Anda di halaman 1dari 45

KELOMPOK 5

Shavira Putri Pratama


Stella Alvianita Putri
Syarifah Nazilah
Tarsiah Ningsih
Tiafanni Azzahrah
Tiar Ilman Hernawan
Tiara Larasati Widyaswara
Tiara Larasati Jaya Putri
Tirany Octavia Sandha Poetri

KASUS 2 : TELINGA BUDI BERAIR


Budi kelas 6 SD mengeluh kedua
telinganya sering keluar cairan sehabis
berenang atau saat batuk pilek.
Menurut orang tuanya akhir-akhir ini
kalau diajak berbicara sering minta
diulangi perkatannya
Keyword: Otore, Gangguan Pendengaran

KLARIFIKASI ISTILAH

Otore
Keluarnya
sekret/cairan dari
telinga

Gangguan
Pendengaran
ketidakmampuan
secara parsial atau
total untuk
mendengarkan suara
pada salah satu atau
kedua sisi

PENETAPAN MASALAH

Budi, kelas 6 SD
Kedua telinga keluar cairan sehabis
berenang atau saat batuk pilek
Akhir-akhir ini kalau bicara sering minta
diulangi

ANALISIS MASALAH
Budi,
Berenang/batuk
Kelas 6Gangguan
SD
pilek
Pendengaran

Patofisiolo
gi
Anatomi,
Fisiologi,
histologi
telinga

Klasifikasi

Tatalaksan
a

Penegaka
n
diagnosis

OMA
OMSK

LEARNING OBJECTIVE

Anatomi, Fisiologi, Histologi Telinga


Mekanisme renang menyebabkan otore
Patofisiologi OMA, OMSK
Gejala klinis OMA, OMSK
Penegakkan Diagnosis OMA, OMSK
Komplikasi OMA, OMSK
Tatalaksana OMA, OMSK
Prognosis OMA, OMSK

LEARNING ISSUES

Patofisiologi OMA, OMSK


Gejala klinis OMA, OMSK
Penegakkan Diagnosis OMA, OMSK
Komplikasi OMA, OMSK
Tatalaksana OMA, OMSK
Prognosis OMA, OMSK

ANATOMI TELINGA

ANATOMI TELINGA

Telinga luar (auris eksterna) : daun telinga,


liang telinga

Telinga tengah ( auris media) : membran


timpani, kavum timpani, tuba eustakius,
prosesus mastoideus

Telinga dalam ( labirin ) : kanalis


semisirkularis, utrikulus, sakulus, koklea

TELINGA DALAM
G a m b a r la b ir in :

JARAS PENDENGARAN

J a ra s p e n d e n g a ra n

FISIOLOGI PENDENGARAN

Bunyi ditangkap daun telinga membran


timpani tulang pendengaran fenestra
ovale menggerakkan perilimfe pada
skala vestibuli melalui membran
reissner mendorong endolimfe
menimbulkan gerak relatif membran
basilaris dan membran tektoria defleksi
stereosilia sel rambut kanal ion terbuka
terjadi pertukaran ion depolarisasi sel
rambut pelepasan neurotransmiter
potensial aksi saraf auditorius nukleus
auditorius korteks pendengaran di lobus
temporalis

TELINGA TENGAH
Kavum

tympani tdp 3 tulang : malleus, incus,

stapes
Dua lobang :
Oval

window (fenestra vestibuli)


Round window (fenestra koklea)
membrana

mukosa, epitel selapis gepeng


Terdapat otot : M. tensor tympani dan M.stapedius
Serabut saraf korda tympani
Tuba eustachius= tuba auditiva=tuba
faringotympanika

TUBA EUSTACHIUS
Menghubungkan
Panjang

telinga tengah dgn nasofaring

37 mm
1/3 bagian ke telinga tengah tdd tulang
2/3 bagian ke faring tdd tulang rawan
Arah saluran ke bawah, kedalam, kedepan
Bag. tulang selalu tbuka
Bag. tulang rawan selalu ttutup, tbuka bila menelan,
mengunyah, dan menguap
Tunika mukosa dgn kelenjar tubariae
Epitel dari TT berubah menjadi epitel bertingkat bersilia
Fungsi mengatur tekanan udara dalam telinga tengah
sesuai dgn tek. atmosfir

GANGGUAN PENDENGARAN

Tuli Konduktif
gangguan hantaran suara, disebabkan oleh
kelainan atau penyakit di telinga luar atau di
telinga tengah
Tuli sensorineural (perseptif)
kelainan terdapat di koklea (telinga dalam),
n. VIII atau di pusat pendengaran
Tuli campur
Disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan
tuli sensorineural

PATOFISIOLOGI OTORE

PATOFISIOLOGI OTITIS EKSTERNA PADA SAAT BERENANG

PERBEDAAN TUBA EUSTACHII

PADA ANAK OMA LEBIH SERING

Sistem imun masih dalam


perkembangan
Saluran eustachius pada anak lebih
lurus & pendek secara horizontal
ISPA mudah menyebar
Adenoid pada anak relatif lebih besar.

Posisi adenoid yg besar mengganggu


terbuka sal. Eustachius
Adenoid mudah infeksi penyebaran

ANTRUM MASTOID

STADIUM KLINIS OMA


Stadium Oklusi

1.

Stadium Perforasi

4.

Gambaran retraksi membran


timpani
Warna membran timpani :
normal/keruh pucat

Stadium Hiperemis

2.

Vasodilatasi pembuluh darah &


edema pada membran timpani
Sekret yang terbentuk eksudat
yg serosa sukar dilihat

Stadium Supurasi

3.

Membran timpani menonjol


keluar
Sel epitel superfisilia hancur
Terbentuk sekret eksudat
purulen di kavum timpani

Membran timpani ruptur


Keluar nanah
Pasien lebih tenang, suhu
badan turun, bisa tidur
nyenyak

Stadium Resolusi

5.

Bila membran timpani utuh


akan normal perlahan
Bila membran timpani
perforasi sekret berkurang
& mengering
Resolusi dapat terjadi tanpa
pengobatan pada keadaan
tertentu

KRITERIA DIAGNOSIS OMA


Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi dibuktikan dengan
adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti

1.
2.

menggembungnya membran timpani atau bulging,


terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani,
terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan
terdapat cairan yang keluar dari telinga.

Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah,


yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara
tanda berikut, seperti

3.

erythema pada membran timpani,


otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.

Kerschner, 2007

SKOR OMA
SKO
R

Suhu

Gelisah

Tarik
Telinga

Hiperemi
s pada
membra
n
timpani

Bulging
(bengka
k) pada
membra
n
timpani

< 38.0

38.0 38.5

Ringan

Ringan

Ringan

Ringan

38.6 39.0

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

>39.0

Berat

Berat

Berat

Berat
(termasuk
otore)

Dagan. Titisari . 2003

KOMPLIKASI OMA

OMSK
Abses sub periosteal
Mastoiditis akut
Meningitis
Abses otak

KOMPLIKASI OMSK

Intrakranial:

Abses otak
Tromboflebitis
Empiema subdural

KOMPLIKASI OMSK

Intratemporal

Perforasi membran tympani


Mastoiditis akut
Labirinitis
Paralisis N.Facialis

KOMPLIKASI OMSK

Extratemporal

Abses subperiosteal

KOMPLIKASI OTITIS EXTERNA

Otitis Externa Kronik


Otitis Externa Maligna
Perikondritis
Selulitis

MANIFESTASI KLINIK
Otitis Media Akut:
1. Nyeri di dalam telinga
2. Suhu tubuh tinggi
3. Terdapat riwayat batuk pilek
4. Anak gelisah, susah tidur, diare, dan kejang (stadium
supurasi)

Otitis Media Supurasi Kronik


1. Telinga berair (otirrhoe)
2. Gangguan pendengaran
3. Otalgia (nyeri telinga)
4. Vertigo

PENEGAKAN DIAGNOSIS OMA

Oklusi tuba eustachius


Retraksi membran tympani
Warna membran tympani keruh pucat
Telinga berasa penuh
Hiperemis
Mukosa cavum timpani tampak oedem
Sekret eksudat

PENEGAKAN DIAGNOSIS OMA

Supurasi
- Oedem mukosa telinga tengah
- Sekret eksudat purulent
-Membran tympani menonjol ke liang
Perforasi
- Membran tympani ruptur
- Nanah keluar dari liang telinga
Resolusi
Sekret sudah mengering
Sudah kering

PENEGAKAN DIAGNOSIS OMSK

Riwayat otore lebih dari 2 bulan


Perforasi tympani
OMSK yang masih aman : peradangan
di mukosa telinga tengah
OMSK yang sudah bahaya : ada
kolestetoma

PENEGAKAN DIAGNOSIS OE

Nyeri pada saat membuka mulut


Sekret berbau
Liang telinga oedem

TATALAKSANA

OMA
Stadium oklusi tuba eustachius,pengobatan terutama
untuk membuka kembali tuba eustachius,dapat
diberikan obat tetes hidung
Stadium hiperemis,yang diberikan adalah
antibiotika,analgetik,dan obat tetes hidung
Stadium supurasi ,selain antibiotika tindakan
miringotomi dilakukan
Stadium perforasi ,diberikan obat cuci telinga H202 3%
selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat
Stadium resolusi, sekret tidak keluar lagi dan membran
timpani berangsur menutup

TATALAKSANA

OMSK
Aman
- Sekret keluar terus menerus dengan cuci
telinga H2O2 3%selama 3-5 hari
- Sekret berkurang dengan obat tetes
telinga (antibiotik,kortikosteroid )dipakai 12 minggu dan jangan terus-menerus
- Sekret mengering pakai timpenoplasti
untuk memperbaiki pendengaran dan
perforasi
Ganas
-Mastoidektomi

PROGNOSIS OMA
Dengan pengobatan yang adekuat,
prognosis OMA adalah baik untuk
pendengaran dan kesembuhan,
khususnya bila dilakukan parasentesis
sebelum terjadi perforasi spontan
membran timpani.

PROGNOSIS OMSK
Dengan pengobatan lokal, otore dapat
mengering. Tetapi sisa perforasi sentral
yang berkepanjangan memudahkan
infeksi dari nasofaring atau bakteri dari
meatus eksterna khususnya terbawa
oleh air, sehingga penutupan membran
timpani disarankan.

REFERENSI

Suardana, W. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu


Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok.
Denpasar: Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok
FK Unud. 2000.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD.
Telinga, Hidung, Tenggorol, Kepala dan Leher.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2014.
Wright A. Anaotomy and Ultrastructure of the
Human Ear. In: Scott Browns otolaryngology vol 1.
basic Science 5. Wright (ed. London. Butterwort,
1987:1-46)

Anda mungkin juga menyukai