: Apicomplexa
Klass
: Sporozoa
: Eucoceidia
: Eimeria,
Gambar 2. E. tenella
Eimeria necatrix
Spesies ini adalah salah satu parasit yang paling penting pada usus halus ayam.
Ookista menyerupai E. tenella berbentuk seperti telur dengan ukuran rata-rata
lebar 14,2 mikron dan panjang 16,7 mikron. Dinding ookista halus, tidak
Gambar 3. E. necatrix
Siklus Hidup
Eimeria tenella
Koksidiosis yang disebabkan oleh E. tenella adalah suatu penyakit yang
ditularkan dari unggas ke unggas lain melalui ookista yang sudah bersporulasi.
Genus Eimeriaumumnya mengalami perkembangan siklus hidup secara lengkap
didalam dan diluar tubuh induk semangnya dan dapat dibagi menjadi siklus
aseksual dan siklus seksual. Siklus hidup ini dikenal dengan tiga stadium yaitu :
stadium skizogoni, gametogoni dan sporogoni. Siklus aseksual merupakan
stadium skizogoni, siklus seksual meliputi stadium gametogoni. Sedangkan
sporogoni adalah stadium pembentukan spora.
Siklus aseksual dimulai dari ookista (stadium yang sangat resisten) yang
dikeluarkan bersama-sama tinja dari ayam yang terinfeksi. Pada saat itu, ookista
belum infektif tetapi pada kondisi kelembapan dan kehangatan yang optimal (25290C) dan oksigen yang cukup ookista E. tenella akan mengalami sporulasi
dalam waktu 24-48 jam dalam suhu kamar sampai terbentuk sporokista. Ookista
yang telah bersporulasi infektif tertelan oleh ayam yang rentan sehingga
terbentuk sporokista yang didalamnya terdapat badan-badan kecil berbentuk
sosis kecil yang disebut sporozoit. Dalam usus, sporozoit ini keluar dari dinding
ookista kemudian memasuki sel-sel epitel usus. Disitulah terjadi perkembangan
sporozoit lalu menjadi skizon. Kemudian skizon ini menghasilkan bentuk-bentuk
kecil seperti buah pisang yang disebut merozoit. Perkembangan dan aktivitas
merozoit dalam sel-sel epitel usus menyebabkan robeknya sel-sel epitel dan
menyebabkan pembebasan merozoit-merozoit kedalam lumen usus. Selanjutnya
merozoit bebas tersebut memasuki sel-sel epitel baru dan membentuk skizon
generasi kedua. Skizon generasi kedua ini membentuk merozoit generasi kedua
yang kemudian menjadi skizon lagi. Siklus ini diulang sampai terbentuk merozoit
generasi ketiga sehingga menyebabkan kerusakan mukosa usus.
Siklus seksual berlangsung setelah melalui siklus aseksual yaitu siklus yang
ditandai dengan dimulainya mikrogametosit dan makrogametosit. Setelah
mikrogamet dan makrogamet bertemu didalam usus, maka akan terbentuk zigot.
Dari zigot dibentuk ookista. Ookista ini akan keluar dari tubuh bersama tinja dan
membentuk sporokista, masing-masing sporokista berisi dua sporozoit. Jika
ookista yang telah bersporulasi tersebut tertelan oleh unggas yang rentan maka
terjadi infeksi. Waktu yang dibutuhkan untuk siklus hidup Eimeria pada unggas
sangat bervariasi, berkisar antara 1-5 hari.
