Anda di halaman 1dari 11

Ulkus Dekubitus

Oleh: Ika Fauziah Priani, 0806333985


I.

PENDAHULUAN

Kita kehilangan sekitar satu gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kulit pada baju
dan aktivitas higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi. Dekubitus dapat terjadi pada
setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lansia. Khususnya pada
klien dengan imobilitas. Seseorang yang tidak im-mobil yang tidak berbaring ditempat tidur
sampai berminggu-minggu tanpa terjadi dekubitus karena dapat berganti posisi beberapa kali
dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser, sudah cukup untuk mengganti
bagian tubuh yang kontak dengan alas tempat tidur. Sedangkan im-mobilitas hampir
menyebabkan dekubitus bila berlangsung lama.
Ulkus dekubitus atau luka baring adalah tipe luka tekan. Istilah ulkus dekubitus berasal
dari bahasa latin decumbere yang berarti berbaring. Ulkus dekebitus tidak hanya terjadi pada
pasien yang berbaring tetapi bisa pada pasien yang menggunakan kursi roda atau protesa. Nama
lain dari ulkus dekubitus adalah bed ridden, bedridden, bed rest injury, bedrest injury, air-filled
beds, air-filled sitting device, low-airloss bed, low air-loss bed, air-fluidized bed, chronic
ulceration, pressure ulceration, dan decubitus ulceration. Infeksi pada ulkus dekubitus termasuk
sebagai infeksi nosokimial. Penyakit ini sering terjadi pada pasien dengan tirah baring lama di
rumah sakit.
Ulkus dekubitus dapat terbentuk pada orang sulit atau tidak bisa merubah posisi tubuhnya
terhadap tekanan, seperti pada pasien dengan paralisis atau kelainan neurologi, pasien yang
selalu berbaring, pasien tua, pasien dengan penyakit akut dan pasien yang menggunakan kursi
roda. Walaupun demikian tidak semua pasien-pasien tersebut akan mendapatkan ulkus dekubitus.
Ulkus dekubitus tidak akan terbentuk pada orang dengan sensivitas, mobilitas dan mental yang
normal, karena baik disadari atau tak disadari penekanan yang terlalu lama pada bagian tubuh
akan memaksa orang tersebut untuk merubah posisinya, sehingga akan mencegah daerah yang
tertekan tersebut mengalami kerusakan yang irreversible. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan
yang terjadi pada bagian tubuh melebihi kapasitas tekanan pengisian kapiler, yakni sekitar 32
mmHg.
II.
ISI
II.1
Definisi
Ulkus dekubitus adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan
iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan
tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka
panjang.
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana terdapat
penonjolan tulang, yaitu sikut, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala
bagian belakang.

