14-Pendekatan Kuantitatif
14-Pendekatan Kuantitatif
A. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman, berkembang pula Permasalahan yang dihadapi
manusia. Hal ini membawa konskuensi bahwa cara yang digunakan untuk memecahkan juga
berkembang sesuai dengan kemajemukan masalah yang dihadapinya. Seperti sudah
dipahami secara umum, penelitian merupakan salah satu cara untuk memecahkan
masalah. Oleh karena itu, sudah wajarlah apabila Keeves (1997) menyarankan agar
pada era global ini para peneliti tidak terpaku pada satu metode penelitian. Sudah
saatnya para peneliti menggunakan berbagai metode penelitian dan interdisiplin ilmu secara
bersama-sama untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa dapat atau tidak dapatnya dilakukan
Penggabungan berbagai metode dalam suatu penelitian tidak perlu dipertentangkan lagi.
Hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara menggabungkannya agar tidak
mengingkari karakteristik masing-masing metode penelitian yang digabungkan. Untuk itu
perlu diingat kembali bahwa yang dimaksudkan dengan rnetode adalah pendekatan
bukan metodelogi. Memang ada sedikit perbedaan di antara keduanya. Metodologi
penelitian rnembahas konsep teroretik berbagai metode, kelebihan dan kekurangannya,
sedangkan metode penelitian hanya mengemukakan secara teknis tentang metode-metode
yang digunakannya dalam penelitian (Muhadjir, 1990). Jadi yang digabungkan bukan
konsep teoretik secara keseluruhan namun hanya bagian dari konsep. Selain itu,
juga perlu diingat bahwa yang dimaksudhan penggabungan di sini adalah penempelan satu
metode pada metode lainnya. Sama halnya dengan penggunaan subroutine program
dalam penulisan program pada mesin yang dikontrol dengan komputer (Computer
Numerical Control Machine). Jelasnya, dua metode dapat digabungkan apabila
desainnya memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigma lainnya hanya sebagai
pelengkap.
psikologi. Sesuai dengan judul, maka paradigma yang digunakan adalah paradigma
penelitian tindakan sedangkan paradigma penelitian kualitatif hanya diambil bagianbagiannya saja. Untuk itu secara berturut-turut akan diuraikan pengertian karakteristik dan
prosedur penelitian tindakan, pengertian dan karakteristik penelitian kuantitatif dan
kualitatif, ruang lingkup penelitian psikologi, dan pendekatan kuantitatif & kualitatif dalam
penelitian tindakan di bidang psikologi.
1.
a.
keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain (Suryabrata, 1983). Di
samping memililki pengertian di atas, peneitian tindakan atau Action Research (AR) juga
merupakan langkah-langkah nyata dalam mencari cara yang paling cocok untuk
memperbaiki keadaan, lingkungan, dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan
dan atau lingkungan tersebut (McTaggart, 1997a).
Sementara itu Grundy (1995) menjelaskan bahwa action research merupakan usaha
perbaikan pemahaman cara dan kondisi yang dilakukan secara kolaboratif. Hal se rup a
juga ditegaskan ol eh Sagor (1992) yang mengatakan: "Action research is conducted by
people who want to do something, to improve their own situation". Senada dengan para
ahli lainnya, Calhoun (1994) juga menjelaskan bahwa action research merupakan suatu
usaha untuk meningkatkan kualitas dan penampilan organisasi.
Pada tahun 1984 para guru di Australia sudah di instruksikan oleh Kepala Sekolah
untuk mereview apa yang sudah dikerjakan. Hasil review ini dirumuskan untuk perbaikan
langkah selanjutnya. Pada saat itu para Kepala Sekolah dan guru menyebut langkahlangkah ini sebagai Penelitian Tindakan atau Action Research (AR), namun menurut
McTaggart (1997b), hal seperti ini tidak termasuk dalam kategori penelitian tindakan
karena guru melakukan kegiatan tersebut atas perintah Kepala Sekolah, dan guru tidak tahu apa
yang sedang mereka kerjakan. Hal ini ditegaskan kembali oleh McTaggart pada kuliahnya
tanggal 27 Agustus 1997 yang menyatakan bahwa penelitian tindakan (action research) adalah
penelitian collective self reftective yang dilakukan oleh partisipan dalam ilmu sosial dan
pendidikan untuk memperbaiki pemahaman terhadap pelaksanaan pekerjaannya
sendiri dan juga membawa dampak pada lingkungan di sekitarnya.
