MISI
Membangun jaringan wirausaha dan Sumber Daya Manusia yang mandiri dan berprestasi
terbaik
Penggunaan 20 jenis bumbu rempah alami berkualitas hasil racikan dari MagFood,
Akte pendirian dari Notaris Sripati Marliza, SH No. 5 tanggal 10 Agustus 2010
Tanda Daftar Perusahaan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prop DKI Jakarta
No. 09.05.1.46.67264 tgl. 29 Desember 2010
sertifikat halal dari LPPOM MUI dengan No. 00060036430805 dan No.
00060036440805
TARGET MARKET
Kelas menengah
Perkotaan/ daerah
Orang-orang yang suka mencoba hal-hal baru, Peduli terhadap rasa yang enak, bersih,
sehat, rapi
PAKET FRANCHISE
Type
Luas outlet
Jangka waktu
Licence fee
Biaya peralatan
Biaya setup & training
Total investasi awal
Qiosk
20-30 m2
5 tahun
Rp. 50.000.000
Rp. 70.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 125.000.000
Food Court
15-20 m2
5 tahun
Rp. 50.000.000
Rp. 90.000.000
Rp. 10.000.000
Rp. 150.000.000
Mini Resto
60-70 m2
5 tahun
Rp.75.000.000
Rp. 165.000.000
Rp. 10.000.000
Rp. 250.000.000
Resto
80-100 m2
5 tahun
Rp. 75.000.000
Rp. 220.000.000
Rp15.000.000
Rp. 310.000.000
tempat)
Marketing fee dari net
1,5%
1,5%
1,5%
1,5%
sales/bulan
Biaya promosi dari net
2%
2%
2%
2%
sales/bulan
Royalty fee dari net
3,5%
3,5%
3,5%
3,5%
sales/bulan
Return on investment
Minimum target
15 bulan
Rp.48.000.000
13 bulan
Rp. 78.000.000
17 bulan
Rp. 96.000.000
17 bulan
Rp. 120.000.000
sales/bulan
OUTLET MAGFOOD
Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi, Karawang, Cirebon, Bandung, Tasikmalaya, Banjar,
Sumedang,Kebumen, Purwokerto, Semarang, Madura, Kediri, Pasuruan, Malang, Madura,
Denpasar, Gianyar, Tabanan, Kapang, Ende, Maumere, Bajawa, Ambon, Maluku Utara, Sinjai,
Jeneponto, Bone, Pinrang, Palu, Samarinda, Balikpapan, Kutai Barat, Sampit, Banjarmasin,
Palembang, Lubuk Linggau, Bangko, Kuala Tungkai (Jambi), dan menyusul kota-kota lainnya
baik provinsi dan kabupaten/ kotamadya
Lebih dari 130 Outlet seluruh Indonesia
(franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis
dengan merk, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
Munir Fuady mendefinisikan waralaba atau franchise sebagai suatu cara melakukan
kerjasama dibidang bisnis antara dua atau lebih perusahaan, dimana satu pihak akan bertindak
sebagai franchisor dan pihak yang lain sebagai franchisee, yang didalamnya diatur bahwa pihak
franchisor sebagai pemilik suatu merk terkenal, dan memberikan kepada franchisee untuk
melakukan kegiatan bisnis atas suatu produk barang atau jasa berdasarkan dan sesuai dengan
rencana komersial yang telah dipersiapkan, diuji keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu ke
waktu, baik atas dasar hubungan eksklusif ataupun non eksklusif, dan sebaliknya suatu imbalan
tertentu akan dibayar kepada franchisor.
Sementara menurut P. H. Collin dalam law dictionary mendefinisikan waralaba sebagai
hak menggunakan nama atau menjual produk (barang) atau jasa dimana hak itu diberikan atau
dijual.
Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud dengan franchisor
dan franchisee. Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang
memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya. Franchisee atau
penerima waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri
khas yang dimiliki pemberi waralaba
Keuntungan dan Kerugian Waralaba atau Franchise.
1. Keuntungan bagi pemberi waralaba (franchisor).
a. Franchisor akan mempunyai lebih banyak waktu untuk memikirkan kebijakan untuk
mengembangkan bisnis yang diwaralabakan tersebut.
b. Organisasi franchisor mempunyai kemampuan untuk memperluas jaringan secara lebih cepat
pada tingkat nasional dan tentunyapun internasional dengan menggunakan modal yang resikonya
c.
seminimal mungkin.
Franchisor akan lebih mudah untuk melakukan eksploitasi wilayah yang belum masuk dalam
lingkungan organisasinya.
d. Franchisor cenderung untuk tidak memiliki asset outlet dagang sendiri. Tanggung jawab bagi
aset tersebut diserahkan pada franchisee yang memilikinya.
e. Seorang franchisor yang melibatkan bisnisnya pada kegiatan manufaktur/pedagang besar bisa
mendapatkan distribusi yang lebih luas dan kepastian bahwa ia mempunyai outlet untuk
prooduknya.1[4]
2. Keuntungan bagi penerima waralaba (franchisee).
a. Kurangnya pengetahuan dasar dan pengetahuan khusus yang dimiliki franchisee, ditanggulangi
dengan program pelatihan dari franchisor.
b. Franchisee mendapatkan insentif dengan memiliki bisnis sendiri yang memiliki keuntungan
tambahan dari bantuan terus-menerus franchisor, karena franchisee adalah pengusaha
independen yang beroperasi di dalam kerangka perjanjian franchise.
c. Di dalam banyak kasus, bisnis franchisee mendapat keuntungan dari operasi di bawah nama
yang telah mapan dalam pandangan dan fikiran masyarakat.
d. Franchisee biasanya akan membutuhkan modal yang lebih kecil dibandingkaan bila ia
mendirikan bisnis secara mandiri, karena franchisor melaluhi operasi percobaannya telah
e.
f.
nasional.
g. Franchisee mendapatkan keuntungan dari daya beli yang besar dan kemampuan negosiasi yang
dilakukan franchisor atas nama seluruh franchisee di jejaringnya.
h. Franchisee mendapatkan pengetahuan yang khusus dan berskill tinggi serta pengalaman dari
organisasi dan manajemen kantor pusat franchisor, walaupun dia tetap mandiri dalam bisnisnya
i.
j.
sendiri.
Risiko bisnis franchisee berkurang sangat besar.
Franchisee mendapatkan jasa-jasa dari para staf lapangan franchisor yang berada di sana untuk
membantunya mengatasi masalah-masalah yang mungkin timbul dari waktu ke waktu dalam
pengelolaan bisnis.
k. Franchisee mendapat keuntungan dari penggunaan paten, merek dagang, hak cipta, rahasia
dagang serta proses, formula, dan resep rahasia milik franchisor.
3. Kerugian bagi pemberi waralaba (franchisor).
a. Beberapa franchisee cenderung menganggap dirinya independent.
1
b. Franchisor harus memiliki keyakinan untuk menjamin bahwa standar kualitas barang dan jasa
dijaga melalui rantai waralaba.
c. Ada franchisee yang tidak tertarik pada peluang-peluang yang mereka dapatkan dari bisnis
tersebut.
d. Franchisor khawatir bahwa semua hasil kerja dan usaha yang ia berikan dalam pelatihan kepada
franchisee hanya akan menghasilkan pesaing dimasa mendatang.
e. Adanya kemungkinan terjadinya kesulitan untuk mendapatkan kerja sama dari franchisee.
f. Kemungkinan terdapat kesulitan-kesulitan dalam rekrutmen orang-orang yang cocok sebagai
franchisee untuk bisnis tertentu.2[5]
4. Kerugian bagi penerima waralaba (franchisee).
a. Tidak dapat dihindari bahwa hubungan antara franchisor dengan franchisee pasti melibatkan
penekanan kontrol, karena kontrol tersebut akan mengatur kualitas jasa dan produk yang akan
diberikan kepada masyarakat melaluhi franchisee.
b. Franchisee harus membayar kepada franchisor untuk jasa-jasa yang didapatkannya dan untuk
penggunaan system, yaitu dengan uang franchise (franchise fee) pendahuluan dan uang
c.
d.
e.
f.