LAPORAN KASUS Deviasi Septum Nasal
LAPORAN KASUS Deviasi Septum Nasal
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Nama
: Tn S
Umur
: 22 tahun
: Wiraswasta
Alamat
: Gunung Sari
MRS
: 19 Agustus 2008
No. RM
: 89 77 31
Anamnesis
Keluhan utama
Pasien
mengeluh
hidungnya
terkena
siku
gangguan penciuman juga tidak ada. Perdarahan dari hidung juga disangkal oleh
pasien. Kemudian pasien dibawa ke RSU Mataram pada sore harinya (17/08/08)
karena pasien merasa sakit dan hidungnya bengkok.
: tidak ada.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien
: baik
Status lokalis
Telinga
Telinga kanan
Telinga kiri
Aurikula
Preaurikula
massa (-).
Edema (-), hiperemi (-),
massa (-).
Edema (-), hiperemi (-),
(-).
(-).
Retroaurikula
Palpasi
MAE
Membran timpani
(-).
(-).
Hidung
Rinoskopi anterior
Mukosa hidung
Septum
dislokasi (-).
Konka inferior dan
media
Meatus inferior dan
media
Tenggorokan
Keterangan
Mukosa
Tonsil
T1-T1.
Deviasi
septum
Diagnosis
Deviasi septum nasal et causa trauma tumpul.
Penatalaksanaan
1. Dekongestan.
2. Kortikosteroid.
3. Analgesik.
4. Jika perlu, dilakukan septoplasti.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Deviasi septum ialah suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari septum
nasi dari letaknya yang berada di garis medial tubuh.
Deviasi septum dibagi atas beberapa klasifikasi berdasarkan letak deviasi, yaitu:
1. Tipe I; benjolan unilateral yang belum mengganggu aliran udara.
2. Tipe II; benjolan unilateral yang sudah mengganggu aliran udara, namun masih
belum menunjukkan gejala klinis yang bermakna.
3. Tipe III; deviasi pada konka media (area osteomeatal dan turbinasi tengah).
4. Tipe IV, S septum (posterior ke sisi lain, dan anterior ke sisi lainnya).
5. Tipe V; tonjolan besar unilateral pada dasar septum, sementara di sisi lain masih
normal.
dari
deformitas
dalam
penonjolan
rongga
tulang
atau
hidung;
tulang
melekat
dengan
konka
dihadapannya.
Etiologi
Penyebab deviasi septum nasi antara lain trauma langsung, Birth Moulding
Theory (posisi yang abnormal ketika dalam rahim), kelainan kongenital, trauma sesudah
lahir, trauma waktu lahir, dan perbedaan pertumbuhan antara septum dan palatum.
Faktor resiko deviasi septum lebih besar ketika persalinan. Setelah lahir, resiko
terbesar ialah dari olahraga, misalnya olahraga kontak langsung (tinju, karate, judo) dan
tidak menggunakan helm atau sabuk pengaman ketika berkendara.
Diagnosis
Deviasi septum biasanya sudah dapat dilihat melalui inspeksi langsung pada
batang hidungnya. Namun, diperlukan juga pemeriksaan radiologi untuk memastikan
diagnosisnya. Dari pemeriksaan rinoskopi anterior, dapat dilihat penonjolan septum ke
arah deviasi jika terdapat deviasi berat, tapi pada deviasi ringan, hasil pemeriksaan bisa
normal.
Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu
cukup berat, menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian, dapat
mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan komplikasi.
Gejala yang sering timbul biasanya adalah sumbatan hidung yang unilateral atau
juga bilateral. Keluhan lain ialah rasa nyeri di kepala dan di sekitar mata. Selain itu,
penciuman juga bisa terganggu apabila terdapat deviasi pada bagian atas septum.
Penatalaksanaan
Pembedahan.
o Septoplasti.
o SMR (Sub-Mucous Resection).
Komplikasi
Deviasi septum dapat menyumbat ostium sinus, sehingga merupakan faktor
predisposisi terjadinya sinusitis. Selain itu, deviasi septum juga menyebabkan ruang
hidung sempit, yang dapat membentuk polip.
6
Diskusi
Diperkirakan 80% dari septum terletak menyimpang dari garis tengah, dan hal ini
seringkali tidak diperhatikan. Penyebab terbanyak ialah akibat trauma tumpul. Deviasi
septum bisa menyebabkan beberapa gejala misalnya penyumbatan pada salah satu atau
kedua lubang hidung, perdarahan hidung berulang, infeksi sinus berulang, nyeri wajah,
sakit kepala, post-nasal drip, dan mendengkur ketika tidur pada anak.
Kasus di atas merupakan salah satu bentuk deviasi septum yang diakibatkan
trauma tumpul. Dari anamnesis pasien mengaku hidungnya terkena benturan siku
temennya ketika bermain bola, lalu pasien merasa sangat kesakitan. Kemudian pasien
dibawa ke RSU Mataram, dilakukan pemeriksaan radiologi, didapatkan adanya bentuk
deviasi septum ke arah sinistra. Dari pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan septum
nasal hiperemi, ditemukan penonjolan ke kavum nasal sinistra, konka inferior dextra
edema, dan konka inferior sinistra atrofi. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan dapat
dipastikan bahwa telah terjadi pergeseran bagian tulang hidung pasien yang menunjukkan
adanya deviasi ringan.
Pada pasien, gejala yang timbul akibat trauma tumpul tidak berat. Pasien hanya
merasa pilek dan nyeri tekan. Kemungkinan deviasi yang terjadi termasuk deviasi ringan.
Pengobatan yang diberikan pada pasien di atas berupa simptomatik, antara lain analgesik,
dekongestan, dan antibiotik. Jika gejala yang ditimbulkan semakin berat dan mengganggu
kegiatan sehari-hari pasien, dianjurkan untuk dilakukan septoplasti.
DAFTAR PUSTAKA
Balasubramanian, T. 2006. Deviated Nasal Septum. Accessed:
http://drtbalu.com/dns.html.
Anonim. 2006. http://www.obstructednose.com/nasal_treatment_deviated_septum.html.
Novak, V .J. 1995. Pathogenesis and surgical treatment of neurovascular primary
headaches. The italian journal of Neurological Sciens. Accessed: http://www.vjnovak.ch/images/novak1-1.jpg.
Mangunkusumo, Endang. Nizar, N.W. 2006. Kelainan Septum. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Telinga-Hidung-Tenggorokan, hal.99. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Kartika, Henny.2007. Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal. Accessed:
http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/anatomi-hidung-dan-sinusparanasal.
Chmielik, Lechosaw P. 2006. Nasal septum deviation and conductivity hearing loss in
children. Borgis - New Medicine 3/2006, p. 82-86. accessed:
http://www.newmedicine.pl/show.php?ktory=22.