Eimeria necatrix
Siklus permulaan dari sporozoit sama dengan E. tenella, sporozoit melalui ujung
villi epitel masuk kedalam lamina propia dan bermigrasi menuju muscularis
mukosa. Selama migrasi ini kebanyakan sporozoit ditelan oleh makrofag dan
dibawa kedalam sel-sel epitel fundus dari crypta Lieberkuhn. Generasi pertama
skizon terdapat di sebelah proximal inti sel induk semang, merozoit-merozoit
terlihat dalam lumen 2-3 hari sesudah infeksi, kemudian memasuki sel-sel yang
berdekatan dan berkembang menjadi skizon generasi kedua. Stadium E.
necatrix relatif besar dan sel epitel yang mengandung skizon yang berkembang
ini meninggalkan epitelnya lalu bermigrasi ke jaringan sub epitel dan kadangkadang kedalam jaringan sub mukosa. Skizon generasi kedua relatif besar,
berukuran panjang 63 mikron dan lebar 49 mikron, dapat dibedakan dari skizon
spesies koksidia lain yang terdapat didalam usus halus. Merozoit generasi kedua
dibebaskan pada hari ke 5-6 sesudah infeksi, selanjutnya oleh gerakan peristaltik
usus halus dibawa ke sekum. Di sekum merozoit menembus epitel dan
mengalami perkembangan menjadi skizon generasi berikutnya atau melanjutkan
perkembangan ke siklus gametogoni. Skizon-skizon generasi ketiga kecil dan selsel dapat terinfeksi berulang kali sehingga dalam satu sel skizon ini banyak
ditemukan. Stadium gametogoni dapat timbul dari merozoit generasi kedua atau
ketiga dan letaknya di sebelah distal inti sel induk semang. Masa prepatennya 67 hari. Puncak produksi ookista terjadi pada hari ke 8-10 setelah infeksi.
Patogenesis
Eimeria tenella
Koksidiosis pada sekum oleh E. tenella paling sering terjadi pada ayam muda
berumur 4 minggu, karena umur tersebut adalah umur yang paling peka. Ayam
yang berumur 1-2 minggu lebih resisten, walaupun demikian E. tenella dapat
juga menginfeksi ayam yang sudah tua. Ayam yang sudah tua umumnya
memiliki kekebalan imunitas akibat sudah terinfeksi sebelumnya. Pada umumnya
koksidiosis sekum terjadi akibat infeksi berat dalam waktu yang relatif pendek
tidak lebih dari 72 jam. Pada ayam umur 1-2 minggu diperlukan 200.000 ookista
untuk menyebabkan kematian, dan diperlukan 50.000-100.000 ookista untuk
menyebabkan kematian pada ayam yang berumur lebih tua.
Pada kelompok ayam, mula-mula gejala terlihat 72 jam setelah infeksi. Ayam
terkulai, anoreksia, berkelompok agar badannya hangat dan sekitar hari ke-4
sesudah infeksi terdapat darah didalam tinja. Darah paling banyak ditemukan
pada hari ke-5 dan ke-6 sesudah infeksi dan menjelang hari ke-8 atau ke09 ayam
sudah mati atau dalam tahap persembuhan. Kematian paling tinggi terjadi
antara hari ke-4 dan ke-6 karena kehilangan banyak darah. Kematian kadangkadang terjadi tanpa diduga. Jika ayam sembuh dari penyakit akut maka
penyakit akan bersifat kronis.
Eimeria necatrix
yang digunakan adalah 0,5% dalam pakan atau 0,43% dalam air minum dua kali
pengobatan masing-masing 2 hari dengan interval 3-5 hari memberikan hasil
yang memuaskan. Sulfaquinoxaline telah digunakan terutama untuk infeksi E.
tenella dan E. necatrixtetapi juga efektif terhadap E. acervulina. Sulfaquinoxaline
konsentrasi 0,006% dalam pakan lebih efektif terhadap koksidia ayam daripada
penggunaan masing-masing senyawa tersebut.
Zoalen baik digunakan sebagai pencegahan dengan dosis 0,01-0,015% dalam
pakan dan bersifat aktif terhadap koksidia sekum dan usus halus. Zoalen
menghambat perkembangan generasi kedua skizon tetapi pada kondisi lapangan
tidak menghambat perkembangan imunitas.
