Anda di halaman 1dari 44

PPh pasal 21

PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan


berupa gaji, upah, honorarium, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Orang
Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri
Apabila kegiatan dilakukan Orang Pribadi
Subjek Pajak Luar Negeri, Pajak Penghasilan
pasal 26.

Pemotong PPh pasal


21/26
Pemberi kerja badan dan orang pribadi baik kepada
pegawai atau bukan pegawai
Bendahara atau pemegang kas pemerintah
Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja serta badan yang membayar uang pensiun
Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang membayar
honorarium atau pembayaran lain atas jasa dan/atau
kegiatan, jasa tenaga ahli dan honorarium atau imbalan
lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan magang
Penyelenggara kegiatan yang membayar honoraium,
hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun.

Tidak termasuk pemberi kerja


sebagai pemotong pajak
Kantor perwakilan negara asing
Organisasi-organisasi internasional yang
ditetapkan MenKeu
Pemberi kerja orang pribadi yang tidak
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-mata mempekerjakan
orang pribadi untuk melakukan pekerjaan
rumah tangga

Penerima penghasilan yang


dipotong PPh pasal 21 dan atau PPh
pasal 26
Pegawai
Penerima uang pesangon, pensiun,
tunjangan hari tua termasuk ahli warisnya
Bukan pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan
Peserta kegiatan yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaan dalam kegiatan

Penerima penghasilan ..
Bukan Pegawai : tenaga ahli*, pemain musik,
pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang
film, bintang iklan, sutradara, foto model,
olahragawan, penasihat, pengajar, pelatih,
penyuluh, pengarang, peneliti, penerjemah,
pemberi jasa dalam bidang teknik, komputer,
telekomunikasi, fotografi, agen iklan, pengawas
proyek, pembawa pesanan atau menemukan
pelanggan, petugas penjaja barang dagangan,
petugas dinas luar asuransi, distributor MLM
* pengacara, akuntan, arsitek, dokter, notaris, penilai, aktuaris dan konsultan

Penerima penghasilan ..
Peserta kegiatan : peserta perlombaan
dalam segala bidang; peserta rapat,
konfrensi, sidang; peserta atau anggota
dalam suatu kepanitiaan; peserta
pendidikan, pelatihan dan magang;
peserta kegiatan lainnya

Tidak termasuk penerima


penghasilan yang dipotong PPh
pasal 21 dan/atau PPh pasal 26
Pejabat perwakilan diplomatik dan orangorang yang diperbantukan kepada mereka
dengan syarat bukan WNI dan tidak
menerima penghasilan di Ind dan ada
azas timbal balik
Pejabat perwakilan organisasi
internasional yang telah ditetapkan
MenKeu, bukan WNI, tidak mempunyai
kegiatan usaha atau pekerjaan lain di Ind.

Benefit in cash dan Benefit in kind


PMK-252/PJ.03./2008
Pemberi Penghasilan

Benefit in cash

Benefit in kind

Pemerintah

Obyek pajak

Non obyek pjk

Non Wajib Pajak

Obyek pajak

Obyek pajak

WP dikenakan PPh final Obyek pajak

Obyek pajak

WP dikenakan PPh dg
norma penghitungan
khusus(deemed profit)

Obyek pajak

Obyek pajak

Wajib Pajak Lainnya

Obyek pajak

Non obyek pjk

Penghitungan PKP atas pegawai


tetap/bukan pegawai tetap
1 Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap
baik teratur maupun tidak teratur (PMK
No.252/PMK.03/2008 pasal 9(1) huruf a angka 1
Dasar pengenaan :

PKP = Penghasilan neto* PTKP


*Penghasilan neto = penghasilan bruto biaya jabatan
2. Untuk pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang
diperlakukan sebagai pegawai tetap, penghitungan PPh
pasal 21 sama dengan pegawai tetap.
Dasar pengenaan :

PKP = Penghasilan neto* PTKP


*Penghasilan neto = penghasilan bruto biaya jabatan

Biaya Jabatan
Pemberian pengurang penghasilan bruto untuk
karyawan tetap yang masih aktif bekerja, biaya jabatan
ini merupakan biaya yang fiktif yang merupakan
kebijaksanaan pemerintah karena setiap orang yang
berpenghasilan , tentu ada biaya yang dikeluarkan.
Berdasarkan Keputusan Menkeu No. 250/PMK.03/2008
sebesar 5% x penghasilan bruto atau maksimal Rp.
500.000 per bulan atau 6.000.000 pertahun, pilih yang
terkecil berdasrkan masa kerja.
Biaya jabatan melekat pada perusahaan tempat bekerja

PTKP
Pasal 6 UU no. 7 tahun 1983 jo. UU no. 10 tahun 1994,
jo UU no. 17 tahun 2000 jo UU No. 36 tahun 2008
menyatakan bahwa kepada WPOP diberikan
pengurangan berupa PTKP
PTKP melekat ke orang pribadi
PTKP tambahan diberikan kepada yang sudah menikah
dan mempunyai tanggungan maksimal 3 orang, yang
diberikan kepada keluarga sedarah dan semenda dalam
garis keturunan lurus, serta anak angkat
PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak.

PTKP
PTKP untuk karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan
adalah hanya untuk dirinya sendiri
Dalam hal karyawati tidak kawin, pengurangan PTKP
selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP
untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya
Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis
dari pemerintah daerah setempat bahwa suaminya tidak
menerima atau memperoleh penghasilan, maka
diberikan PTKP atas kawin dan maksimal dengan 3
tanggungan

PTKP (2015)
PTKP
TK / TK / 1
TK / 2
TK / 3
K/K/1
K/2
K/3

Tahunan
36.000.000
39.000.000
42.000.000
45.000.000
39.000.000
42.000.000
45.000.000
48.000.000

Bulanan
3.000.000
3.250.000
3.500.000
3.750.000
3.250.000
3.500.000
3.750.000
4.000.000

Harian
100.000
108.333
116.666
125.000
108.333
116.666
125.000
133.333

Perusahaan mengikuti program


Jamsostek
Uraian
JKK, JKM, JPK
apabila dibayar
perusahaan

Pemberi kerja
Biaya bagi
perusahaan

JKK, JKM, JPK


apabila bibyar
karyawan
Iuran JHT dibayar
perusahaan
Iuran JHT dibayar
oleh karyawan

Karyawan
Penghasilan
(digabung dg ph bruto
gaji)
Bukan pengurang bagi
karyawan

Biaya bagi
perusahaan

Tidak menambah
penghasilan bruto
Biaya bagi karyawan
(pengurang ph bruto)

Tarif pajak

Lapisan Penghasilan Kena Pajak


Sampai dengan Rp50.000.000
5%
Diatas Rp50 jt sd Rp250 jt
15%
Diatas Rp250 jt sd Rp500 jt
25%
Diatas Rp500.000.000
30%
Apabila tidak berNPWP pemotongan PPh
pasal 21 menggunakan tarif diatas
dengan 20% lebih besar

Hadi (ber NPWP) bekerja pada PT. A mulai tahun 2012 dengan gaji
sebulan mulai januari 2015 sebesar Rp. 10.000.000, JKK sebesar 0,3%
dan JKM 0,54% ditanggung oleh perusahaan, sementara iuran pensiun
sebesar 2% dipotong dari gaji Hadi. Hadi menikah dan memiliki dua
anak. Hitung besarnya PPh 21 untuk bulan januari 2015
Gaji
JKK 0,3%
JKM 0,54%
Penghasilan Bruto
Biaya Jabatan
Iuran Pensiun
Penghasilan Neto
Disetahunkan x12
PTKP (K/2)
WP
Istri
2 Tanggungan
Penghasilan Kena Pajak
PPh 21 Setahun
5% x 50.000.000 =
15% x 17.608.000 =
PPh 21 sebulan
5.141.200 : 12 =

428,433

10,000,000
30,000
54,000
10,084,000
(500,000)
(200,000)
9,384,000
112,608,000
(36,000,000)
(3,000,000)
(6,000,000)
67,608,000
2,500,000
2,641,200
5,141,200

Jurnal
Biaya Gaji
10,000,000
Biaya JKK
30,000
Biaya JKM
54,000
Hutang JKK & JKM
Hutang Iuran Pensiun
Hutang PPh Pasal 21
Kas

84,000
200,000
428,433
9,371,567

Hutang PPh Pasal 21


Kas

428,433

Hutang JKK & JKM


Kas

84,000

Hutang Iuran Pensiun


Kas

200,000

428,433

84,000

200,000

Penghasilan tidak teratur


PPh pasal 21 atas bonus, THR, jasa
produksi, tantiem, dan penghasilan tidak
teratur lainnya dihitung dengan cara
mengurangkan PPh Pasal 21 atas seluruh
penghasilan (termasuk penghasilan tidak
teratur lainnya misal bonus) dengan PPh
pasal 21 atas penghasilan teratur (tidak
termasuk bonus).

Hadi bekerja pada PT. A mulai tahun 2009 dengan gaji sebulan mulai januari 2015
sebesar Rp. 10.000.000, JKK sebesar 0,3% dan JKM 0,54% ditanggung oleh
perusahaan, sementara iuran pensiun sebesar 2% dipotong dari gaji Hadi. Hadi
menikah dan memiliki dua anak. Pada bulan Agustus, Hadi menerima THR sebesar
dua bulan gaji. Hitung besarnya PPh 21 atas THR pada bulan Agustus 2015.

Gaji
JKK 0,3%
JKM 0,54%
Penghasilan Teratur
Disetahunkan x 12
THR
Penghasilan Bruto setahun
Biaya Jabatan setahun
Iuran Pensiun setahun
Penghasilan Neto
PTKP (K/2)
WP
Istri
2 Tanggungan
Penghasilan Kena Pajak
PPh 21 Setahun dengan THR
5% x 50.000.000 =
15% x 37.608.000 =

2,500,000
5,641,200
8,141,200
PPh 21 Setahun tanpa THR 5,141,200
PPh 21 atas THR 3,000,000

10,000,000
30,000
54,000
10,084,000
121,008,000
20,000,000
141,008,000
(6,000,000)
(2,400,000)
132,608,000
(36,000,000)
(3,000,000)
(6,000,000)
87,608,000

Jurnal
Biaya Gaji 10,000,000
Biaya THR 20,000,000
Biaya JKK 30,000
Biaya JKM 54,000
Hutang JKK & JKM
Hutang Iuran Pensiun
Hutang PPh Pasal 21
Kas

84,000
200,000
3,428,433
26,371,567

Penghitungan Penghasilan neto


Tidak disetahunkan
Karyawan yang baru bekerja di
periode berjalan

Disetahunkan
Pendatang dari luar negeri dalam
periode berjalan

Karyawan yang berhenti bekerja di Karyawan yang berhenti karena


periode berjalan
meninggal dunia
Karyawan yang berhenti karena
meninggalkan Indonesia selamalamanya
Mutasi dari pemberi kerja yang
sama

Contoh penghitungan
Pegawai yang baru bekerja pada tahun
berjalan
Pegawai yang berhenti bekerja pada
tahun berjalan
Pegawai yang berhenti bekerja karena
meninggal dunia
Pegawai yang dimutasi pada pemberi
kerja yang sama

Penghitungan PPh pasal 21 atas


Asuransi

Untuk asuransi jiwa, bukan merupakan objek pajak sesuai dengan


pasal 4 ayat 3 huruf e UU PPh .
Sedangkan Asuransi hari tua merupakan objek pajak, sesuai
dengan PP No. 149 tahun 2000 dan Kep-DJP No.545/PJ./2000
pasal 14 dan bersifat final. Asuransi Hari Tua yang diterima secara
sekaligus akan dikenakan PPh pasal 21 final dan dipotong oleh
Jamsostek dengan penghitungan sebagai berikut.
Jumlah Asuransi yang diterima
Rp60.000.000
Batas tidak kena pajak
Rp25.000.000
Asuransi yang kena pajak
Rp35.000.000
PPh terutang
5% x Rp25.000.000
=Rp1.250.000
10% x Rp10.000.000
=Rp1.000.000
Jumlah
Rp2.250.000

Penghitungan PKP bagi pegawai


tidak tetap
Pegawai tidak tetap yang dibayar secara
bulanan atau jumlah akumulatif dalam 1
bulan telah melebihi PTKP 1 bulan untuk
diri wajib pajak sendiri
PKP : Penghasilan bruto PTKP*
*PTKP dihitung berdasarkan harian dan
bulanan berdasarkan penghitungan
penghasilannya

Lanjutan

Apabila jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender


telah melebihi Rp6.000.000, PPh pasal 21 dihitung dengan tarif
pasal 17(1) UU PPh atas jumlah Penghasilan kena pajak
disetahunkan
Termasuk dalam pengertian bukan pegawai adalah
1. distributor MLM/direct selling
2. petugas dinas luar asuransi yang bukan pegawai
3. penjaja barang dagangan yang bukan pegawai
4. Penerima bukan pegawai lainnya yang menerima penghasilan
secara berkesinambungan dalam 1 tahun
Penerima penghasilan bukan pegawai memperoleh pengurangan
PTKP sepanjang yang bersangkutan telah mempunyai NPWP dan
hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan
pemotong pajak serta tidak memperoleh penghasilan lainnya.

Penghitungan PPh Pasal 21 atas upah harian yang dibayar harian


Per 1 Januari 2009 (PMK No.254/PMK.03/2008)

Upah Sehari
Tidak lebih dari Rp. 300.000

Lebih dari Rp. 300.000


Dikurangi Rp. 300.000

Tidak dipotong PPh

PPh Terutang 5%

Pada saat telah melebihi Rp. 3.000.000 dalam 1 bulan


dikurang ptkp harian
sebenarnya

PKP

Tarif 5%

PPh ps 21

Perhitungan pegawai tidak tetap yang dibayar bulanan

Disetahunkan

Dikurangi PTKP

PKP x Tarif Ps. 17

PPh sebulan

PPh setahun

Contoh penghitungan PPh pasal


21
Kasus 1
PT. Jujur memberikan Tn. X (WP status TK/0) upah sebesar Rp350.000/hari selama 12
hari atas pekerjaan mengecat ruangan.
Upah sehari
Rp350.000
Batasan TKP
Rp300.000
Penghasilan Kena Pajak
Rp 50.000
PPh terutang 5%x50.000
Rp 2.500
Pemotongan PPh tersebut dilakukan sampai dengan hari ke-8
Pada hari ke-9 dihitung PPh Pasal 21 sbb:
Penghasilan selama 9 hari
Rp3.150.000
PTKP 9 hari (100.000x 9)
Rp 900.000
PKP
Rp2.250.000
PPh terutang Rp2.250.000 x 5%
Rp 112.500
Yang telah dipotong 8 x Rp2.500
Rp 20.000
PPh yang kurang bayar
Rp 92.500
PPh yang dibayar hari ke 10,11,12 adalah :
Rp 350.000 Rp100.000 = Rp250.000 x 5%
Rp 12.500

Contoh penghitungan PPh Pasal


21
Apabila pemberian upahnya diberikan pada akhir
bulan, maka penghitungan PPh pasal 21 adalah
sebagai berikut :
Jumlah penghasilan 1 bulan Rp 4.000.000
Penghasilan 1 tahun
Rp48.000.000
PTKP (TK/0)
Rp36.000.000
PKP
Rp 12.000.000
PPh terutang 1 tahun x 5%
Rp
600.000
PPh terutang 1 bulan : 12
Rp
50.000
Jurnal :
Biaya Upah Rp 4.000.000
Hutang PPh 21 Rp
50.000
Kas Rp 3.950.000

Lanjutan
Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas , yang terdiri dari pengacara,
akuntan, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak , bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.
3. Olahragawan;
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi ekonomi dan sosial serta
pemberi jasa pada suatu kepanitiaan;
7. Agen iklan;
8. Pengawas atau pengelola proyek;
9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara;
10. Petugas penjaja barang dagangan;
11. Petugas dinas luar asuransi;
12. Distributor perusahaan MLM atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya

Penghitungan PPh pasal 21


bukan pegawai
Tarif Pasal 17 x {(50% x Ph bruto) PTKP}
(Kumulatif)
1. Berkesinambungan,
2. Mempunyai NPWP, dan
3. Penghasilan semata-mata dari pemotong
Tarif Pasal 17 x (50% x Ph. Bruto) Kumulatif
1. Berkesinambungan,
2. Tidak mempunyai NPWP, atau
3. Penghasilan tidak semata-mata dari pemotong
Tarif Pasal 17 x 50% x Ph. Bruto
Tidak berkesinambungan

Contoh penghitungan PPh


pasal 21
Kasus 2
Tn. K (TK/0) bukan Wajib Pajak
memberikan jasa membersihkan AC dengan
honor sebesar Rp240.000
Penghitungan PPh pasal 21
Objek Pajak 50% x 240.000 = Rp120.000
PPh pasal 21
(5% + (5% x 20%)) x Rp120.000
6% x Rp120.000 = Rp 7.200

Contoh penghitungan PPh pasal


21 untuk tenaga ahli
Kasus 3
Chrisman Hadi sebagai seorang notaris menerima Honor dari PT.
Keputran sebesar Rp 50.000.000 dan Rp80.000.000 masing-masing
pada bulan Februari dan Agustus 2015.
Honorarium Bulan Februari
Rp50.000.000
50% x 50.000.000 = 25.000.000
Penghitungan PPh pasal 21 bulan Februari adalah
Rp25.000.000 x 5%
Rp1.250.000
Honorarium Bulan Agustus
Rp80.000.000
50% x Rp80.000.000 = Rp40.000.000
Penghitungan PPh pasal 21 bulan Agustus adalah
Rp. 25.000.000 x 5% Rp1.250.000
Rp.15.000.000 x 15% Rp2.250.000
Rp.3.500.000

Contoh penghitungan PPh pasal


21 untuk distributor MLM

Kinclong (TK/-) mempunyai penghasilan berupa honor dari PT. Thoriq


sehubungan dengan kegiatan multilevel marketing dari produk peralatan
rumah tangga sebesar Rp40.000.000 pada bulan Februari 2015.
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Februari 2015 adalah sbb:
Penghasilan bruto bulan Februari 2015 (50%x40jt)
Rp20.000.000
PTKP (TK/0)/bulan
Rp 3.000.000
Penghasilan Kena Pajak
Rp17.000.000
PPh pasal 21 5% x Rp17.000.000
Rp 850.000
Apabila bulan September 2015 diterima honor sebesar
Rp84.000.000
Penghasilan bruto bulan September 2015
Rp42.000.000
PTKP (TK/0)/bulan
Rp 3.000.000
Penghasilan kena pajak
Rp39.000.000
PPh pasal 21 5% x 33.000.000
Rp 1.650.000
15% x 6.000.000
Rp 900.000
Jumlah
Rp 2.550.000

Penghitungan PPh pasal 21 atas


bukan pegawai yang
mempekerjakan orang lain
Ph Bruto tidak termasuk bagian gaji atau
upah gaji dari pegawai yang di pekerjakan
Ph bruto bagi yang melakukan
penyerahan jasa dan material atau barang
hanya dihitung atas pemberian jasanya
saja, kecuali apabila dalam
kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan

Penghitungan PPh pasal 21 atas


dokter yang praktek di RS atau klinik
Penghitungan penghasilan bruto dari uang jasa
yang diberikan pasien kepada rumah sakit atau
klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi
hasil antara dokter dan pihak rumah sakit atau
klinik
Dokter Nyoman praktek di RS Tahes dengan
perjanjian bagi hasil 70:30 dengan pihak rumah
sakit. RS Tahes menerima uang sebesar
Rp4.000.000 dari pasien. Penghasilan bruto
yang dimaksud adalah sebesar Rp4.000.000

Penghitungan PPh pasal 21


untuk
bukan pegawai tertentu
1. Tarif Pasal 17 x Ph. Bruto Kumulatif
Honorarium yang bersifat tidak teratur yang diterima
atau diperoleh Komisaris/dewan pengawas yang bukan
pegawai tetap pada perusahaan yang sama
Jasa produksi,tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan
lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau
diperoleh oleh mantan pegawai
Penarikan Dana pensiun oleh peserta program pensiun
yang berstatus sebagai pegawai dari Dapen yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu

2. Tarif Pasal 17 x Ph. Bruto


Setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak di
pecah, yang diterima oleh peserta kegiatan

Atas Penghasilan Pegawai atau


karyawan yang dikenakan Pajak
bersifat Final
Penghasilan bruto berupa honorarium yang diterima oleh
pejabat negara, PNS, dan anggota ABRI yang sumber
dananya berasal dari keuangan negara atau keuangan
daerah, kecuali dibayarkan kepada PNS golongan II d
kebawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat Peltu ke
bawah. (PP no 45 tahun 1994)
Penghasilan atas uang pensiun, pesangon, PHK dan
sejenisnya yang dibayar sekaligus akan dikenakan PPh,
namun ada batas tidak kena pajak apabila
penghasilannya Rp50.000.000 atau kurang. (PP No. 68
tahun 2009)

Tidak termasuk dalam pengertian


Penghasilan yang dipotong PPh
pasal 21
Berdasarkan Pasal 8 PMK no
252/PMK.03/2008 termasuk bukan
penghasilan karyawan baik tetap maupun
tidak tetap, antara lain :
1.Pembayaran klaim dari perusahaan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwi guna dan asuransi bea siswa
2.Penerimaan dalam bentuk natura dan
kenikmatan kecuali yang diatur tersendiri dalam
peraturan perpajakan yang berlaku

Tidak termasuk dalam pengertian


Penghasilan yang dipotong PPh
pasal 21
3.

4.
5.
6.

Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun


yang pendiriaan telah disahkan oleh menkeu serta
iuran Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua atau
Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara
Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja
Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan
lainnya yang diberikan oleh pemerintah
Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh
pemberi kerja
Zakat yang diterima oleh Orang pribadi yang berhak
dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk dan
disahkan pemerintah

Tunjangan Pajak
Penghitungan tunjangan pajak
Lapisan I
1/12 x (5% x PKP)
95%
Lapisan II
1/12 x (15% x PKP) 5.000.000
85%
Lapisan III
1/12 x (25% x PKP) 30.000.000
75%
Lapisan IV
1/12 x (30% x PKP) 55.000.000
70%

PESANGON
Uang Pesangon adalah penghasilan yang
dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk
Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja
kepada pegawai, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sehubungan dengan
berakhirnya masa kerja atau terjadi
pemutusan hubungan kerja, termasuk uang
penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak.

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan


berupa Uang Pesangon ditentukan sebagai berikut :
sebesar 0% atas penghasilan bruto sampai
dengan Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah);
sebesar 5% atas penghasilan bruto diatas
Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah);
sebesar 15% atas penghasilan bruto diatas
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) sampai
dengan Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah);
sebesar 25% (dua puluh lima persen) atas
penghasilan bruto diatas Rp500.000.000 (lima
ratus juta rupiah).

Contoh Soal
Pak Robert pensiun terhitung 1 agustus 2015, menerima uang
pesangon dari perusahaan sebesar Rp. 600 juta. Hitung besarnya PPh
21
0%
5%
15%
25%

x
x
x
x

50,000,000
50,000,000
400,000,000
100,000,000

=
=
=
=

2,500,000
60,000,000
25,000,000
87,500,000

Jurnal
Biaya Pesangon
Hutang PPh 21
Kas

Rp 600,000,000
Rp 87,500,000
Rp 512,500,000

Anda mungkin juga menyukai