Laporan Praktikum Fisiologi 1 Kesanggupan Kardivaskuler Dan Tekanan Darah
Laporan Praktikum Fisiologi 1 Kesanggupan Kardivaskuler Dan Tekanan Darah
Disusun oleh :
Curie Julia Kulzumia
(G1F012054)
(G1F012056)
Anita Kurnia
(G1F012060)
(G1F012064)
(G1F012078)
Nama asisten :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Kesanggupan kardiovaskuler dan tekanan darah
B. Waktu, Tanggal Praktikum
Waktu : 15.00 16.50 WIB
Hari, Tanggal : Sabtu, 24 November 2012
C. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara-cara pengukuran tekanan darah arteri secara langsung
pada manusia serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya;
2.
D. Dasar Teori
A. Tekanan arteri pada manusia
1.
Pengertian
Tekanan darah arteri seperti yang
kita ketahui tekanan dalam tubuh
manusia terbagi menjadi tekanan
darah vena dan tekanan darah
arteri.
Tekanan
darah
arteri
darah
arteri
dan
rendah biasanya kurang dari 90/60 mmHg. Walaupaun sering diabaikan tapi
tekana darah rendah juga bisa mengakibatkan kerusakan pada fungsi organ
vital dalam tubuh. Hal ini disebabkan tekanan darah arteri dan vena terlalu
lemah untuk menyebarkan oksigen atau nutrisi ke seluruh jaringan organ
tubuh. Sehingga organ tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi yang
dibutuhkan untuk berfungsi secara normal (Redaksi, 2012).
3. Faktor - Faktor Tekanan Darah
1. Faktor Jenis Kelamin
Terdapat beberapa penelitian yang mengungkapkan perbedaan jenis
kelamin berpengaruh terhadap kerja sistem kardioaskuler. Dibandingkan
dengan laki-laki dengan usia yang sama, wanita premenopause memiliki
massa ventriel kiri jantung yang lebih kecil terhadap body mass ratio, yang
mungkin mencerminkan afterload jantung yang lebih rendah pada wanita. Hal
ini mungkin akibat dari tekanan darah arteri yang lebih rendah, kemampuan
complince aorta yang lebih besar dan kemampuan peningkatan penginduksian
mekanisme vasodilatasi (Anggita, 2012).
Perbedaan ini dianggap berhubungan dengan efek protektif estrogen dan
mungkin
dapat
menjelaskan
mengapa
pada
wanita
premenopause
penyakit
kardiovaskular.
Hal
ini
mungkin
Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau
posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan
darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan
darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau
dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard
dan volume darah yang kembali ke jantung (Anggita, 2012).
a. Berbaring
Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit
dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat
orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang
membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui
pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka
tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini
berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi
kebutuhkan darah, oksigen
(Anggita, 2012).
Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa
harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada
posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai
tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. VO2 max adalah volume
maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan
kegiatan yang intensif. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi
sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya
sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat
hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja
dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki
mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin besar intensitas kerja
(melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi sekuncup; hal
ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi
denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus
posisi
berdiri,
maka
sebanyak 300-500
ml
darah
pada
curah
jantung
berkurang,
dan
kemungkinan
rangka
tubuh,
terutama
otot-otot
abdomen.
dipompa
menjadi
B. Kesanggupan kardiovaskuler
1. Kebugaran kardiovaskuler
Dalam bahasa sehari-hari sering disebut dengan kebugaran kardiovaskuler.
Istilah kebugaran kardiovaskuler sama pengertiannya dengan beberapa istilah
lain seperti daya tahan jantung, kebugaran aerobik, dan daya tahan
kardiorespirasi. Kata kardio berarti pembuluh darah dan pembuluh jantung.
Sehingga istilah kardiovaskuler lebih tepat daripada kardiorespirasi (Fox, dkk,
1987: 8). Karena respirasi lebih mengacu kepada paru-paru dan pergantian
oksigen dan karbondioksida yang terjadi diantara paru-paru, darah dan otot.
