Anda di halaman 1dari 11

TRIKOMONAS VAGINALIS

PREVALENSI TRIKOMONASIS PADA WANITA MAUPUN PRIA YANG MANDI


DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KOTA MALANG
Oleh
Dyta Lovarita
RSUD IBNU SINA Gresik
INTISARI
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif servasional.
Tujuan peneneliti ini untuk mengetahui prevalensi trikomonasis pada wanita maupun pria
yang mandi di aliran sungai Joyogrand, kelurahan Merjosari Malang.
Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang rutin mandi di aliran sungai Joyogrand,
kelurahan Merjosari Malang. Sampel yang digunakan adalah urin masyarakat yang rutin
mandi dialiran sungai dengan dugaan trikomoniasis positif maupun negatif.
Prosedur pengambilan sampel adalah Pot Urin yang terbuat dari bahan plastik berukuran
kecil diberikan kepada masyarakat yang rutin mandi di aliran sungai Joyogrand, kelurahan
Merjosari Malang, yang sebelumnya telah diminta kesediaannya untuk memberikan urin.
Pengambilan sampel urin dilakukan oleh masyarakat yang bersangkutan. Tidak ada ketentuan
bahwa urin yang ditampaung adalah urin pertama dipagi hari. Sampel urin yang digunakan
untuk penelitian ini tidak menggunakan bahan pengawet. Kemudian keesokan harinya
diambil untuk segera dilakukan pemeriksaan dilaboratorium Akademi Analis Kesehatan
Malang
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Identifikasi Trikomonas vaginalis dapat
dilakukan dengan menggunakan sedimen urine, diperoleh prevalensi Trichomoniasis dari
masyarakat didaerah aliran sungai Joyogrand, kelurahan Merjosari Malang yaitu sebesar : 8%
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Trikomoniasis terjadi hampir di seluruh belahan dunia terutama dinegara berkembang,
salah satunya di Indonesia. Pengetahuan masyarakat tentang trikomoniasis masih kurang
karena tingkat pendidikan yang rendah dan juga kurangnya kesadaran untuk menjaga
kebersihan diri. Frekuensi meningkat terutama didaerah daerah yang hygiene sanitasinya
kurang dan aktifitas seksual yang tinggi.(Widmann K,1995)
Trikomoniasis adalah infeksi saluran genetalia yang disebabkan oleh trichomonas
vaginalis. Trichomonas vaginalis ditemukan pertama kali pada tahun 1836 oleh Donne dan
sejak lama parasit ini dianggap sebagai mikroorganisme komensal pada wanita . Tetapi pada
tahun 1916 oleh Hohne mendiskripsikan bahwa parasit ini sebagai suatu kesatuan klinis
penyebab trikomoniasis. (Cook GC,1996)
Trichomonas vaginalis adalah protozoa pathogen yang habitatnya didaerah tractus
urogenital. Trichomonas vaginalis dapat terjadi pada wanita maupun pria . Pada wanita
penularan penyakit ini dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung . penularan secara
langsung terutama melalui hubungan seksual dan penularan secara tidak langsung dapat
terjadi pada penggunaan fasilitas umum yang kurang terjaga kebersihannya seperti toilet ,
kolam renang, pakaian dan air sungai yang telah terkontaminasi. Sedangkan pada pria
biasanya hanya terjadi penularan secara langsung yaitu melalui hubungan seksual. Gejala dari

