Anda di halaman 1dari 28

PORTOFOLIO KASUS BEDAH

MENINGIOMA

Oleh: dr. Putu Teja Laksana Nukana

Pembimbing:
dr. Achmad Zamroni, Sp.BS

Pendamping:
dr. Kurniati, Sp.KK

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
2014-2015
PORTOFOLIO MENINGIOMA

No. ID dan Nama Peserta

: dr. Putu Teja Laksana Nukana

No. ID dan Nama Wahana : RSUD Ibnu Sina Gresik

Topik : Bedah Saraf

Tanggal Kasus : 22 April 2015

Nama Pasien : Ny.SM / 41 tahun

No. RM : 588xxx

Tanggal Presentasi :

Pendamping :
dr. Achmad Zamroni, Sp. BS
dr. Kurniati, Sp.KK

Tempat presentasi : Ruang Pertemuan Unit Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik

Obyektif Presentasi : Mengetahui definisi, gejala, diagnosis, dan penatalaksanaan dari


Meningioma

Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Bahan bahasan

Tinjauan Pustaka

Cara membahas

Diskusi

Data Pasien

Remaja

Riset

Presentasi &
diskusi

Nama : Ny.SM/ 41 tahun


Alamat: Purworejo, benjeng Gresik

Nama Klinik : RSUD Ibnu Sina Gresik

Dewasa

Lansia

Bumil

Kasus

Audit

E-mail

Pos

No. Registrasi : 588xxx

Terdaftar sejak : 2014

Data Utama untuk bahan diskusi

1. Keluhan Utama:
Nyeri kepala
Anamnesis :
Pasien datang ke Igd RSUD Ibnu Sina Gresik pada tanggal 22 April 2015 dengan keluhan
sering sakit kepala, pada awalnya keluhan terasa di bawah benjolan yang semakin lama
semakin menyebar dan lebih dominant pada kepala sebelah kanan. Nyeri kepala hebat
terutama pada saat pagi hari. Pasien juga mengeluhkan terjadi penurunan ketajaman
penglihatan sejak kurang lebih enam bulan yang lalu. Keluhan mengenai kedua mata tetapi
dirasakan lebih berat pada mata sebelah kanan dan tidak berkurang walaupun dikoreksi
dengan kacamata. Pasien juga mengalami penurunan daya ingat dalam beberapa bulan
3

terakhir ini.
2. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat trauma sebelumnya : (-)
- Riwayat operasi sebelumnya : (-)
3. Riwayat Pengobatan:
Pasien belum berobat sebelumnya

4. Riwayat Penyakit Keluarga : -

5. Pemeriksaan Fisik:
STATUS GENERALIS
BB : 60 kg
TB : 165 cm
Vital Sign :

Keadaan umum

: Baik, tampak sakit ringan

Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu

: Kompos mentis
: 110/70 mmHg
: 86 x/menit
: 21 x/menit
: 36,70 C

K/L : Anemis (-)/icterus (-)/cyanosis (-)/dispneu (-)


Thorax : Jantung Paru dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
STATUS NEUROLOGIK
Kesan Umum
Kesadaran :
GCS 4 5 6
Pembicara :
Disarti : (-)
Monoton :
(-)
Scanning :
(-)
Afasia
:
Motorik

(-)

Sensorik
:
Amnestik (Anomik) :

(-)
(-)