Nitrofurazone (Furacine, Furazol) berperan sebagai koksidiostat dan juga
berperan sebagai bakteriostatik karena aktif terhadap bakteri gram negative.
Untuk pencegahan dosis yang dianjurkan adalah 0,005-0,0126% dalam pakan
atau air minum. Untuk pengobatan dosis yang digunakan adalah 0,022% tetapi
apabila konsentrasi ini diteruskan lebih dari 10 hari akan terlihat efek keracunan
berupa kegelisahan. Gabungan antara 0,005% nitrofurazone dengan 0,008%
furazolidone memiliki efek koksidiosidal terhadap E. tenella dan E. necatrix.
Furazolidone, senyawa ini telah digunakan untuk infeksi bakteri penyebab
enteritis tetapi efektif juga terhadap E. tenella dosis 0,011 atau 0,0055% dalam
pakan. Biasanya diberikan gabungan dengan nitrofurazone seperti dosis yang
disebutkan diatas terutama untuk infeksi yang disebabkan E. tenella.
Nicarbazine, senyawa ini terutama digunakan sebagai pencegahan sedangkan
dosis pengobatan hampir mendekati dosis toksik. Nicarbazine biasanya didapat
sebagai 22,5% premix dan dimasukan dalam pakan dengan konsentrasi
0,0125%. Senyawa ini efektif terhadap E. tenella, E. necatrix dan E.
acervulina dan tidak menghalangi pembentukan imunitas. Obat ini baik diberikan
pada ayam broiler dan biasanya diberikan pada 12 minggu pertama. Tidak baik
diberikan untuk ayam petelur karena mempengaruhi warna dan daya tetas telur.
Toksisitas sudah dapat terlihat pada konsentrasi 0,003% atau lebih. Terlihat
gangguan bertelur, telur tidak berpigmen, kuning telur berbintik-bintik dan daya
tetas menurun. Ataksia terlihat apabila diberikan dosis 0,05-0,1% dalam pakan
selama 3 minggu. Apabila mati keracunan terdapat degenerasi epitel tubulus
ginjal dan sel hati.
Nitrophenide, dosis yang digunakan dilapangan adalah 0,025% memiliki efek
koksidiostat yang baik terhadap E. tenella dan E. necatrix. Efek maksimum
terlihat apabila diberikan 49-96 jam sesudah terjadi infeksi, diduga obat ini
menghambat skizon generasi kedua. Perbedaan dosis toksik dan pengobatan
adalah kecil dan kematian dapat terjadi dengan konsentrasi 0,16% dalam pakan.
Dosis 0,04% dalam pakan yang diberikan terus menerus selama 4-12 minggu
tidak mempengaruhi pertumbuhan, produksi telur atau daya tetas telur.
Unistat dengan konsentrasi 0,1% dalam pakan mencegah kematian pada infeksi
berat dengan E. tenella, E. necatrix dan E. acervulina.
Polystat merupakan senyawa yang aktif terhadap E. tenella dan E. necatrix dosis
0,02% dalam pakan.
Parasitologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang organism (jasad hidup), yang
hdup dipermukaan atau di dalam tubuh organism lain buat semntara waktu atau
selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitias
hidupnya dari organism lain tersebut, hingga organism lain tersebut jadi merugi
(dirugikan). Salah satunya adalah eimeria.
Eimeria adalah suatu protozoa yang sering menginfeksi unggas dan berbagai
jenis burung yang bermultiplikasi pada saluran pencernaan dan menyebabkan
kerusakan jaringan sehingga menyebabkan gangguan pada pencernaan dan
penyerapan tubuh manusia. Eimeria tergolong dalam kelas Sporozoa dengan
genus Eimeria.