infeksi ini sangatlah luas pada wanita, umumnya infeksi ini menyerang daerah vagina yang
biasanya ditandai dengan keputihan abnormal hingga terjadi radang pada vagina atau
vaginitis , sedangkan pada pria biasanya menginfeksi pada urethra. Gejala klinis
trikomoniasis biasanya menimbulkan gatal gatal atau rasa panas pada vagina, keputihan yang
berbau tidak normal, ( busuk ) dan rasa sakit sewaktu berhubungan seksual. (Beaver
PC,1984)
Diagnosis trikomoniasis masih merupakan suatu masalah , sebab gambaran klinis
trikomoniasis tersebut tidak dapat dipercaya sebagai petunjuk diagnosis, karena kurang
sensitive dan spesifik. Diagnosis efektif trikomoniasis tergantung pada identifikasi
organismenya. Selama ini pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan untuk
mendiagnosis trikomoniasis adalah dengan sediaan secret vagina maupun secret urethra.
Pemeriksaan secret vagina dinilai cukup sensitive dalam mendiagnosis, akan tetapi bukannya
tanpa kendala . kendala pemeriksaan secret vagina terkait dengan tradisi , jenis kelamin dan
agama. Oleh karena itu diperlukan alternative pemeriksaan yang lain yang juga dapat
menunjang diagnosis trikomoniasis yaitu dengan menggunakan sedimen urin. (Chin J,2000)
Dari latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian inbi adalah Apakah
identifikasi Trichomonas vaginalis penyebab trikomoniasis dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan sedimen urin? dan Berapa besar prevalensi trikomoniasis pada orang yang
mandi di daerah aliran sungai .
Tinjauan Pustaka
Morfologi dan Daur Hidup
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa dari superclass Mastigophora, class
Zoomastigophora, ordo Trichomonadina, dan family trichomonadidae. Family
Trichomonadidae ini kemudian oleh Honigberg pada tahun 1946 dibagi menjadi sub family
Trochomonadinae
(dengan
genus
Trichomonas
dan
Pentatrichomonas)
dan
Trichomononadinae. (Andriyani,Yunilda,2005)
Trichomonas vaginalis pertama kali dideskripsikan oleh Alfred Donne pada tanggal
19 September 1836 di Paris. Pada saat itu dikatakan bahwa ia menemuakan suatu organisme
yang disebutnya sebagai animalcules dari sekret segar vagina . Dan disepakati pada saat itu
juga organism ini dinamakan Trichomonas vaginale , oleh karena mirip dengan organism dari
genus Monas dan Trichodina .(Candiani GB,1973)
Kemudian Ehrenberg memastikan penemuan Donne dan memberikan nama pada
protozoa ini yaitu Trichomonas vaginalis . Pada tahun 1884 Marchand menemukan
Trichomonas vaginalis pada tractus urinaria pria . Dan baru pada ahun 1916 Hoehne
melaporkan bahwa Trichomonas vaginalis
adalah flagella yang patogenik karena
menemukan kolpitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis .
Trichomonas vaginalis berbentuk oval , panjang 4 32 m dan lebar 2,4 14,4 m,
memiliki flagella dan undulating membran yang panjangnya hanya setengah panjang
tubuhnya. Intinya berbentuk oval dan terletak dibagian atas tubuhnya, dibelakang inti
terdapat blepharoblast sebagai tempat keluarnya 4 buah flagella yang menjuntai bebas dan
melengkung diujungnya sebagai alat geraknya yang maju mundur . (Chin J,2000)
Flagella ke 5 melekat diundulating membrane dan menjuntai ke belakang sepanjang
setengah panjang tubuhnya . Sitoplasma terdiri dari struktur yang berfungsi seperti tulang
yang disebut axostyle

Gambar 1. Skema Trichomonas vaginalis diambil dari;


gambar trichomonas vaginalis.JPG

(http://1.bpblogspot.com/

Gambar 2. Trichomonas vaginalis pada sedimen urin diambil dari ;http://Carahackfacebook.com


