Anda di halaman 1dari 6

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


Selama periode Januari 2011-April 2014 terdapat 42 preparat pasien curiga
karsinoma paru yang menjalani pemeriksaan sitologi cairan pleura dan FNAB.
Data yang terkumpul kemudian dikoreksi ulang untuk mendapatkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dan diperoleh total 41 subjek penelitian. Gambaran
mikroskopik preparat hasil pemeriksaan FNAB regio colli dan toraks dengan
sitologi cairan pleura menunjukkan keberadaan sel ganas sebagai berikut:

Gambar 5.1 Gambaran Sitologi Karsinoma Paru Jenis Adenokarsinoma dengan


Pemeriksaan FNAB (A), dengan Pemeriksaan Sitologi Cairan Pleura
(B), Inti Sel Terdesak Oleh Cairan Sitoplasma (Panah) Disebut
dengan Signet-ring Cell (C) (Diambil dari Laboratorium Patologi
Anatomi RSUD Ulin Banjarmasin)
Gambar 5.1 menunjukkan bentuk berkelompok dan padat yang khas pada
karsinoma paru jenis adenokarsinoma. Inti pleiomorfik dengan garis tepi tampak
tidak beraturan. Cairan sitoplasma mendesak inti ke satu arah. Adenokarsinoma
berasal dari kelenjar yang mengeluarkan cairan dan sebagian besar tumor
menghasilkan musin tebal (14). Karena alasan ini, jenis adenokarsinoma sering
terdeteksi dalam cairan pleura.

24

25

Sel adenokarsinoma dapat tunggal atau tersusun dalam morula tiga dimensi,
asinus, pseudopapila, dan papila sejati dengan inti fibrovaskular. Batas kelompok
sel tegas dan khas. Volume sitoplasma bervariasi tetapi umumnya relatif sedikit.
Sel bersifat sianofilik dan lebih translusen dibandingkan karsinoma sel skuamosa.
Sitoplasma bersifat homogen atau granular dan sebagian bersifat foamy karena
adanya vakuola-vakuola kecil. Vakuola besar dan tunggal yang berisi mukus
banyak ditemukan, sehingga pada sebagian kasus dapat meregangkan sitoplasma
dan menekan nukleus ke satu arah, membentuk yang disebut signet-ring cell.
Nukleus umunya tunggal, berbentuk bulat sampai oval dengan kontur relatif halus
dan sedikit ireguler. Kromatin cenderung bergranular halus dan tersebar pada
tumor yang berdiferensiasi baik tetapi terdistribusi kasar dan ireguler atau
hiperkromatik pada tumor yang berdiferensiasi buruk (32).

Gambar 5.2 Tarikan Di Sitoplasma Sel Ganas (Panah) Jenis Adenoskuamosa


pada Pemeriksaan FNAB (Diambil dari Laboratorium Patologi
Anatomi RSUD Ulin Banjarmasin)
Tarikan sitoplasma sel ganas pada gambar 5.2 merupakan gambaran khas
dari karsinoma paru jenis adenoskuamosa, tetapi dapat juga terjadi pada jenis lain.
Karsinoma adenoskuamosa adalah kombinasi tipe karsinoma sel skuamosa dan
adenokarsinoma, jenis kombinasi yang paling sering terjadi (33). Kombinasi yang

26

juga sering terjadi adalah campuran karsinoma sel skuamosa dan SCLC. Pola
kombinasi karsinoma bronkogenik memperlihatkan lebih dari satu garis
diferensiasi, tetapi semua berasal dari satu sel progenitor multipotensial (27).

Gambar 5.3 Tarikan Di Sitoplasma Sel Ganas (Panah) Jenis Karsinoma Sel
Skuamosa pada Pemeriksaan FNAB (A), pada Pemeriksaan Sitologi
Cairan Pleura (B) (Diambil dari Laboratorium Patologi Anatomi
RSUD Ulin Banjarmasin)
Karsinoma sel skuamosa adalah suatu tumor epitel ganas yang menunjukkan
keratinisasi skuamosa dan keratinisasi intraselular dengan atau tanpa intercellular
bridges. Tipe ini berasal dari epitel bronkus. Sinonimnya adalah karsinoma
epidermoid (32, 34).
Manifestasi sitologi dari karsinoma sel skuamosa bergantung pada derajat
diferensiasi histologi dan jenis sampel. Gambar 5.3 menunjukkan sel tumor besar
dengan inti hiperkromatik yang ireguler dan terletak di tengah, dengan satu atau
lebih anak inti. Batas sitoplasma kurang jelas. Sel-sel tampak membentuk
kelompok yang kohesif, umumnya berbentuk datar dengan nukleus yang panjang
(32).
Seluruh preparat kemudian dikumpulkan berdasarkan angka kejadian setiap
tahun. Data digunakan untuk melihat jumlah pasien karsinoma paru yang

27

menjalani pemeriksaan FNAB dan sitologi cairan pleura dari tahun ke tahun. Data
per tahun disajikan dalam tabel 5.1:
Tabel 5.1 Angka kejadian kanker paru berdasarkan hasil pemeriksaan sitologi
cairan pleura dan FNAB di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari
2011-April 2014
Klinis
N