Banyak sekali sepsies dari Eimeria ini, seperti Eimeria clupearum, Eimeria
sardinae, Eimeria perforans, Eimeria tenella, Eimeria necatrix, Eimeria praecox,
Eimeria hagani,dan masih banyak lagi. Pada manusia parasit tersebut hanya
menumpang lewat saja di saluran pencernaan yang disebut passant. Banyak
Eimeria lain yang pathogen bagi hewan peliharaan, seperti ayam, burung,
kambing, sapi, dan babi. Eimeria tenella termasuk parasit yang pathogen
daripada spesies eimeria yang lainnya. Eimeria tenella ini menyerang saluran
pencernaan pada ayam,terutama pada ayam usia muda.
Hospes dari penyakit ini adalah binatang. Misalnya Eimeria tenella hidup di
dalam saluran pencernaan ayam yaitu usus dan sekum. Pada manusia parasit ini
hanya sebagai passant, karena parasit ini hanya menumpang lewat saja pada
saluran pencernaan manusia.
Penyakit yang ditimbulkan karena parasit Eimeria tenella ini adalah Koksidiosis.
Koksidiosi merupakan penyakit parasit yang ditandai dengan kukurusan dan
diare (berak darah) dengan angka kesakitan dan kematian tinggi (terutama pada
ayam yang masih muda).
Penyebaran parasit ini pada mamalia dan unggas, yaitu ayam, sapi dan berbagai
hewan peliharaan. Hampir tersebar diseluruh dunia.
Eimeria tenella tidak bersporulasi didalam tinja ayam yang terinfeksi. Ukurannya
sangat bervariasi, panjang berkisar antara 14-31 mikron, lebar 9-25 mikron,
dengan rata-rata panjang 23 mikron dan lebar 19 mikron. Dinding ookista halus,
tidak terdapat mikropil pada ujung yang lebih kecil. Dalam satu ookista terdapat
4 sporokista dan satu sporokista dapat melepaskan 2 sporozoit. Bila mengalami
ekskistasi satu ookista menghasilkan 8 sporozoit infektif.
Siklus hidup dari Eimeria tenella tidak menular secara langsung dari ayam satu
ke ayam lainnya. Penularan alami koksidiosis hanya terjadi dengan cara menelan
ookista hidup yang telah bersporulasi. Ayam yang terinfeksi dapat mengeluarkan
ookista bersama feses selama beberapa hari atau beberapa minggu. Ookista
yang terdapat di dalam feses akan menjadi infektif setelah proses sporulasi
selama 2 hari. Penularan Eimeria tenella antar kandang/peternakan dapat terjadi
melalui pekerja atau peralatan yang berpindah-pindah. Ookista juga dapat
berpindah maelalui debu.
Genus Eimeria umumnya mengalami perkembangan siklus hidup secara lengkap
di dalam dan di luar tubuh induk semangnya dan dapatdibagi menjadi siklus
aseksual dan siklus seksual. Siklus hidup ini dikenal dengan tiga stadium yaitu
stadium skizogoni, gametogoni, dan sporogoni. Siklus aseksual merupakan
stadium skizogoni, siklus seksual meliputi stadium gametogoni. Sedangkan
sporogoni adalah stadium pembentukan spora.
Siklus aseksual dimulai dari ookista (stadium yang sangat resisten) yang
dikeluarkan bersama-sama tinja dari ayam yang terinfeksi. Pada saat itu, ookista
belum unfektif tetapi pada kondisi kelembapan dan kehangatan yang optimal
(25-290C) dan oksigen yang cukup. Ookista Eimeria tenellaakan mengalami
sporulasi dalam waktu 24-48 jam dalam suhu kamar sampai terbentuk
sporokista. Ookista yang telah bersporulasi infektif tertelan oleh ayam yang
rentan sehingga terbentuk sporokista yang di dalamnya terdapat badan-badan
kecil berbentuk sosis kecil yang disebut sporozoit. Dalam usus, sporozoit ini
keluar dari dinding ookista kemudian memasuki sel-sel epitel usus. Distulah
terjadi perkembangan sporozoit lalu menjadi skizon. Kemudian skizon ini
menghasilkan bentuk-bentuk kecil sperti buah pisang yang disebut merozoit.
