan nutrisi.
16. (Eusta)Apa artinya Demielinasi? (Pada WOC)
Jawab :
Dimielinasi menunjukkan kerusakan myelin, adanya material lunak dan protein di
sekitar serabut-serabut saraf otak dan medulla spinalis yang menghasilkan
gangguan tranmisi impuls saraf.
(Keperawatan Medikal Bedah vol.3 hal: 2182).
17. (Novi) Mengapa diberikan diet tinggi kalori pada pasien dengan GBS?
Jawab :
Sebenarnya bukan hanya diet tinggi kalori tetapi juga diet tinggi protein. Hal ini
disebabkan karena protein dan kalori berfungsi dalam sintesis DNA. Jika terjadi
defisiensi protein dan kalori maka akan berpengaruh pada sistem imunnya.
(Keperawatan Medikal Bedah VOL 3, hal 1699)
18. (Hana) mengapa dari paralisis otot pernapasan langsung didapat DP gangguan
pertukaran gas? (Pada WOC)
Jawaban di WOC
19. (Indra) apa artinya inkontinensia reflek? (Pada WOC B4)
Jawab :
Inkontinensia Overflow/ Refleks/ paradoxa merupakan keluarnya urine secara
involunter terjadi pada jarak waktu tertentu yang telah diperkirakan. Jumlah
urine dapat banyak atau sedikit.
Inkontinensia refleks merupakan keadaan ketika individu mengalami
pengeluaran urin involunter yang dapat diprediksi tanpa tanpa sensasi
dorongan berkemih atau kandung kemih penuh. (Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Lynda Juall Carpenito hal 511)
Penyebab inkontinensia refleks
Terhambatnya berkemih akibat efek anastesi atau obat- obatan,
Disfungsi medulla spinalis ( baik gangguan pada kesadaran serebral atau
kerusakan arkus reflex)
Tandanya
Tidak menyadari bahwa kandung kemihnya sudah terisi,
Kurangnya urgensi / dorongan untuk berkemih,
Kontraksi spasme kandung kemih tidak dapat dicegah
20. (Choi) Bagaimana caranya dari penurunan curah jantung ke otak dan jantung
bisa menimbulkan masalah Penurunan perfusi perifer? (Pada WOC B2)
Jawaban di WOC
21. (Ira) Mengapa diberikan makanan lunak dan cair?
Jawab :
Pemberian makanan lunak dan cair ini diberikan lewat NGT jika pasien benar
tidak bisa mengunyah dan menelan. Tetapi jika pasien sudah mengalami
perbaikkan pada otot-otot mengunyah dan menelan dapat diberikan makanan
lunak dan cair secara bertahap secara oral.
(Buku Saku Diagnosa Keperawatan Lynda Juall, hal 308 )
22. (Christin) Mengapa pada intervensi dari DP inkontinensia harus dorong pasien
untuk berkemih tiap 3 jam?
Jawab :
Intervensi dorong pasien untuk berkemih tiap 3 jam ini dimaksudkan agar pasien
mampu melatih spingter eksternalnya . Pada pasien dengan inkontenensia refleks
tidak mempunyai kemampuan untuk mengkontraksikan spingter eksternalnya
sehingga pasien selalu kencing tanpa bisa menahanyan bila vesika urinarianya
sudah penuh.
(Buku Saku Patofisiologi hal: 703)
23. (Eusta) Apa referensi yang dipakai oleh kelompok sehingga pada pengkajian
umur lebih sering terkena pada usia lanjut. Jika diperhatikan sekarang penyakit
ini sering menyerang anak-anak?
Jawab
Kelompok mengambil dari handout Dr herry. Disitu tertulis insiden: 1-2/100.000
sampai 8,6/100.000 populasi lanjut usia. Dapat menyerang semua usia walaupun
sering pada usia lanjut. Selain itu pada orang usia tua cenderung mengalami
penurunan sistem imun sehingga lebih mudah terkena GBS. Tetapi bukan berarti
penyakit GBS ini tidak menyerang anak-anak
(Keperawatan Medikal Bedah, hal 1698)
24. (Choi) Pada grade berapa pasien GBS bisa mengalami sesak napas?
Jawab:
Pada pasien GBS tidak ada grade khusus kapan pasien mengalami sesak napas.
Namun pada sebagian besar penderita kelumpuhan dimulai dari kedua
ekstremitas bawah kemudian menyebar secara asenderen ke badan, anggota
gerak atas dan saraf kranialis. Pasien yang mengalami sesak napas jika
29. (Vina)Apa maksudnya amati fungsi respirasi secara ketat sering awalnya setiap 4
jam? (Pada penatalaksanaan)
Jawab :
Maksud dari penatalaksaan kami pada pasien yang mengalami GBS jika
sudah mengganggu proses respirasinya, maka harus dipantau secara intensif pada
4 jam pertama setelah pasien masuk ICU. Yang dipantau adalah proses inspirasi
dan ekspirasinya yang berhubungan dengan kekuatan otot pernapasan, kapasitas
volume tidalnya (kemungkinan adanya gagal napas).
30. Saran dari Dewi tentang DP 4 dimana kelompok membuat DP dengan sign dan
simptom tidak mengarah ke problem.
Sudah diubah DP-nya.