Menurut Rusli Lutan (2002: 40), kebugaran kardiovaskuler adalah ukuran
kemampuan jantung untuk memompa darah yang kaya oksigen ke bagian
tubuh lainnya dan kemampuan untuk menyesuaikan serta memulihkan dari
aktivitas jasmani. Daya tahan kardiovaskuler menurut Depdikbud (1997: 5)
adalah kesanggupan sistem jantung, paru, dan pembuluh darah untuk
berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil
oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat dipergunakan
pada proses metabolisme tubuh. Menurut Djoko Pekik (2004: 27), daya tahan
paru-jantung adalah kemampuan fungsional paru-jantung mensuplai oksigen
untuk kerja otot dalam waktu lama. Sedangkan menurut Mochamad Sajoto
(1988: 44), kebugaran kardiovaskuler adalah keadaan di mana jantung
seseorang mampu bekeja dengan mengatasi berat beban selama suatu kerja
tertentu (Dwi Artya, 2011).
Kebugaran kardiovaskuler sangat penting untuk menunjang kerja otot
dengan mengambil oksigen dan menyalurkannya keseluruh jaringan otot yang
sedang aktif, sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme. Oleh
karena itu kebugaran kardiovaskuler dianggap sebagai komponen kebugaran
jasmani yang paling pokok. Tujuan untuk meningkatkan kebugaran
kardiovaskuler setiap individu berbeda-beda tergantung kebutuhan dan kondisi
seseorang. Semakin berat tugas atau kerja fisik seseorang, semakin tinggi pula
tingkat kebugaran kardiovaskuler yang harus dimiliki oleh orang tersebut
(Dwi Artya, 2011).
2. Tes Harvard
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi
atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam
penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin
cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.
Tes Harvard adalah cara yang akurat untuk menilai kebugaran untuk
menyelesaikan tes aerobik yang maksimal dan mengukur denyut jantung serta
konsumsi oksigen yang menggunakan alat bantu pernapasan dan oksigen /
karbon dioksida. Tentu saja pendekatan ilmiah ini berada di luar jangkauan
bagi banyak orang dan tidak praktis. (Anonim, 2008).
Pelaksanaan :
Mula mula probandus berdiri didepan Bench / bangku dengan salah satu kaki
berada di atas bangku. Saat ada aba-aba Ya/ Peluit, probandus melakukan
gerakan naik turun bangku ( Lihat Gambar 1). Lakukan gerakan tersebut
selama 3-5 menit (menyesuaikan kebutuhan) dengan kecepatan 30 step / menit
(gunakan metronome untuk mengukur kecepatan langkah) Pencatatan
dilakukan dalam tiga periode: 30 menit setelah istirahat pertama, 30 menit
setelah istirahat kedua, 30 menit setelah istirahat ketiga.
Peralatannya sederhana;
2.
3.
10
2.
3.
4.
Adaptasi fisiologi terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut
dan kronik (Kusmiyati, 2009).
Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja
dilakukan (Kusmiyati, 2009).
Adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode
program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan
bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya mekanisme penyesuaian
dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan
beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja
fisik tersebut (Kusmiyati, 2009).
Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar
darah ke jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut
produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan
tugas tersebutbeberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara lain :
1)
11
12
ml/
kontraksi
dan
meningkat
setara
dengan
150-
Arus Darah
Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan
yang membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang
hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% uplai
darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik,
ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan
dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini
akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas
(Kusmiyati, 2009).
Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan
kebutuhan masing-masing jaringan baik dalam keadaanistirahat
maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak selalu
tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat
sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal,
lambung dan usus akan berkurang pada beban kerja yang meningkat.
Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja
13
persarafan
vasodilator
dan
peningkatan
metabolisme
yang
Tekanan Darah
Dalam keadaan istirahat,, sistole tipikal individu (normal) adalah
110-140 mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol.
Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi
jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan
maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan
diastolrelaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan
intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan
intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan
digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan. Tekanan
darah
selama
kerja
fisik
memperlihatkan
hubungan
antara
14
15
16
Tempatkan bel stetoskop tanpa menekan, tapi cukup erat hingga kedap
udara, di atas arteri brakhial (lihat Gambar 5-10). Lihat bahwa diafrgama
stetoskop juga dapat digunakan; namun, bel akan leih sensitif untuk
mendengan suara frekuensi rendah (tekanan darah) dan sedapat mungkin
bel digunakan jika memungkinkan. Ketika pertama
kali
belajar
17
Catat tekanan darah pasien dengan angka genap beserta posisi pasien
(misalnya, duduk, berdiri, berbaring), ukuran pengikat lengan, dan lengan
yang diukur;
Untuk hasil pengukuran yang paling akurat, 2 atau lebih pembacaan, tiap
pembacaan terpisah 2 menit, dicari nilai rata-ratanya. Jika 2 pembacaan pertama
berbeda lebih dari 5 mmHg harus dilakukan pembacaan ulang (pengukuran
tekanan darah diulang lagi) dan kemudian dirata-rata. Tekanan darah normal
dewasa adalah sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80
mmHg (Rhonda M. Jones, 2008).
Klasifikasi hasil pembacaan tekanan darah berdasarkan kriteria The Seventh
Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood
kali lebih tinggi untuk menjadi hipertensi daripada individu dengan tekanan
darah yang lebih rendah. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik
140 mmHg atau lebih atau diastolik 90 mmHg atau lebih dan diklasifikasikan
(berdasarkan keparahannya) sebagai stage 1 atau 2. Hipertensi sistolik saja
(isolated systolic hypertension) didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140
18
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau kurang dan harus
diklasifikasikan lebih lanjut sesuai keparahannya (misalnya 170/82 berarti
hipertensi sistolik stage 2). Rekomendasi tindaklanjut untuk pasien dengan
berbagai stadium hipertensi dapat dilihat pada Tabel 5-6. Perubahan gaya
hidup untuk mengatasi hipertensi dicantumkan pada Tabel 5-7 (Rhonda M. Jones,
2008).
Tabel 55 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa usia >18 tahun
Kategori
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Diatolik (mmHg)
Normal
120
(dan)
80
Prehypertensive
80 89
Stage 1 Hypertension
90 99
Stage 2 Hypertension
160
(atau)
(JNC, 2003).
F. Alat Bahan
a. Spynomanometer
b. Stetoskop
c. Pengukur waktu
d. Bangku Harvard setinggi 19 inci untuk pria dan 17 inci untuk wanita (1
inci = 2,54 cm)
e. Metronom (frekuensi 2x ayunan per detik)
G. Cara Kerja
G.1 Mengukur tekanan darah dengan tensimeter
Cara memasang manset yang benar.