Kepala

Besar
:
normal
Asimetri
:
(-)
Sikap Paksa :
(-)
Tortikolis
:
(-)
Muka
:
Mask
:
(-)
Mypathik
:
(-)
Fullmoon
:
(-)
Lain-lain
:
tidak ada
Pemeriksaan Khusus
1. Rangsang Selaput Otak
Kaku tengkuk
:
(-)
Brudzinski I :
(-)
Laseque
:
(-/-) Brudzinski II :
(-)
Kernig
:
(-/-)
2. Saraf Otak
N. IHyp/Anosmi :
(-/-) N. II Visus (OD/OS): 1/~ / 2/5
Parosmi
:
(-/-)
Yojana penglihatan : N
Hallusinasi
:
(-/-)
Melihat warna :
N
Funduscopi :
N. III, IV, VI
Kedudukan bola mata
:
normal
Pergerakan bola mata
:ke nasal
:
normal
ke temporal
:
normal
ke atas
:
normal
ke bawah
:
normal
ke temporal bawah :
normal
Exophthalmus
:
(-/-)
Celah mata (ptosis)
:
(-)
PUPIL :
Bentuk
:
bulat
Lebar
:
3 mm/ 3 mm
Perbedaan lebar
:
isokor
Rekasi cahaya langsung
:
</N
Reaksi cahaya konsensuil
:
</N
N. V
Cabang Motorik
- Otot maseter
:
N/N
- Otot temporal
:
N/N
- Otot pterygoideus :
N/N
Cabang Sensorik
- Oftalmikus
:
N/N
- Maksilaris
:
N/N
- Mandibularis
:
N/N
Refleks Kornea langsung
:
N/N
Reflleks kornea konsensuil :
N/N
N. VII
Waktu diam
- Kerutan dahi
:
N/N

- Tinggi alis
:
N/N
- Sudut mata
:
N/N
- Lipatan nasolabial :
N/N
Waktu gerak
- Mengerutkan dahi
- Menutup mata
- Bersiul
- Memperlihatkan gigi
Pengecapan 2/3 depan lidah
Hiperakusis
Sekresi air mata
N. VIII
Vestibular
- Vertigo
- Nistagmus
- Tinitus Aureum
- Tes kalori
Cochlearis
- Rinne
- Weber
- Schwabah
- Tuli Konduktif
- Tuli perseptif

N. IX, X
Bagian Motorik
- Suara
- Menelan
- Kedudukan arcus pharinx
- Kedudukan uvula
- Pergerakan arcus pharinx / uvula
- Detak jantung
- Bising Usus
Bagian Sensorik
- Pengecapan 1/3 belakang lidah
Reflek muntah
Reflek palatum Mole
N. XI
Mengangkat bahu
Memalingkan wajah
N. XII
Kedudukan lidah waktu istirahat
Kedudukan lidah waktu bergerak
Atrofi

:
:
:
:
:
:
:

tdl
tdl
tdl
tdl
tdl
(-/-)
N/N

:
:
:
:

(-)
(-)
N/N
tdl

:
:
:
:
:

tdl
tdl
tdl
tdl
tdl

:
:
:
:
:
:
:

N
N
N/N
sentral
N
N
N

:
:
:

tdl
tdl
tdl

:
:

N/N
N/N

:
:
:

di tengah
di tengah
(-/-)

Fascikulasi / Tremor
Kekeuatan lidah menekan pipi

:
:

(-/-)
N/N

Sistem Motorik
5
5

5
5

3. Refleks-Refleks
Reflex fisiologis
Refleks biseps
:
+/+
Refleks triceps
:
+/+
Refleks patella
:
+/+
Refleks Achiles
:
+/+
Refleks patologis
Tungkai
Refleks babinsky
:
(-/-)
Refleks Chaddock
:
(-/-)
Lengan
Refleks Hoffman tromer
: (-/-)
4. Susunan Saraf Otonom
Miksi
:
N
Defekasi
:
N
Sekresi keringat
:
N
Salivasi
:
N
Gangguan vasomotor
:
(-)
Ortostatik hipotensi
:
(-)

6. Pemeriksaan Penunjang
CT Scan Kepala

HASIL LAB 22 APRIL 2015


Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Bil. D
Bil. T
SGOT
SGPT
GDA
Bun
SC
UA

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

9,1 g/dl
15.500 mg/ul
27 %
209.000/ul
0,73mg/dL
1,53 mg/dL
12,7 U/L
20,8 U/L
189 mg/dL
12,9 mg/dL
1,13 mg/dL
4,7 mg/dl

1.

Assessment
Meningioma
2.
Terapi:
Inf. D5 2.000cc/24jam
Manitol 200cc selanjutnya 6x100
Ceftriaxone 2x1g
Ceftazidine 3x1g
Dexamethason 2amp
Kalnex 1x1g
Ketorolac 2x30mg
Phenitoin 5amp dalam PZ 100cc
Omeprazole 1x40mg
Pro Operasi

3.

