Anda di halaman 1dari 16

Kasus Hukum Perdata

Politeknik Kementrian Kesehatan Surabaya


Diploma IV Jurusan Keperawatan Gigi

Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.

Pebi Dwi Ayu Rahmani


(P27825113005)
Eriska Budi Permata Sari
(P27825113006)
Fitra Dwi Purnomo
(P27825113022)
Halimah Rosyidah
(P27825113023)
Sally Anggraeni
(P27825113029)

Hukum Perdata
Hukum perdata adalah hukum atau ketentuan yang mengatur
hak-hak,kewajiban,serta kepentingan antar individu dalam
masyarakat.Hukum perdata biasa dikenal dengan hukum
privat.Hukum perdata biasa menangani kasus yang bersifat
privat atau pribadi seperti hukum keluarga, hukum harta
kekayaan, hukum benda, hukum perikatan dan hukum
waris.Dimana tujuannya adalah untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi diantara kedua individu tersebut.
Hukum perdata terjadi ketika seseorang mengalami suatu kasus
yang bersifat tertutup(privat).Hukum perdata terjadi dimana
ketika suatu pihak melaporkan pihak lain yang terkait ke pihak
yang berwajib atas suatu kasus yang hanya menyangkut kedua
individu tersebut.

Kasus Malpraktik dalam bidang Orthopedy


Gas Medik yang Tertukar
Seorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi.
Sebagaimana layaknya, sebelum pembedahan dilakukan anastesi terlebih dahulu.
Pembiusan dilakukan oleh dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin oleh dokter
ahli bedah tulang (orthopedy).
Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba sang pasien mengalami kesulitan
bernafas. Bahkan setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami
gangguan pernapasan hingga tak sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus
menerus di perawatan intensif dengan bantuan mesin pernapasan (ventilator).
Tentu kejadian ini sangat mengherankan. Pasalnya, sebelum dilakukan operasi,
pasien dalam keadaan baik, kecuali masalah tulangnnya.
Akan tetapi, ternyata kedapatan bahwa ada kekeliruan dalam pemasangan gas
anastesi (N2O) yang dipasng pada mesin anastesi. Harusnya gas N2O, ternyata yang
diberikan gas CO2. Padahal gas CO2 dipakai untuk operasi katarak. Pemberian CO2
pada pasien tentu mengakibatkan tertekannya pusat-pusat pernapasan sehingga
proses oksigenasi menjadi sangat terganggu, pasien jadi tidak sadar dan akhirnya
meninggal. Ini sebuah fakta penyimpangan sederhana namun berakibat fatal.

Sanksi Hukum

Hukum
Pidana

Apabila terbukti
dilakukan karena
kesengajaan atau
kelalaian

Hukum
Perdata

Menimbulkan kerugian
kepada seseorang

Tindakan malpraktik juga dapat berimplikasi pada


gugatan perdata oleh seseorang (pasien) terhadap
dokter yang dengan sengaja (dolus) telah
menimbulkan kerugian kepada pihak korban,
sehingga mewajibkan pihak yang menimbulkan
kerugian (dokter) untuk mengganti kerugian yang
dialami kepada korban, sebagaimana yang diatur
dalam
Pasal 1365 Kitab-Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), Tiap perbuatan melanggar hukum,
yang membawa kerugian pada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.

Pasal 1366 KUH Perdata


Kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian (culpa) diatur
oleh Pasal 1366 yang berbunyi: Setiap orang bertanggung
jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya, tetapi juga atas kerugian yang disebabkan
karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.
Pasal 1370 KUH Perdata
Dalam hal pembunuhan (menyebabkan matinya orang
lain) dengan sengaja atau kurang hati-hati seseorang, maka
suami dan istri yang ditinggalkan, anak atau orang tua yang
biasanya mendapat nafkah dari pekerjaan korban,
mempunyai hak untuk menuntut suatu ganti rugi, yang
harus dinilai menurut kedudukannya dan kekayaan kedua
belah pihak serta menurut keadaan.

Penyelesaiannya
Seharusnya di setiap Rumah Sakit ada standar, siapa yang
harus memasang, bagaimana caranya, bagaimana
monitoringnnya, dan lain sebagainya. Karena ternyata di
rumah sakit tersebut tidak ada standar-standar pengamanan
pemakaian gas yang dipasang di mesin anastesi.
Idealnya dan sudah menjadi keharusan bahwa perlu ada
sebuah standar yang tertulis (misalnya warna tabung gas
yang berbeda), jelas, dengan formulir yang memuat berbagai
prosedur dan ditandatangani. Seandainya prosedur ini ada,
tentu tidak akan ada, atau kecil kemungkinan terjadi
kekeliruan. Dan kalaupun terjadi akan cepat diketahui siapa
yang bertanggungjawab.

Kepastian Hukum
Melihat berbagai sanksi pidana dan tuntutan perdata yang tersebut di atas
dapat dipastikan bahwa bukan hanya pasien yang akan dibayangi
ketakutan. Tetapi, juga para dokter akan dibayangi kecemasan diseret ke
pengadilan karena telah melakukan malpraktik dan bahkan juga tidak
tertutup kemungkinan hilangnya profesi pencaharian akibat dicabutnya
izin praktik.
Jika ternyata terbukti melanggar hukum maka dokter yang bersangkutan
dapat dimintakan pertanggungjawabannya. Baik secara pidana maupun
perdata. Sudah saatnya pihak berwenang mengambil sikap proaktif dalam
menyikapi fenomena maraknya gugatan malpraktik. Dengan demikian
kepastian hukum dan keadilan dapat tercipta bagi masyarakat umum dan
komunitas profesi. Dengan adanya kepastian hukum dan keadilan pada
penyelesaian kasus malpraktik ini maka diharapkan agar para dokter
tidak lagi menghindar dari tanggung jawab hukum profesinya.

