Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Identifikasi Jenis Kelamin


Steffi Kurniawan, Meilina Imelda
Rumah Sakit Umum Daerah Landak, Kalimantan Barat

ABSTRAK
Gangguan identitas jenis kelamin atau gender identification disorders (GID) adalah suatu gangguan dengan ciri berupa preferensi kuat seseorang
untuk hidup sebagai individu dengan jenis kelamin berlawanan dari anatomi seksnya. Gangguan identitas jenis kelamin sering disebut juga
transeksualisme, biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak dan manifestasinya mulai muncul ketika masa remaja muda, berupa keinginan untuk
berpakaian dan berperilaku seperti jenis kelamin berlawanan. Perilaku ini dilakukan tidak semata-mata untuk kepuasan seksual namun sebagai
bentuk identifikasi jati diri. Prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki. GID merupakan salah satu diagnosis yang paling kontroversial pada DSM-IV
dan termasuk hal kompleks dipandang dari segi sosial dan etik.
Kata kunci: gangguan identitas jenis kelamin, transeksualisme, crossdressing

ABSTRACT
Gender identification disorders (GID) is a disorder characterized by a strong preference to live as individuals with opposite gender from their
anatomical sex. Gender Identification Disorders is also known as transexualism, usually started in childhood and its manifestation begins in early
adolescense, as a desire to dress and behave like the opposite sex. This behaviour is not only for sexual satisfaction but also for self identification.
The prevalence is higher among male. GID is one of the most controversial and complex diagnoses in DSM-IV viewed in social and ethical terms.
Steffi Kurniawan. Gender Identification Disorders.
Key words: gender identification disorder, transexualism, crossdressing

PENDAHULUAN
Jenis kelamin merupakan hal yang sangat
penting bagi individu sebagai sebuah
identitas, bahkan pada beberapa suku, jenis
kelamin ikut menentukan apakah individu
tersebut akan dipertahankan hidup atau tidak.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
jenis kelamin merupakan sifat (keadaan)
jantan atau betina. Pada masyarakat umum,
jenis kelamin yang diakui secara resmi adalah
laki-laki (jantan) dan perempuan (betina).1

Tabel 1 Pernyataan behaves like opposite sex


behaves like opposite sex

Laki-laki

Skor 1

3,8 %

8,3 %

Skor 2

1%

2,3 %

Tabel 2 Pernyataan wishes to be opposite sex


wishes to be opposite sex

Laki-laki

Perempuan

Skor 1

1%

2,5 %

Skor 2

0%

1%

Jenis kelamin individu ditentukan oleh fenotip,


genotip (termasuk seks gonad ditentukan
oleh organ seks internal dan eksternal),
status endokrin dan metabolik, jiwa, dan
sertifikat kelahiran penunjukan seks (jenis
kelamin sosial).2 Di antara tipe seks tersebut,
seks psikologis individu yang menentukan
identitas jenis kelaminnya.

anatomi seksual yang dimilikinya.3 Menurut


Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM-IV-TR) gangguan identitas jenis
kelamin adalah suatu gangguan dengan ciri
berupa preferensi seseorang yang kuat untuk
hidup sebagai individu yang memiliki jenis
kelamin berlawanan dari anatomi seksnya.4

Gangguan identitas jenis kelamin atau


gender identification disorders (GID) adalah
suatu kondisi yang memiliki karakteristik
berupa perasaan tidak nyaman atau rasa
ketidaksesuaian yang menetap terhadap

Gangguan identitas jenis kelamin (GID) sering


disebut sebagai transeksualisme, dapat juga
didefinisikan sebagai perbedaan antara
jenis kelamin psikologis dan seks morfologi,
biologi, dan sosial, yang sering dianggap

Alamat korespondensi

Perempuan

sebagai non-self dan milik lawan jenis2. GID


merupakan salah satu diagnosis yang paling
kontroversial pada DSM-IV dan termasuk
kompleks dipandang dari segi sosial dan etik.
Para ahli menyatakan sedikit sekali anak-anak
yang memenuhi kriteria diagnosis GID.4
EPIDEMIOLOGI
Mayoritas anak dengan gangguan identitas
jenis kelamin dibawa untuk diperiksa pada
masa awal sekolah. Kebanyakan orang tua
melaporkan bahwa anaknya mulai berperilaku
terbalik dengan jenis kelaminnya sejak kurang

email: alexis.steffi@gmail.com

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013

827

TINJAUAN PUSTAKA
dari 3 tahun.2 Berdasarkan data demografi,
prevalensi gangguan identitas jenis kelamin
lebih tinggi pada laki-laki, namun tidak
ditemukan data penelitian yang akurat
mengenai hal ini.2
Prevalensi gangguan ini lebih akurat pada
dewasa. Di Eropa, prevalensi pada laki-laki
sekitar 1: 30.000 dan perempuan 1: 100.000.3
Salah satu pendekatan untuk mengetahui
prevalensi gangguan ini adalah dengan
menggunakan kuesioner, seperti CBCL (child
behaviour checklist). Pada CBCL, terdapat 2
patokan untuk identifikasi, yaitu pernyataan
behaves like opposite sex dan wishes to be
opposite sex. Sampel ini memiliki 3 skor, yaitu
0: not true, 1: somewhat true, 2: very true. Dari
sebuah studi yang pada anak usia 4 11 tahun,
didapatkan tendensi anak untuk bertingkah
laku sebagai jenis kelamin berbeda lebih besar
daripada yang menginginkan jenis kelamin
yang berlawanan.2
TEORI PERKEMBANGAN GENDER
Teori perkembangan gender dibagi menjadi 4
tipe:
1. Teori psikoanalitik: Freud menyatakan
bahwa peran jenis kelamin anak ditentukan
pada fase falik. Rasa takut terhadap kastrasi
memotivasi anak untuk mengidentifikasi
orang tua yang memiliki jenis kelamin sama.5
2. Teori environmental menjelaskan bahwa
perkembangan jenis kelamin bergantung
pada teori pembelajaran. Tiga elemen yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran
adalah
stimulus,
respons
terhadap
stimulus, dan perilaku terhadap stimulus
tersebut. Dukungan akan memperkuat
sebuah perilaku sedangkan hukuman akan
memperlemah perilaku. Teori pembelajaran
menganggap suatu organisme adalah pasif
dan memperluas pengetahuan perilakunya
berdasarkan pengalaman. Peran lingkungan
adalah sebagai pemberi bentuk perilaku
tersebut. Menurut teori ini, anak belajar
mengidentifikasi jenis kelamin mereka
berdasarkan reaksi orang sekitar mereka
terhadap perilaku si anak.5
3. Teori kognitif mengklaim bahwa
perkembangan jenis kelamin dibentuk oleh
kemampuan kognitif anak, ketertarikan, dan
karakteristik personal lainnya. Liben membagi
teori kognitif menjadi dua, kognitif-lingkungan
dan developmental-constructivist. Pendekatan
secara
kognitif-lingkungan
dilakukan
dengan cara meningkatkan interaksi antara

828

lingkungan dan karakteristik personal. Pada


teori developmental-constructivist, seseorang
aktif mencari, mengatur, dan menggunakan
informasi yang dimiliki dalam kehidupan
sosial mereka.6
4. Teori perkembangan kognitif diambil dari
studi Piaget tentang perkembangan kognitif
yang menunjukkan bahwa kognitif adalah
hasil proses dorongan pengembangan diri
dan tidak semata-mata hanya berasal dari
lingkungan.2
Kohlberg menjelaskan 3 fase perkembangan
gender:
1. Gender identity, sekitar usia 2-3 tahun. Fase
ini adalah fase individu mulai melabelkan
dirinya sebagai laki-laki atau perempuan
dan ini akan menjadi dasar dari gender dan
perilaku individu di masa yang akan datang.
2. Gender stability, sekitar 4-5 tahun. Fase ini
adalah fase individu mampu mengerti sifat
alami dari suatu jenis kelamin.
3. Gender consistency, sekitar 6-7 tahun. Fase
ketika individu mengerti bahwa jenis kelamin
merupakan suatu hal yang tidak dapat
diubah.
Teori skema jenis kelamin yang dikembangkan
oleh Martin dan Halverson terfokus pada
perilaku individu dan pengetahuannya
tentang jenis kelamin, dinyatakan dalam
bentuk skema prisma mulai dari pengetahuan
dari lingkungan hingga diterapkan dalam
perilaku.2
ETIOLOGI
Tidak ada keterangan jelas mengenai
penyebab, mungkin ada kelainan biologis
yang kuat pada gangguan tersebut.
Penentuan jenis kelamin pada manusia
ditentukan oleh kromosom. Pada laki-laki
akan terdapat kromosom Y dan X, sedangkan
wanita memiliki dua kromosom X. Kromosom
Y mengandung gen yang disebut sebagai
faktor determinasi testis. Gen tersebut yang
menyebabkan sel pada embrio berdiferensiasi
dan berkembang menjadi alat kelamin
laki-laki. Embrio yang tidak memiliki gen
tersebut maka akan berkembang menjadi
jenis kelamin perempuan.2 Pada bulan ketiga
kehamilan, akan dilepaskan suatu hormon
yang akan mempercepat diferensiasi
alat kelamin, hormon tersebut juga akan
meningkat antara minggu ke-2 hingga
ke-12 setelah kelahiran. Hormon tersebut

diproduksi supaya terjadi maskulinisasi pada


perkembangan janin. Jika hormon androgen
tidak cukup diproduksi atau terlambat
atau terlalu dini, proses maskulinisasi akan
terganggu. Gangguan hormonal dapat
berasal dari berbagai sumber, seperti sistem
endokrin ibu, stres pada masa kehamilan,
atau zat kimia (obat, dll.) yang dikonsumsi
pada masa kehamilan.
Studi postmortem pada transeksual (lakilaki dan wanita) dan non-transeksual (lakilaki dan wanita) menunjukkan perbedaan
signifikan proporsi volume hipotalamus
yang erat kaitannya dengan perilaku seksual.
Penelitian awal menunjukkan bahwa persepsi
seseorang mengenai jenis kelamin pada
dasarnya ditentukan oleh otak dan dapat
dipengaruhi secara kimiawi. Selain faktor
biologis, kondisi lingkungan juga memiliki
peranan penting pada gangguan identitas
jenis kelamin.
MANIFESTASI KLINIS
Perubahan fisik sekunder di masa puber pada
orang dengan gangguan identitas kelamin,
terutama laki-laki, meningkatkan tingkat
kecemasan dan frustrasi. Beberapa kasus
berusaha menjadi lebih laki-laki dengan
melakukan aktivitas yang super-maskulin.
Sebagai contoh, seorang laki-laki melakukan
olahraga seperti gulat dan sepakbola
agar merasa lebih laki-laki. Namun, pada
kenyataannya, hal tersebut sering kali
meningkatkan kecemasan pasien tentang
identitas jenis kelaminnya.3
Fase cemas dikarakteristikkan dengan
perasaan bersalah, malu, bingung dan
takut. Individu merasa bingung dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah, malu
akibat ketidakmampuan melakukan apa
yang dianggap normal dalam masyarakat,
rasa bersalah karena tidak jujur terhadap
keluarga dan teman. Walaupun terkadang
individu berpakaian atau berkhayal menjadi
jenis kelamin yang berlawanan, sensasi puas
yang dirasa hanya bersifat sementara. Individu
cenderung menutupi hal tersebut karena
takut dianggap sakit, diabaikan, dan ditolak
oleh orang di sekitarnya.
GID pada anak dan remaja muda merupakan
kondisi kompleks dan angka kejadiannya
kecil; sering diasosiasikan dengan kesulitan
bertingkah laku dan emosional.2 Gangguan

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013

TINJAUAN PUSTAKA
ini lebih sering pada laki-laki dan biasanya
dikarakteristikkan dengan:
1. Keinginan untuk menjadi jenis kelamin
yang berlawanan
2. Cross dressing
3. Memilih permainan yang biasanya
dimainkan oleh kaum lawan jenisnya (secara
normal)
4. Tidak menyukai karakteristik seksual baik
secara fisik maupun fungsi dari tubuhnya.

3. Pada remaja dan orang dewasa yang


sibuk menyingkirkan karakteristik seks primer
dan sekunder dan/atau mengungkapkan
keyakinan bahwa mereka lahir dengan jenis
kelamin yang salah.

DIAGNOSIS
GID pertama kali diakui sebagai entitas
kejiwaan dalam DSM-III, dibagi menjadi
dua diagnosis terpisah berdasarkan umur:
GID masa kanak-kanak, dan transeksualisme
(remaja dan orang dewasa).2 Dalam DSM
edisi ke empat, kedua diagnosis tersebut
disatukan, GID dengan kriteria yang berbeda
untuk anak-anak dan untuk remaja dan orang
dewasa.

Transeksualisme juga dapat dicurigai pada


anak-anak. Keasyikan dengan kegiatan khas
seks berlawanan jenis kelamin biologis
individu yang paling sering menjadi jelas
antara usia 2 dan 4 tahun.

Menurut DSM-IV-TR terdapat empat kriteria


diagnosis GID, sebagai berikut2:
A. Identifikasi cross-gender yang kuat dan
gigih. Individu memenuhi kriteria ini jika
individu memiliki karakter sedikitnya empat
dari lima hal berikut:
1. Keinginan berulang yang dinyatakan untuk
menjadi jenis kelamin yang berlawanan.
2. Preferensi untuk cross-dressing dan
memakai stereotipikal pakaian lawan jenis.
3. Preferensi kuat untuk memainkan peran
sebagai jenis kelamin yang berlawanan dan
berusaha membuat hal tersebut menjadi
nyata.
4. Keinginan kuat untuk berpartisipasi dalam
permainan stereotip lawan jenis.
5. Preferensi kuat untuk memilih teman
bermain yang jenis kelaminnya berlawanan.
B. Ketidaknyamanan
atau
rasa
ketidaksesuaian yang menetap dengan jenis
kelamin biologis. Individu disebut memenuhi
kriteria ini jika memiliki salah satu dari hal-hal
berikut:
1. Pada anak laki-laki, perasaan jijik terhadap
penis atau testis, keinginan untuk tidak
memiliki organ seksual laki-laki, enggan
bermain kasar, dan penolakan terhadap
stereotipe laki-laki kegiatan dan permainan.
2. Pada anak perempuan, keinginan untuk
tidak memiliki organ seksual wanita, sebuah
pernyataan bahwa dia telah atau akan
tumbuh penis, dan kebencian terhadap
pakaian feminin.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013

C. Adanya kondisi interseks fisik, di luar


diagnosis GID.
D. Distres klinis yang signifikan atau kerusakan
fungsi yang berat akibat gangguan.

Menurut ICD-10, kriteria diagnosis GID sebagai


berikut5:
Transsexualism
1. Individu yang ingin hidup dan diterima
sebagai seseorang yang memiliki jenis
kelamin berlawanan dengan anatomi seksnya,
terkadang disertai dengan keinginan untuk
mengubah penampilan fisik
2. Identitas transeksual dijalani minimal 2
tahun
3. Gangguan ini bukan akibat gangguan
mental lain seperti skizofrenia, atau
abnormalitas kromosom.
Dual role transvestism
1. Individu memakai pakaian jenis kelamin
yang berlawanan, untuk dapat merasakan
menjadi jenis kelamin tersebut secara
sementara.
2. Perilaku cross-dressing tidak didasari
motivasi seksual
3. Individu tidak memiliki keinginan untuk
melakukan perubahan permanen terhadap
alat kelaminnya.
GENDER IDENTITY DISORDER OF
CHILDHOOD
Laki-laki
1. Individu menunjukkan rasa distres yang
intens dan permanen terhadap kondisi
sebagai laki-laki dan memiliki keinginan untuk
menjadi perempuan atau yakin bahwa adalah
perempuan.
2. Harus disertai salah satu dari pernyataan
di bawah ini:
a. Preokupasi terhadap aktivitas feminin,
seperti cross dressing berperilaku seperti
wanita dalam kehidupan sehari hari, seperti

memilih permainan wanita dan menolak


permainan yang bersifat maskulin.
b. Menolak struktur anatomi yang dimiliki,
seperti:
1) Yakin bahwa akan tumbuh menjadi
seorang wanita
2) Merasa jijik pada penis dan testis yang
dimilikinya
3) Merasa lebih baik tanpa memiliki penis
dan testis.
3. Individu belum masuk masa pubertas.
4. Gangguan ini harus berlangsung minimal
selama 6 bulan.
Perempuan
1. Individu menunjukkan rasa distres yang
intens dan permanen terhadap kondisi
sebagai perempuan dan memiliki keinginan
untuk menjadi laki-laki atau yakin bahwa dia
adalah laki-laki.
2. Harus disertai salah satu dari pernyataan
di bawah ini:
a. Menolak memakai pakaian perempuan
dan merasa harus memakai pakaian yang
maskulin atau laki-laki. Contoh: pakaian dalam
laki-laki
b. Menolak struktur anatomi seksual yang
dimiliki, seperti:
1) Perasaan yakin akan tumbuh penis
2) Menolak buang air kecil dalam posisi
jongkok
3) Pernyataan bahwa individu tidak mau
tumbuh payudara dan menstruasi
3. Individu belum masuk masa pubertas
4. Gangguan ini harus berlangsung minimal
selama 6 bulan
GID TIPE LAIN
Gangguan identitas jenis kelamin yang tidak
dapat diklasifikasi.
TERAPI
Anak
Pada saat ini, tidak ada bukti signifikan
yang menunjukkan bahwa intervensi
psikiatrik atau psikologik pada anak dapat
memengaruhi orientasi seksual mereka di
kemudian hari. Penatalaksanaan terhadap
anak dengan gangguan ini harus diikuti
peran serta lingkungan (penyediaan pakaian
yang sesuai jenis kelaminnya) dan nasihat
tentang peran dari anatomi seksualnya.
Hormon dan psikofarmakologi tidak pernah
digunakan.

829

TINJAUAN PUSTAKA
Remaja
Remaja muda yang mengalami gangguan
ini pada awalnya merasa bahwa dirinya
seorang homoseksual. Perasaan cemas,
takut serta malu dapat menyebabkan konflik
dalam perjalanan hidupnya. Para orang tua
diharapkan mengerti kondisi psikologis anak
sehingga tekanan yang dirasakan oleh anak
berkurang. Pada fase ini, akan timbul perilaku
menyembunyikan
perubahan-perubahan
sekunder tubuh, mulai dari minum obat
hormonal hingga rencana menjalani operasi
di kemudian hari. Terapi psikologik untuk anak
dan orang tuanya memiliki peranan penting
dalam perkembangan anak baik dalam
kehidupan sehari-hari di keluarga maupun
masyarakat.
Dewasa
Pada orang dewasa sering ditemukan
permintaan
langsung
untuk
operasi
penggantian anatomi kelamin dan pemakaian
hormonal.
Sex-Reassignment Surgery
Pada laki-laki, operasi penggantian anatomi
kelamin seperti penghilangan penis, skrotum,
dan testis, digantikan dengan pembentukan
labia dan vaginoplasti. Pembentukan
neoklitoris yang berasal dari frenulum penis
dapat memberikan sensasi erotis. Komplikasi
operasi ini adalah striktur uretra, fistula
rektovaginal, stenosis vagina, serta panjang
dan lebar vagina inadekuat.
Pasien yang menggunakan hormon untuk
menumbuhkan payudara namun gagal,
biasanya akan melakukan mammaplasty.
Selain itu pemotongan kartilago tiroid untuk
mengurangi tonjolan jakun dilakukan supaya
menyempurnakan tampilan dan dapat
meningkatkan pitch vokal suara, setelah
itu pasien dapat melakukan latihan vokal.
Pada kasus perempuan menjadi laki-laki,
biasanya dilakukan bilateral mastectomy dan
pembentukan neophallus.4
Pasien-pasien yang melakukan operasi
penggantian anatomi kelamin ini mengaku
dapat merasakan sensasi orgasme, bahkan
lebih terasa jika dibandingkan dengan saat
sebelum operasi.4
Terapi Hormonal
Individu dengan gangguan ini yang lahir
sebagai laki-laki hampir selalu mengonsumsi

830

hormon estrogen oral. Hormon estrogen


membantu
pembesaran
payudara,
atrofi testikular, penurunan libido dan
menurunkan jumlah rambut badan. Efek
lain penatalaksanaan endokrin adalah
peningkatan hormon endokrin, profil lemak,
gula darah dan enzim hepatik. Pasien yang
menggunakan terapi hormonal harus selalu
dipantau gula darahnya. Konsumsi rokok
dilarang saat terapi hormon karena dapat
menyebabkan trombosis vena dan emboli
pulmoner.4
Pada wanita, penyuntikan testosteron
dilakukan setiap sebulan sekali atau tiga
minggu sekali. Penggunaan testosteron
memiliki efek yang patut diperhatikan, seperti
pitch suara akan menjadi rendah secara
permanen karena pita suara menebal, klitoris
menebal dan memanjang sekitar dua hingga
tiga kali lipat dari ukuran normal diikuti
dengan peningkatan libido, pertumbuhan
rambut seperti pola laki laki dan berhentinya
siklus menstruasi.4
PENATALAKSANAAN
Psikologis dan intervensi sosial
Terdapat panduan sebagai berikut2:
1. Anamnesis lengkap termasuk evaluasi
keluarga, penting untuk mencari masalah
emosional dan perilaku, masalah pada masa
kecil yang belum selesai efeknya hingga kini.
2. Terapi
bertujuan
agar
terjadi
perkembangan terutama identitas jenis
kelamin dengan mengeksplorasi karakteristik
alamiah anak atau remaja muda.
3. Pengenalan dan penerimaan terhadap
masalah gangguan identitas dan penghapusan
stigma tabu dari masyarakat.
4. Keputusan untuk menerima gender
seorang anak sangat sulit, baik anak maupun
orang tua membutuhkan dukungan
untuk memperbaiki hubungan, termasuk
menghadapi tanggapan orang lain. Bantuan
profesional dibutuhkan untuk membantu
mencari solusi terbaik.
Intervensi terapeutik lebih baik jika dilakukan
sedini mungkin pada awal kehidupan anak
untuk prognosis yang lebih baik.2
Peranan pelayanan kesehatan mental anak
dan remaja muda, terbagi dalam tiga bagian:
1. Anamnesis langsung dan tata laksana
terhadap kesulitan kesehatan mental anak
dan remaja anak.

2. Anak yang sesuai dengan kriteria


gangguan identitas jenis kelamin pada DSMIV atau ICD-10, segera dirujuk ke spesialis
agar mendapat pelayanan profesional
multidisipliner identitas jenis kelamin.
3. Penyediaan konsultasi dengan ahli
hormonal bagian anak untuk pemeriksaan
fisik, edukasi tentang pertumbuhan dan
masalah hormonal serta intervensinya.
PROGNOSIS
Anak
Anak laki - laki biasanya mengalami gangguan
ini sebelum usia 4 tahun dan konflik kelompok
mulai terjadi pada awal sekolah, sekitar usia 7
8 tahun. Perilaku feminin biasanya berkurang
saat anak laki-laki bertumbuh. Cross-dressing
adalah salah satu contoh sikap dari gangguan
tersebut, sudah terlihat dari sebelum usia 4
tahun.
Baik pada pria maupun wanita, satu hingga
dua per tiga kasus tumbuh menjadi
homoseksual. Jika gangguan identitas jenis
kelamin menetap hingga dewasa, maka
memiliki tendensi menjadi kronik dan disertai
beberapa periode remisi.3
Dewasa
Laki-aki dewasa yang mengalami rasa
ketidaksesuaian dengan anatomi seksualnya
dan secara seksual tertarik pada sesama
jenis, biasanya sudah mengalaminya
sedari kecil. Ketertarikan terhadap sesama
jenis dimulai pada awal masa remaja
dan mulai menganggap diri mereka
sebagai homoseksual. Pasien wanita mulai
mengalami gangguan ini pada saat dewasa
saat menganggap dirinya sebagai lesbian
karena ketertarikannya terhadap sesama
jenis. Ketertarikan ini terjadi karena wanita
tersebut melihat dirinya sebagai seorang
pria; mereka meminta agar diperlakukan
dan dianggap sebagai laki laki oleh
pasangan.3
SIMPULAN
Gangguan identitas jenis kelamin adalah
suatu gangguan yang memiliki ciri berupa
preferensi seseorang yang kuat untuk
hidup sebagai individu yang memiliki jenis
kelamin berlawanan dari anatomi seksnya.
Etiologi gangguan ini belum jelas. Kriteria
diagnosis dapat menurut DSM-IV atau
ICD-10; pembagian dan penggolongan
gangguan ini harus dimengerti secara

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013

TINJAUAN PUSTAKA
seksama oleh para dokter. Selain itu alur
diagnosis serta penatalaksaan juga harus
diketahui dan dipertimbangkan dengan

baik mengingat tindakan yang dilakukan


akan bersifat permanen perubahannya.
Terapi non-farmakologis berupa konseling

merupakan tahap awal penatalaksanaan dan


jika dibutuhkan dapat berlanjut pada terapi
farmakologis.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi keempat. Balai Pustaka; 2008.

2.

Tomer Shechner. Gender identity disorder: A literature review from a developmental perspective. Israel: Department of Psychology, Tel Aviv University; 2010.

3.

Medra M, Jkw P. Transsexualism - Diagnostic and therapeutic aspects. Poland: Department of Endocrinology, Diabetology and Isotope Therapy, Medical University of Wrocaw;
2010.

4.

Benjamin JS. Synopsis of psychiatry. 10th ed. NewYork: Lippincott Williams and Wilkins; 2007.

5.

Freud S. Three essays on the theory of sexuality. London: Hogarth Standard Edition; 2006.

6.

Liben LS, Bigler RS. Developmental gender differentiation: Pathways in conforming and nonconforming outcomes. Switzerland: Gay Lesbian Mental Health Community; 2008.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013

831

Anda mungkin juga menyukai