Prognosis
Baik

4.

Komplikasi
1. Brunicardi , Dana K. Andersen, Timothy R. Billiar, David L. Dunn, John G. Hunter, Jeffrey B.
Matthews, Raphael E. Pollock. Schwartz's Principles of Surgery, 8th edition. McGraw Hill.
USA. 2004.
2. Pamir M, Black P. Meningiomas : A comprehensive text. Saunders Elsevier, Philadelphia,
2010.
3. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian
9

Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.


4. Black P et al.Meningiomas : science and surgery. Clinical Neurosurgery Vol.54. 2007 p:91-99.
5. Jill S. Barnholtz-Sloan, J S, Kruchko C. Meningiomas: causes and risk factors. Neurosurg
Focus volume 23. October, 2007. p: 1-8 .

Hasil Pembelajaran
1. Mengetahui definisi dari Meningioma
2. Mengetahui gejala Meningioma
3. Mengetahui kriteria diagnosis Meningioma
4. Mengetahui penatalaksanaan Meningioma

Hasil Pemeriksaan Patologi dan Sitologi / FNAB:

Makroskopik

Diterima potongan jaringan otak dengan ukuran 7x4x3,5 cm, irisan tampak solid warna
putih, sebagian tampak bercak kecoklatan, konsistensi padat lunak sebagian rapuh, diproses
sebagian 2 kaset.

Mikroskopik

Potongan jaringan menunjukan dengan proliferasi sel bulat, oval spindle, inti jinak sebagian
atypic, tersusun storiform, mitosis 5/10 HPF

10

Kesimpulan

meningioma exici : ATYPICAL MENINGIOMA

Follow Up 23 April 2015 (H-1 post op) :


S
- Nyeri luka operasi (+)
- BAB (-), BAK (+)
- mual (+), muntah (+)
- makan (+) minum (+)

O
Vital Sign :
TD: 130/90, N: 95x/mnt,
RR: 19x/mnt, T ax: 36.8oC
GCS: 456
GDA: 179 mg/dL

P
- Inf. RL 1000cc / 24jam
- Manitol 5x100
- Inj. Ceftazidin 3x1 gram
- Inj. Ketorolac 3x30mg
- Inj. Omeprazole 1x40mg
- Dexamethason 4x1amp

11

Follow Up 24 April 2015 (H-2 post op) :


S
- Nyeri luka operasi (+)
- BAB (+), BAK (+)
- mual (-) muntah (-)
- makan (+) minum (+)

O
Vital Sign :
TD: 120/80, N: 87x/mnt,
RR: 20x/mnt, T ax: 36.5oC
GCS: 456

P
- Inf. RL 1000cc / 24jam
- Manitol 4x100
- Inj. Ceftazidin 3x1 gram
- Inj. Ketorolac 2x30mg
- Dexamethason 4x1amp

HB: 13,9
Leukosit: 10.400

12

.BAB I
PENDAHULUAN

Meningioma adalah suatu tumor yang berasal dari meningens yang berfungsi sebagai
membran pelindung yang menutupi otak. Meningioma dapat tumbuh di mana saja di
sepanjang meningen. Sekitar 25 % mengenai falx dan parasagital yang dapat dibedakan
menjadi sepertiga anterior, tengah, dan posterior. Tumor ini tertutup oleh korteks di atasnya
dan cenderung tumbuh mayoritas pada satu hemisfer tetapi bisa bilateral. Pada beberapa
psien, tumor tumbuh ke tepi inferior sinus sagital. Meskipun kebanyakan meningioma
bersifat jinak (benigna) tumor ini bisa mengalami kekambuhan setelah diangkat. Manifestai
klinis yang ditimbulkan sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu yang
dapat mengakibatkan kondisi serius dan berpotensi mengakibatkan kematian. Angka kejadian
meningioma 20% dari seluruh tumor primer otak. Tumor ini lebih sering dialami wanita
daripada pria dan biasanya terjadi pada usia 50-60 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan
dapat muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia lanjut dan memperlihatkan
kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota di satu keluarga. Korelasinya dengan
trauma kapitis masih dalam pencarian karena belum cukup bukti untuk memastikannya. Pada
umumnya meningioma dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar vili
arachnoid. Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang terletak
pada tempat pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi radiks.