Daerah yang sering mengalami ulkus dekubitus


Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan yang terjadi pada bagian tubuh melebihi kapasitas
tekanan pengisian kapiler dan tidak ada usaha untuk mengurangi atau memperbaikinya sehingga
terjadi kerusakan jaringan yang menetap. Bila tekanan yang terjadi kurang dari 32 mmHg atau
ada usaha untuk memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut maka ulkus dekubitus dapat
dicegah.
Menurut Webster's New Riverside University Dictionar, definisi ulkus adalah suatu
inflamasi, sering suatu lesi yang bernanah pada kulit atau mukosa permukaan tubuh internal,
seperti duodenum, yang menghasilkan jaringan nekrosis. (An inflammatory, often suppurating
lesion on the skin or an internal mucosal surface of the body, as in the duodenum, resulting in
necrosis of the tissue). Dorland's Medical Dictionary menggambarkan bahwa ulkus (Latin,
ulcus; Yunani, heliosis) adalah suatu kerusakan pada permukaan organ atau jaringan yang terjadi
akibat inflamasi jaringan nekrosis.
Menurut National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) tahun 1989, ulkus dekubitus
adalah suatu daerah tertekan yang tidak nyeri dengan batas yang tegas, biasanya batas
penonjolan tulang, yang mengakibatkan terjadi iskemik, kematian sel dan nekrosis jaringan. (As
an area of unrelieved pressure over a defined area, usually over a bony prominence, resulting in
ischemia, cell death, and tissue necrosis).
2.2 Morbiditas dan Mortalitas
Morbiditas dan mortalitas pasien yang mempunyai predisposisi untuk terjadinya ulkus
dekubitus akan meningkat karena ada kemungkinan terjadinya komplikasi berupa infeksi. Infeksi
adalah komplikasi penting dan sering pada ukus dekubitus. Infeksi yang terjadi pada ulkus
dekubitus dapat melibatkan kuman aerob dan anaerob.
Kuman yang sering dijumpai pada ulkus dekubitus adalah Proteus mirabilis, group D
streptococci, Escherichia coli, Staphylococcus species, Pseudomonas species, dan
Corynebacterium. Pasien dengan bakterimia lebih sering terinfeksi dengan Bacteroides sp pada
ulkus dekubitusnya yang ditandai dengan bau yang tidak sedap, leukositosis, demam, hipotensi,

peningkatan denyut jantung dan perubahan status mental. Bakterimia terjadi pada 3,5 pasien di
antara 10.000.
Mortalitas dan morbiditas ini meningkat dengan terjadinya osteomyelitis, amiloidosis
sistemik, selulitis, abses sinus, arthritis septic, karsinoma sel skuamousa, fistula periuretra dan
osifikasi heterotopik.
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko
Terbentuknya ulkus dekubitus dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi tekanan yang
menyebabkan iskemik adalah penyebab utama. Setiap jaringan mempunyai kemampuan untuk
mengatasi terjadinya iskemik akibat tekanan, tetapi tekanan yang lama dan melewati batas
pengisian kapiler akan menyebakan kerusakan jaringan yang menetap.
Resiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus :

1. Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah, dipasung).
2. Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan suatu tanda
yang secara normal mendorong seseorang untuk bergerak.
Kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes) dan koma bisa menyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk merasakan nyeri.
3. Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan lemak
sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna karena kekurangan
zat-zat gizi yang penting.
Karena itu penderita malnutrisi juga memiliki resiko tinggi menderita ulkus dekubitus.
4. Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan
terbentuknya ulkus.
5. Baju yang terlalu besar atau terlalu kecil, kerutan pada seprei atau sepatu yang
bergesekan dengan kulit bisa menyebabkan cedera pada kulit.
6. Pemaparan oleh kelembaban dalam jangka panjang (karena berkeringat, air kemih atau
tinja) bisa merusak permukaan kulit dan memungkinkan terbentuknya ulkus.
7. Penurunan sensori persepsi (penurunan pemahaman dan status mental).
8. Tenaga yang merobek (shear)
9. Usia
10. Tekanan arteriolar yang rendah
11. Stress emosional
12. Merokok
13. Temperatur kulit
3

Tabel 1. Klasifikasi Bakteri pada Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak

2.4 Faktor yang mempengaruhi terbentuknya ulkus dekubitus


Ulkus dekubitus dapat terbentuk karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Allman (1989), Anthony (1992) dan Brand (1976) membagi mekanisme terbentuknya ulkus
dekubitus berdasarkan faktor yang mempengaruhinya menjadi patomekanikal dan patofisilogi.
a.
Patomekanikal
Patomekanikal merupakan faktor ekstrisik atau faktor primer terbentuknya ulkus
dekubitus. Patomekanikal ulkus dekubitus meliputi:
1.

Tekanan yang Lama


Faktor yang paling penting dalam pembentukan ulkus dekubitus adalah tekanan yang
tidak terasa nyeri. Kosiak (1991) mengemukakan bahwa tekanan yang lama yang melampaui
tekanan kapiler jaringan pada jaringan yang iskemik akan mengakibatkan terbentuknya ulkus
dekubitus. Hal ini karena tekanan yang lama akan mengurangi asupan oksigen dan nutrisi
pada jaringan tersebut sehingga akan menyebabkan iskemik dan hipoksia kemudian menjadi
nekrosis dan ulserasi.
Pada keadaan iskemik, sel-sel akan melepaskan substansia H yang mirip dengan
histamine. Adanya substansi H dan akumulasi metabolit seperti kalium, adenosine diphosphat
(ADP), hidrogen dan asam laktat akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Reaksi
kompensasi sirkulasi akan tampak sebagai hiperemia dan reaksi tersebut masih efektif bila
tekanan dihilangkan sebelum periode kritis terjadi yaitu 1-2 jam. Suatu penelitian histologis

memperlihatkan bahwa tanda-tanda kerusakan awal terjadi di dermis antara lain berupa
dilatasi kapiler dan vena serta edema dan kerusakan sel-sel endotel. Selanjutnya akan
terbentuk perivaskuler infiltrat, agregat platelet yang kemudian berkembang menjadi
hemoragik perivaskuler. Hal yang menarik, pada tahap awal ini, di epidermis tidak didapatkan
tanda-tanda nekrosis oleh karena sel-sel epidermis memiliki kemampuan untuk bertahan
hidup pada keadaan tanpa oksigen dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain itu,
perubahan patologis oleh karena tekanan eksternal tersebut terjadi lebih berat pada lapisan
otot daripada pada lapisan kulit dan subkutaneus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Daniel
dkk (1981) yang mengemukakan bahwa iskemia primer terjadi pada otot dan kerusakan
jaringan kulit terjadi kemudian sesuai dengan kenaikan besar dan lamanya tekanan.
Sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang
yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami ulkus dekubitus selama
dapat mengganti posisi beberapa kali perjammnya.
2.
Tekanan antar Permukaan
Menurut tekanan antar permukaan adalah tekanan tegak lurus setiap unit daerah antara
tubuh dan permukaan sandaran. Tekanan antar permukaan dipengaruhi oleh kekakuan dan
komposisi jaringan tubuh, bentuk geometrik tubuh yang bersandar dan karakteristik pasien.
Russ (1991) menyatakan bahwa tekanan antar permukaan yang melebihi 32 mmHg akan
menyebabkan mudahnya penutupan kapiler dan iskemik.
Faktor yang juga berpengaruh terhadap tekanan antar permukaan adalah kolagen. Pada
penderita sklerosis amiotropik lateral risiko untuk terjadinya ulkus dekubitus berkurang karena
adanya penebalan kulit dan peningkatan kolagen dan densitasnya (Seiitsu, 1988; Watanebe,
1987).
3.
Luncuran
Luncuran adalah tekanan mekanik yang langsung paralel terhadap permukaan bidang.
Luncuran mempunyai pengaruh terhadap terbentuknya ulkus dekubitus terutama pada daerah
sakrum. Brand (1976) dan Reichel (1958) menjelaskan bahwa gerakan anguler dan vertikal
atau posisi setengah berbaring akan mempengaruhi jaringan dan pembuluh darah daerah
sacrum sehingga berisiko untuk mengalami kerusakan. Penggunaan tempat tidur yang miring
seperti pada bedah kepala dan leher akan meningkatkan tekanan luncuran sehingga
memudahkan terjadinya ulkus dekubitus (Defloor, 2000).
4.
Gesekan
Menurut Makebulst (1983), gesekan adalah gaya antar dua permukaan yang saling
berlawanan. Gesekan dapat menjadi faktor untuk terjadinya ulkus dekubitus karena gesekan
antar penderita dengan sandarannya akan menyebabkan trauma makroskopis dan mikroskopis.
Kelembaban, maserasi dan kerusakan jaringan akan meningkatkan tekanan pada kulit.
Kelembaban yang terjadi akibat kehilangan cairan dan inkontinensia alvi dan urin akan
menyebabkan terjadinya maserasi jaringan sehingga kulit cenderung lebih mudah menjadi
rusak.
5.
Immoblitas
Seorang penderita immobil pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring diatas
kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit
mencapai 30-45 mmHg. Lindan dkk menyebutkan bahwa pada pasien posisi telentang, tekanan
eksternal 40-60 mmHg merupakan tekanan yang paling berpotensi untuk terbentuk ulkus pada
daerah sacrum, maleolus lateralis dan oksiput. Sedangkan pada pasien posisi telungkup,
thoraks dan genu mudah terjadi ulkus pada tekanan 50 mmHg. Pada pasien posisi duduk,