Didalam cairan vagina Trichomonas vaginalis mempunyai bentuk yang plastis dan
dapat berubah - ubah sesuai dengan tempatnya yang sempit diantara sel, sehingga ia masih
dapat bergerak. Gerakannya sangat khas yaitu berlenggak lenggok dan berputar - putar
( rotasi) atau mengejut , yang bisa dilihat pada sediaan basa. Trichomonas vaginalis memiliki
kemampuan fagositosis terhadap sisa sisa sel, kuman dan benda benda lain yang terdapat
dalam cairan vagina. Pada infeksi Trichomonas vaginalis yang bercampur dengan Neisseria
gonorrhoe, Mychoplasma hominis , atau Chlamydia trachomatis , maka kebanyakan kuman
gonokokus akan dibunuh dalam waktu 6 jam dan semua Mychoplasma akan dibunuh dalam
waktu 3 jam . Belum diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membunuh
Chlamydia trachomatis.(Margono S.S,2000)
Untuk hidup dan berkembang biak, Trichomonas vaginalis membutuhkan kondisi
lingkungan yang konstan dengan temperature sekitar 35 - 37C , pH antara 4,9 7,5 dan
sangat baik pertumbuhannya pada pH berkisar antara 5,5 6,0 . Sangat sensitive terhadap
tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan . Diluar habitatnya tropozoid akan mati pada
suhu 50 C dalam waktu 4 menit dan akan mati dalam waktu 35 40 menit jika mendapat
sinarmatahari langsung. Parasit ini juga tidak tahan terhadap desinfektan , zat pulasan dan
antibiotik . Tropozoid akan bertahan dan berkembang biak pada kondisi yang lebih alkalis
dari habitatnya yaiitu didaerah tractus urogenital yang normal dengan pH optimum 5,8 6,0
dan suhu 35 - 37 C . (Markel EK,1999)
Infeksi dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung infeksi
terjadi melalui hubungan seksual dalam bentuk tropozoid .
Secara tidak langsung biasanya melalui alat alat mandi dan sanitasi air sungai yang tidak
baik .(Jirovec ,1968)
Epidemiologi
Trikomoniasis vagina ditemukan di mana-mana, sukar untuk menentukan frekuensi
penyakit ini di suatu daerah atau negeri, karena kebanyakan penelitian dilakukan pada

golongan tertentu saja seperti golongan wanita hamil (18 25 % di AS) dan dari klinik
ginekologi ( 30 40 % di Eropa timur ). Di Indonesia berdasar hasil penelitian di RSCM
Jakarta terdapat 16% kasus dari klinik kebidanan dan 25 % wanita dari klinik ginekologi
( sample sebanyak 1146 orang ). Trichomonas vaginalis biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual dan ternyata organisme ini dapat bertahan hidup selama 45 menit di tempat
dudukan toilet, pakaian mandi dan air hangat. Penularan perinatal ditemukan sekitar 5 % dari
ibu yang terinfeksi trikomoniasis, tetapi biasanya sembuh dengan sendirinya ( self limited )
oleh karena metabolism dari hormon ibu.(Prasetyo H.R,2002)
Pada wanita Trichomonas vaginalis sering diketemukan pada kelompok usia 20 49
tahun , berkembang pada usia muda dan usia lanjut dan jarang terjadi pada anak gadis. Pada
penelitihan sekitar tahun enampuluhan angka infeksi Trichomonas vaginalis mencapai tiga
kali lipat dari infeksi candida pada wanita yang telah menikah. Dan angka ini bervariasi dapat
mencapai 15 % atau lebih terutama pada wanita yang kurang memperhatikan kualitas
kebersihan pribadinya .(Chin J,1973)
Patogenesa
Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding salran
urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub epitel. Intensitas
infeksi, status pH , fisiologis permukaan vagina dan saluran genitourinaria lain serta floral
bakteri yang menyertai merupakan factor yang mempengaruhi patogenitas. Masa tunas rata
rata 4 hari sampai 3 minggu . organisme tidak bertahan hidup dalam keasaman vagina normal
yaitu pada pH 3,8 4,4 . (Cook GC,1996)

Gambar 3 Vagina yang terinfeksi oleh Trichomonas vaginalis gambar


http://labkesehatan.blogspot.com

diambil dari ;

