Gangguan Identifi Kasi Jenis Kelamin
Gangguan Identifi Kasi Jenis Kelamin
ABSTRAK
Gangguan identitas jenis kelamin atau gender identification disorders (GID) adalah suatu gangguan dengan ciri berupa preferensi kuat seseorang
untuk hidup sebagai individu dengan jenis kelamin berlawanan dari anatomi seksnya. Gangguan identitas jenis kelamin sering disebut juga
transeksualisme, biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak dan manifestasinya mulai muncul ketika masa remaja muda, berupa keinginan untuk
berpakaian dan berperilaku seperti jenis kelamin berlawanan. Perilaku ini dilakukan tidak semata-mata untuk kepuasan seksual namun sebagai
bentuk identifikasi jati diri. Prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki. GID merupakan salah satu diagnosis yang paling kontroversial pada DSM-IV
dan termasuk hal kompleks dipandang dari segi sosial dan etik.
Kata kunci: gangguan identitas jenis kelamin, transeksualisme, crossdressing
ABSTRACT
Gender identification disorders (GID) is a disorder characterized by a strong preference to live as individuals with opposite gender from their
anatomical sex. Gender Identification Disorders is also known as transexualism, usually started in childhood and its manifestation begins in early
adolescense, as a desire to dress and behave like the opposite sex. This behaviour is not only for sexual satisfaction but also for self identification.
The prevalence is higher among male. GID is one of the most controversial and complex diagnoses in DSM-IV viewed in social and ethical terms.
Steffi Kurniawan. Gender Identification Disorders.
Key words: gender identification disorder, transexualism, crossdressing
PENDAHULUAN
Jenis kelamin merupakan hal yang sangat
penting bagi individu sebagai sebuah
identitas, bahkan pada beberapa suku, jenis
kelamin ikut menentukan apakah individu
tersebut akan dipertahankan hidup atau tidak.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
jenis kelamin merupakan sifat (keadaan)
jantan atau betina. Pada masyarakat umum,
jenis kelamin yang diakui secara resmi adalah
laki-laki (jantan) dan perempuan (betina).1
Laki-laki
Skor 1
3,8 %
8,3 %
Skor 2
1%
2,3 %
Laki-laki
Perempuan
Skor 1
1%
2,5 %
Skor 2
0%
1%
Alamat korespondensi
Perempuan
email: alexis.steffi@gmail.com
827
TINJAUAN PUSTAKA
dari 3 tahun.2 Berdasarkan data demografi,
prevalensi gangguan identitas jenis kelamin
lebih tinggi pada laki-laki, namun tidak
ditemukan data penelitian yang akurat
mengenai hal ini.2
Prevalensi gangguan ini lebih akurat pada
dewasa. Di Eropa, prevalensi pada laki-laki
sekitar 1: 30.000 dan perempuan 1: 100.000.3
Salah satu pendekatan untuk mengetahui
prevalensi gangguan ini adalah dengan
menggunakan kuesioner, seperti CBCL (child
behaviour checklist). Pada CBCL, terdapat 2
patokan untuk identifikasi, yaitu pernyataan
behaves like opposite sex dan wishes to be
opposite sex. Sampel ini memiliki 3 skor, yaitu
0: not true, 1: somewhat true, 2: very true. Dari
sebuah studi yang pada anak usia 4 11 tahun,
didapatkan tendensi anak untuk bertingkah
laku sebagai jenis kelamin berbeda lebih besar
daripada yang menginginkan jenis kelamin
yang berlawanan.2
TEORI PERKEMBANGAN GENDER
Teori perkembangan gender dibagi menjadi 4
tipe:
1. Teori psikoanalitik: Freud menyatakan
bahwa peran jenis kelamin anak ditentukan
pada fase falik. Rasa takut terhadap kastrasi
memotivasi anak untuk mengidentifikasi
orang tua yang memiliki jenis kelamin sama.5
2. Teori environmental menjelaskan bahwa
perkembangan jenis kelamin bergantung
pada teori pembelajaran. Tiga elemen yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran
adalah
stimulus,
respons
terhadap
stimulus, dan perilaku terhadap stimulus
tersebut. Dukungan akan memperkuat
sebuah perilaku sedangkan hukuman akan
memperlemah perilaku. Teori pembelajaran
menganggap suatu organisme adalah pasif
dan memperluas pengetahuan perilakunya
berdasarkan pengalaman. Peran lingkungan
adalah sebagai pemberi bentuk perilaku
tersebut. Menurut teori ini, anak belajar
mengidentifikasi jenis kelamin mereka
berdasarkan reaksi orang sekitar mereka
terhadap perilaku si anak.5
3. Teori kognitif mengklaim bahwa
perkembangan jenis kelamin dibentuk oleh
kemampuan kognitif anak, ketertarikan, dan
karakteristik personal lainnya. Liben membagi
teori kognitif menjadi dua, kognitif-lingkungan
dan developmental-constructivist. Pendekatan
secara
kognitif-lingkungan
dilakukan
dengan cara meningkatkan interaksi antara
828
TINJAUAN PUSTAKA
ini lebih sering pada laki-laki dan biasanya
dikarakteristikkan dengan:
1. Keinginan untuk menjadi jenis kelamin
yang berlawanan
2. Cross dressing
3. Memilih permainan yang biasanya
dimainkan oleh kaum lawan jenisnya (secara
normal)
4. Tidak menyukai karakteristik seksual baik
secara fisik maupun fungsi dari tubuhnya.