mudah terjadi ulkus bila tekanan berkisar 100 mmHg terutama pada tuberositas ischii.
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit.

Gambar 1. Patofisologi terbentuknya Ulkus Dekubitus

Pada penderita dengan paralisis, kelaian neurologi, atau dalam anestesi yang lama,
syaraf aferen tidak mampu untuk memberikan sistem balik sensoromotor. Akibatnya, tandatanda tidak menyenangkan dari daerah yang tertekan tidak diterima, sehingga tidak melakukan
perubahan posisi.
Berbeda dengan orang tidur, untuk mengatasi tekanan yang lama pada daerah tertentu
secara otomatis akan terjadi perubahan posisi tubuh setiap 15 menit. Gerakan perubahan posisi
pada orang tidur biasanya lebih dari 20 kali setiap malam. Bila kurang dari 20 kali, maka akan
berisiko untuk terjadinya ulkus dekubitus.
b.
Patofisiologi
Faktor patofisiologi terbentuknya ulkus dekubitus meliputi demam, anemia, infeksi,
iskemik, hipoksemia, hipotensi, malnutrisi, trauma medula spinalis, penyakit neurologi, kurus,
usia yang tua dan metabolisme yang tinggi.
Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit akan
tipis (tortora & anagnostakos, 1990). Kandungan kolagen pada kulit yang berubah
menyebabkan elastisitas kulit berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan
kerusakan. Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus yang
kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif. Sejumlah penyakit
yang menimbulkan ulkus dekubitus seperti DM yang menunjukkan insufisiensi
kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada sistem pernapasan
menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit menurun. Gizi yang kurang dan anemia
memperlambat proses penyembuhan pada ulkus dekubitus.

Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek


penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akan menyebabkan kadar albumin
darah menurun. Pada orang malnutrisi, ulkus dekubitus lebih mudah terbentuk daripada orang
normal. Oleh karena itu, faktor nutrisi ini juga penting dalam patofisiologi terbentuknya ulkus
dekubitus.
2.5 Patogenesis
Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit akan tetap utuh
karena sirkulasi darah terjaga. Bila seseorang berbaring diatas kasur busa maka tekanan daerah
sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg. Tekanan akan
menimbulkan iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit.
2.6 Gejala
Setiap bagian tubuh dapat terkena ulkus dekubitus, tetapi bagian tubuh yang paling sering
terjadi ulkus dekubitus adalah daerah tekanan dan penonjolan tulang. Bagian tubuh yang sering
terkena ulkus dekubitus adalah tuberositas ischi (30%)i, trochanter mayor (20%), sacrum (15%),
tumit (10%), lutut, maleolus, siku, jari kaki, scapulae dan processus spinosus vertebrae.
Tingginya frekuensi tersebut tergantung pada posisi penderita.

Gambar 2. Area terbentuknya Ulkus Dekubitus pada Posisi Telentang

Gejala klinik yang tampak oleh penderita, biasanya berupa kulit yang kemerahan sampai
terbentuknya suatu ulkus. Kerusakan yang terjadi dapat meliputi dermis, epidermis, jaringan otot
sampai tulang. Berdasarkan gejala klinis, NPUAP mengklasifikasikan ulkus dekubitus menjadi
empat stadium, yakni:
1.
Stadium 1
Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit. Penderita dengan
sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Stadium ini umumnya reversibel dan dapat sembuh
dalam 5 - 10 hari.

