Cephalgia
Cephalgia
Identitas Pasien
Nama
: Ny.Romlah
Usia
: 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Suku Bangsa : WNI
Alamat
: Rowo I/II Pakis , Banyuwangi
Anamnesa
Keluhan utama :
Riwayat penyakit :
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
- Tekanan darah
- Nadi
- Respirasi
: 130/80 mmHg
: 64x/menit
: 19x/menit
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Foto Panoramik Gigi:
Gambar 1.1 Gigi molar ketiga rahang atas rahang bawah impaksi
DIAGNOSA : Cephalgia
TERAPI
PEMBAHASAN
Cephalgia
1. Definisi
Cephalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas
kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital
dan sebagian daerah tengkuk). Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas
garis orbitomeatal. Pendapat lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak
diantara daerah orbital dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.
2. Etiologi
Cephalgia atau nyeri kepala suatu gejala yang menjadi awal dari berbagai
macam penyakit. Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan organ-organ
dikepala, jaringan sistem persarafan dan pembuluh darah. Sakit kepala kronik
biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun dapat juga
terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal, penyakit
gigi atau mata, disfungsi sendi temporomandibular, hipertensi, sinusitis, trauma,
perubahan lokasi (cuaca, tekanan) dan berbagai macam gangguan medis umum
lainnya.
3. Klasifikasi
Berdasarkan The International Classification of Headache Disorder edisi 2
tahun 2004 (ICHD-2), klasifikasi nyeri kepala dibagi atas nyeri kepala primer
dan nyeri kepala sekunder.
3.1 Nyeri Kepala Primer
a. Migraine
Merupakan gangguan nyeri kepala berulang, serangan berlangsung selama 4-27
jam dengan karakteristik khas : berlokasi unilateral, nyeri berdenyut, intensitas
sedang atau berat, diperberat oleh aktivitas fisik rutin, dan berhubungan dengan
mual dan/ atau fotofobia serta fonofobia. Pemicu serangan akut bersifat
multifaktorial meliputi :
- Faktor hormonal : menstruasi, ovulasi, kontrasepsi oral, penggantian
-
hormone.
Diet : alkohol, daging yang mengandung nitrat, cokelat, tidak makan,
puasa
Psikologis : stress, cemas, takut, depresi
suara
yang
makin
memberat,
seringkali
melibatkan
gangguan
mood,motorik,dan sensorik.
Pada migren tanpa aura, serangan sakit kepala berlangsung 4 hingga 72
jam, lokasi unilateral, berdenyut, intensitas nyeri sedang atau berat,setidakknya
disertai mual dan/ atau muntah, fonofobia dan fotofobia. Pada migren dengan
aura, aura dapat berbentuk gangguan penglihatan seperti melihat garis yang
bergelombang, cahaya terang, bintik gelap, atau tidak dapat melihat benda dengan
jelas. Gejala aura yang lain yaitu rasa kesemutan di tangan, sebagian penderita
merasa kebas di tangan, pundak, atau merasa bingung. Gejala ini tidak timbul
bersamaan melainkan bergantian,
Beberapa medikamentosa untuk mencegah migren diantaranya riboflavin
(vitamin B2) 400mg/hari, magnesium, obat-obat antiepilepsi (gabapentin,
topiramat), golongan serotonergik (metisergid) dan lain-lain. Terapi alternative
seperti akunpuntur dan biofeedback serta pelatihan relaksasi juga dapat dilakukan
untuk mengurangi insidensi migren.
b. Tension type headache (TTH) atau Nyeri kepala tipe tegang
Adalah nyeri kepala bilateral yang menekan (pressing/squeezing), mengikat,
tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik,
bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan/ atau
muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia.
TTH dibedakan menjadi tiga subklasifikasi :
(1) TTH episodik yang jarang (infrequent episodic): 1 serangan per bulan atau
kurang dari 12 sakit kepala per tahun.
(2) TTH episodik yang sering (frequent episodic): 1-14 serangan per bulan atau
antara 12 dan 180 kali per tahun.
(3) TTH menahun (chronic): lebih dari 15 serangan
sekurangnya 180 hari pertahun. Penderita TTH kronis sangat sensitive terhadap
rangsang.
Faktor yang dapat menyebabkan timbulnya TTH antara lain, buruknya
upaya kesehatan diri sendiri (poor self-related health), tidak mampu relaks setelah
bekerja, perubahan pola tidur, stress dan konflik emosional, iskemi dan
meningkatnya kontraksi otot-otot di kepala dan leher.
Gejala klinis dapat berupa :
- Nyeri kepala di kedua sisi kepala degan intensitas bervariasi, juga
-
melibatkan leher
Nyeri terkadang dideskripsikan sebagai ikatan kuat di sekitar kepala,
berdenyut,.
Rasa berat dan menekan di kedua sisi kepala (bilateral), juga leher, pelipis,
darah sekitar.
Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
Pelepasan histamin
Letupan paroxysmal parasimpatis.