DIAGNOSIS
GID pertama kali diakui sebagai entitas
kejiwaan dalam DSM-III, dibagi menjadi
dua diagnosis terpisah berdasarkan umur:
GID masa kanak-kanak, dan transeksualisme
(remaja dan orang dewasa).2 Dalam DSM
edisi ke empat, kedua diagnosis tersebut
disatukan, GID dengan kriteria yang berbeda
untuk anak-anak dan untuk remaja dan orang
dewasa.
829
TINJAUAN PUSTAKA
Remaja
Remaja muda yang mengalami gangguan
ini pada awalnya merasa bahwa dirinya
seorang homoseksual. Perasaan cemas,
takut serta malu dapat menyebabkan konflik
dalam perjalanan hidupnya. Para orang tua
diharapkan mengerti kondisi psikologis anak
sehingga tekanan yang dirasakan oleh anak
berkurang. Pada fase ini, akan timbul perilaku
menyembunyikan
perubahan-perubahan
sekunder tubuh, mulai dari minum obat
hormonal hingga rencana menjalani operasi
di kemudian hari. Terapi psikologik untuk anak
dan orang tuanya memiliki peranan penting
dalam perkembangan anak baik dalam
kehidupan sehari-hari di keluarga maupun
masyarakat.
Dewasa
Pada orang dewasa sering ditemukan
permintaan
langsung
untuk
operasi
penggantian anatomi kelamin dan pemakaian
hormonal.
Sex-Reassignment Surgery
Pada laki-laki, operasi penggantian anatomi
kelamin seperti penghilangan penis, skrotum,
dan testis, digantikan dengan pembentukan
labia dan vaginoplasti. Pembentukan
neoklitoris yang berasal dari frenulum penis
dapat memberikan sensasi erotis. Komplikasi
operasi ini adalah striktur uretra, fistula
rektovaginal, stenosis vagina, serta panjang
dan lebar vagina inadekuat.
Pasien yang menggunakan hormon untuk
menumbuhkan payudara namun gagal,
biasanya akan melakukan mammaplasty.
Selain itu pemotongan kartilago tiroid untuk
mengurangi tonjolan jakun dilakukan supaya
menyempurnakan tampilan dan dapat
meningkatkan pitch vokal suara, setelah
itu pasien dapat melakukan latihan vokal.
Pada kasus perempuan menjadi laki-laki,
biasanya dilakukan bilateral mastectomy dan
pembentukan neophallus.4
Pasien-pasien yang melakukan operasi
penggantian anatomi kelamin ini mengaku
dapat merasakan sensasi orgasme, bahkan
lebih terasa jika dibandingkan dengan saat
sebelum operasi.4
Terapi Hormonal
Individu dengan gangguan ini yang lahir
sebagai laki-laki hampir selalu mengonsumsi
830
TINJAUAN PUSTAKA
seksama oleh para dokter. Selain itu alur
diagnosis serta penatalaksaan juga harus
diketahui dan dipertimbangkan dengan
DAFTAR PUSTAKA
1.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi keempat. Balai Pustaka; 2008.
2.
Tomer Shechner. Gender identity disorder: A literature review from a developmental perspective. Israel: Department of Psychology, Tel Aviv University; 2010.
3.
Medra M, Jkw P. Transsexualism - Diagnostic and therapeutic aspects. Poland: Department of Endocrinology, Diabetology and Isotope Therapy, Medical University of Wrocaw;
2010.
4.
Benjamin JS. Synopsis of psychiatry. 10th ed. NewYork: Lippincott Williams and Wilkins; 2007.
5.
Freud S. Three essays on the theory of sexuality. London: Hogarth Standard Edition; 2006.
6.
Liben LS, Bigler RS. Developmental gender differentiation: Pathways in conforming and nonconforming outcomes. Switzerland: Gay Lesbian Mental Health Community; 2008.
831