2.

Stadium 2
Ulserasi mengenai epidermis, dermis dan meluas sampai ke jaringan adiposa.Terlihat
eritema dan indurasi. Stadium ini dapat sembuh dalam 10 - 15 hari.

3.

Stadium 3
Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkutis, dan otot sudah mulai terganggu dengan
adanya edema, inflamasi, infeksi dan hilangnya struktur fibril. Tepi ulkus tidak teratur dan
terlihat hiper atau hipopigmentasi dengan fibrosis. Kadang-kadang terdapat anemia dan
infeksi sistemik. Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.

4.

Stadium 4
Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot, tulang serta sendi. Dapat terjadi artritis
septik atau osteomielitis dan sering disertai anemia. Dapat sembuh dalam 3 - 6 bulan.

Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus dan
perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus dapat dibagi menjadi tiga:
1. Tipe normal
Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5oC dibandingkan kulit
sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena
iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah
sebenarnya baik.
2. Tipe arterioskelerosis
Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus dengan kulit sekitarnya.
Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah
(arterisklerotik) ikut perperan untuk terjadinya dekubitus disamping faktor tekanan. Dengan
perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.
3. Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.
Satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai ciri ulkus dekubitus adalah adanya bau
yang khas, sekret luka, jaringan parut, jaringan nekrotik, dan kotoran yang berasal dari
inkontinensia urin dan alvi. Ciri tersebut dapat menunjukkan kontaminasi bakteri pada ulkus
dekubitus dan penting untuk penatalaksanaan.
Komplikasi sering terjadi pada stadium 3 dan 4 walaupun dapat juga pada ulkus yang
superfisial. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain infeksi (sering brsifat multibakterial, baik
yang aerobik atau pun anerobik), keterlibatan jaringan tulang dan sendi seperti periostitis,
osteitis, osteomielitis, artritis septik, septikemia, anemia, hipoalbuminemia, bahkan kematian.2,7,9

III.

PENUTUP

Ulkus dekubitus adalah suatu daerah tertekan yang tidak nyeri dengan batas yang tegas,
biasanya batas penonjolan tulang, yang mengakibatkan terjadi iskemik, kematian sel dan
nekrosis jaringan (NPUAP, 1989). Berdasarkan faktor yang mempengaruhinya, mekanisme
terbentuknya ulkus dekubitus dibagi
menjadi patomekanikal dan patofisilogi. Faktor
patomekanikal meliputi tekanan yang lama, gaya luncuran, gesekan, dan immobilitas. Sedangkan
faktor patofisiologi meliputi demam, anemia, infeksi, iskemik, hipoksemia, hipotensi, malnutrisi,
trauma medula spinalis, penyakit neurologi, kurus, usia yang tua dan metabolisme yang tinggi.
Setiap bagian tubuh dapat terkena ulkus dekubitus, tetapi bagian tubuh yang paling sering
terjadi ulkus dekubitus adalah daerah tekanan dan penonjolan tulang. Gejala klinik yang tampak
oleh penderita, biasanya berupa kulit yang kemerahan sampai terbentuknya suatu ulkus.
Berdasarkan gejala klinis, NPUAP mengklasifikasikan ulkus dekubitus menjadi empat stadium,
yakni stadium1, stadium 2, stadium 3 dan stadium 4. Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk
penyembuhannya ulkus dekubitus dibagi menjadi tiga yakni tipe normal, tipe arterioskelerosis
dan tipe terminal

10

Daftar Pustaka
http://www.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=810
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_UlkusDekubitus.pdf/10_UlkusDekubitus.html
http://els.fk.umy.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=3021
http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/

11

Anda mungkin juga menyukai