Tahu

kanker paru
Jm
%

2011

l
9

2012

14

%
34,15

12

%
29,27

%
14,63

41

%
100%

3
4

2013
2014
Total

FNAB
Positif
Jm
%

21,95

l
4

Negatif
Jm
%

9,76%

l
5

10

24,39

%
21,95

%
12,2%

28

68,3%

Sitologi Cairan Pleura


Positif
Jm
%

12,2

l
4

%
9,76

%
7,3%

9,76%

l
5

12,2%

17,07

17,07

%
21,95

%
7,31%

4,88%

17

41,46

2,44

%
9,76%

13

%
31,7

24

58,54

Negatif
Jm
%

Tabel 5.1 memperlihatkan jumlah pasien karsinoma paru yang didiagnosis


positif dengan pemeriksaan FNAB sebanyak 68,3%, sedangkan pemeriksaan
sitologi cairan pleura sebesar 58,54%. Diagnosis kanker paru ditetapkan
berdasarkan hasil anamnesis, gejala klinis, dan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis dilakukan oleh dokter spesialis patologi anatomi RSUD Ulin
Banjarmasin.
Selanjutnya data dikumpulkan berdasarkan diagnosis positif dan negatif dari
kedua pemeriksaan. Setelah itu dilakukan analisis statistik dengan menggunakan
uji statistik McNemar dengan tingkat kepercayaan 95% dan didapatkan hasil
sebagai berikut:

28

Tabel 5.2 Hasil uji statistik dari pasien yang melakukan kedua pemeriksaan
sitologi cairan pleura dan FNAB
FNAB
Sitologi
Cairan Pleura
Total

Positif
Negatif

Positif
Negatif
21 (51,22%)
3 (7,32%)
7 (17,07%) 10 (24,39%)
28 (68,29%)

13 (31,71%)

Total
24 (58,54%)
17 (41,46%)

p
0,344

41 (100%)

Hasil analisis dengan uji statistik McNemar memperlihatkan tidak adanya


perbedaan bermakna (p > 0,05) antara pemeriksaan sitologi cairan pleura dengan
FNAB. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara bermakna
dari hasil pemeriksaan sitologi cairan pleura dan FNAB dalam mendiagnosis
karsinoma paru di RSUD Ulin Banjarmasin, sehingga pemeriksaan sitologi cairan
pleura dapat dijadikan standar diagnostik alternatif pada pasien karsinoma paru.
Berdasarkan tabel 5.2, nilai sensitivitas rata-rata pemeriksaan sitologi cairan
pleura adalah 75% dengan pemeriksaan pembanding FNAB. Hal ini tidak jauh
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rivera et al pada 2013 yang
melaporkan bahwa pemeriksaan sitologi cairan pleura memiliki sensitivitas ratarata sekitar 72% pada pasien dengan efusi pleura ganas. Penelitian tersebut
membandingkan hasil pemeriksaan sitologi cairan pleura dengan biopsi patologi
anatomi yang dijadikan gold standard untuk diagnosis karsinoma paru (13).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mason et al tahun 2010 menjelaskan bahwa
sitologi cairan pleura dapat dijadikan sebagai penanda metastasis karsinoma paru
dengan sensitivitas rata-rata sebesar 62% (11).
Prinsip pemeriksaan sitologi cairan pleura diawali dengan mengumpulkan
carian dari rongga intra pleura dengan torakosentesis, suatu prosedur pungsi

29

bedah dinding dada ke dalam rongga parietal pleura untuk aspirasi cairan (35).
Cairan yang diambil kemudian diperiksa di bawah mikroskop dan dinilai
abnormalitasnya (11). Pembacaan preparat dilakukan oleh dokter spesialis
patologi anatomi.
Kelebihan pemeriksaan sitologi cairan pleura dibandingkan dengan FNAB
di antaranya adalah prosedur ini tergolong mudah, aman dan praktis sehingga
dapat dilakukan di sarana pelayanan kesehatan primer dengan fasilitas medis
tingkat dasar, pengambilan cairan tergolong rendah risiko karena jarum hanya
melewati jaringan kulit dan otot paling luar, dan pengambilan cairan dalam
jumlah besar dapat dijadikan terapi simptomatik untuk mengurangi gejala efusi
pleura (11). Kekurangan pemeriksaan sitologi cairan pleura adalah pengambilan
sampel cairan harus dilakukan atas indikasi efusi pleura. Selain itu, pembacaan
sitologi harus dilakukan oleh dokter yang berkompetensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan sitologi cairan pleura
dapat dijadikan metode diagnostik alternatif pada pasien karsinoma paru di RSUD
Ulin Banjarmasin. Akan tetapi, pemeriksaan ini masih belum dapat menggantikan
peran FNAB sebagai standar utama diagnosis karsinoma paru di RSUD Ulin
Banjarmasin karena masih terdapat negatif palsu. Hal ini juga merupakan salah
satu keterbatasan dari penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai