Anda di halaman 1dari 48

Fisika Batuan

Bab 9
Sifat-Sifat Kelistrikan Batuan

Oleh :
Steven Y.Y. Mantiri
08/276716/PPA/02741

Pendahuluan
Penyelidikan yang paling
berpengaruh tentang resistivitas
batuan adalah pemeriksaan Archie
(1942) untuk inti batu pasir dari
wilayah pesisir teluk (Hearst dan
Nelson, 1985)
2

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.1. Pokok-pokok
Sifat-sifat kelistrikan sebuah material meliputi sifatsifat utama konduksi listrik (pembawa muatan) dan
polarisasi dielektrik (pemisahan muatan). Sifat-sifat itu
didefinisikan oleh dua hubungan pokok
j = E
(9-1)
D = E = 0tE
(9-2)

dimana
E adalah kuat medan listrik (V/m) J adalah densitas muatan (A/m2)
D adalah perpindahan listrik (C/m2) adalah konduktivitas listrik (S/m atau
mho/m)
adalah permitivitas dielektrik (F/m)
0 adalah permitivitas ruang hampa atau vakum (= 8,854 x 10 -12 F/m)
t adalah permitivitas relatif atau konstanta dielektrik material (tanpa
dimensi)

pada umumnya, E, j dan D adalah vektor dan


sifat-sifat dan adalah tenso

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.1. Pokok-pokok
Dengan memenuhi fenomena elektromagnetik yang
diuraikan oleh persamaan Maxwell, maka hubungan
material dapat diuraikan dengan penggunaan formula
permeabilitas magnetik
B = 0r H (9-3)
dimana
H adalah medan magnetik
B adalah induksi
0 adalah permeabilitas vakum (= 4 x 10-7 VsA-1m-1)
r adalah permeabilitas relatif material dan tanpa dimensi
Dalam geofisika sebagai ganti dari penggunaan
konduktivitas , merupakan nilai kebalikannya, resistivitas
listrik spesifik yang sering digunakan dimana
= -1 (9-4)
4

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.1. Pokok-pokok
Satuan SI untuk resistivitas listrik adalah Ohm meter (Ohm
m atau m) dan untuk konduktivitas listrik ; Siemen/meter
(S/m) atau mho/m (1 S/m = 1 mho/m). Hubungan untuk
dasar satuan SI diberikan oleh 1 Ohm m = 1 m3 kg s-3 A-2.
Sebagai tambahan untuk konduktivitas dan permitivitas,
sifat-sifat dan parameter selanjutnya yang sering digunakan
seperti ketermuatan, sudut fase, kehilangan energi pada
arah tangen (loss tanget) dan sebagainya. Yang mana
dihubungkan dengan sifat-sifat utama dan
ketergantungannya terhadapa frekuensi.
Dengan memenuhi konduktifitas mereka, material-material
kebanyakan dibagi lagi dalam
konduktor ( > 105 Sm-1),
semikonduktor (105 > > 10-8 Sm-1) dan
isolator ( < 10-8 Sm-1).
5

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.1. Pokok-pokok
Olhoeft (1985) memberikan klasifikasi berikut:
1. Konduktor metalik: material yang keseluruhannya terdapat
distribusi seragam elektron valensi yang tidak terikat dengan
ketat atau tidak terkait dengan bagian manapun dari atom.
Gerakan-gerakan elektron dibatasi oleh hamburan elektronfonon, hamburan elektron-elektron, dan hamburan dari
ketaksempurnaan dan ketakmurnian stasioner. Konduktivitas
listrik meningkat dengan menurunnya suhu (kecuali mendekati
nol mutlak).
2. Nonkonduktor: material-material dimana elektron-elektronnya
terjerat dengan ketat dekat atom-atom dalam kaitan dengan
barrier energi besar antara atom-atom. Konduktivitas listrik
meningkat dengan peningkatan suhu selama aktivitas termal
mengatasi energi barier.
.
Isolator: material dengan barrier energi sangat besar
antara atom-atom sedemikian sehinnga elektron jarang
menjadi muatan pembawa carrier.
6