Contoh Kasus 2
Kesalahan Pemberian Obat oleh Apoteker
Kesalahan pemberian obat: Bentuk kelalaian yang sering terjadi. Hal ini
dikarenakan begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian
yang bervariasi. Kelalaian yang sering terjadi, diantaranya kegagalan
membaca label obat, kesalahan menghitung dosis obat, obat diberikan
kepada pasien yang tiak tepat, kesalahan mempersiapkan konsentrasi, atau
kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut akan menimbulkan
akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian.
Padahal kesalahan yang dilakukan oleh apoteker terhadap pasien akibat
kesalahannya dalam pemberian obat termasuk dalam suatu perbuatan yang
melawan hukum, karena pasien mengalami kerugian materil dan imateril,
memungkinkan sekali pasien dapat menderita penyakit yang Lebih parah
dari penyakit yang sebelumnya akibat telah mengonsumsi obat yang salah.
Pasien yang menderita kerugian akibat tindakan kesalahan tenaga
kesehatan selama dalam pelayanan kesehatan, maka pasien tersebut berhak
menuntut ganti rugi.

Contoh Kasus 3
SLEMAN Selasa, 17 November 2011 Pengadilan Negeri
(PN) Sleman akhirnya mengeksekusi tanah milik Juminten
di Dusun Pesanggrahan, Desa Pakembinangun,Kecamatan
Pakem, Sleman.
Lokasi tanah yang berada di pinggir Jalan Kaliurang Km 17
ini merupakan tanah sengketa antara Juminten dengan
Susilowati Rudi Sukarno sebagai pemohon eksekusi. Kasus
hukum yang telah berjalanselamatujuh tahun ini berawal
dari masalah utang piutang yang dilakukan oleh kedua belah
pihak, utang yang dimaksud disini adalah juminten
berhutang tentang pembuatan sertifikat tanah serta tidak
mau mengganti rugi uang yang sudah diberi oleh susilowati

Klien kami telah membeli tanah ini dan juga sebidang


tanah milik Ibu Juminten lainnya di daerah Jalan
Kaliurang Km 15 seharga Rp335 juta.Total tanah ada 997
meter persegi.Masalahnya berawal saat termohon tidak
mau diajak ke notaris untuk menandatangani akta jual
beli, padahal klien kami sudah membayar lunas, papar
Titiek Danumiharjo, kuasa hukum Susilowati Rudi
Sukarno. Kasus ini sebenarnya telah sampai tingkat kasasi,
bahkan peninjauan ulang. Dari semua tahap,Susilowati
Rudi Sukarno selalu memenangkan perkara.
Pihak Juminten yang tidak terima karena merasa tidak
pernah menjual tanah milik mereka, berencana menuntut
balik dengan tuduhan penipuan dan pemalsuan dokumen.
Kami merasa tertipu, surat bukti jual beli palsu,tandas L
Suparyono, anak kelima Juminten.

Analisa HUKUM
Kasus diatas termasuk kasus perdata khususnya perikatan karena telah
terjadi persetujuan antara Juminten dengan Susilowati dalam hal jualbeli tanah. Dalam hukum perdata peristiwa yang dapat dikategorikan
sebagai hukum perikatan adalah jka terjadi suatu ikatan persetujuan
antara 2 pihak yang melahirkan hak dan kewajiban diantara keduanya
dalam lingkup hukum kekayaan.
Tetapi dalam kasus diatas telah terjadi suatu sengketa tanah antara
Juminten dan Susilowati. Sengketa ini berawal dari utang piutang yang
mana Juminten berhutang tentang pembuatan sertifikat tanah serta tidak
mau mengganti rugi uang yang sudah diberi oleh Susilowati. Dalam kasus
ini, Juminten dianggap merugikan Susilowati, karena sudah dianggap
menipu berupa tidak maunya Juminten membuat akta sertifikat tanah
dan dari itu pula Juminten tidak mau mengganti dengan uang, karena
Juminten beranggapan tidak pernah menjual tanah miliknya kepada
Susilowati, padahal penyimpanan atau pendaftaran tanah itu wajib demi
terlaksanakannya kepastian hukum. Sehingga Juminten dianggap ingkar
janji (wanprestasi) atau tidaak memenuhi perikatan tersebut.

Dalam KUH Perdata pasal 1366 berbunyi


Setiap orang bertanggung jawab tidak saja
untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatanya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hatihatinya. Disini jelaslah bahwa Juminten
melanggar UU tersebut.

PENYELESAIAN
Solusi dari permasalahan ini agar pihak Juminten
segera membayar tentang hutangnya dalam
pembuatan sertifikat tanah terhadap Susilowati dan
mebyar ganti rugi uang yang sudah diberi oleh
Susilowati agar permasalahn ini cepat terselesaikan.
Karena dalam permasalahan ini pihak juminten lah
yang bersalah yang tercantum jelas dalam KUH
perdata 1366, dan disini pihak Juminten sudah
ingkar janji dan tidak memenuhi perjanjian bersama.
Saran untuk Juminten agar segera mengembalikan
yang sudah disetujui bersama Susilowati jika ingin
permasalahan ini cepet terselesaikan.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai