Anda di halaman 1dari 6

DISKUSI KASUS TES KEPERAWANAN

KELOMPOK 1

Notulen

: Elsa Nuriyani

Moderator

: Annisa Noer Maulida

Anggota

: Elsa Nurjanah
Gina Yuniarti
Nuvy Diana R
Risfi Rifa Afifah
Rosanti
Siti Tulus
Widya Sulistyani

KELAS II D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI KENCANA BANDUNG

Kasus I : Sebuah sekolah mewajibkan tes keperawanan pada setiap calon siswi pada saat tes
kesehatan. Bagaimana pendapat Saudara tentang hal ini?
Hasil diskusi tanggal 10 Oktober 2014 pukul 12.00 14.10 WIB

Menurut Annisa Noer Maulida

Kurang setuju masa mau sekolah saja harus tes keperawanan dulu ? sedangkan
menuntut ilmu itu wajib bagi semua umat manusia, yang masih perawan atau tidak itu
semua pribadi masing-masing orang yang berhubungan dengan akhlak seseorang itu yang
berhubungan dengan Allah SWT. Yang hymen nya sudah sobek belum tentu dia pernah
melakukan hubungan seksual bisa saja dia mengalami trauma seperti jatuh.

Menurut Elsa Nurjanah

Tidak setuju, karena tes keperawanan hak asasi setiap perempuan, tetapi disisi
lain saya berharap untuk setiap calon siswi tidak terjerumus kehal yang negative. Saya
lebih setuju setiap calon sisiwi di tes urine untuk mengetahui apakah mereka pemakai
narkoba atau tidak .

Menurut Elsa Nuriyani

Jadi yang memeriksanya ini siapa ? Dokter ? Memangnya semua dokter tahu ?
Apakah benar dokter pasti benar pemeriksaannya ? Terus bagaimana dengan second
opinionnya, misalnya kalau tes keperawanan salah masuk terus harus diulang-ulang ?
Karena tidak semua dokter tahu tentang seksualitas. Memang benar

kalau kita

mencermati sekarang memang gaya pergaulan remaja sudah terlalu diluar batas
kewajaran bahkan berana berpelukan ditempat umum sampai berciuman hingga ciuman
wet kissing/pitting. Tapi disisi lain juga banyak mungkin yang sering/pernah melakukan
mastrubasi dengan memasukan alat/jarinya kedalam vagina , terjatuh dan mungkin
membuat selaput daranya robek apakah itu dianggap sudah tidak perawan ?. Mungkin
mengapa suatu sekolah tersebut ingin mengadakan tes keperawanan pada calon siswi
karena untuk mengetahui ,mencegah dan mendeteksi penyimpangan moral yang
dilakukan oleh calon siswinya , bahkan menurut arikel yang saya baca Komnas
perlindungan anak pada tahun 2010 menulis data survey yang cukup memilukan hati

bahwa 62,7 % anak SMP sudah tidak perawan lagi 21,2 % remaja mengaku pernah
melakukan aborsi dan data itu didapat dari 4.726 responden siswi SMP dan SMA di 17
kota besar / provinsi di Indonesia , bahkan dari hasil data komnas perlindungan anak
tersebut disebutkan 97 % remaja pernah menonton film porno, serta 93,7 % pernah
melakukan adegan intim hingga oral seks, bukan hanya kalangan remaja atau abg kena
syndrome virus SPN (Seks Pra Nikah) tetapi kalngan mahasiswa juga terkena sindrom
seks ini , sungguh miris sekali karena ini baru data pada tahun 2010 dan sekarang sudah
masuk 2014 pasti hasilnya luar biasa lagi. Tetapi tes keperawanan itu bertentangan
dengan Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dimana tes
keperawanan itu sebagai tindakan yang diskriminatif , dan juga dapat mengakibatkan
beban psikologis bagi anak tersebut, seharusnya sebagai lembaga pendidikan harus
berkoordinasi dengan komisi perlindungan anak dan harus mempertimbangkan secara
matang apa konsekuensinya dari hal tersebut. Jika memang banyak keuntungannya
daripada dampak yang ditimbulkan lakukan saja jika itu membuat efek jera . Dengan
demikian jika Dinas pendidikan dan Dinas Kesehatan juga Komisi perlindungan anak
berkoordinasi dengan Para ulama agar semua sekolah wajib dilakukan tes keperawan
kemungkinan besar orang-orang akan berfikir lebih jauh untuk melakukan seks bebas
sebelum waktunya. Tetapi yang harus diingat untuk mengetahui perawan atau tidak dan
perjaka atau tidak , itu satu, PENGAKUAN ! karena ini berkaitan dengan perilaku.
Terimaksih

Menurut Gina Yuniarti

Tes keperawanan hanya merugikan bagi perempuan karena tes keperawanan ini
enak di laki-laki dan tak enak diperempuan, tujuan yang

baik tes keperawanan ini

memangbertujuan baik tetapi dengan cara-cara yang kurang baik atau tidak tepat.
Melakukan tes keperawanan itu hanya memboroskan anggaran biaya pemerintah daerah
saja. Sebenarnya ada langkah-langkah yang leih bijak yaitu tes kesehatan. Seperti di
sekolah SMP/SMA dijakarta. Tes kesehatan jauh lebih penting dari pada tes
keperawanan. Dalam tes kesehatan banyak item yang diajukan sesuai dengan kebutuhan
sekolah.

Menurut Nuvy Diana

Menurut saya sekolah yang mewajibkan tes keperawanan itu agak kurang wajar,
membuat seorang wanita terlecehkan dan merasa untuk melanjutkan pendidikan lanjut
pun seperti sesuatu yang dibuat rumit. Bukankah masalah keperawanan itu hak asasi
setiap perempuan seperti yang tertera dalam undang-undang perlindungan anak (UUPA)
nomor 23 tahun 2002 pasal 10 dan pasal 24. Tindakan tes keperawanan hanya akan
menjadi perampas dari hak setiap anak yang mempunyai potensi dan keinginan untuk
melanjutkan pendidikan, jika ada tes semacam itu bukannya akan menjadi penghambat
terwujudnya keinginan mereka dan kualitas negara ini semakin menurun. Ini akan
membuat mereka menjadi takut, minder, patah semangat, dan akhirya akan membunuh
masa depan mereka karena hasil yang tidak sesuai harapan.
Dan kenapa setiap wanita selalu menjadi objek penyebab kasus tersebut padahal
tidak menutup kemungkinan laki-laki pernah melakukan seks bebas karena tidak ada
bekas sudah melakukan seks bebas, tidak seperti perempuan. Padahal selaput dara juga
bisa rusak karena kecelakaan, cedera, dan juga pemerkosaan yang mendapat luka fisik
sekaligus psikisnya. Ini tidak bisa menjadi tolak ukur sebuah institusi atau sekolah
menilai seseorang dari segi fisiknya saja, lalu jika mereka kebanyakan berpotensi tetapi
mereka semua memiliki kasus tidak perawan berarti tidak lanjut sekolah? Karena oknum
"seks bebas", jangan sampai seseorang menjadi korban. Justru ini menjadi pekerjaan
rumah pemerintah dalam upaya menangani kasus seks bebas bukan berarti tes
keperawanan menjadi tolak ukur pantas atau tidaknya seseorang diterima di sekolah atau
institusi terkait dan bagaimana caranya pemerintah agar dapat merangkul, mendidik
moral peserta didik yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas dan
berakhlak demi terwujudnya Indonesia maju.

Menurut Risfi Rifa Afifah

Setuju gak setuju sih. Setuju diadakan test keperawanan agar mencegah terjadi penularan
penyakit seks menular, selain itu para pelaku juga akan memikirkan kembali dampak dan
efek dari perbuatan yang akan dilakukan mau efek dari agamanya, untuk diri sendirinya,
untuk kesehatannya dan bahkan untuk bangsa sekalipun yang menjadi tidak perawan.

Karena bila dia melakukan hal yang membuat jadi tidak perawan itu bisa mengakibatkan
dia tidak bisa mendapatkan pengetahuan dan pendidikan yang lebih tinggi . Maka dia
kana berhati-hati dalam melakukan sesuatu.Gak setuju karena masyarakat yang sudah
tidak perawan yang tidak bisa mendapatkan hak untuk mendapatkan pengetahuan
pendidikan karena hasil tes awal masuk sekolah puntidak lolos karena hal itu. Alhasil
Negara indonesiabangsanya makin banyak yang kurang berpendidikan. Maka dari itu
semua hal itu terjadi dan akan bisa sebagaimana diri kita sendiri untuk mengetahui
dampak dan efek dari perbuatan baik atau buruk itu sendiri.Mungkin karena mereka
kurang pengetahuan mengenai hal itu dan faktor lingkungan pun yang bisa ikut membuat
hal seperti itu semakin banyak terjadi itu saja pendapat saya.

Menurut Rosanti

Untuk membuat yang masih perawan untuk berfikir 2kali untuk menjaga
keperawanannya dengan adanya tes itu dan yang sudah tidak perawan jelas pihak sekolah
menjadi tahu, tapi tes it dilakukan untuk wanita jelas tidak adil jika disekolahnya ada
pria.

Menurut Siti Tulus Tursina :


Jelas tidak setuju karena itu sudah menyangkut hak asasi dan menjaga privasi apalagi
kalau diperiksanya oleh orang lain/ dokter laki itu jelas sudah menentang moral .

Menurut Widya Sulistyani :


Menurut saya tes keperawana pada setiap calon siswi saat tes kesehatan sangat
tidak efektif karena pasalnya tes tersebut lebih banyak riskannya dan dikhawatirkan akan
menimbulkan masalah baru. Harus dilihat lebih dahulu kepentingannya untuk apa, sebab
ini sudah menyentuh rana hukum pribadi seseorang yang tentunya sangat berkaitan
dengan kerahasiaan lantas apabila dilakukan pemeriksaan apakah bisa dijamin
kerahasiaannyatentunya resiko dari pemeriksaan itu harus dipikirkan apalagi teknologi
sudah canggih dan memungkinkan seseorang melakukan operasi selaput dara sekalipun
mereka sudah pernah berhubungan, jadi untuk melakukan pemeriksaan keperawanan itu
tidak mudah. Kemudian penyebab tidak perawannya seseorang bukan emata-mata bukan

karena pernah melakukan hubunan seks. Akiba kecelakaan dan olahraga juga bias terjadi.
Jadi tes keperawana merupakan langkah yang tidakefektif karena semua orang berhak
untuk bias sekolah dan mendapatkan pendidikan tanpa melihat dari sisikeperawanan
calon siswi.

Anda mungkin juga menyukai