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.1. Pokok-pokok

Olhoeft (1985) memberikan klasifikasi berikut:


Semikonduktor: material dengan barrier-barrier energi sedikit
lebih tinggi daripada energi yang tersedia dari aktivitas
termal pada suhu ruang. Pada suhu yang lebih tinggi,
elektron dapat menjadi cukup aktif untuk mengatasi barrierbarrier ini: pada suhu lebih rendah, pembawa muatan oleh
gerakan elektron-elektron atau hole melewati barrier yang
diturunkan oleh ketakmurnian dalam material.
Elektrolit: material dengan retakan (memisahkan) menjadi
partikel-partikel bermuatan berlawanan ketika perlakukan
secara wajar (seperti penghancuran pada larutan cairan atau
pelelehan). Gerakan partikel-partikel bermuatan dirintangi
oleh interaksi antar partikel (hamburan, penahan viskos, dan
sebagainya). Konduktivitas listrik meningkat dengan
peningkatan suhu sampai mendekati titik kritis, diatas
dimana konduktivitas listrik menurun dengan kenaikan suhu
selanjutnya.
7

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.2. Konduksi Listrik


Untuk konduksi listrik pada batuan dan mineral, tipe-tipe berikut
penting:
1. Konduksi metalik (logam asli yakni tembaga dan emas, grafit)
2. Semikonduksi elektronik (mineral-mineral seperti ilmenit,
magnetit, pirit, galena)
3. Konduksi elektrolitik:
. Elektrolit-elektrolit padat (kristal-kristal ion): kebanyakan
mineral-mineral (pembentuk-batuan) yang bertindak
sebagai elektrolit padat, dengan transfer arus listrik yang
terjadi oleh gerakan ion-ion melalui kisi-kisi kristal (keller,
1989)
. Elektrolit larutan-larutan air: dalam batuan bantalan-air
konduktivitas elektrolit pori air memiliki pengaruh dominan
atas konduktivitas batuan.
. Perbedaan jenis konduktivitas listrik memberi perbedaan
ketergantungan terhadap suhu.
8

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.2. Konduksi Listrik


Untuk kasus konduksi metalik, konduktivitas batuan atau mineral
menurun dengan meningkatnya suhu dan dapat dijelaskan dengan
sebuah persamaan (Kobranova, 1989):
(T) = 0 . (1 + . T + . T2) (9-5)
atau
0
(T )
(9-6)
1 . T . T 2
Dimana 0 adalah resistivitas khusus dan 0 konduktivitas pada awal
interval kenaikan suhu T; dan adalah koefisien-koefisien suhu.
Untuk semikonduksi, konduktivitas meningkat dengan peningkatan
suhu; ketergantungan ini dapat dijelaskan dengan hubungan

E0

k .T

(T ) 0 . exp

(9-7)
dimana E0 adalah energi aktivasi, k konstanta Boltzman, dan T
suhu mutlak.

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.2. Konduksi Listrik


Pada presentasi grafik log versus (1/T), garis lurus
menghasilkan untuk ketergantungan terhadap suhu
berdasarkan persamaan (9-7).
Gambar 9.1 menegaskan ketergantungan utama ini.

Tambahan, grafik ini menunjukkan pengaruh


komposisi mineral dan pengaruh kecil tekanan.
Ketergantungan kecil relatif pada tekanan
dibandingkan dengan ketergantungan terhadap
suhu telah diuraikan oleh Kobranova (1989) sebagai
berikut: ... tekanan pada cakupan 0,05 5 GPa
menyebabkan perubahan konduktivitas dan
resistivitas ke tingkat yang kurang banyak daripada
variasi suhu lebih dari cakupan 100 1000oC.
10

Gambar 9.1. ketergantungan konduktivitas listrik pada suhu dalam log


= log (-1) versus T-1 plot untuk olivine (menurut Hamilton, 1965);
dalam S/m dan T dalam Kelvin
A - Mengandung fayalite 17,5% B mengandung fayalite 10,4%
1 tekanan 1.15 x 103 MPa 2 tekanan 2,16 x 103 MPa 3 tekanan
3,18 x 103 MPa