13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

DEFINISI
Meningioma adalah suatu tumor yang berasal dari meningens yang berfungsi sebagai

membran pelindung yang menutupi otak. Di antara sel-sel meningen itu belum dapat
dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan erat antara tumor ini
dengan villi arachnoid. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign). Meningioma
malignant jarang terjadi. Tumbuhnva meningioma kebanvakan di temnat ditemukan banyak
villi arachnoid. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun
medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya.

2.2.

INSIDENSI
Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa kambuh setelah diangkat. Tumor ini lebih

sering ditemukan pada wanita dan biasanya muncul pada usia 50-60 tahun, tetapi tidak
tertutup kemungkinan muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut, dan
memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota di satu keluarga.
Paling banyak meningioma tergolong jinak (benign) dan 10 % malignant. Meningioma
merupakan neoplasma intracranial nomor 2 dalam urutan frekuensinya yaitu mencapai angka
14

20% dan 12 % dari semua tumor medulla spinalis. Meningioma dapat tumbuh di mana
saja di sepanjang meningen dan dapat menimbulkan manifestasi klinis yang
sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu. Sekitar 40%
meningioma berlokasi di lobus frontalis dan 20% menimbulkan gejala sindroma
lobus frontalis.

2.3.

ANATOMI
Meninx adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus enchepalon dam

medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang letaknya berurutan dari
superficial ke profunda. Bersama-sama,araknoid dan piamater disebut leptomening.
Duramater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri dari lamina
meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla spinalis lamina endostealis melekat erat
pada dinding canalis vertebralis, menjadi endosteum(periosteum),sehingga di antara lamina
meningialis dan lamina endostealis terdapat spatium extraduralis(spatium epiduralis) yang
berisi jaringan ikat longgar, lemak dan pleksus venosus. Antara dura mater dan archnoid
terdapat spatium subdurale yang berisi cairan lymphe. Pada enchepalon lamina endostealis
melekat erat pada permukaan interior cranium, terutama pada sutura, basis crania dan tepi
foramen occipital magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan yang licin dan
dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa. Arachnoid bersama-sama
dengan pia mater disebut leptomeninges. Kedua lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh
trabekula arachnoideae.Arachniod adalah suatu selubung tipis, membentuk spatium subdurale
dengan dura mater. Antara archnoid dan pia mater terdapat spatium subarachnoideum yang
berisi liquor cerebrospinalis.
15

Arachnoid yang membungkus basis serebri berbentuk tebal sedangkan yang


membungkus facies superior cerebri tipis dan transparant. Arachnoid membentuk tonjolantonjolan kecil disebut granulation arachnoidea, masuk kedalam sinus venosus, terutama sinus
sagitallis superior. Lapisan disebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan diantara
folia cerebri.Membentuk tela chorioidea venticuli. Dibentuk oleh serabut-serabut reticularis
dan elastic,ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah cerebral. Pia terdiri dari lapisan sel
mesodermal tipis seperti endothelium. Berlawanan dengan arachnoid, membrane ini ini
menutupi semua permukaan otak dan medulla spinalis.
2.4.

ETIOLOGI
Penyebab terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum diketahui. Berbagai

penelitian dilakukan untuk menemukan penyebab meningioma. Penyebab yang tersering


adalah paparan radiasi antara 132-315 rontgen, dimana dosis ini sama dengan 1-3 Gy.
Karakteristik dari radiasi adalah radiasi yang memiliki periode laten 36-38 tahun bagi pasien
yang mendapatkan dosis radiasi yang rendah pada kepala, dimana pasien yang menderita
meningioma setelah terpapar dosis radiasi tinggi akan menimbulkan tanda paling cepat 5
tahun sesudahnya. Meningioma yang terjadi akibat adanya paparan radiasi lebih sering
terjadi, dimana angka kejadiannya mencapai 80%. Para ahli tidak memastikan apa
penyebab tumor meningioma, namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian
besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya
meningioma.