Trichomonas vaginalis masuk kedalam vagina melalui hubungan seksual, maupun


kontaminan air sungai , yang kemudian menyerang epitel squamosa vagina dan mulai
bermultiplikasi secara aktif . Hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk kuman lactobacillus
menjadi berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali . Dan diketahui secara invitro
ternyata Trichomonas vaginalis ini memakan dan membunuh lactobacillus dan bakteri
lainnya . Akibatnya jumlah lactobacillus Doderline menjadi sedikit dan dapat hilang
samasekali sehingga produksi asam laktat akan semakin menurun. Akibat kondisi ini , pH
vagina akan meningkat antara 5,0 5,5 . pada suasana pH seperti ini selain Trichomonas
vaginalis
berkembang semakin cepat , akan memungkinkan untuk berkembang
mikroorganisme pathogen lainnya seperti bakteri dan jamur. Sehingga pada infeksi
trikomoniasis sering dijumpai bersamaan dengan infeksi mikroorganisme pathogen lainnya
pada vagina. Contoh infeksi oleh organisme yang pathogen seperti Ureaplasma urealitikum
dan Mycoplasma hominis sekitar lebih dari 90%, Gardnerella vaginalis sekitar 90%,
Neisseria gonorrhoe sekitar 30%, jamur sekitar 20% dan Chlamydia trachomatis sekitar 15%
. suatu penelitihan invitro terhadap Trichomonas vaginalis menunjukkan organisme ini

memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel target dengan kontak langsung tanpa harus
melalui proses fagositosis. Organisme ini menghasilkan suatu factor pendeteksi sel yang
menyebabkan kehancuran sel sehingga epitel vagina mengelupas. Suatu penelitihan juga
menunjukkan bahwa gejala trikomonasis dipengaruhi oleh konsentrasi estrogen vagina ,
makin tinggi kadarnya makin berkurang gejala yang ditimbulkannya . Hal ini dapat
menjelaskan mengapa pemakaian estradiol intra vaginal dapat mengurangi gejala klinis
Trichomonas vaginitis. (Weston T.E,1963)
Mengenai hubungannya dengan kanker servik Trichomonas vaginalis diketahui dapat
mengubah gambaran sitologi dan histopatologi yang disebabkan oleh virus human papiloma.
Tetapi masih belum jelas hubungannya dapat dikaitkan oleh karena organisme ini dapat
menimbulkan kerusakan atau erosi jaringan servik yang nantinya dapat memudahkan virus
seperti human papiloma atau HIV menginfiltrasi kedalam jaringan servik. (Prawirohardjo
S,1997)

Gambar

4.

Gambaran sitologi dan hitologi dari sel epitel vagina


Trichomonasvaginalis.gambardiambildari ;http://carahackfacebook.com

yang

terinfeksi

Gejala Klinis
Prevalensi keluhan pada penderita trikomoniasis kadang kadang tidak ada , cairan
kental ( discharge ) , bau , menimbulkan iritasi atau gatal , dispareunia , disuria maupun
perasaan tidak enak pada bagian bawah perut . Sedangkan gejala pada penderita
trikomoniasis kadang kadang tidak ada, eritemia vulva yang difus, cairan kental ( discharge
) yang berlebihan warna kekuning kuningan dan berbusa , inflamasi dinding vagina maupun
strawberry cervix yang terlihat pada pengamatan langsung dengan kolposkopi. (Omer
E.F.E,1993)
Keluhan lain yang mungkin terjadi adalah perdarahan abnormal pada vagina yang
menghasilkan sekret vagina yang mengandung darah serta pendarahan setelah senggama.
Dalam keadaan seperti ini Trichomonas vaginalis merupakan pertimbangan utama dalam
diagnose banding pada perdarahan vagina karena mikroorganisme . Pada beberapa kasus juga
terjadi pembesaran kelenjar limfa inguinal , daerah vagina dan cervix kemerahan , pada kasus
yang akut diketemukan noda atau bercak darah ( small haemorrhagie spot ). Pada vagina dan
pada leher rahim sehingga pada permukaannya memberi gambaran seperti buah strawberry.
(Chin J,2000)