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.3. Polarisasi Dielektrik


Polarisasi dielektrik batuan meliputi mekanisme prinsip berikut (Olhoeft,
1985):
Polarisasi elektron: distorsi awan elektron atom sebagai reaksi atas
medan listrik eksternal dimana satu sisi atom menjadi lebih positif dan
sisi yang lain menjadi lebih negatif dari keadaan normal.
Polarisasi molekuler: distorsi seluruh molekul sebagai reaksi atas medan
listrik eksternal, dimana satu bagian dari molekul menjadi lebih positif
daripada keadaan diam dan bagian yang lain lebih negatif,
Polarisasi ionik: pembagian kembali ion-ion dalam sebuah molekul
dalam kaitan dengan medan listrik eksternal, ion-ion positif berpindah
tempat ke arah sisi negatif dari medan, dan ion-ion negatif ke arah sisi
yang lain.
Polarisasi orientasional: penyusunan kembali atau (reorientasi) molekulmolekul polar (tanpa distorsi bentuk) sebagai reaksi atas medan listrik
eksternal,
Polarisasi antarmuka: pemisahan dan akumlasi muatan pada variasivariasi lokal dalam sifat-sifat kelistrikan selama muatan berpindah
tempat sebagai reaksi atas medan listrik eksternal.
12

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.3. Polarisasi Dielektrik


Mekanisme polarisasi ini terjadi dalam daftar orde dari
frekuensi tinggi ke rendah, dan secara sederhana aditif
terhadap satu dengan lainnya yang masuk dari
frekuensi tinggi ke rendah (lihat gambar 9.2).
Efek Maxwell-Wagner pada meterial-material
heterogen secara umum diakibatkan oleh distribusi
muatan yang tidak sergam pada batas bagian-bagian
dengan perbedaan sifat-sifat kelistrikan (untuk contoh,
batas-batas butiran dan diskontinuitas lain juga dalam
matriks batuan padat).
Proses-proses pemisahan muatan juga terjadi dalam
kaitan dengan penggabungan antara gaya listrik dan
gaya lain seperti stress (piezoelektrik), thermal
(pyroelektrik), dan lain-lain.
13

Gambar 9.2. polarisasi dielektrik mekanisme


(skematis)

9.1. Dasar Fisika dan Satuan


9.1.4. Konduktivitas dan Permitivitas sebagai
Sifat-sifat Kompleks

Konduktivitas dan permitivitas dielektrik pada


umumnya kompleks (Fuller dan Ward, 1970) dengan
bagian riil (bertanda ) dan imajiner (bertanda ):
() = () i()
(9-8)
() = () + i()
(9-9)
dimana i = (-1) dan adalah frekuensi sudut ( =
2f)
Batuan umumnya memiliki konduktivitas seperti
halnya sifat-sifat polarisasi. Untuk medan listrik
harmonik (didasarkan pada hukum Maxwell), sebuah
konduktivitas efektif * dapat didefinisikan:
* = * + i * = + i
(9-10)
dengan (9-8) dan (9-9) menghasilkan dalam
* = () - i () + i[() + i()]
= () - () + i [() - ()]
(9-11)

15

9.1. Dasar Fisika dan Satuan


9.1.4. Konduktivitas dan Permitivitas sebagai
Sifat-sifat Kompleks

Suku [() - i ()] disebabkan oleh perpindahan


pembawa dalam kaitan dengan mekanisme difusi Ohmik
dan Faraday dan suku [() + i()] disebabkan oleh
mekanisme relaksasi dielektrik (Olhoeft, 1979).
Resistivitas spesifik efektif adalah

9-12

Besar resisitivitas satu dari kebanyakan sifat-sifat


terukur menghasilkan sebagai


/ 2

// 2

9-13

Rasio bagian imajiner dan real memberikan sudut fase


//
tan /

9-14
16

9.1. Dasar Fisika dan Satuan


9.1.4. Konduktivitas dan Permitivitas sebagai
Sifat-sifat Kompleks

Hubungan antara tangen kehilangan (loss tangent) dan


sudut fase adalah

9-15

2
dalam cara sebanding, permitivitas efektif adalah
/ i // i

9-16

Dengan (9-8) dan (9-9) menghasilkan

// () / ()
() ()
i
// ()

9-17

Pemeriksaan persamaan (9-10) dan (9-17) memimpin pada


aturan bahwa pada frekuensi nol atau frekuensi rendah
pengukuran konduktivitas memberikan bagian riil
konduktivitas dan pada frekuensi tak terbatas atau
frekuensi tinggi pemitivitas memberikan bagial riil
permitivitas sebagai perkiraan:
Pengukuran konduktivitas: pada frekuensi
f 0
Pengukuran permitivitas:
pada frekuensi
f
17

9.1. Dasar Fisika dan Satuan


9.1.4. Konduktivitas dan Permitivitas sebagai
Sifat-sifat Kompleks
Keller (1989) mencatat bahwa permitivitas
dielektrik tinggi terukur pada frekuensi rendah
yang juga tergabung dengan jumlah besar
konduksi, dan kemungkinan besar bahwa
permitivitas dielektrik tinggi dihasilkan dari
polarisasi antar muka (lihat bagian 9.5)

18

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.5. Relaksasi Debye dan Model Cole-Cole


Pada persamaan (9-9) bagian riil dan imajiner permitivitas relatif
bergantung pada frekuensi.
Untuk kasus dielektrik-dielektrik ideal, Debye (1924) telah
merumuskan sebuah model relaksasi

() 0
9-18

1 i

dimana 0 dan adalah permitivitas dielektrik pada frekuensi f = 0


(permitivitas dielektrik statis) dan f = (permitivitas dielektrik
optik). Waktu relaksasi tunggal sesuai dengan proses-proses
relaksasi tunggal. Pada frekuensi kehilangan maksimum fc = (2)-1
adalah maksimum pada ().

Pada umumnya, relaksasi tunggal demikian jarang teramati.


Relaksasi ganda atau distribusi-distribusi dari relaksasirelaksasi malahan yang ditemukan.
Distribusi relaksasi sederhana yang paling teramati adalah
distribusi Cole-Cole (Olhoeft, 1979).
19

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.5. Relaksasi Debye dan Model Cole-Cole


Untuk permitivitas kompleks, Cole dan Cole (1941) memberikan
rumus berikut untuk mencocokkan data yang teramati pada
0
berbagai
() dielektrik:

1 q
9-19
1 i

dimana q adalah parameter distribusi Cole-Cole (0 q 1),


yang mana perkiraan untuk perluasan distribusi:
1. q = 0 menggambarkan perilaku relaksasi tunggal dari
model relaksasi Debye
2. q = 1 menunjukkan lebar yang tidak terbatas, distribusi
kontinyu
. Penyajian data permitivitas () pada bidang kompleks
(, ) yang disebut plot Cole-Cole. Relaksasi Debye
menghasilkan dalam relaksasi Cole-Cole dan semi
lingkaran dalam semi lingakaran tertekan.
20

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.5. Relaksasi Debye dan Model Cole-Cole


Berdasarkan pada model Cole-Cole, model-model
relaksasi lain dikembangkan.
Raistrick (lihat Knight dkk, 1985) memperoleh
model rangkaian ekuivalen untuk mencocokkan
data pengukuran pada batu pasir pada cakupan
frekuensi antara 10 kHz dan 13 MHz.
Model ini disusun dari rangkaian RC paralel
(resistor menjelaskan resistansi DC, dan kapasitor
menggambarkan kapasitansi frekuensi sampel);
paralel untuk rangkaian ini merupakan parameter
masuk kompleks, yang mana memodelkan semua
ketergantungan terhadap pelapisan frekuensi dari
sistem.
21

9.1. Dasar Fisika dan Satuan

9.1.5. Relaksasi Debye dan Model Cole-Cole


Jonscher (1977, 1981) dan Dissado dan Hill (1979,
1987) mengembangkan teori relaksasi universal
untuk pengasumsian material-material padat dari
model banyak benda.
Jenis-jenis model relaksasi lain didasarkan pada
teori fractal (LeMehaute dan Crepy, 1985; lihat
juga untuk contoh Ruffet dkk, 1991, 1995; Brner
dan Kulenkampf, 1992, 1994).

22

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.1. Mineral

Kebanyakan mineral pembentuk batuan khususnya silikat dan


karbonat mempunyai resistivitas spesifik yang sangat tinggi (>
109 Ohm m) dan digolongkan sebagai isolator.
Kobranova (1989) mengklasifikasikan mineral ke dalam 3 grup:
1.
Metal asli, rangkaian paragenetik alamiahnya, grafit.
Resistivitas kelistrikan spesifik adalah dari orde antara 10 -8 dan
10-5 Ohm m.
2. Sejumlah sulfida, beberapa oksida. Resistivitas listrik spesifik
adalah dalam cakupan 10-6 dan 1011 Ohm m.
3. Non metal asli (sulfur, selenium, intan) kecuali grafit, silikat,
karbonat, klorit, fosfat, mineral-mineral dari sejumlah golongan
lain. Variasi resistivitas listrik spesifik antara 5 x 10 7 dan 2,7 x
1016 Ohm m; kebanyakan lebih besar dari 1011 m.
. Tetapi variasi individu mineral-mineral menunjukkan lebar cakupan
hamburan; untuk contoh, resistivitas kelistrikan spesifik pirit dapat
bervariasi dari > 10-6 sampai 102 Ohm m, dimana untuk magnetit
dari 10-4 sampai 104 Ohm.
23

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.1. Mineral

Tabel 9.1 menunjukkan nilai-nilai untuk resistivitas


listrik spesifik dan bilangan dielektrik beberapa
mineral; kompilasi lebih detail dipublikasikan oleh
Olhoeft (1981), Beblo dkk (1982), Melnikov dkk (1975),
Parchomenko (1965), Katsube dan Collet (1976) dan
Dortman (1976) menunjukkan nilai beberapa
hamburan dan beberapa perbedaan dengan data dari
Olhoeft (1981) dan Kobranova (1989); penyebabnya
adalah pengaruh dari berbagai ketakmurnian, efekefek struktur, dan struktur kristalin yang mana mulamula efek anisotropi, jadi data Olgoeft dapat
menggambarkan sifat kelistrikan dari mineral murni.
Gambar 9.3 mempertunjukkan cakupan resisitivitas
spesifik sebagai hasil pengaruh alamiah.
24

Gambar 9.3. cakupan nilai resistivitas beberapa mineral


konduktif; Hearst dan Nelson (1985).

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.1. Mineral

Permitivitas dielektrik relatif kebanyakan berlimpahlimpah mineral pembentuk batuan adalah dalam
cakupan 4 ... 10. Beberapa mineral mempunyai nilai
lebih tinggi, seperti grup sulfida dan oksida.
Variasi yang dihubungkan juga untuk untuk struktur
kristalin, yang menghasilkan anisotropi listrik
(Hearst dan Nelson, 1985).
Contoh mineral anisotropi adalah
1. Untuk grafitm cakupan resistivitas dari 36 x 108
... 10-6 Ohm m untuk arus mengalir sejajar
dengan belahan pada 28 x 10-6 ... 99 x 10-4 Ohm
m untuk arus mengalir memotong belahan,
2. Bilangan dielektrik untuk kuarts adalah 4,96
memotong sumbu optik dan 5,05 sepanjang
26
sumbu optik (Keller, 1989).

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.1. Mineral

Karena bilangan muatan per unit volume tersedia


untuk perpindahan yang kira-kira sebanding dengan
densitas, maka permitivitas dielektrik berhubungan
dengan beberapa derajat dengan densitas massa
seperti ditunjukkan pada gambar 9.4.
Olhoeft (1981) juga telah menyelidiki ketergantungan
permitivitas relatif mineral pada sifat-sifat lain dan
menemukan untuk silikat (conto bulan dan bumi),
hubungan yang luar biasa dengan densitas bulk d
(dalam g/cm3):
r = (1,93 0,17)d (9-20)
mineral-mineral yang tidak cocok dengan hubungan ini
mengandung air (misalnya montmorillonit) atau fasefase mineral semikonduksi seperti sulfida.
27

Tabel 9.1. resistivitas listrik spesifik


dan permitivitas dielektrik relatif r
dari mineral-mineral;
Referensi: D Dortman (1976); K
Keller (1989), r frekuensi radio; O
Olhoeft (1981), dihitung dari
konduktivitas dan dibulatkan, r pada
1 MHz, P Parchomenko (1965).