Abnormalitas hipotalamus.
Penurunan kadar oksigen.
dengannya,
yang
ditandai
oleh
disfungsi
hipotalamus
yang
Serangan cluster headache biasanya singkat, dari 30 sampai 180 menit sering
memberat secara cepat, sehingga membutuhkan pengobatan awal yang cepat.
Berikan oksigen inhalasi dengan kadar 100% sebanyak 10-12 liter/menit.
Triptan: Sumatriptan 20 mg intranasal efektif pada pengobatan akut cluster
headache. Dihidroergotamin 1 mg intarmuskular efektif pada pengobatan akut
cluster headache. Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan untuk
mengobati serangan akut cluster headache. Pasien tidur telentang dengan kepala
dimiringkan ke belakang ke arah lantai 30 dan beralih ke sisi sakit kepala. Tetes
nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 mllidokain 4% yang dapat diulang setekah
15 menit.
Pencegahan Cluster headache
Pilihan pengobatan pencegahan pada cluster headache ditentukan oleh
lamanya serangan, bukan oleh jenis episodik atau kronis. Preventif dianggap
jangka pendek, atau jangka panjang, berdasarkan pada seberapa cepat efeknya dan
berapa lama dapat digunakan dengan aman. Banyak ahli sekarang ini mengajukan
verapamil sebagai pilihan pengobatan lini pertama, walaupun pada beberapa
pasien dengan serangan yang singkat hanya perlu kortikosteroid oralatau injeksi
nervus oksipital mungkin lebih tepat.
Verapamil lebih efektif dibandingkan dengan placebo dan lebih baik
dibandingkan dengan lithium. Praktek klinis jelas mendukung penggunaan dosis
verapamil yang relatif lebih tinggi pada cluster headache.
Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kg sampai 60 mg selama empat hari
yang diturunkan bertahap selama tiga minggu diterima sebagai pendekatan
pengobatan perventif jangka pendek. Pengobatan ini sering menghentikan periode
cluster, dan digunakan tidak lebih dari sekali setahun.
Topiramat digunakan untuk mencegah serangan cluster headache. Dosis biasanya
adalah 100-200 mg perhari, dengan efek samping yang sama seperti
penggunaannya pada migraine.
Melatonin dapat membantu cluster headache sebagai preventif dan salah
satu penelitian terkontrol menunjukan lebih baik dibandingkan placebo. Dosis
biasa yang digunakan adalah 9 mg perhari.Obat-obat pencegahan lainnya
termasuk gabapentin (sampai 3600 perhari).
Merupakan nyeri kepala yang memiliki internsitas nyeri yang sangat hebat, timbul
mendadak dan menyerupai rupture aneurisma serebral. Terapi yang dapat
diberikan kortikosteroid , hindari vasokonstriktor seperti triptan , ergot, dan
kokain. Untuk preventif dapat nimodipin selama 2-3 bulan.
Hemikrania kontinua
Merupakan nyeri kepala unilateral yang selalu persisten dn responsive terhadap
indometasin.Nyeri kepala akan hilang jika diberikan indometasin 50-100 mg IM ,
reda dalam 2 jam. Dosis efektif 25-300 mg.
New daily persistent headache
Merupakan nyeri kepala yang dirasakan sepanjang hari tanpa mereda sejak awal
serangan (pada umumnya dalam 3 hari) . Nyerinya khas bersifat bilateral, seperti
ditekan atau ketat dengan intensitas nyeri derajat ringan sampai sedang. Dapat
dijumpai fotofobia, fonofobia, atau nausea ringan.Terapi dapat diberikan
analgetika minimal, dapat pula diberi pencegahan migren kronis , dan blok saraf
N.Oksipitalis magnus.
3.2 Nyeri Kepala (Cephalgia) Sekunder
Nyeri kepala sekunder merupakan sakit kepala yang disebabkan adanya suatu
penyakit tertentu (underlying disease). Pada sakit kepala kelompok ini, rasa nyeri
di kepala merupakan tanda dari berbagai penyakit.
a.
Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.
Nyeri kepala pasca trauma dapat merupakan nyeri akut atau kronik. Nyeri
akut dapat terjadi setelah trauma yang menyebabkan trauma ringan atau berat.
Trauma berat dapat menyebabkan perdarahan otak, perdarahan subdural atau
epidural. Nyeri kepala setelah trauma biasanya merupakan bagian dari sindrom
pasca trauma yang meliputi dizziness, kesulitan konsentrasi, gelisah , perubahan
kepribadian , dan insomnia.
Pemeriksaan: Foto tulang tengkorak AP dan lateral,CT-Scan, EEG.
Penatalaksanaan sesuai jenis nyeri kepala yang muncul pada pasca trauma.
Analgesik sederhana
Asetosal
1000 1500 mg sehari
Parasetamol 1000 1500 mg sehari
NSAD : Naproksen sodium, dosis 275 550 mg, 2 3 kali sehari
Antidepresan
: Trisiklik antidepresant
Amitriptilin 25 50 mg sehari
Nortriptilin 25 75 mg sehari
Gol SSRI : Fluoxetin
Muscle relaksan : Eperison-HCl
Sedative / minor tranqulaizer
Diazepam
6 -15 mg / hari
Lorazepam
3 6 mg / hari
Klobazam
20 30 mg / hari
b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau
servikal
Nyeri kepala SAH (Subarachnoid Hemorhage)
Nyeri kepala terjadi mendadak , seluruh kepala, hebat, disertai muntah proyektil
dan kadangkadang kesadaran menurun dan pada pemeriksaan neurologis
didapatkan tandatanda rangsangan meningeal
Pemeriksaan MRI atau CT scan, jika hasilnya negatif dilakukan pungsi lumbal
Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan keluhan nyeri kepala. Semua penderita
nyeri kepala harus mengetahui tekanan darahnya. Minum obat sakit kepala tanpa
menurunkan tekanan darah dapat berbahaya, karena 'hipertensi' merupakan
ancaman bagi terjadinya kerusakan organ target hipertensi (ginjal, otak, jantung
dan pembuluh darah).
Penyakit yang
mendasari ex :
Hipertensi
Kerusakan endotel
pembuluh darah di otak
Agregasi
trombosit
Melepaskan serotonin
dan adrenergik yang
berlebih
Vasokontriksi
pembuluh darah
Terjadi pernurunan
aliran darah intrakranial
Stimulasi N.
Trigeminal (n.V)
Nausea
Chemorecept
or
Iskemik aura
vomiting
Mekanisme otoregulasi
Hypotalamus
Vasodilatasi serebral
dan menyebabkan
neurogenic inflamasi
Photopobia
c. Nyeri
Kepala
Yang
Berkaitan
Dengan
Kelainan
Non
Vaskuler
Intrakranial.
Nyeri kepala karena peningkatan tekanan intrakranial dan atau
hidrosefalus yang disebabkan oleh tumor otak
Berdasarkan lokasinya, tumor otak dapat terjadi supratentorial atau
4.
Pada
penderita
yang
mengalami
kejang
dapat
diberikan
antikonvulsan
Nyeri Kepala Pada Arthritis Servikal
Nyeri kepala disertai nyeri leher dan timbul dalam mengerakan kepala. Dilakukan
pemeriksaan rontgen Vertebra cervical AP dan lateral
Nyeri Kepala Pada Abses Otak
Nyeri baru dirasakan, hilang-timbul, bersifat ringan sampai berat, dirasakan di
satu titik atau di seluruh kepala Sebelumnya penderita mengalamiinfeksi telinga,
sinus atau paru-paru atau penyakit jantung rematik atau penyakit jantung bawaan.
Dilakukan pemeriksaan MRI atau CT scan
f. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium,
leher, mata, telinga, hidung, gigi,mulut, atau struktur facial atau kranial
lainnya.
Nyeri kepala karena sakit gigi
Keluhan sakit gigi (nyeri gigi) dapat disebabkan karena berbagai penyakit
pada gigi sehingga kelainan / penyakit pada gigi perlu dicari dan diatasi oleh
dokter gigi.
Nyeri kepala pada Hidung
i. Sinusitis
Nyeri kepala ringan hingga berat dirasakan di daerah muka, pipi atau dahi,
biasanya disertai juga dengan keluhan 'THT' (telinga, hidung dan
tenggorakan) yang lain, misalnya berdahak, hidung mampet, hidung meler
dan lain-lain.
ii. Rhinitis
Nyeri kepala dan gangguan hidung (hidung tersumbat, rinore, rasa sesak
atauterbakar) berulang, diakibatkan bendungan dan edema membran
mukosa hidung. Nyeri kepala terutama pada bagian anterior, ringan sampai
sedang dalam intensitasnya. Penyakit ini biasanya merupakan bagian dari
reaksi individu selama stress. Seringkalidisebutrinitis vasomotor .
Nyeri kepala pada kelainan mata
'Iritis', 'glaukoma' dan 'papilitis', dapat menimbulkan nyeri sedang hingga berat
pada mata dan sekitarnya. Mata tampak memerah disertai dengan gangguan
penglihatan.
g.
4. Terapi
a. Psikologis
- Konseling dan penanganan stress
- Terapi relaksasi
- Identifikasi pemicu cephalgia, misalnya impaksi molar 3 dirujuk ke dokter
gigi.
b. Farmakologis
- Terapi analgesik : ibuprofen, asam mefenamat
- Minor trankuilis : luminal, kutoin, eperison
CEPHALGIA
Laporan Kasus
Disusun untuk Melengkapi Tugas Kegiatan Praktek Kerja Lapangan Ilmu
Kedokteran Klinik di Instalasi Rawat Darurat RSUD Blambangan
Disusun oleh :
Nastiti Diwanti Putri
091611101010
Pembimbing :
dr. Andar Setyawan, Sp.S