Gambar 5. Gambaran infeksi Trichomonas vaginalis seperti buah strawberry.Gambar diambil dari ;
http://google.com/trikomoniasis
Pada kasus kronik cairan kental ( discharge ) bisa juga menyebabkan mumculnya kutil
( warts ) pada genital dan infeksi ini biasanya juga disertai dengan dispareunia, menorrhagia (
haid yang berlebihan ) dan nyeri haid yang bisa memburuk selama dan setelah menstruasi dan
kadang kadang pada kehamilan .
Trikomoniasis juga sering menimbulkan komplikasi pada wanita yang bisa
menyebabkan infeksi pada kelenjar skene , barthilinitis radang pada kelenjar bartolin
urethritis ( radang pada urethra ) , dan cystitis ( radang pada kandung kemih ) serta gangguan
psikologi melengkapi infeksi trikomoniasis. Namun dari semua keluhan yang ada ternyata
sekret vagina yang berupa cairan keputihan ( flour albus ) merupakan kelainan utama dan
biasa diketemukan pada trikomoniasis. Tetapi jika hal ini digunakan sebagai diagnose tunggal
dengan adanya nanah , sekret yang berbusa dianggap merupakan karakteristik vaginitis
karena trikomoniasis maka 88% akan memberikan hasil negative palsu artinya wanita yang
benar benar terinfeksi menjadi tidak terdeteksi. (Rien M.F,1990)
Penularan
Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui pakaian ,
handuk atau karena berenang / mandi di air yang telah terkontaminasi Trichomonas vaginalis
. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama ditemukan pada orang dengan aktifitas seksual
yang tinggi, tetapi dapat juga diketemukan pada bayi yang baru lahir dan penderita setelah
menopause. Penderita wanita lebih banyak disbanding pria karena kurang memperhatikan
kebersihan dan kelembaban alat kelaminnya. (Jawets E,2005)
Pencegahan
Memberi penyuluhan kepada masyarakat agar segera memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan apabila mengalami kelainan berupa keluarnya keputihan yang berbau dan berubah
warna menjadi kekuningan yang berasal dari alat kelamin mereka. Dan jangan melakukan
hubungan seksual sebelum dilakukan pemeriksaan dan pengobatan secara tuntas. Hindari
pemakaian barang barang ataupun air yang telah terkontaminasi oleh Trichomonas
vaginalis . (Djayakusumah S.T,2001)
Diagnosa Laboratorium
Ada beberapa cara pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis trikomoniasis. Diagnosis dapat ditegakkan melalui hal hal berikut ini :
1. Gejala klinis.
Diagnosis ditegakkan melalui gejala klinis baik yang subyektif maupun obyektif. Tetapi
diagnosis sulit ditegakkan pada penderita pria dimana trikomoniasis pada pria hanya dijumpai

2.
a.

b.

3.

4.

sedikit organisme Trichomonas vaginalis


dibandingkan dengan wanita penderita
trikomoniasis.(Chin J,2000)
Pemeriksaan mikroskopik.
Pemeriksaan secara mikroskopik dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan sampel yang
digunakan sebagai bahan pemeriksaan yaitu :
Sediaan sekret vagina
Pengambilan sampel sekret vagina dilakukan dengan cara cara pap smear. Kemudian buat
sediaan lalu dilakukan pengecatan dan lihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan mikroskopis
secara langsung dapat juga dilakukan dengan cara membuar sediaan dari sekret vagina yang
dicampur dengan satu tetes garam fisiologis diatas gelas obyek dan langsung dilihat dibawah
mikroskop.
Pemberian beberapa tetes KOH 10 20 % pada cairan vagina yang diperiksa , dapat
menimbulkan bau yang tajam dan amis pada 75% wanita yang positif trikomoniasis dan
infeksi bacterial vaginosis. Tetapi tidak pada mereka yang menderita vulvovaginal
kandidiasis.untuk menyingkirkan bacterial vaginosis dari infeksi trikomoniasis dapat
diketehui dengan memeriksa konsentrasi lactobacillus yang jelas berkurang pada
trikomoniasis dan pH vagina yang basa.
Pada pria , pengambilan sekret dilakukan dengan memencet gland penis sampai cairan
terkumpul diujung gland penis lalu dibuka.
Pada pemeriksaan sekret secara mikroskopik pada mereka yang terinfeksi trikomoniasis
sering dijumpai sel sel PMN yang sangat banyak , coccobacillus , serta organisme
Trichomonas vaginalis yang pada sediaan yang segar dapat kelihatan motil. (Mulyati
Ompungsu,1995)
Sediaan sedimen urin
Urin yang akan diperiksa, sebelumnya diputar terlebih dahulu dengan kecepatan rendah
selama 5 menit, kemudian dibuang supernatannya. Sedimen yang mengendap pada dasar
tabung tersebut diperiksa secara mikroskopis dengan lensa obyektif 10 kali atau memakai
lensa obyektif 40 kali untuk mengamati Trichomonas vaginalis . Setelah itu segera dilakukan
pengecatan. (Gracia L.S,2006)
Kultur
Selain pemeriksaan secara klinis dan mikroskopis langsung, cara lain yang dapat dilakukan
adalah dengan kultur, terutama pada mereka yang sedikit jumlah organisme Trichomonas
vaginalisnya , seperti pada pria atau wanita penderita trikomoniasis kronik. (Yunilda,2005)
Serologi dan Immunologi.
Pemeriksaan dengan cara ini belum menjamin dan belum cukup sensitive untuk
mendiagnosis infeksi Trichomonas vaginalis . Walaupun sudah banyak penelitihan yang
akhir akhir ini menggunakan teknik serologi untuk mendiagnosis infeksi Trichomonas
vaginalis .(Andriyani,2005)
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif servasional.
Tujuan peneneliti ingin mengetahui prevalensi trikomonasis pada wanita maupun pria yang
mandi di daerah aliran sungai kota Malang. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
sampel urin
Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang rutin mandi di aliran sungai
Joyogrand, kelurahan Merjosari Malang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
urin masyarakat yang rutin mandi dialiran sungai dengan dugaan trikomoniasis positif
maupun negatif.

Prosedur pengambilan sampel adalah Pot Urin yang terbuat dari bahan plastik
berukuran kecil diberikan kepada masyarakat yang rutin mandi di aliran sungai Joyogrand,
kelurahan Merjosari Malang, yang sebelumnya telah diminta kesediaannya untuk
memberikan urin. Pengambilan sampel urin dilakukan oleh masyarakat yang bersangkutan.
Tidak ada ketentuan bahwa urin yang ditampaung adalah urin pertama dipagi hari. Sampel
urin yang digunakan untuk penelitian ini tidak menggunakan bahan pengawet. Kemudian
keesokan harinya diambil untuk segera dilakukan pemeriksaan dilaboratorium Akademi
Analis Kesehatan Malang.
a Laksana Pemeriksaan
Sampel yang sudah didapatkan bisa langsung digunakan sediaan basah dengan larutan
garam fisiologi. Setelah dilakukan pemeriksaan langsung ( sediaan basah ) maka dilakuakan
pengecatan untuk membantu Identifikasi Morfologi Trichomonas vaginalis. Teknik
pewarnaan yang bisa dilakukan adalah pewarnaan giemsa.
Berikut akan dijelaskan tatacara pemeriksaan sampel :
a. Cara langsung ( cara basah )
1). Pindahkan urin dari pot penampung kedalam tabung untuk disentrifus dengan kecepatan
rendah selama 5 menit.
2). Sesudah disentrifus buang supernatannya.
3). Dengan memakai pipet pastur, teteskan sehingga endapan bercampur ( dengan cara
menghisap dan mengeluarkan ).
4). Tuangkan 1 tetes endapan yang homogen pada obyek glass kemudian tutup dengan cover
glass.
5). Periksa secara mikroskopis dengan obyektif 10 kali. Perhatikan adanya organisme kecil,
transparan seukuran dengan sel darah putih, bergerak cepat, menyentak nyentak bergerak
melingkar.
6). Periksa memakai obyektif 40 kali untuk mengamati Trichomonas vaginalis.
b. Pengecatan Giemsa:
1). Tempatkan 1 tetes endapan urin yang homogeny pada obyek glass.
2). Buat paparan tipis dan biarkan kering
3). Fiksasi dengan methanol selama 1 menit
4). Sebelum melakukan pengecatan buat pengenceran
cat
giemsa 1 : 1
(1 ml giemsa solution + 1 ml buffer phosphate)
5). Tempatkan sediaan pada rak pengecatan, dan tuangi dengan cat giemsa
yang sudah diencerkan, diamkan selama 10 menit.
7). Cuci dengan air mengalir , hapus dan bersihkan bagian bawah obyek glass kemudidan
letakkan pada rak pengering, biarkan kering.
8). Setelah kering sediaan diamati secara mikroskopis dengan obyektif 100
kali dan minyak imersi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengambilan sampel dilakuakan selam 6 hari yaitu mulai tanggal 7 Mei 10 Mei
2012 dan tanggal 14 Mei 15 mei 2012 dan didapatkan 25 sampel urin dari masyarakat yang
rutin mandi di aliran sungai dengan dugaan trikomoniasis positif maupun negatif.
Setelah melakukan pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Akademi Analis
Kesehatan Malang ternyata dari 25 sampel yang terkumpul didapatkan hasil :