Tabel 9.3 Parameter empiris a, b, c, d, e dalam (9-26) untuk


tiga cakupan frekuensi (Worthington dkk, 1990)

Gambar 9.4. Hubungan antara permitivitas dielektrik


(konstanta dielektrik) dan densitas untuk grup-grup
mineral (Keller, 1989); kurva diatas menunjukan
hubungan empiris (9-20)

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.1. Mineral

Gambar 9.5 menunjukkan efek-efek komposisi


mineral pada permitivitas dielektrik untuk
plagioklas.
Dengan peningkatan kandungan anortit, nilai
permitivitas meningkat (bandingkan tabel 9.1).
Tipe khusus material matriks adalah lempung,
sifat-sifat kelistrikan lempung dibicarakan dalam
bagian 9.3.3.

31

Gambar 9.5. Permitivitas relatif versus kandungan anortit


untuk plagioklas (Data Clark, 1969)

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.2. Fluida yang mengisi Pori

Gas-gas dan minyak merupakan non konduktor utama.


Nilai rata-rata resisitivitas kelistrikan spesifik udara atmosfer
dekat permukaan bumi adalah 10 14 Ohm m.
Hidrokarbon berupa gas menunjukkan kesamaan nilai
(Kobranova, 1989). Dortman memberikan resisitivitas
spesifik untuk minyak minyak = 109 ... 1016 Ohm m.
Larutan yang mengandung air (elektrolit) merupakan
konduktor ionik.
Pada banyak kasus konduksi ionik pori air adalah
mekanisme konduksi dominan dalam batuan berpori atau
yang retak dan resisitivitas listrik spesifik dikendalikan
secara utama oleh
1. Jenis, konsentrasi dan suhu elektrolit dalam pori-pori,
2. Fraksi volume (porositas, saturasi) dan distribusi dalam
batuan.
33

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.2. Fluida yang mengisi Pori

Disana juga ada perbedaan permitivitas relatif antara air ( r 81)


dan kebanyakan fluida lain (r 1 ... 3) seperti ditunjukkan dalam
tabel 9.2.
Jadi, dengan mematuhi sifat-sifat kelistrikan, kita mempunyai dua
tipe utama pori fluida:
air: menghantarkan r 81
minyak, gas: tidak menghantarkan
r < 3
Konduktivitas larutan yang mengandung air berdasarkan pada
1. Konsentrasi ion-ion (jumlah pelarut garam/unit, derajat disosiasi),
2. Bilangan muatan ion-ion (jenis zat, tipe garam) dan mobilitas ion,
hidrasi,
3. Suhu,
4. Interaksi ion-ion dalam larutan (pada konsentrasi tinggi).
. Tabel 9.2b menunjukkan sifat kontaminan kimia organik (daftar
berisi 10 kontaminan kimia organik top oleh frekuensi daftar US. EPA
Superhund setelah peristiwa, Lucius dkk, 1990, Olhoeft, 1992).

34

Tabel 9.2. Sifat-sifat kelistrikan fluida (dan es,


salju)
9.2a Permitivitas dielektrik
relatif beberapa Fluida yang
mengisi Pori;
Referensi: E Ebert (1976); Le
Lexikon der Physik (1972); Ly
Lytle (1974); R Rshewski dan
Novik (1978); W Western Atlas
(1992); S Schlumberger
(1989); U Urban dkk (1994).
9.2b sifat-sifat kontaminakontaminan kimia organik,
Lucius dkk 1990, Olhoeft 1992
CAS RN adalah nomor register
pelayanan abstrak kimia;
d densitas dalam 103 kg/m3 =
g/cm3, sol daya larut yang
mengandung air dalam persen
berat, vap tekanan uap air
dalam kPa, r permitivitas
dielektrik relatif; log

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.2. Fluida yang mengisi Pori

Reisistivitas air murni tanpa ion-ion lain selain dari H + dan OHadalah 2,8 x 105 Ohm m pada 17,6oC (Dorsey, 1940, Hearst dan
Nelson, 1985).
Resistivitas meningkat dengan peningkatan kandungan
ketakmurnian: pembawa muatan utama dalam air sangat murni
adalah oleh konduksi H+ dan OH-, sedangkan pembawa muatan
pada laruatan encer adalah dalam kaitan dengan konduksi
ketakmurnian (impuric), seperti Na+ dan Cl- (Falkenhagen, 1971;
Olhoeft, 1979).
Untuk konsentrasi garam rendah, dimana interaksi ion-ion dapat
diabaikan, konduktivitas ionik dapat digambarkan oleh valensi zi,
mobilitas
in, konsentrasi ci, dan dan derajat disosiasi i
1
w
i ci z i vi
9-21
w
i 1
dimana komponen-komponen n berperan untuk konduktivitas.
Parameter i dan vi bergantung suhu.

36

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.2. Fluida yang mengisi Pori

Pada banyak kasus, hubungan antara konduktivitas


(atau resistivitas spesifik), konsentrasi, dan suhu
untuk larutan sodium-klorit (NaCl) dapat diterapkan.
Gambar 9.6. menunjukkan sebagai hubungan dalam
bentuk nomogram.
Ketergantungan larutan NaCl terhadap suhu di uraikan
oleh hubungan empiris (Arps, 1953; Worthington dkk,
1990, Sclumberger, 1989):
w T2 w (T1 )

T1 21,5
T2 21,5

w T2 w (T1 )

T1 6,77
T2 6,77

9-22

dimana T1 dan T2 adalah suhu dalam derajat Celcius


untuk persamaan pertama dan dalam derajat
Fahrenheit untuk hubungan kedua.
37

Gambar 9.6. Korelasi antara resisitivitas spesifik, konsentrasi,


dan suhu untuk (Sodium-Klorit) larutan (NaCl) menurut
Sclumberger (1989);

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.2. Fluida yang mengisi Pori

Dachnov (1975) memberikan hubungan

w T w (20 o C ) 1 2,16 10 2 T 8 10 6 T

2 1

9-23

dimana T adalah perbedaan suhu antara suhu


terukur dan suhu referensi 20oC.
Untuk banyak kasus, suku kedua dalam tanda kurung
dapat diabaikan.
Ini sesuai dengan rumus Keller dan Frischknecht
(1966) w T 18 C
w T
9-24
1 T 18
dimana adalah koefisien suhu reisistivitas (sekitar
0,025 per derajat sentigrad).

39

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.2. Fluida yang mengisi Pori

Konduktivitas berdasarkan pada konsentrasi Llyod dan


Heathcoke (1985) memperoleh hubungan linier antara
konsentrasi klorit dan konduktivitas kelistrikan untuk air
tanah dari
CCl Grand
129,12 Cayman:
w T

0,37441

atau CCl 0,37441 w 129,12

9-25

dimana w dalam S/cm (= 10-4 S/m) dan CCl dalam


mg/l. Hubungan lebih detail untuk konversi antara
resisitivitas dan konsentrasi larutan NaCl dipublikasikan
Worthington
dkk (1990); persamaan
umumnya
adalah
1
2
3
4
log

a b log C mol log C mol d log C mol e log C mol

9-26

dimana reisistivitas w dalam Ohm m dan konsentrasi


Cmol dalam mol/l.
Tabel 9.3 menunjukkan parameter-parameter empiris a,
40
b, c, d, e untuk tiga cakupan konsentrasi.

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.2. Fluida yang mengisi Pori

Konversi antara ppm dan mol/l adalah


58,443 10 3 C
ppm
9-27
d
dimana ppm = massa NaCl per 106 unit massa larutan,
58,443 = massa molekuler NaCl (g), C = konsentrasi
larutan (mol/l), dan d = densitas larutan (g/cm3).
Jika larutan berisi berisi ion-ion selain dari Na+ dan Cl(untuk contoh Ca, K), yang disebut pengali multipliers
yang diterapkan untuk menghitung konsentrasi NaCl
ekuivalen dan konduktivitasnya (Lihat Schlumberger, 1989).
Perbandingan langsung antara resisitivitas sebuah larutan
NaCl dan larutan KCl ditunjukkan dalam tabel 9.4.
Baris terakhir menggambarkan rasio nilai resistivitas untuk
larutan NaCl dan KCl konsentrasi ekuivalen sama.

41

Tabel 9.4. Resisitivitas kelistrikan spesifik larutan NaCl dan KCl pada
20oC sebagai fungsi konsentrasi normal atau ekuivalen Cval (gram
ekuivalen atau val per liter dari larutan) dan konsentrasi C dalam
mg/l, menurut Berktold (1982)

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.2. Fluida yang mengisi Pori

Rasio-rasio pada tabel di atas merupakan orde


yang sama seperti data dari Dachnov (1975);
untuk cakupan Cval antara 0,02 dan 0,6 dia
memberikan rasio antara 0,87 dan 0,90.
Resisitivitas spesifik berbagai air alamiah diatas
masa 10 tahun.
Nilai-nilai tertinggi adalah untuk air hujan (102 ...
103 Ohm m), yang terendah adalah untuk
tersaturasi air asin (sekitar 10-1 Ohm m; untuk
contoh dalam facies sedimen garam).
Tabel 9.5 menunjukkan nilai rata-rata untuk
batuan berbagai umur dan dari tempat berbeda.
43

Tabel 9.5. Resisitivitas spesifik (dalam Ohm m) air alamiah


dalam batuan pada suhu 20oC; menurut Keller, 1989; n
bilangan sampel

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.2. Fluida yang mengisi Pori

Untuk kepentingan khusus dalam pendataan sumur (well


logging) adalah resistivitas spesifik lumpur (lihat juga bagian
9.3.3).
Pengaruh konsentrasi pada permitivitas relatif air secara relatif
kecil dibandingkan dengan pengaruh pada konduktivitasnya.
Olhoeft (1981, lihat juga Hearst2 dan Nelson, 1985)
memberikan
3

13
,
00

1
,
065

0
,
03006

C
9-28
r
r , air murni empiris untuk
mol
mol
mol
persamaan
efek konsentrasi
garam
Cmol
Memanfaatkan teori Debye dan Falkenhagen untuk konsentrasi
9-29
r w r , airpeningkatan
rendah,
murni C molpermitivitas digambarkan oleh fungsi
Dimana Cmol adalah konsentrasi molal dan r, air murni 81. Sifat
berdasarkan pada suhu dan jenis elektrolit.
Untuk elektrolit kembar pada 18oC Cerniak (1964) dan
Parchomenko (1965) memberikan nilai = 3,79 untuk
konsentrasi dibawah 5 g/l (= 5 g/1000 cm 3).
45

9.2. Sifat-sifat Kelistrikan dari Kandungan mineral


dan pori

9.2.2. Fluida yang mengisi Pori

Permitivitas menurun dengan peningkatan suhu


(gambar 9.7) mengingat tekanan hanya
mengubah sedikit nilai (Hearst dan Nelson).
Sifat-sifat kelistrikan kompleks air murni dapat
dijelaskan oleh model Cole-Cole (Klein, 1978;
Rauen, 1991); untuk suhu 20oC, sifat-sifat berikut
(persamaan 9-12) menghasilkan:
r,0 = 80,1 r, = 4,23 0,16 = 9,3 ps l - q =
0.987
deskripsi lebih detail dari permitivitas dielektrik
air meliputi ketergantungan pada suhu dan
konsentrasi diberikan oleh Olhoeft (1981)
46

Gambar 9.7. permitivitas dielektrik relatif air sebagai fungsi suhu


pada dua tekanan berdasarkan pada pencocokkan polinomial oleh
Helgeson dan Kirkham (1974); kurva ditandai saturation
mengidikasikan keseimbangan tekanan air dan uap air (menurut
Hearst dan Nelson, 1985).

TERIMA KASIH

48

Anda mungkin juga menyukai