PORTOFOLIO Meningioma Teja
PORTOFOLIO Meningioma Teja
MENINGIOMA
Pembimbing:
dr. Achmad Zamroni, Sp.BS
Pendamping:
dr. Kurniati, Sp.KK
No. RM : 588xxx
Tanggal Presentasi :
Pendamping :
dr. Achmad Zamroni, Sp. BS
dr. Kurniati, Sp.KK
Tempat presentasi : Ruang Pertemuan Unit Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Bahan bahasan
Tinjauan Pustaka
Cara membahas
Diskusi
Data Pasien
Remaja
Riset
Presentasi &
diskusi
Dewasa
Lansia
Bumil
Kasus
Audit
Pos
1. Keluhan Utama:
Nyeri kepala
Anamnesis :
Pasien datang ke Igd RSUD Ibnu Sina Gresik pada tanggal 22 April 2015 dengan keluhan
sering sakit kepala, pada awalnya keluhan terasa di bawah benjolan yang semakin lama
semakin menyebar dan lebih dominant pada kepala sebelah kanan. Nyeri kepala hebat
terutama pada saat pagi hari. Pasien juga mengeluhkan terjadi penurunan ketajaman
penglihatan sejak kurang lebih enam bulan yang lalu. Keluhan mengenai kedua mata tetapi
dirasakan lebih berat pada mata sebelah kanan dan tidak berkurang walaupun dikoreksi
dengan kacamata. Pasien juga mengalami penurunan daya ingat dalam beberapa bulan
3
terakhir ini.
2. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat trauma sebelumnya : (-)
- Riwayat operasi sebelumnya : (-)
3. Riwayat Pengobatan:
Pasien belum berobat sebelumnya
5. Pemeriksaan Fisik:
STATUS GENERALIS
BB : 60 kg
TB : 165 cm
Vital Sign :
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
: Kompos mentis
: 110/70 mmHg
: 86 x/menit
: 21 x/menit
: 36,70 C
(-)
Sensorik
:
Amnestik (Anomik) :
(-)
(-)
Kepala
Besar
:
normal
Asimetri
:
(-)
Sikap Paksa :
(-)
Tortikolis
:
(-)
Muka
:
Mask
:
(-)
Mypathik
:
(-)
Fullmoon
:
(-)
Lain-lain
:
tidak ada
Pemeriksaan Khusus
1. Rangsang Selaput Otak
Kaku tengkuk
:
(-)
Brudzinski I :
(-)
Laseque
:
(-/-) Brudzinski II :
(-)
Kernig
:
(-/-)
2. Saraf Otak
N. IHyp/Anosmi :
(-/-) N. II Visus (OD/OS): 1/~ / 2/5
Parosmi
:
(-/-)
Yojana penglihatan : N
Hallusinasi
:
(-/-)
Melihat warna :
N
Funduscopi :
N. III, IV, VI
Kedudukan bola mata
:
normal
Pergerakan bola mata
:ke nasal
:
normal
ke temporal
:
normal
ke atas
:
normal
ke bawah
:
normal
ke temporal bawah :
normal
Exophthalmus
:
(-/-)
Celah mata (ptosis)
:
(-)
PUPIL :
Bentuk
:
bulat
Lebar
:
3 mm/ 3 mm
Perbedaan lebar
:
isokor
Rekasi cahaya langsung
:
</N
Reaksi cahaya konsensuil
:
</N
N. V
Cabang Motorik
- Otot maseter
:
N/N
- Otot temporal
:
N/N
- Otot pterygoideus :
N/N
Cabang Sensorik
- Oftalmikus
:
N/N
- Maksilaris
:
N/N
- Mandibularis
:
N/N
Refleks Kornea langsung
:
N/N
Reflleks kornea konsensuil :
N/N
N. VII
Waktu diam
- Kerutan dahi
:
N/N
- Tinggi alis
:
N/N
- Sudut mata
:
N/N
- Lipatan nasolabial :
N/N
Waktu gerak
- Mengerutkan dahi
- Menutup mata
- Bersiul
- Memperlihatkan gigi
Pengecapan 2/3 depan lidah
Hiperakusis
Sekresi air mata
N. VIII
Vestibular
- Vertigo
- Nistagmus
- Tinitus Aureum
- Tes kalori
Cochlearis
- Rinne
- Weber
- Schwabah
- Tuli Konduktif
- Tuli perseptif
N. IX, X
Bagian Motorik
- Suara
- Menelan
- Kedudukan arcus pharinx
- Kedudukan uvula
- Pergerakan arcus pharinx / uvula
- Detak jantung
- Bising Usus
Bagian Sensorik
- Pengecapan 1/3 belakang lidah
Reflek muntah
Reflek palatum Mole
N. XI
Mengangkat bahu
Memalingkan wajah
N. XII
Kedudukan lidah waktu istirahat
Kedudukan lidah waktu bergerak
Atrofi
:
:
:
:
:
:
:
tdl
tdl
tdl
tdl
tdl
(-/-)
N/N
:
:
:
:
(-)
(-)
N/N
tdl
:
:
:
:
:
tdl
tdl
tdl
tdl
tdl
:
:
:
:
:
:
:
N
N
N/N
sentral
N
N
N
:
:
:
tdl
tdl
tdl
:
:
N/N
N/N
:
:
:
di tengah
di tengah
(-/-)
Fascikulasi / Tremor
Kekeuatan lidah menekan pipi
:
:
(-/-)
N/N
Sistem Motorik
5
5
5
5
3. Refleks-Refleks
Reflex fisiologis
Refleks biseps
:
+/+
Refleks triceps
:
+/+
Refleks patella
:
+/+
Refleks Achiles
:
+/+
Refleks patologis
Tungkai
Refleks babinsky
:
(-/-)
Refleks Chaddock
:
(-/-)
Lengan
Refleks Hoffman tromer
: (-/-)
4. Susunan Saraf Otonom
Miksi
:
N
Defekasi
:
N
Sekresi keringat
:
N
Salivasi
:
N
Gangguan vasomotor
:
(-)
Ortostatik hipotensi
:
(-)
6. Pemeriksaan Penunjang
CT Scan Kepala
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
9,1 g/dl
15.500 mg/ul
27 %
209.000/ul
0,73mg/dL
1,53 mg/dL
12,7 U/L
20,8 U/L
189 mg/dL
12,9 mg/dL
1,13 mg/dL
4,7 mg/dl
1.
Assessment
Meningioma
2.
Terapi:
Inf. D5 2.000cc/24jam
Manitol 200cc selanjutnya 6x100
Ceftriaxone 2x1g
Ceftazidine 3x1g
Dexamethason 2amp
Kalnex 1x1g
Ketorolac 2x30mg
Phenitoin 5amp dalam PZ 100cc
Omeprazole 1x40mg
Pro Operasi
3.
Prognosis
Baik
4.
Komplikasi
1. Brunicardi , Dana K. Andersen, Timothy R. Billiar, David L. Dunn, John G. Hunter, Jeffrey B.
Matthews, Raphael E. Pollock. Schwartz's Principles of Surgery, 8th edition. McGraw Hill.
USA. 2004.
2. Pamir M, Black P. Meningiomas : A comprehensive text. Saunders Elsevier, Philadelphia,
2010.
3. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian
9
Hasil Pembelajaran
1. Mengetahui definisi dari Meningioma
2. Mengetahui gejala Meningioma
3. Mengetahui kriteria diagnosis Meningioma
4. Mengetahui penatalaksanaan Meningioma
Makroskopik
Diterima potongan jaringan otak dengan ukuran 7x4x3,5 cm, irisan tampak solid warna
putih, sebagian tampak bercak kecoklatan, konsistensi padat lunak sebagian rapuh, diproses
sebagian 2 kaset.
Mikroskopik
Potongan jaringan menunjukan dengan proliferasi sel bulat, oval spindle, inti jinak sebagian
atypic, tersusun storiform, mitosis 5/10 HPF
10
Kesimpulan
O
Vital Sign :
TD: 130/90, N: 95x/mnt,
RR: 19x/mnt, T ax: 36.8oC
GCS: 456
GDA: 179 mg/dL
P
- Inf. RL 1000cc / 24jam
- Manitol 5x100
- Inj. Ceftazidin 3x1 gram
- Inj. Ketorolac 3x30mg
- Inj. Omeprazole 1x40mg
- Dexamethason 4x1amp
11
O
Vital Sign :
TD: 120/80, N: 87x/mnt,
RR: 20x/mnt, T ax: 36.5oC
GCS: 456
P
- Inf. RL 1000cc / 24jam
- Manitol 4x100
- Inj. Ceftazidin 3x1 gram
- Inj. Ketorolac 2x30mg
- Dexamethason 4x1amp
HB: 13,9
Leukosit: 10.400
12
.BAB I
PENDAHULUAN
Meningioma adalah suatu tumor yang berasal dari meningens yang berfungsi sebagai
membran pelindung yang menutupi otak. Meningioma dapat tumbuh di mana saja di
sepanjang meningen. Sekitar 25 % mengenai falx dan parasagital yang dapat dibedakan
menjadi sepertiga anterior, tengah, dan posterior. Tumor ini tertutup oleh korteks di atasnya
dan cenderung tumbuh mayoritas pada satu hemisfer tetapi bisa bilateral. Pada beberapa
psien, tumor tumbuh ke tepi inferior sinus sagital. Meskipun kebanyakan meningioma
bersifat jinak (benigna) tumor ini bisa mengalami kekambuhan setelah diangkat. Manifestai
klinis yang ditimbulkan sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu yang
dapat mengakibatkan kondisi serius dan berpotensi mengakibatkan kematian. Angka kejadian
meningioma 20% dari seluruh tumor primer otak. Tumor ini lebih sering dialami wanita
daripada pria dan biasanya terjadi pada usia 50-60 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan
dapat muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia lanjut dan memperlihatkan
kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota di satu keluarga. Korelasinya dengan
trauma kapitis masih dalam pencarian karena belum cukup bukti untuk memastikannya. Pada
umumnya meningioma dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar vili
arachnoid. Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang terletak
pada tempat pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi radiks.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
DEFINISI
Meningioma adalah suatu tumor yang berasal dari meningens yang berfungsi sebagai
membran pelindung yang menutupi otak. Di antara sel-sel meningen itu belum dapat
dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan erat antara tumor ini
dengan villi arachnoid. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign). Meningioma
malignant jarang terjadi. Tumbuhnva meningioma kebanvakan di temnat ditemukan banyak
villi arachnoid. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun
medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya.
2.2.
INSIDENSI
Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa kambuh setelah diangkat. Tumor ini lebih
sering ditemukan pada wanita dan biasanya muncul pada usia 50-60 tahun, tetapi tidak
tertutup kemungkinan muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut, dan
memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota di satu keluarga.
Paling banyak meningioma tergolong jinak (benign) dan 10 % malignant. Meningioma
merupakan neoplasma intracranial nomor 2 dalam urutan frekuensinya yaitu mencapai angka
14
20% dan 12 % dari semua tumor medulla spinalis. Meningioma dapat tumbuh di mana
saja di sepanjang meningen dan dapat menimbulkan manifestasi klinis yang
sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu. Sekitar 40%
meningioma berlokasi di lobus frontalis dan 20% menimbulkan gejala sindroma
lobus frontalis.
2.3.
ANATOMI
Meninx adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus enchepalon dam
medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang letaknya berurutan dari
superficial ke profunda. Bersama-sama,araknoid dan piamater disebut leptomening.
Duramater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri dari lamina
meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla spinalis lamina endostealis melekat erat
pada dinding canalis vertebralis, menjadi endosteum(periosteum),sehingga di antara lamina
meningialis dan lamina endostealis terdapat spatium extraduralis(spatium epiduralis) yang
berisi jaringan ikat longgar, lemak dan pleksus venosus. Antara dura mater dan archnoid
terdapat spatium subdurale yang berisi cairan lymphe. Pada enchepalon lamina endostealis
melekat erat pada permukaan interior cranium, terutama pada sutura, basis crania dan tepi
foramen occipital magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan yang licin dan
dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa. Arachnoid bersama-sama
dengan pia mater disebut leptomeninges. Kedua lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh
trabekula arachnoideae.Arachniod adalah suatu selubung tipis, membentuk spatium subdurale
dengan dura mater. Antara archnoid dan pia mater terdapat spatium subarachnoideum yang
berisi liquor cerebrospinalis.
15
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum diketahui. Berbagai
Para
peneliti
sedang
mempelajari
beberapa
teori
tentang
kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas
berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2).
NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada
40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom
familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering
16
terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan
dengan pertumbuhan meningioma.
dalam
sejumlah
keganasan
SSP
seperti
meningioma
dan
glioma.
EGFR
diduga
terlibat
dalam
proliferasi
dan
diferensiasi
17
Selain peningkatan usia, faktor lain yang dinilai konsisten berhubungan dengan risiko
terjadinya meningioma yaitu sinar radiasi pengion; faktor lingkungan berupa gaya hidup dan
genetik telah dipelajari namunnya perannya masih dipertanyakan. Faktor lain yang telah
diteliti yaitu penggunaan hormon endogen dan eksogen, penggunaan elepon genggam, dan
variasi genetik atau polimorfisme. Faktor lain yang dinilai berperan adalah keadaan penyakit
yang sudah ada seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan epilepsi; pajanan timbale, pemakaian
pewarna rambut; pajanan gelombang micro atau medan magnt, merokok; trauma kepala; dan
alergi. Sebagian faktor risiko diatas dinilai tidak signifikan atau tidak konsisten bila
dihubungkan dengan risiko yang ditemukan pada pasien meningioma, hal ini dapat
disebabkan jumlah sampel penelitian yang sedikit, waktu follow up yang singkat, dan adanya
perbedaan kriteria dan pajanan. Melihat dari dominannya insidensi meningioma pada wanita
dibanding pria, adanya ekspresi hormone pada beberapa tumor tertentu, kemungkinan adanya
hubungan dengan kanker payudara dan laporan perubahan ukuran tumor saat kehamilan,
siklus menstruarsi, dan menopause; beberapa peneleti menyatakan adanya hubungan antara
hormone sebagai faktor risiko meningioma.
Pada sebuah penelitian telah meneliti mengenai hubungan antara pemakaian
kontrasepsi oral dan terapi pengganti hormone pada wanita pre-menopause dan postmenopause untuk melihat risiko kemungkinan meningioma; secara umum data-data tidak
memperlihatkan bukti yang kuat bahwa kontrasepsi oral sebagai faktor risiko meningioma
namun sebaliknya pemakaian terapi pengganti hormone mengindikasikan kemungkinan
hubungan sebagai faktor risiko. Wigertz dan kawan-kawan menemukan bahwa terdapat
peningkatan signifikan risiko meningioma pada wanita post-menopause di Swedia yang
pernah menggunakan terapi pengganti hormone (OR [95% CI] 1.7 [1.02.8]), hasil ini
mengkonfirmasi penemuan Jhawar dan kawan-kawan dalam penelitian Nurse health study.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua penelitian menunjukkan hubungan antara pemakaian
18
2.6.
PATOFISIOLOGI
19
Tumor otak yang tergolong jinak ini secara histopatologis berasal dari sel
pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang mengalami granulasi dan perubahan
bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade
eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema
peritumoral. Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor
etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma hingga saat ini masih
menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan reseptor progesterone.
Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain juga ditemukan pada tumor ini termasuk
estrogen, androgen, dopamine, dan reseptor untuk platelet derived growth factor. Beberapa
reseptor hormon sex diekspressikan oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang
spesifik dan teknik biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam
konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari
meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten pada meningioma.
Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan pada
meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma sama dengan
yang ditemukan pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (10) melaporkan meningioma secara
bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa penelitian lainnya
melaporkan hubungan karsinoma mammae dengan meningioma. Meningioma merupakan
tumor otak yang pertumbuhannya lambat dan tidak menginvasi otak maupun medulla
spinalis. Stimulus hormon merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan meningioma.