1. Menggunakan metode langsung diperoleh hasil positif sebanyak 1sampel .


2. Menggunakan metode pengecatan giemsa diperoleh hasil positif sebanyak 2 sampel .
Data hasil pemeriksaan diatas menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode cara
langsung diperoleh 1 pasien postif terinfeksi Trikomoniasis. Sedangkan dengan menggunakan
metode pengecatan diperoleh 2 pasien positif terinfeksi Trikomoniasis.
Metode langsung yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai prevalensi
1 / 25 x 100 % = 4% sedangkan metode pengecatan giemsa mempunyai prevalensi 2 / 25 x
100% = 8%.
Tabel 3. Hasil pemeriksaan infeksi Trikomonas vaginalis sebanyak 25 sampel dari masyarakat yang
tinggal didaerah aliran sungai Joyogrand, kelurahan Merjosari Malang.
Tanggal

No sampel

Metode langsung

Metode giemsa

7 Mei 2012
7 Mei 2012
7 Mei 2012
7 Mei 2012
7 Mei 2012
8 Mei 2012
8 Mei 2012
8 Mei 2012
9 Mei 2012
9 Mei 2012
9 Mei 2012
9 Mei 2012
10 Mei 2012
10 Mei 2012
10 Mei 2012
14 Mei 2012
14 Mei 2012
14 Mei 2012
14 Mei 2012
14 Mei 2012
14 Mei 2012
15 Mei 2012
15 Mei 2012
15 Mei 2012
15 Mei 2012

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif

Sumber: data diolah


Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 Mei 2021 15 Mei 2012 dengan tujuan untuk
mengetahui besarnya prevalensi Trikomoniasis pada masyarakat yang tinggal didaerah aliran
sungai Joyogrand, kelurahan Merjosari Malang.
Penelitian membutuhkan waktu , dana, dan tenaga yang tidak sedikit. Banyak kendala
yang kami temui mulai dari pencarian tempat hingga sulitnya mencari dan menjalin
komunikasi dengan masyarakat yang tinggal didaerah aliran sungai Joyogrand, kelurahan
Merjosari Malang yang kami temui untuk bersedia membantu penelitian kami. Mungkin hal
tersebut karena kurangnya pemahaman, ilmu pengetahuan dan pendidikan masyarakat yang
tinggal didaerah aliran sungai Joyogrand, kelurahan Merjosari Malang. Dimana masyarakat
didaerah tersebut kehidupan ekonominya kebanyakan kurang mampu.
Pemilihan obyek dari penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa seseorang tersebut
bisa menjaga kebersihan dirinya atau tidak. Biasanya masyarakat didaerah aliran sungai
sering mandi dan mencuci pakaian di sungai , oleh karena tidak mempunyai pengetahuan
tentang kesehatan.