Perkembangan dan aktivitas merozoit dalam sel-sel epitel usu menyebabkan
robeknya sel-sel epitel dan menyebabkan pembebasan merozoit-merozoit ke
dalam lumen usus. Selanjutnya merozoit bebas tersebut memasuki sel-sel epitel
baru dan membentuk skizon generasi kedua. Skizon generasi kedua ini
membentuk merozoit generasi kedua yang kemudian menjadi skizon lagi. Siklus
ini diulang smpai terbentuk merozoit generasi ketiga sehingga menyebabkan
kerusakan mukosa usus.
Siklus seksual berlangsung setelah melalui siklus aseksual yaitu siklus yang
ditandai dengan dimulainya mikrogametosit dan makrogametosit. Setalah
mikrogamet dan makrogamet bertemu di dalam usus, maka akan terbentuk
zigot. Dari zigot dibentuk ookista. Ookista ini akan keluar dari tubuh bersama
tinja dan membentuk sporokista, masing-masing sporokista berisi dua sporozoit.
Jika ookista yang telah bersporulasi tersebut tertelan oleh unggas yang rentan
maka terjadi infeksi. Waktu yang dibutuhkan untuk siklus hidup Eimeria
tenella pada unggas sangat bervariasi,berkisar antara 1-5 hari.
Koksidiosis pada sekum oleh Eimeria tenella paling sering terjadi pada ayam
muda berumur 4 minggu, karena umur tersebut adalah umur yang paling peka.
Ayam yang berumur 1-2 minggu lebih resisten, walaupun demikian Eimeria
tenella dapat juga menginfeksi ayam yang sudah tua. Ayam yang sudah tua
umumnya memiliki kekebalan imunitas akibat sudah terinfeksi sebelumnya. Pada
umumnya koksidiosis sekum terjadi akibat infeksi berat dalam waktu yang
relative pendek tidak lebih dari 72 jam. Pada ayam umur 1-2 minggu diperlukan
200.000 ookista untuk menyebabkan kematian, dan diperlukan 50.000-100.000
ookista untuk menyebabkan kematian pada ayam yang berumur lebih tua.
Pada kelompok ayam, mula-mula gejala terlihat 72 jam setelah infeksi. Ayam
terkulai, anoreksia, berkelompok agar badannya hangat dan hari keempat
sesudah infeksi terdapat darah di dalam tinja. Darah paling banyak ditemukan
pada hari kelima dan keenam sesudah infeksi dan menjelang hari kedelapan
atau kesembilan ayam sudah mati atau dalam tahap persembuhan. Kematian
paling tinggi terjadi antara hari keempat dan keenam karena kehilangan banyak
darah. Kematian kadang-kadang terjadi tanpa diduga. Jika ayam sembuh dari
penyakit akut maka penyakit akan bersifat kronis..
Spesies yang berbeda akan memberikan gejala klinis yang berbeda pula, gejala
klinis yang ditimbulkan bervariasi pada infeksi bermacam spesies dan juga pada
banyak sedikitnya jumlah koksidia yang menginfeksi dan resistensi hospes.
Spesies yang kurang pathogen tidak atau sedikit menunjukan gejala klinis.
Gejala klinis dari penyakit ini yang disebabkan parasit Eimeria tenella adalah
lesu, nafsu makan turun, dan tinja bercampur darah.
Unggas Indonesia
Membangun Industri Perunggasan
Nasional Mandiri
Home
Sponsor
Buku
Tamu
Profil
www.alabio.cjb.net
Surat2
Periklana
FAQ
n
Chapman,
International,
March
Phd
2000
Obat
dan
Vaksin
Program
AAA
VVV
BBB
VVV
AAAA
VV
BBBB
VV
AAA
CC
VVV
BBBB
AAA
CCC
VVV
BBB
Terhadap
Lama
Pengobatan
Daripada
Jumlah
Flok
Pemeliharaan