Para

peneliti

sedang

mempelajari

beberapa

teori

tentang

kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas
berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2).
NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada
40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom
familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering
16

terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan
dengan pertumbuhan meningioma.

Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor. Penyebab


kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan tambahan dari platelet
diturunkan faktor pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan
(EGFR) yang mungkin memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Berbagai
macam jaringan normal dan neoplastik mengekspresikan EGFR, overekspresi dari EGFR
ditemukan pada sejumlah tumor termasuk payudara, paru-paru, kepala, leher, glioblastoma,
dan karsinoma kolorektal. Baru-baru ini, sebuah dugaan muncul dalam menilai ekspresi
EGFR

dalam

sejumlah

keganasan

SSP

seperti

meningioma

dan

glioma.

Wernicke dkk melaporkan tingginya ekspresi EGFR pada penderita meningioma.


Overekspresi

EGFR

diduga

terlibat

dalam

proliferasi

dan

diferensiasi

meningothelial sel. Meningioma memiliki reseptor yang berhubungan dengan hormone


estrogen, progesterone, dan androgen, yang juga dihubungkan dengan kaknker payudara. Hal
ini dibuktikan dengan adanya perubahan ukuran tumor pada fase lutheal siklus haid dan
kehamilan.(wie) Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada jinak meningiomas,
baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian,
sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka tentang
penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma. Meskipun peran tepat
hormon dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa
kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan.

2.5 FAKTOR RESIKO

17

Selain peningkatan usia, faktor lain yang dinilai konsisten berhubungan dengan risiko
terjadinya meningioma yaitu sinar radiasi pengion; faktor lingkungan berupa gaya hidup dan
genetik telah dipelajari namunnya perannya masih dipertanyakan. Faktor lain yang telah
diteliti yaitu penggunaan hormon endogen dan eksogen, penggunaan elepon genggam, dan
variasi genetik atau polimorfisme. Faktor lain yang dinilai berperan adalah keadaan penyakit
yang sudah ada seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan epilepsi; pajanan timbale, pemakaian
pewarna rambut; pajanan gelombang micro atau medan magnt, merokok; trauma kepala; dan
alergi. Sebagian faktor risiko diatas dinilai tidak signifikan atau tidak konsisten bila
dihubungkan dengan risiko yang ditemukan pada pasien meningioma, hal ini dapat
disebabkan jumlah sampel penelitian yang sedikit, waktu follow up yang singkat, dan adanya
perbedaan kriteria dan pajanan. Melihat dari dominannya insidensi meningioma pada wanita
dibanding pria, adanya ekspresi hormone pada beberapa tumor tertentu, kemungkinan adanya
hubungan dengan kanker payudara dan laporan perubahan ukuran tumor saat kehamilan,
siklus menstruarsi, dan menopause; beberapa peneleti menyatakan adanya hubungan antara
hormone sebagai faktor risiko meningioma.
Pada sebuah penelitian telah meneliti mengenai hubungan antara pemakaian
kontrasepsi oral dan terapi pengganti hormone pada wanita pre-menopause dan postmenopause untuk melihat risiko kemungkinan meningioma; secara umum data-data tidak
memperlihatkan bukti yang kuat bahwa kontrasepsi oral sebagai faktor risiko meningioma
namun sebaliknya pemakaian terapi pengganti hormone mengindikasikan kemungkinan
hubungan sebagai faktor risiko. Wigertz dan kawan-kawan menemukan bahwa terdapat
peningkatan signifikan risiko meningioma pada wanita post-menopause di Swedia yang
pernah menggunakan terapi pengganti hormone (OR [95% CI] 1.7 [1.02.8]), hasil ini
mengkonfirmasi penemuan Jhawar dan kawan-kawan dalam penelitian Nurse health study.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua penelitian menunjukkan hubungan antara pemakaian
18

terapi pengganti hormone dengan meningioma. Penggunaan telepon genggam dapat


menyebabkan meningioma sangat marak di masyarakat namun sampai sekarang bukti yang
menunjukkan hal tersebut masih sedikit. Berbagai penelitian kasus kontrol sudah dilakukan di
populasi Amerika Serikat, Eropa, dan Israel untuk mencari hubungan pemakaian telepon
genggam dengan risiko tumor otak; semua penelitian di atas tidak menunjukkan hubungan
yang signifikan. Namun demikian beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemakaian
telepon genggam jangka panjang (> 10 tahun) menunjukkan peningkatan risiko neuroma
akustik, suatu tipe glioma high grade.
Sebagian besar meningioma merupakan tumor sporadik; pasien dengan lesi sporadic
tidak memilii riwayat tumor otak pada keluarganya. Sindrom genetik yang diketahui menjadi
faktor risiko pertumbuhan meningioma hanya sedikit dan jarang. Meningioma dapat
ditemukan pada pasien dengan NF2, sebuah kelainan autosom dominan yang disebabkan oleh
mutasi pada gen NF2 di 22q12; kelainan ini memiliki insidensi 1 per 30.000 40.000 di
Amerika Serikat.3 Namun demikian, terdapat kemungkinan banyak gen disamping NF2 yang
terlibat dalam meningioma familial. Dilaporkan meningioma pada keluarga-keluarga di
Swedia tanpa ditemukan adanya gen NF2, terdapat hubungan signifikan antara diagnosis
meningioma dengan riwayat meningioma pada orang tua ([95% CI] 3.06 [1.844.79]). 3
Penelitian cohort tinea capitis, pasien meningioma yang sebelumnya mendapat radiasi
pengion lebih banyak insidensinya pada pasien yang memliki orang tua dengan riwayat
pajanan radiasi pengion; hal ini menggambarkan kerentanan genetik.

2.6.

PATOFISIOLOGI

19

Tumor otak yang tergolong jinak ini secara histopatologis berasal dari sel
pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang mengalami granulasi dan perubahan
bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade
eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema
peritumoral. Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor
etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma hingga saat ini masih
menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan reseptor progesterone.
Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain juga ditemukan pada tumor ini termasuk
estrogen, androgen, dopamine, dan reseptor untuk platelet derived growth factor. Beberapa
reseptor hormon sex diekspressikan oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang
spesifik dan teknik biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam
konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari
meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten pada meningioma.
Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan pada
meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma sama dengan
yang ditemukan pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (10) melaporkan meningioma secara
bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa penelitian lainnya
melaporkan hubungan karsinoma mammae dengan meningioma. Meningioma merupakan
tumor otak yang pertumbuhannya lambat dan tidak menginvasi otak maupun medulla
spinalis. Stimulus hormon merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan meningioma.
Pertumbuhan meningioma dapat menjadi cepat selama periode peningkatan hormon, fase
luteal pada siklus menstruasi dan kehamilan. Trauma dan virus sebagai kemungkinan
penyebab meningioma telah diteliti, tapi belum didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan
virus sebagai penyebab meningioma.

20

2.7.

KLASIFIKASI
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah diketahui,

termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi
yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya.
a. Grade I
Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin
pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodic. Jika tumor
semakin bverkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian
penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I
diterapi dengan tindakan bedah dan observasi yang continue .

b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi juga.
Pembedahan

adalah

penatalaksanaan

awal

pada

tipe ini. Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.
c. Grade III

21

Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignant atau
meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh
kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang pertama untuk grade III
diikuri dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi .

2.8 DIAGNOSIS
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada otak
dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya fungsi normal
dari bagian khusus dari otak). Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala
awal . Gejala umumnya seperti sakit kepala, perubahan mental, kejang, mual muntah,
perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
1. Lobus frontal

Menimbulkan gejala perubahan kepribadian

Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang
fokal

Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia

Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy

Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia

2. Lobus parietal

Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym

22

Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis

menimbulkan gejala sindrom gerstmanns

3. Lobus temporal

Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan


aura atau halusinasi

Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese

Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.

4. Lobus oksipital

Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan

Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi


hemianopsia, objeckagnosia

5. Tumor di ventrikel ke III

Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi


dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen
tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran

6. Tumor di cerebello pontin angie

Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma

Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan
fungsi pendengaran

Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel

7. Tumor Hipotalamus

Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe


23

Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil

pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan


8. Tumor di cerebelum
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai

dengan papil udem


Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot

servikal
9. Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus,

biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.

