Anda di halaman 1dari 2

II.

III.
IV.

VII.

IX.

Judul Percobaan
Tujuan Percobaan

: Titrasi Formal Asam Amino


: Untuk mengetahui titik akhir titrasi antara gugus karboksil
dengan NaOH
Landasar Teori
:
Di dalam larutan, asam amino terionisasi dan dapat bersifat sebagai asam atau basa. Pengetahuan
mengenai sifat-sifat asam basa dari asam amino amat penting di dalam pengertian berbagai sifat protein.
Tambahan lagi, seni pemisahan, identifikasi, dan kuantifikasi asam amino yang berbeda, yang merupakan tahap
penting dalam menentukan komposisi dan urutan asam amino dari molekul protein, didasarkan atas tingkah laku
asam-basa yang khas.
Asam-asam -amino yang mempunyai gugus amino tunggal dan gugus karboksil tunggal mengkristal
dari larutan netral dalam bentuk ion penuh, yang disebut ion dipolar atau zwiterion . Walaupun ion dipolar bersifat
netral dan tidak bergerak di dalam medan listrik, ion ini mempunyai muatan listrik yang berlawanan pada kedua
kutubnya. Sifat dipolar asam amino pertama-tama ditunjukkan oleh kenyataan bahwa kristal asam amino
mempunyai titik lebur yang jauh lebih tinggi dari titik didih molekul organic lain yang berukuran sama. Kisi
kristal asam amino dipertahankan oleh gaya elektrostatik yang kuat di antara muatan positif dan negative gugus
fungsionil molekul sekelilingnya, serupa dengan kisi kristal ion NaCl yang stabil. Suhu yang amat tinggi harus
diberikan pada kisi ion tersebut, untuk memisahkan muatan positif dan negative yang salaing berinteraksi secara
kuat satu dengan yang lainnya, sehingga kristal dapat melebur. Sebaliknya, kebanyakan senyawa organic nonionic
sederhana yang berat molekulnya sama, yang mempunyai titik didih yang relative rendah, sesuai dengan kisi
kristal nonioniknya yang relative lunak dan tidak stabil.
Asam Amino Dapat Berperan Sebagai Asam dan Sebagai Basa
Jika suatu kristal asam amino, misalnya alanin, dilarutkan di dalam air, molekul ini menjadi ion dipolar,
yang dapat berperan sebagai suatu asam (donor proton) atau sebagai basa (akseptor proton) . Senyawa yang
mempunyai kedua sifat ini dinyatakan sebagai amfoter
dan sering kali disebut sebagai ampolit, singkatan dari amfoteric electrolytes. Asam monoamino
monokarboksilat -amino yang sederhana seperti alanin, sebenarnya merupakan asam diprotik dalam keadaan
semua molekul mengikat proton, yaitu jika gugus karboksil dan gugus amino telah mengikat proton. Dalam bentuk
ini, asam amino mempunyai dua gugus yang dapat mengion menghasilkan proton.
Asam Amino Mempunyai Kurva Titrasi yang Khas
Terdapat dua tahap yang nyata, masing-masing berhubungan dengan pelepasan satu proton. Tiap-tiap
tahap menyerupai bentuk kurva titrasi asam monoprotik, seperti asam asetat dan dapat di analisis dengan cara yang
sama. Pada awal titrasi alanin, bentuk yang dominan adalah +NH3-CHR-COOH, bentuk protonnya (di dalam
rumus ini R melambangkan gugus metal dari alanin). Pada titik tengah tahap pertama titrasi, gugus karboksil
alanin akan kehilangan proton, dan konsentrasi molar donor proton ( +NH3-CHR-COOH) sama dengan konsentrasi
molar akseptor proton (+NH3-CHR-COO-).
Pada titik tengah titrasi, pH sama dengan pK dari gugus berproton yang sedang dititrasi. Karena titik
tengah pH mencapai 2,34, gugus karboksil alanin mempunyai pK 2,34. Jika sekarang kita melanjutkan titrasi
lebih jauh, kita akan memperoleh titik lain yang penting, yakni pada pH 6,02. Disini, terdapat titik belok, yang
mencerminkan bahwa kita tel;ah menyelesaikan pembebasan proton yang pertama dan mulai melepaskan proton
yang kedua. Pada pH ini, alanin terdapat, sebagian besar dalam bentuk ion dipolar +NH3-CHR-COO-.
Tahap kedua titrasi berhubungan dengan pembebasan proton dari gugus +NH3 alanin. Pada titrik tengah,
kita memperoleh konsentrasi molar yang sama bagi +NH3-CHR-COO- dan NH2-CHR-COO-. pH pada titik ini
adalah 9,69, sama dengan pK bagi gugus +NH3-. Titrasi sempurna terjadi pada pH kira-kira 12, pada saat ini,
sebagian besar alanin berbentuk NH2-CHR-COO-.
Muatan Formal
Muatan-muatan formal yang dijumlahkan seluruhnya, memberikan total keseluruhan muatan molekul
atau ion. Muatan formal juga dapat menjelaskan kemungkinan tempat muatan dapat diketemukan dalam suatu
molekul. Ingatlah bahwa muatan formal akan sama dengan :
Muatan Formal = (# electron valensi) (# ikatan) (# pasangan electron bebas)
Sebagai contoh, perhatikan ion nitrit (NO2-) . Pertanyaan utama menyangkut lokasi secara tepat muatan-1 resminya
berada. Keseluruhan ion membawa muatan formal pada atom-atom yang mana muatan ini resminya terletak?
Untuk menemukan jawabannya, mulailah dengan menggambarkan diagram titik Lewis yang sebenarnya
untuk NO2-. Ingatlah bahwa jumlah muatan formal pada atom-atom sama dengan keseluruhan muatan dari
molekul (-1). Diagram ini juga mengungkapkan bahwa muatan -1 ditempatkan pada oksigen dengan satu ikatan.
Sebenarnya nitritmempunyai diagram titik Lewis yang lain dan yang ekuivalen (struktur resonansi) tempat
muatan -1 diletakkan pada atom oksigen yang lain.
Hasil Pengamatan
Glisin
Waktu (menit)
Vol NaOH
0
18,6
15
17,5
30
17,0
60
15,0
90
13,0
120
11,0
Tripsin
Waktu (menit)
15
Pembahasan
:

Vol NaOH
16,5

XI.

XI.

Pada percobaan titrasi formal asam amino ini, bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi antara gugus
karboksil dengan NaOH. Asam amino yang digunakan pada percobaan totrasi formal asam amino ini adalah
gelatin dan tripsin.. Dimana masing-masing asam amino tersebut ditambahkan indikator PP dan formalin. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk membentuk dimentiol.
Dengan adanya dimentiol ini berarti gugus amino dari asam amino tersebut terikat dan tidak akan
mempengaruhi titrasi antara gugus karboksil dan NaOH, dimana hal ini dapat menguntungkan karena dengan
adanya dimentiol ini akan didapatkan titik akhir titrasi. Penambahan formaldehid ini menghasilkan derivate
dehidroksimetil. Derivate yang terbentuk ini akan mempunyai sifat keasaman yang lebih kuat dari pad
sebelumnya. Hidrolisis protein dengan asam atau basa akan menghasilkan asam amino bebas sebagai unit
pembangun protein.
Selain penambahan indikator PP dan formalin masing-masing asam amino tadi yang telah ditambahkan
indikator PP dan formalin dipanaskan. Pemanasan itu dimaksudkan agar enzim yang terdapat di dalam protein
rusak. Seperti tripsin yang merupakan suatu enzim yang fungsinya mengkatalisa hidrolisis ikatan peptide dengan
gugus karboksil yang ada pada residu glisin atau arginin.
Setelah dilakukan proses titrasi sesuai dengan prosedur percobaan, akan di dapatkan data untuk
membuat kurva perbandingan antara volume dan waktu. Dimana dari data tersebut dapat kita lihat bahwa semakin
lama waktu yang digunakan untuk pemanasan. Maka, kita butuhkan semakin sedikit volume NaOH yang
dibutuhkan untuk titik akhir titrasi. Berbeda dengan kenyataan bahwasanya semakin lama waktu pemanasan,
enzim dalam protein semakin rusak sehingga membutuhkan banyak NaOH. Asam amino bebas yang dihasilkan
pada pemotongan rantai polipeptida masing-masing berbeda antara selang waktu. Makin lama waktu pemanasan
maka semakin banyak asam amino bebas yang dihasilkan.
Kesimpulan
:
1. Titarsi formal asam amino dilakukan untuk mengetahui titik akhir dari suatu
2. titrasi asam amino.
3. Semakin lama waktu pemanasan asam amino maka semakin sedikit NaOH
yang dikeluarkan.
4. Semakin lama waktu pemanasan semakin banyak asam amino bebas yang
dihasilkan.
5. Titik akhir titrasi formal asam amino ini ditandai dengan adanya perubahan
warna pada larutan, seperti dari bening menjadi merah muda dan merah muda
menjadi bening.
Daftar Pustaka
Lehninger. Jilid I. 2001. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Matsjeh, Sabirin.,dkk. 1994. Kimia Organik II. Yogyakarta: FMIPA
Universitas Gajah Mada
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI.

Anda mungkin juga menyukai