1. Lengan baju digulung setinggi mungkin sehinga tidak terlilit manset
2. Tepi bawah manset berada pada 2-3 cm di atas fossa kubiti
3. Pipa karet jangan menutupi fossa kubiti
19
20
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data probandus :
Nama
Umur
: 19 Tahun
Pekerjaan
: Mahasiswa
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pemeriksa
30 detik kedua
30 detik ketiga
48
48
48
B. Pembahasan
Percobaan pertama adalah menggunakan spygmomanometer atau tensimeter dan
stetoskop. Probandus adalah yang memiliki IMT baik. Probandus diposisikan
dalam keadaan duduk atau terbaring atau terlentang. Dari ketiga posisi diatas
sebenarnya akan berpengaruh pada hasil yang diperoleh. Ketika probandus
diposisikan terlentang, otomatis probandus akan menunjukkan arah horizontal dan
21
tidak melawan arah gravitasi sehingga tekanan darah darah yang didapat akan
lebih rendah. Sebaliknya ketika probandus diposisikan duduk atau berdiri, tekanan
darah yang didapat akan lebih tinggi karena tidak melawan gravitasi. Namun
dipraktikum kali ini, probandus disuruh duduk dan tangan diposisikan dekat
dengan jantung agar lebih mudah mendeteksi detak jantungnya. Diperoleh data
110/70 mm Hgo. 110 adalah menunjukkan sistole, yaitu detak jantung yang
terdengar dari suara jantung 1 (lubb) ke suara jantung 2 (dubb). Suara jantung 1
adalah penutupan valvula bicuspidalis dan valvula tricuspidalis. Sedangkan suara
jantung 2 adalah penutupan valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris
pulmonal. Dan 70 adalah detak jantung yang terdengar dari suara jantung 2 ke
suara jantung 1. Jika melihat tabel standar interpretasi tekanan darah JNC 7, hal
ini menunjukkan hasil normal.
BP Classification
SBP mm Hg o
DBP mm Hg o
Keterangan
Normal
< 120
< 80
Dan
Prehypertensive
120-139
80-89
Atau
1 140-159
90-99
Atau
1 100
Atau
Stage
hypertension
Stage
160
hypertension
yang
kiri)
di
atas
bangku
tepat
pada
detikan
pertama
22
Interpretasi hasil
Cara menghitung indeks kesanggupan badan serta penilainya dapat dilakukan
dengan 2cara:
1.Cara Lambat
Rumus :
Indeks
Interpretasi
<55
Kesanggupan kurang
55-64
Kesanggupan sedang
65-79
Kesanggupan cukup
80-89
Kesanggupan baik
>90
2.Cara Cepat
Rumus :
Indeks
Interpretasi
<50
Kesanggupan kurang
50-80
Kesanggupan sedang
>80
Kesanggupan baik
23
Nama
Umur
: 19 Tahun
Pekerjaan
: Mahasiswa
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pemeriksa
1.
2.
24
b) Cara Cepat
25
(1) disfungsi sistolik, yaitu kontraksi ventrikel melemah dan isi sekuncup
berkurang ;
(2) disfungsi diastolik, yaitu elastisitas ventrikel berkurang, menghalangi
pengisian jantung selama diastole (Ganong, 2002).
Disfungsi sistolik menyebabkan peningaktan volume akhir sistolik ventrikel,
sehingga fraksi ejeksi sistolik fraksi darah di dalam ventrikel yang diejeksi
selama sistolik turun 65% sampai 20% dari nilai normal (Ganong, 2002).
Gagal jantung dapat melibatkan terutama ventrikel kanan (kor pulmonale)
tetapi lebih sering melibatkan ventrikel kiri yang menjadi lebih besar dan lebih
tebal. Selanjutnya penurunan curah jantung lebih relatif daripada absolute.
Bila terjadi fistula besar arteriovena pada tirotoksikosis dan defisiensi tiamin,
curah jantung mungkin meningkat dalam arti istilah absolute (Ganong, 2002).
Manifestasi
Manifestasi gagal jantung berkisar dari kematian tiba-tiba (misalnya pada
fibrilasi ventrikel atau emboli udara), melalui syok kardiogenik, sampai gagal
jantung kongestif bergantung pada derajat ketidakcukupan kecepatan
perkembangan yang terjadi. Tanda dan gejala utama gagal kongesti termasuk
pembesaran jantung. Istilah gagal depan dan gagal belakang kadangkadang dipergunakan untuk menunjukkan manofestasi yang ditimbulkan
utamanya akibat disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik. Istilah-istilah ini
menyesatkan karena seluruhnya terjadi bersama-sama dan tidak karena
gangguan yang terpisah. Tetapi ini berguna dalam memahami gagal jantung.
Maanifestasi termasuk edema, terutama pada bagian tubuh; pemanjangan
waktu sirkulasi; pembesaran hati (hepatomegali); sesak napas dan kekurangan
napas (dispnea); dan distensi vena leher. Sesak napas pada kerja adalah gejala
yang menonjol. Pada kasus lanjut, sering ditemui sesak napas yang dipicu
ketika berbaring dan menjadi ringan ketika dududk (orthopnea). Pasien
dengan penyakit jantung lanjut yang umumnya mempunyai gagal jantung
kadang-kadang menghasilakn pulsus alternans, suatu kondisi yang menarik,
yaitu isi sekuncup berkurang pada tiap denyut jantung kedua. Sebagai hasil,
tekanan puncak sistolik berkurang pada tiap denyut jantung kedua.
26
Pengobatan
gagal
jantung
kongestif
ditujukan
untuk
memperbaiki
27
penyakit
jantung
dan
pembuluh
darah(Ganong,2002).
Gejala
Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain
pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,
tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh
hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina
mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan (Ganong, 2002).
Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1.
Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
28
garam
lewat
kulit).
jantunglebih
di jantung.
Pembuluh darahreseptor
perifer (PRT)
Obat yang berperan dalam pembuluh darah yaitu :
1.
di pembuluh darah.
29
30
Syok (renjatan) adalah suatu sindrom yang padanya masih banyak terdapat
kontroversi
dan
kesimpangsiuran.
Sebagiam
kesulitan
terletak
pada
penggunaaan istilah secara longgar oleh ahli ilmu faal dan dokter serta oleh
orang awam. Misalnya syok listrik dan syok spinal tidak memiliki kaitan
dengan
keadaan
yang
ditimbulkan
oleh
pendarahan
dan
kelainan
31
makanan
atau
faktor
emosional(Ganong,2002).
Pembedahan
Beberapa tindakan pembedahan kini dilakukan untuk menangani penderita
stroke. Sulit sekali untuk menentukan penderita mana yang menguntungkan
untuk dibedah.Tujuan utama pembedahan adalah untuk memperbaiki aliran
darah serebral (Ganong,2002).
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa
penyulit seperti hypertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskuler yang luas.
Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernapasan
dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan (Ganong, 2002).
32
BAB III
KESIMPULAN
Berikut kesimpulan yang dapat kami peroleh dari percobaan yang telah kami
lakukan:
1.
2.
Tekanan darah tidak mulus naik seiring dengan beratnya aktivitas yang
dilakukan;
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Semakin berat
33
Daftar Pustaka
American Pharmaceutical Association Comprehensive Weight Management
Protocol Panel. APhA drug treatment protocols: comprehensive weight management
in adults. J Am Pharm Assoc 2001;41:25-31.
Anggita.
2012.
Faktor-
faktor
tekanan
darah.
http://www.scribd.com/doc/56191664/Faktor-Jenis-Kelamin-Dan-Gravitas
Anonim.2008.Harvard Steps test http://www.fitnessvenues.com/uk/fitnesstesting-harvard-step-test, diakses tanggal 28 November 2012.
Dwi artya. 2011, Pengertian dari Kebugaran Kardiovaskuler,
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2239768pengertian-dari-kebugaran-kardiovaskuler/#ixzz2DVzbyl8l, diakses tanggal 28
November 2012.
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Guyton,Arthur C dan Hall, John E. 2007. Buku ajar Fisiologi Kedokteran.
EGC: Jakarta.
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. 2003. The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC-VII). NIH publication 03-5233. Bethesda.
Kusmiyati. 2009. Mengenal Tekanan Darah dan Pengendaliannya. Vol.
10 No.1, hal 40-41. Biologi PMIPA FKIP : Unram.
Redaksi, 2012, Tekanan Darah Arteri, http://indobeta.com/tekanan-daraharteri/3456/, diakses tanggal 38 November 2012.
Rhonda M. Jones, 2008; terj. D. Lyrawati, 2009. Circulation. Bethesda: MD
USA.
34