Pemeriksaan Radiologi
1.

Foto polos.
Hiperostosis adalah salahsatu gambaran mayor dari meningioma pada foto polos.
Dinidikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus
sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh
darah meninx menggambarkan dilatasi arteri meninx yang mensuplai darah ke
tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus.

2.

CT-Scan.

24

CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak


meningioma. Tanpa kontras gambaran meninioma 75% hiperdens dan14,4%
isodens. Gambaran spesifik dari meninioma berupa enchancement dari tumor
dengan pemberian kontras. Meninioma tampak sebagai masa yang homogen dengan
densitas tinggi, tepi bulat dan tegas. Dapat terlihat juga adanya hiperostosis
kranialis, destruksi tulang, udem otak yang terjadi sekitar tumor, dan adanya dilatasi
ventrikel.
3.

MRI
MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi
meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung
pada lokasi tumor berada.

4.

Angiografi
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat menimbulkan
gambaran spoke wheel appearance. Selanjutnya arteri dan kapiler memperlihatkan
gambaran vascular yang homogen dan prominen yang disebut dengan mother and
law phenomenon .

2.9.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan meningioma terganting darilokasi dan ukuran tumor itu sendiri.

Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama. Beberapa
faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran
dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi,
riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan
25

tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi
tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang
untuk menurunkan kejadian rekurensi. Pada pasien dengan meningioma supratentorial,
pemberian antikonvulsan dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi
pemberian H2 antagonis beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik
perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus,
dan pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas terhadap organisem
pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk organisme anaerob) ditambahkan apabila
operasi direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau
mastoid.
Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial.
-

Grade I Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal

Grade II Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura

Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan dura, atau
mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang atau tulang yang
hiperostotik)

Grade IV Reseksi parsial tumor

Grade V Dekompresi sederhana (biopsy)


Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak dipakai

untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan efektif untuk
melanjutkan terapi operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang
didahului dengan operasi sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus meningioma yang tidak
26

dapat dioperasi karena lokasi yang sulit, keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang
menolak dilakukan operasi, external beam irradiation masih belum menunjukkan
keefektifitasannya. Teori terakhir menyatakan terapi external beam irradiation tampaknya
akan efektif pada kasus meningioma yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang
mendukung teori ini belum banyak dikemukakan.
Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan pertimbangan
komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf optikus sangat rentan
mengalami kerusakan akibat radioterapi. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan berupa
insufisiensi pituitari ataupun nekrosis akibat radioterapi. Modalitas kemoterapi dengan
regimen antineoplasma masih belum banyak diketahui efikasinya untuk terapi meningioma
jinak maupun maligna. Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal
atau jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen
kemoterapi (baik intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan
adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun
regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari
Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide, adriamycin, dan
vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun.
Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam penelitian. Pertumbuhan
sel pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari
beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus pemberian
hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi dan meningioma
yang tidak dapat direseksi. Pemberian Alfainterferon dilaporkan dapat memperpanjang waktu
terjadinya rekurensi pada kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang
menimbulkon toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi.

27

2.10.

PROGNOSIS
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang

sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa snrvivalnya
relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah
75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor
dapat menjadi sangat besar. Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan
bila letaknya mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada:
invasi dan kerusakan tulang , tumor tidak berkapsul pada saat operasi, serta invasi pada
jaringan otak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi , Dana K. Andersen, Timothy R. Billiar, David L. Dunn, John G. Hunter, Jeffrey
B. Matthews, Raphael E. Pollock. Schwartz's Principles of Surgery, 8th edition. McGraw Hill.
USA. 2004.
2. Pamir M, Black P. Meningiomas : A comprehensive text. Saunders Elsevier, Philadelphia,
2010.
3. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian

Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.


4. Black P et al.Meningiomas : science and surgery. Clinical Neurosurgery Vol.54. 2007 p:9199.
5. Jill S. Barnholtz-Sloan, J S, Kruchko C. Meningiomas: causes and risk factors.

28

Anda mungkin juga menyukai