Pertumbuhan meningioma dapat menjadi cepat selama periode peningkatan hormon, fase
luteal pada siklus menstruasi dan kehamilan. Trauma dan virus sebagai kemungkinan
penyebab meningioma telah diteliti, tapi belum didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan
virus sebagai penyebab meningioma.
20
2.7.
KLASIFIKASI
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah diketahui,
termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi
yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya.
a. Grade I
Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin
pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodic. Jika tumor
semakin bverkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian
penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I
diterapi dengan tindakan bedah dan observasi yang continue .
b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi juga.
Pembedahan
adalah
penatalaksanaan
awal
pada
tipe ini. Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.
c. Grade III
21
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignant atau
meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh
kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang pertama untuk grade III
diikuri dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi .
2.8 DIAGNOSIS
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada otak
dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya fungsi normal
dari bagian khusus dari otak). Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala
awal . Gejala umumnya seperti sakit kepala, perubahan mental, kejang, mual muntah,
perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
1. Lobus frontal
Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang
fokal
Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
2. Lobus parietal
22
Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis
3. Lobus temporal
Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
4. Lobus oksipital
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan
fungsi pendengaran
Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
servikal
9. Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus,
Pemeriksaan Radiologi
1.
Foto polos.
Hiperostosis adalah salahsatu gambaran mayor dari meningioma pada foto polos.
Dinidikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus
sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh
darah meninx menggambarkan dilatasi arteri meninx yang mensuplai darah ke
tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus.
2.
CT-Scan.
24
MRI
MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi
meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung
pada lokasi tumor berada.
4.
Angiografi
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat menimbulkan
gambaran spoke wheel appearance. Selanjutnya arteri dan kapiler memperlihatkan
gambaran vascular yang homogen dan prominen yang disebut dengan mother and
law phenomenon .
2.9.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan meningioma terganting darilokasi dan ukuran tumor itu sendiri.
Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama. Beberapa
faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran
dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi,
riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan
25
tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi
tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang
untuk menurunkan kejadian rekurensi. Pada pasien dengan meningioma supratentorial,
pemberian antikonvulsan dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi
pemberian H2 antagonis beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik
perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus,
dan pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas terhadap organisem
pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk organisme anaerob) ditambahkan apabila
operasi direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau
mastoid.
Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial.
-
Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan dura, atau
mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang atau tulang yang
hiperostotik)
untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan efektif untuk
melanjutkan terapi operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang
didahului dengan operasi sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus meningioma yang tidak
26
dapat dioperasi karena lokasi yang sulit, keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang
menolak dilakukan operasi, external beam irradiation masih belum menunjukkan
keefektifitasannya. Teori terakhir menyatakan terapi external beam irradiation tampaknya
akan efektif pada kasus meningioma yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang
mendukung teori ini belum banyak dikemukakan.
Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan pertimbangan
komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf optikus sangat rentan
mengalami kerusakan akibat radioterapi. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan berupa
insufisiensi pituitari ataupun nekrosis akibat radioterapi. Modalitas kemoterapi dengan
regimen antineoplasma masih belum banyak diketahui efikasinya untuk terapi meningioma
jinak maupun maligna. Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal
atau jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen
kemoterapi (baik intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan
adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun
regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari
Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide, adriamycin, dan
vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun.
Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam penelitian. Pertumbuhan
sel pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari
beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus pemberian
hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi dan meningioma
yang tidak dapat direseksi. Pemberian Alfainterferon dilaporkan dapat memperpanjang waktu
terjadinya rekurensi pada kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang
menimbulkon toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi.
27
2.10.
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang
sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa snrvivalnya
relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah
75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor
dapat menjadi sangat besar. Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan
bila letaknya mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada:
invasi dan kerusakan tulang , tumor tidak berkapsul pada saat operasi, serta invasi pada
jaringan otak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi , Dana K. Andersen, Timothy R. Billiar, David L. Dunn, John G. Hunter, Jeffrey
B. Matthews, Raphael E. Pollock. Schwartz's Principles of Surgery, 8th edition. McGraw Hill.
USA. 2004.
2. Pamir M, Black P. Meningiomas : A comprehensive text. Saunders Elsevier, Philadelphia,
2010.
3. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian
28