Sebenarnya cara yang paling efektif untuk identifikasi trikomoniasis adalah dengan
mengambil sekret vagina dari masyarakat didaerah aliran sungai Joyogrand, kelurahan
Merjosari Malang tersebut , yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan sediaan basah. Sebab
dari sekret yang segar itu kita dapat melihat dengan jelas pergerakan trikomonas tersebut.
Tetapi kendala yang muncul terkait dengan pemeriksaan sekret vagina tersebut adalah
keterbatasan keahlian yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis ingin mencoba
prosedur pengambilan yang sangat sederhana, tidak menyakitkan dan yang paling penting
pasien dapat melakukan pengambilan sampel sendiri. Dari penelitian yang dilakukan
didapatkan 4% dengan cara langsung dan 8% dengan cara pengecatan giemsa.Tuan penelitian
yang dilakukan adalah untuk mengetahui prevalensi Trichomonas vaginalis didaerah aliran
sungai Joyogrand Kelurahan Merjosari Malang.Dengan hasil penelitian ini kita dapat
memberitahukan kepada warga agar lebih menjaga sanitasi lingkungan dan juga kebersihan
diri sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyakit trikomoniasis.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Identifikasi Trikomonas vaginalis
dapat dilakukan dengan menggunakan sedimen urine.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian kami, prevalensi Trichomoniasis dari
masyarakat didaerah aliran sungai Joyogrand, kelurahan Merjosari Malang yaitu sebesar : 8%
Saran
Pencegahan infeksi yang disebabkan oleh Trikomonas vaginalis dapat diketahui
dengan penyuluhan serta pendidikan terhadap pasien dan masyarakat umum tentang infeksi
ini secara diagnosis dan penanganan yang tepat pada pasangan penderita Trichomoniasis.
Oleh karena transmisi utama Trichomoniasis adalah melalui hubungan seksual , maka
individu yang suka berganti ganti pasangan maka perlu penanganan yang lebih khusus. Dan
sebaiknya jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan
sembuh. Bagi masyarakat yang tinggal didaerah aliran sungai Joyogrand, kelurahan Merjosari
Malang. Disarankan untuk tidak mandi di aliran sungai tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani , Yunilda 2005. Trichomonas vaginalis Protozoa Patogen Saluran Urogenital.
Universitas Sumatera Utara Repository.
Beaver PC, Jung RC, Cupp EW. 1984. Clinical Parasitology. 9th ed. Philadelphia. Lea & Febinger
Candiani GB, Cameri ID, Macchi L, Bisbini P,. 1973. Trichomoniasis. Milan. Grafiche Ricordi
Chin J, Ascher MS. 2000. Trichomoniasis. In Control of Communicable Disease Manual. 17th ed.
Washington DC. American Public Health Ass
Cook GC. 1996 . Tricomonal Infection. In : Mansons Tropical Disease. 20th ed London. ELBS dan
WB Saunders
Djayakusumah S.T. Trikomoniasis. Penyakit Menular Seksual. Ed. 2, 2001 :
Gracia LS, Bruckner DA. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Jakarta. EGC
Jawetz , E Melnick & Adelbergh. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Jakarta. EGC
Jirovec, Otto, Petrumiroslav.1968. Trichomonas vaginalis And Trichomoniasis. Advance In
Parasitology
Margono S.S.2000. Flagellata Traktus Urogenital Dan Tractus Digestivus. Parasitologi Kedokteran.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Markel EK, John DT, Krotoski WA. 1999. Medical Parasitology. 8th ed. Philadelphia. WB Saundesr
Mulyati Ompungsu Sahat : Nuraeni Reny.1995. Infeksi Trichomonas vaginalis Pada Penderita
Keputihan. Majalah Kedokteran Indonesia
Omer E.F.E.1993.Clinical Picture of genital Trikomoniasis. Medicine Digest Asia.
Prasetyo, R. H. 2002. Pengantar Praktikum Helmintologi Kedokteran, ED 2. Surabaya : Airlangga
University Press.
Prasetyo H. R. 2000.Pemeriksaan Eksudat Urogenital dan Pemeriksaan Urine.
Prawirohardjo, S. 1997. Ilmu Kandungan Jakarta . Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo
Rien M.F.1990. Trichomonas vaginalis, Principles And Practise of Infection Diseases 3th ed. New
York : Churchill-livingstone.
Weston T.E. Nicol C.S. 1963.Natural History of Trichomonal Infection In Males. British : J Veneral
Diseases

Anda mungkin juga menyukai