Lebih jauh McTaggart (1997b) menjelaskan bahwa: AR dapat dilakukan oleh
manager, direktur, dosen, guru, atau pekerja sosial lainnya. AR dapat mengandung unsur-unsur:
(a) memperbaiki pekerjaannya sendiri, (b) kolaboratif dengan orang atau kelompok lainnya untuk
memperbaiki pekerjaan mereka, (c) kolaboratif dengan instansi lain secara terpisah untuk
memuncukan proyek atau mengembangkan sistem baru:
Berdasarkan pendapat para ahli dapat dirangkum bahwa penelitian tindakan (PT)
adalah penelitian yang dilakukan secara kolaboratif oleh para partisipan dalam ilmu
sosial dan pendidikan untuk memperbaiki pemahaman dan pelaksanaan pekerjaannya
sendiri, dan juga membawa dampak pada lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini PT dapat
digunakan di dunia pendidikan, baik di dalam maupun di luar kelas. Sedikit berbeda
dengan Classroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas :(PTK) yang
lebih mengkhususkan penelitian di dalam kelas dan harus dilakukan oleh guru. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hopkins (1993) yang mengatakan PTK adalah penelitian tindakan yang
dilakukan oleh guru untuk memperbaiki dan atau mengembangkan cara mengajar guru.
Hasil pertemuan para kepala Lemlit LPTK di Yogyakarta pada tanggal 24-25 Juli 1997
yang disarikan oleh Raka Joni (1998) menjelaskan bahwa ada beberapa karakteristik
PTK, yaitu :
(1) PTK merupakan an inquiry of practice from within sehingga merupakan self-reflective
study of, as well as in, real situations. Ini berarti bahwa permasalahan yang diangkat
sebagai garapan PTK, dimunculkan oleh guru dalam kapasitasnya sebagai praktisi,
sebagai wujud kepeduliannya terhadap kinerjanya sendiri.
(2) PTK dipicu oleh permasalahan praksis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari sebagai pengelola program pembelajaran di kelas. Sangat dimungkinkan
ahli dari luar (bukan guru) membantu guru dalam melaksanakan PM. Dalam hal ini,
pada tahapan awal ahli berperan sebagai sounding board (pemantul gagasan) bagi
guru yang merasa tengah menghadapi permasalahan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
serta membantu mengartikulasikan permasalahan tersebut sehingga dapat dijajaki tindakan
pemecahannya melalui PTK.
(3) PTK sebaiknya dilakukan secara kolaboratif. PTK dapat dilakukan melalui kolaborasi
antara guru yang kelasnya dijadikan kancah PTK dengan guru atau orang lain.
Dalam hal ini guru yang kelasnya dijadikan kancah PTK tidak hanya sebagai objek
tetapi sebagai praktisi yang meneliti praksisnya. Ciri kolaboratif ini harus secara
konsisten tampak dalam keseluruhan tahapan penyelenggaraan PTK, mulai darl
identifikasi permasalahan, perancangan tindakan perbaikan, pengumpulan data serta
penyusunan laporan.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa PTK itumerupakan bagian dari PT.
Ini berarti PTK itu pasti PT sedangkan PT belum tentu PTK. Oleh karenanya ciri-ciri
dan prosedur penelitian tindakan (PT) atau Action Research (AR) juga berlaku bagi
Penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR).
Menurut pendapat beberapa ahli yang dirangkum Badrun KW (1998), ada dua tipe
penelitian tindakan, yaitu PT tipe terbuka dan PT tipe tertutup. PT tipe terbuka
adalah PT yang hipotesisnya dimunculkan atau dirumuskan setelah peneliti
mengumpulkan informasi unhak mengetahui penyebab utama kurang baiknya suatu
keadaan atau kurang tepatnya strategi, yang akan diperbaiki. Dalam hal ini hipotesis tindakan
bersifat terbuka dan dirumuskan berdasarkan -informasi yang telah dikumpulkan tadi.
Sedangkan PT tertutup adalah PT yang hipotesisnya dirumuskan sejak awal, yakni
sebelum peneliti terjun ke lapangan. Dalam haI ini hipotesis tindakan bersifat spesifik dan
dirumuskan berdasarkan pada pengalaman atau kajian teori.
sekadar problem solving, tetapi juga dijiwai oleh keinginan untuk memperbaiki atau
mencapai yang lebih baik, (3) PT harus kolaboratif dan tidak dikerjakan oleh orang lain
atau orang yang tidak terkait dengan pekerjaan yang diupayakan perbaikannya, (4) PT
bukan implementasi kebijakan, dan (5) PT bukan semata-mata penerapan metodologi
ilmiah, tetapi juga memperhatikan hal-hal lain, misal kolaboratif, partisipatori, dan
adanya perubahan kondisi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PT itu
mempunyai ciri-ciri: (1) praktis, (2) dimaksudkan untuk memperbaiki, (3) fleksibel, (4)
validitas internal dan eksternalnya rendah, (5} kooperatiff serta (6) terkait dengan
pekerjaannya sendiri dan dilakukan sendiri (doing by himself).
c. Prosedur : PenelitianTindakan
Selain ciri-ciri seperti yang dijelaskan di atas, Kemmis dan McTaggart dalam buku
The Action Research Planner (1997) menjelaskan bahwa PT mempunyai prosedur penelitian yang khusus. Prosedur itu membentuk siklus seperti spiral yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Apabila perubahan belum seperti yang
diharapkan, siklus itu diulangi lagi menjadi perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Untuk jelasnya dapat diperiksa pada Gambar 1 berikut.
Siklus 2
Ahli lainnya, Stinger (1996) menjelaskan bahwa PTdapat terdiri dari satu, dua, tiga,
ataupun empat siklus yang masing-masing siklus terdiri dari: look, think, and act
(periksa Gambar 3).
Look adalah mengumpulkan data atau informasi yang relevan. Think adalah
menggali dan menganalisis apa yang terjadi di sini dan bagaimana atau mengapa bisa terjadi.
Act terdiri dari merencanakan tindakan atau merumuskan hipotesis tindakan dan
mengimplementasikan, serta mengevaluasi.
Senada dengan para ahli lainnya, Calhoun (1994) juga menjelaskan bahwa PT
merupakan penelitlan yang mempunyai siklus: (1) pemilihan area dan fokus penelitian,
(2) mengumpulkan data, (3) mengorganisasi data, (4) menganalisis dan menginterpretasikan
data, dan (5) melakukan tindakan. Menurut Calhoun, data yang dikumpulkan untuk dasar
membuat keputusan tindakan itu dapat berasal dari data yang ada sekarang, hasil
penelitian yang lalu, serta studi literatur. Sementara itu John Elliot (1991) menjelaskan
bahwa kegiatan PT itu meliputi: (1) permasalahan (2) pengumpulan data (3) perencanaan
(4) implementasi perencanaan atau tindakan, dan (5) evaluasi. Sedangkan Suryabrata
(1983) menjelaskan bahwa ada tujuh langkah dalam penelitian tindakan, yaitu: (1)
merumuskan masalah (2) menelaah kepustakaan (3)merumuskan hipotesis tindakan (4)
mergatur setting dan melakukan tindakan (5) menentukan krlteria-evaluasi (6)
menganalisis data dan mengevaluasi hasil, dan (7) menulis laporan.
Pada penelitian tindakan setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya
adalah mencari informasi, yaitu mencari penyebab atau hal-hal yang menyebabkan
timbulnya masalah. Informasi dapat diperoleh melalui pengamatan di lapangan maupun
melalui kajian pustaka. Apabila penyebab timbulnya masalah sudah diketahui, langkah selanjutnya adalah mengkaji teori dan atau penelitian yang relevan untuk menyusun
hipotesis tindakan atau merencanakan tindakan. Dalam merencanakan tindakan, peneliti
harus cermat karena selain harus menyiapkan segala sesuatunya yang diperlukan
dalam pelaksanaan tindakan, peneliti iuga harus menyiapkan instrumen yang diperlukan
untuk mengumpulkan data
Apabila hipotesis tindakan sudah dirumuskan dan persiapan sudah selesai, langkah
selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yang disertai dengan observasi. Ada dua hal
pokok yang perlu diobservasi, yaitu pelaksanaan tindakan itu sendiri dan dampak dari
tindakan. Terdapat dua pertanyaan: Apakah tindakan sudah sesuai dengan rencana?
Apakah tindakan tersebut sudah membawa dampak?
Langkah terakhir dalam satu siklus dua penelitian tindakan adalah refleksi. Pada
langkah ini secara kolaboratif tim peneliti mendiskusikan secara mendalam dan kritis
mengenai hasil pengamatan yang menyertai tindakan sebelumnya. Masing-masing anggota
tim mencoba melihat, mencermati atau mengkaji: Apakah tindakan yang telah dilakukan
itu sudah membawa dampak atau belum? Apabila dirasa tindakan sudah membawa
dampak positif atau membawa perbaikan, maka penelitian dihentikan. Ini berarti PT hanya
memerlukan satu siklus atau mono-cycle. Namun apabila dirasakan tindakan itu belum
membawa perbaikan seperti yang diharapkan, maka perlu dikaji lebih cermat uinfuk
filsafat
psikologi dapat dibagai menjadi dua, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus.
Psikologi umum yaitu psikologi yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia
dewasa. Objek yang dipelajari adalah sifat sifat psikologis umumnya. Yaitu persamaanpersamaannya dari manusia dewasa yang normal dan beradab. Selanjutnya sifat-sifat kejiwaan
manusia yang belum dewasa, dipelajari dalam psikologi khusus.
Psikologi khusus yaitu ilmu yang mempelajari sifat-sifat khusus dari gejala-gejala
kejiwaan manusia. Yang termasuk dalam psikologi khusus adalah:
a. Psikologi anak, yaitu ilmu yang mempelajari dinamika psikologis anak.
b. Psikologi perkembangan, yaitu ilmu yang mempelajari aspek-aspek perkembangan
manusia.
c. Psikologi kriminal, yaitu ilmu yang mempelajari soal-soal yang berhubungan dengan
kejahatan.
d. Psikophatologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang penyakit jiwa atau kelainan jiwa
seseorang.
e. Ilmu watak (karakterologi), yaitu ilmu yang mempelajari watak seseorang atau
golongan.
f. Psikologi massa, yaitu ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang terjadi pada
kerumunan massa.
g. Psikologi bangsa-bangsa, yaitu ilmu yang mempelajari gejala-gejala dalam tiap bangsa,
misalnya bangga terhadap bangsa Indonesia, India, dan sebagainya.
Pada bagian lain Achmadi dan Umar (1992) juga menjelaskan bahwa menurut
penggunaannya, psikologi juga dibagi menjadi dua, yaitu psikologi teoretis dan psikologi
praktis. Psikologi teoretis ialah ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan untuk
gejala-gejala itu sendiri. Jadi belum dihubungkan dengan praktik hidup sehari-hari, namun
untuk mengembangkan atau menambah pengetahuan saja. Sedangkan psikologi praktis adalah
ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang jiwa untuk diterapkan dalam praktik. Fsikologi
praktis ini mencakup:
a. Psiko-teknik, yaitu teori tentang cara menetapkan pribadi seseorang dan
kecakapannya untuk memegang jabatan tertentu.
b. Psikologi pendidikan, yaitu ilmu yang mempelajari hal ikhwal jiwa untuk keperluan
pendidikan.
c. Psikologi pengobatan, yaitu ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan yang
berhubungan dengan penyembuhan penyakit. Para dokter selalu berusaha menyelami jiwa
orang yang diobatinya agar dapat mengetahui sebab penyakit yang sebenarnya.
d. Psikologi kriminil, yaitu ilmu yang mempelajari soal -soal yang berhubungan
dengan kejahatan.
e. Psikologi pastoral, yaitu ilmu yang mempelajari cara memimpin pengikut suatu agama
serta meyakinkan pengikutnya kepada ajaran-ajaran agamanya.
f. Psikiatri, yaitu ajaran untuk menyembuhkan penyakit jiwa.
g. Psiko-diagnostik, yaitu teori tentang cara menetapkan tanda-tanda penyakit jiwa.
h. Psiko-terapi, yaitu cara mengobati cacat-cacat jiwa dengan berbagai metode,
misalnya sugesti, psikoanalisa, ungkapan-ungkapan jiwa, dan sebagainya.
Sementara itu Nonim (1998) menjelaskan bahwa psikologi dibagi menjadi 19 bidang
keahlian, yaitu : psikologi umum, psikometrik dan statistic, psikologi eksperimental
manusia, Psikologi eksperimental binatang, psychology neuroscience, psikologi &
humanistic, psikologi perkembangan, proses dan isu isu sosial, psikologi sosial, psikologi
kepribadian, kesehatan dan perlakuan kesehatan mental, psikologi profesional, psikologi
pendidikan, psikologi industri, psikologi olah raga, psikologi militer, psikologi konsumen,
psikologi lingkungan dan teknik, sistem intelegensi, dan psikologi forensik.
Apabila dicermati uraian di atas, ternyata sangat luas ruang lingkup kajian psikologi.
Hampir semua disiplin ilmu, temasuk di dalamnya pendidikan, dapat memanfaatkan
psikologi.
sistem
tindakan tipe tertutup digunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian tindakan tipe
terbuka informasi dikumpulkan di lapangan dengan cara observasi dan wawancara
secara mendalam. Pengumpulan informasi pada penelitian tindakan tipe terbuka biasanya
dilakukan dengan cara triangulasi sumber. Selanjutnya pada penelitian tindakan tipe
tertutup, informasi dikumpulkan dengan cara mengkaji teori atau penelitian terdahulu.
Sesudah informasi terkumpul, langkah selanjutnya adalah menyusun rancangan, termasuk
di dalamnya menyusun hipotesis, merancang instrumen, dan mempersiapkan segala sesuatunya
untuk melaksanakan tindakan. Pada langkah ini dapat digunakan pendekatan
kuantitatif, yaitu mengkaji teori dan atau penelitian relevan terdahulu. Berdasarkan
kajian teori ini kemudian dirumuskan hipotesis tindakan. Tindakan ini dimaksudkan
untuk memecahkan masalah atau memperbaiki situasi, kondisi ataupun cara yang
telah direncanakan untuk diperbaiki. Dalam langkah rancangan ini juga disiapkan
instrument atau lembar observasi untuk mengumpulkan data sewaktu tindakan
dilaksanakan.
Langkah ketiga adalah implementasi rancangan atau melaksanakan tindakan disertai
dengan observasi. Pada langkah ini dapat digunakan pendekatan kuantitatif pada saat
melaksanakan tindakan, karena tindakan yang dilakukan sudah direncanakan
sebelumnya. Sedangkan saat melakukan pengumpulan data (observasi) dapat digunakan
pendekatan kualitatif.
Langkah terakhir dalam satu siklus pada penelitian tindakan adalah refleksi, yang
mencakup analisis data dan evaluasi. Untuk analisis data dapat digunakan pendekatan
kuantitatif atau kualitatif, tergantung tujuan penelitian dan jenis data yang dikumPulkan
Pada langkah ini secara kolaboratif tim peneliti mendiskusikan secara mendalam dan
kritis mengenai hasil pengamatan yang menyertai tindakan sebelumnya, masing-masing
anggota tim mencoba melihat, mencermati atau mengkaji: Apakah tindakan yang telah
dilakukan itu sudah membawa dampak positif atau belum? Apabila dirasa tindakan
sudah membawa dampak positif atau membawa perbaikan, yang berarti sudah menjawab
permasalahan yang dirumuskan maka penelitian dihentikan. Ini berarti PT hanya
memerlukan satu siklus rancangan baru. Namun apabila dirasakan tindakan itu belum
membawa perbaikan seperti yang diharapkan maka perlu dikaji Iebih cermat untuk
mencari penyebab kegagalan ini. Penyebab ini dapat dikarenakan pelaksanaan tindakan
yang kurang sesuai dengan rencana dan dapat pula dikarenakan rencana tindakannya
yang kurang tepat. Oleh karena itu, dalam refleksi ini dirnungkinkan tim peneliti mencari
jalan keluar yang lebih baik, mencari strategi baru yang lebih efektif, dan mengantisipasi
C . KESIMPULAN
Pada saat sekarang penggabungan beberapa metode penelitian sudah tidak masalah
lagi. Hal yang perlu diperhatikan adalah cara penggabungannya, jangan sampai
menghilangkan ciri-ciri atau karakteristik metode penelitian yang digabungkan. Oleh karena itu,
dalam penggabungan beberapa metode penelitian, perlu adanya satu metode pokok
sedangkan metode lainnya hanya sebagai pelengkap.
Metode , penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan filsafat
positivisme, mempunyai rancangan yang rigid, dan datanya lebih banyak angka daripada
gambar ataupun kata-kata. Sedangkan metode kualitatif naturalistik adalah jenis
penelitian
tindakan
ini
sangat
akomodatif
sehingga
mampu
mengakomodasi konsep-konsep yang ada dalam metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian tindakan ini juga sangat cocok untuk bidang psikologi yang bersifat terapan.
Daftar Rujukan
Achmadi, A. dan Umar, M. 1992. Psikoiogi Umum. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Bogdan, R.C. and, Biklen, S.K. 1992: Quntitative research for education: An
introduction of theory and methods. Boston: Alyn & Bacon.
Calhoun, E.F. 1994. How to use activon research in the self renewing school.
Alexandria: SCD
Connole. H.C. 1993. Issues and methods in research. Dalam H.C. Connole. B.
Smith & R Wiseman (Eds.). Research methodology 1: Issues and methods in
research. Geelong: Dealdn University.
Elliot, J.. 1991. Action research for educational change. Great Britain: Fiddles
Ltd.
Grundy. S. 1995. Action research as on-going professional development. Canbera:
Accord.
Hopkins, D. 1993. A. teacher's guide to classroom research. Philadelpia: Open
University Press.
Joni, T. R. 1998. Hasil telaah enam usulan PTK PGSD. Makalah. Tidak
Diterbitkan. Yogyakarta, 5 Januari 1998.
Kartowagiran, B. 1998. Prinsip-prinsip penetitian tindakan dan penetitian tindakan
kelas. Makalah disampaikan pada Penataran Penelitian Tindakan Kelas dalam
program kemitraan IKIP Yk - Sekolah, 22-27 Juni 1998
Kemmis, S. & McTaggart., R 1997. The Action research planner. Geelong: Deakin
University.
Keeves, J, 1997. Trends in
Makalah, disampaikan
IKIP Yogyakarta.
McTaggart, R 1997a. Races of participatory action research: reciprocity among
educators. Educational Action Research Journal. Vol. 5. No. 1.
McTaggart, R 1997b. Management learning. The Journal for Managerial and
Organizational learning. Vol. 28, NO. 2.
Moleong, L. J. 1993. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhadjir, N. 1990. Metodologi penelitian kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Nonim. 1998. The Psychological Abstract, Vol. 85, N0.7, July 1998.
Sagor, R. 1992. How to conduct collaborative action research Alexandria: SCD.
Sanapizh, F. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dari Aplikasi. Malang: YA3
Stringer, E.T. 1996. Action research: A handbook for practitioners. London: Sage
Publications, Inc.
Sukamto. 1996. Pedoman penelitian terapan untuk guru keguruam. Yogyakarta: Lemlit
IKIP Yogyakarta.
Suryabrata, S. 1983. Metodologi penelitian. Jakarta: Rajawali.