Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA

A.

Pendahuluan

Seirama dengan derap langkah pembangunan negara dewasa ini, kita akan memajukan industri maju
dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialis. Proses industrialisasi maju ditandai antara
lain
dengan
mekanisme,
elektrifikasi
dan
modernisasi.
Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi
modern serta bahan-bahan berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut disamping memberikan
kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat
kerja. Di dalam hal lain akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan
sifat pekerjaan yang berbahaya. Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan
mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan
salah satu bagian dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan.

B.

Konsep

Beberapa

Istilah

Dalam rangka memperoleh lingkungan kerja yang sehat dan mendukung proses industri dengan
berbagai teknologi yang digunakan, upaya ke arah pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan kondisi
lingkungan kerja menjadi penting perananya. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan Kesehatan
dan
keselamatan
kerja
adalah
sebagai
berikut
:

1.

Higiene

Industri

(Industrial

Hygiene)

a.
Pengertian
Menurut Robet W. Alen, dkk (1976) dalam Rachman, dkk (1990), Industrial Hygiene dinyatakan
bahwa
(1):
Industrial Hygiene is brodly concerned with the chemical and physical stresses that may impair the
health
and
well
being
of
works
Secara bebas higiene industri dapat diartikan sebagai gangguan kimia dan fisika yang mungkin dapat
merusak kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Lebih lanjut ditekankan lagi, gangguan tersebut
meliputi gangguan oleh adanya debu, kimia, cairan, gas, uap, dan kabut yang dapat membahayakan
pernafasan, kulit, paru-paru dan mata. Dimungkinkan pula gangguan terjadi karena pemaparan
radiasi
pengion
dan
bukan
pengion.
Thomas J. Smith (1988) dalam Rachman,dkk (1990), mengemukakan Higiene industri sebagai berikut
(2):
Industrial hygiene is the environmental science of identifying and evaluating chemical, and biologic
hazard in the workplace and devising ways to control or eliminated them.
Secara bebas, definisi tersebut dapat diartikan bahwa higiene industri meupakan ilmu lingkungan
yang menjatidirikan dan penilaian bahaya fisika, kimia, dan biologi di tempat kerja serta memperloh
cara
unruk
mengawasinya
atau
menghilagkan
bahaya
tersebut.
Sumamur (1984) dalam bukunya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja mengemukakan bahwa
Higiene
perusahaan
adalah
(3):
Spesialis dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penelitian kepada faktorfaktor penyebab penyakit kualitataif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif dilingkungan kerja tersebut
serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari
bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap denrajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Sasaranya
adalah
lingkungan
kerja
dan
bersifat
teknis.
Berdasarkan pengertian higiene perusahaan dari berbagai ahli, secara umum dapat disimpulkan
bahwa higiene industri atau disebut juga higiene perusahaan mempunyai karakteistik mendasar

sebagai ilmu kesehatan lingkungan yang menghususkan garapannya untuk mengantisifasi,


menjatidirikan, menegakan, menilai dan mengawasi faktor-faktor lingkungan industri atau perusahaan
yang
akan
atau
dipengaruhi
terhadap
Kesehatan
masyarakat

b.
Tujuan
dan
Ruang
Lingkup
Tujuan dari higiene industri adalah memberikan perlindungan terhadap kesehatan tenagakerja
melalui penekatan secara teknis terhadap efek samping penerapan teknologi produksi, agar tercipta
lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehinggs terwujud tenaga kerja yang sehat,
selamat,
sejahtera,
dan
mampu
bekerja
produktif
dan
efisien.
Adapun ruang lingkup kegiatan atau aktivitas higiene industri akan mencakup hal-hal mengenai
mengantisipasi,
mengenal,
mengevaluasi,
dan
mengendalikan

c.
Prinsip
dasar
Untuk penerapan higiene industri di tempat kerja suatu industri akan diperlukan pemahaman terhadap
3
prinsip
dasar
yaitu
:
pengenalan
terhadap
bahaya
faktor-faktor
lingkungan
kerja
penilaian/evaluasi
terhadap
bahaya
faktor-faktor
lingkungan
kerja
pengendalian
terhadap
bahaya
faktor-faktor
lingkungan
kerja

2.

Kesehatan

Kerja

(Occupational

Health)

a.
Pengertian
Banyak batasan tentang keselamatan kerja yang dirumuskan oleh para ahli ataupun badan
internasional
di
bidang
ini,
beberapa
diantaranya
adalah
sebagai
berikut
:
Menurut National safety Council-USA (1982) dalam Rachman,dkk (1990)(1), kesehatan kerja sangat
berkaitan dengan satu atau lebih kondisi kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan
dapat menurunakan produktivitas kerja yang pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi perusahaan
yang
bersangkutan.
Menurut Hugh Rodman Leavell dan Gurney Clark (1958) dalam Rachman,dkk (1990)(2) :
Occupational health implies the sum of all the effort to improve the health of workers in the
community
and
industries.
Dengan kalimat lain, kesehatan kerja dalam definisi ini diartikan sebagai sejumlah upaya untuk
meningkatkan kesehtan para pekerja atau karyawan di dalam masyarakat dan perusahaan/industri.
Sumamur (1984) dalam bukunya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja mengemukakan bahwa
Kesehatan
kerja
adalah
(3):
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta perakteknya yang
bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
fisik, atau mental, maupun social, dengan usaha-usaha prepentif dan kuratif terhadap
penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan factor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta
terhadap penyakit-penyakit umum lainnya. Sasaranya adalah manusia dan bersifat medis.
Dari ketiga definisi kesehatan kerja uang telah diurai diatas secara pokok dapat disimpulkan bahwa
kesehatan kerja mempunyai karakteristik bidang sasaran manusia (pekerja) dengan kesehatanya.

b.
Tujuan
dan
ruang
lingkup
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah bukan sekedar kesehatan pada sector
industri saja melainkan juga mengarah pada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan
pekerjaanya (Total health of all at work). Oleh sebab itu kesehatan kerja meiliki tujuan untuk :
Meningkatkan
dan
memelihara
derajat
kesehatan
pekerja.

- Melindungi dan mencegah pekerjaan dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja atau
pekerjaanya.
- Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan pendidikan atau
ketermapilannya.
meningkatkan
efesiensi
dan
produktivitas.
Adapun Ruang Lingkup Kesehatan kerja mencakup kegiatan yang bersifat komprehensif berupa
upaya promotif yang berupa penyuluahan , preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif berupa
penyuluahan, pelatihan dan peningkatan pengetahuan tentang upaya hidup sehat dalam bekerja.
Upaya prepentif yakni kegiatan pencagahan terhadap resiko kesehatan. Upaya kuratif lebih
menekankan pada angka absensi karena sakit dan angka kesakitan. Upaya rehabilitatif lebih
menekankan upaya penyembihan dan pemeliharaan kesehatan setelah sakit. Dalam disiplin
kesehatan kerja upaya promotif dan prepentif lebih mengemuka dengan tidak mengabaikan aspek
kuratif
dan
rehabilitatif.

c.
Prinsip
dasar
Jadi pada
prinsipnya
kesehatan kerja meliputi 3 hal dasar utama yaitu :
- Upaya kesehatan kerja
meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan pemenuhan
persyaratan kesehata kerja.
Hakikatnya merupakan penyesuaian atau penyerasian kapasitas kerja, beban kerja, dan
lingkungan kerja yg merupakan beban tambahan yg harus diterima pekerja.
Jadi upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan
Tahun
1992
Pasal
23).
Konsep dasar dari Upaya Kesehatan Kerja ini adalah : Identifikasi permasalahan, Evaluasi dan
dilanjutkan
dengan
tindakan
pengendalian.
Status
kesehatan
pekerja
Adalah kondisi kesehatan pekerja pada suatu saat tertentu yang dipengaruhi oleh 4 faktor penentu,
yaitu
lingkungan
pekerja,
Prilaku
kerja,
Pelayanan
kesehatan,
Faktor
genetic.
pengkajuan
bahaya
potensial
di
tempat
kerja
Ditempuh 3 langkah utama :
Pengenalan bahaya potensial di tempat kerja

Evaluasi bahaya potensial di tempat kerja

Pengendalian bahaya potensial

d.
Tiga
komponen
yang
mempengaruhi
kesehatan
pekerja
Berkaitan dengan factor yang mempengaruhi kondisi kesehatan, dalam melakukan pekerjaan perlu
dipertimbangankan berbagai potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat system kerja atau
cara kerja, penggunaan mensin, alat dan bahan serta lingkungan disamping factor manusianya.
Di tempat kerja, kesehatan dan kinerja seorang pekerja sangat di pengaruhi oleh :
- Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan social, sehingga upaya penempatan kerja yang sesuai
dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan
pengalaman,
ketermapilan,
motivasi
dan
lainnya.
- Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keteramapilan, kesegaran jasmani,
ukuran
tubuh,
keadaan
gizi
dan
sebagianya.
- Lingkungan kerja sebagai bebna tambahan, baik berupa factor fisik, kimia, biologic, ergonomic,
maupun
aspek
psikososial.
Berbagai potensial bahaya kesehatan dan kemungkinan dampaknya antara lain ;

Faktor
mesin
/
perlatan:
Cidera,
kecelakaan
kerja
- Faktor Psikologik dan beban kerja: gangguan musculo skeletal, low back pain, kelelahan.
- Faktor fisik : nois induced hearing loss, gangguan neuro vascular, efek radiasi
Faktor
kimia
:
intoksikasi,
alergi,
kangker.
Faktor
biologic:
infeksi,
alergi.
Faktor
psikologik
:
strees
psikis,
depresi,
ketidakpuasan.
Faktor
psikososial:
konflik,
monotoni,
kualitas
kerja.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa di capai suatu kesehatn kerja yang optimal.
Sebaliknya bila teradapat ketidakserasian dapt menimbulkan masalah kesehatn kerja berupa penyakit
akibat
kerja
yang
pada
akhirnya
akan
menurunkan
prodiktivitas
kerja.
Jika
dapat
disimpulkan
konsep
kesehatan
kerja
adalah
sebagai
berikut
:
- Health Hazard, dapat berupa : Physic, Chemical, Biologic, Ergonomics, Psychosocial
- penyakit mendadak, menahun, kanker dan dampak terhadap masyarakat umum (Prolonged
Reaction)
kontak
Konsekuensi
yang
dapat
timbul
:
Terpapar
- Konsentrasi kepedulian Environment (bahan pencemar), dapat berupa : Exposure, Work hours,
PPE, Pendidikan, Karir jab. Sesuai pendidikan, Titik berat pd bahaya tersembunyi Sepertinya kurang
urgent (laten), Prinsip pendekatan, Pengkajian kepaparan, Utk memperkecil kepaparan
Catatan
:
Istilah umum yang dikenal di bidang ketenagakerjaan dalam kaitan dengan kesehatan adalah
kesehatan kerja (occupational health) saja tanpa memunculkan higiene perusahaan (Industrial
Hygiene) nya, sebagaimana diuraikan pada definisi kesehatan kerja. Sebagai contoh, dalam proram
Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) di perushaan, maka istilah kesehatan kerja dalam program
tersebut sebenarnya mencakup higiene perusahaan. Walaupun prakteknya, jarang ditemukan data
hasil pengukuran lingkungan kerja perusahaan yang bersangkutan. Padahal kedua istilah tersebut
seperti dua sisi pada mata uang, keduanya saling mempengaruhi. Walaupun istilah umum yang
dikenal kesehatan kerja , namun bagi para praktisi pelayanan kesehatan perusahaan dalam hal ini
dokter atau paramedis perusahaan, dalam mengiterpretasikan istilah tersebut perlu dilengkapi data
hasil
pengukuran
lingkungan
kerja.

3.

Keselamatan

Kerja

(Occupational

Safety)

a.
Pengertian
Masih dalam kaitannya dengan upaya higiene perusahaan dan keselamatan kerja, diketahui pula
adanya
pengertian
keselamatan
kerja.
Beberapa
diantaranya
antara
lain
:
Occupational safety diungkapkan bahwa keselamatan kerja menjadi penting sebagai bagian resmi
manajemen industri atau perusahaan yang lebih menekankan perhatiannya terhadap pencegahan
kecelakaan
kerja.
Dalam
hal
ini
secara
jelas
dikemukakan
bahwa
(1)
:
... is to minimize the risk of occuational injuries by preventing accident and controling exposures to
hazardous
stresors
in
the
work
environment.
Atau dengan ulasan lain, keselamatan kerja mempunyai makna upaya mengurangi dan atau
menekan sejauh mungkin kecelakaan akibat kerja dengan cara mencegah kecelakaan dan
mengawasi
pemaparan
bahan
berbahaya
yang
menimbulkan
kecelakaan
kerja.
Sumamur (1984) dalam bukunya Keselamatan Kerja dan pencegahan Kecelakaan mengemukakan
bahwa
Keselamatan
Kerja
adalah
(2):
Keselamtan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjan.
Dari batasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja lebih menitikberatkan
usahanya pada semua tempat kerja dan peralatan kerja dalam proses produksi serta distribusinya ke
masyarakat.

b.
Tujuan
dan
Ruang
lingkup
Tujuan
dari
keselamatan
kerja
adalah
sebagai
berikut
:
- Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatanya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup
dan
meningkatkan
produksi
serta
produktivitas
nasional.
Menjamin
keselamatan
setiap
orang
lain
yang
berasa
di
tempat
kerja.
sumber
produksi
dipelihara
dan
dipergunakan
secara
aman
dan
efesien.
Sasaran utama dari keselamatan kerja adalah tempat kerja yang padanya :
- Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin pesawat, alat, perkakas, peralatan atau istalasi
yang berbahaya dan dapat menimbulakan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
- Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan bahan atau barang
yang dpat meledak, mudah terbakar, mengigit, beracun, menimbulakan infeksi, bersuhu tinggi.
- Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaranrumah, grdung
atau bengunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atu terowongan di bawah tanah dan
sebagainya
atau
dilakukan
pekerjaan
persiapan.
- Dilakukan usaha pertanisn, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu
atau
hasil
hutan
lainya,
peternakan,
perikanan
dan
lapangan
kesehatan.
- dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atu bijih logam lainnya, batubatuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik dipermukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar
perairan.
- Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan melalui terowongan, di
permukaan
air,
dalam
air,
maupun
udara.
- Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal,perahu, darmaga, dok, stasiun atau gudang.
Dilakukan
penyelaman,
pengambilan
benda
danpekerjaan
lain
dalam
air,
- Dilakuakn pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah.
- Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbuna tanah, kejatuhan, terkena pelanting
benda,
tejatuh
atau
terperosok,
hanyut
atau
terpelanting.
Dilakukan
pekerjaan
dalam
tangki,
sumur
atau
lobang.
- terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, uap, asap, gas, hembusan angin,
cuaca,
sinar
atau
radiasi,
suara
atau
getaran.
Dilakuakan
pembuangan
atau
pemusnahan
sampah
atau
limbah.
- Dilakukan pendidikan dan pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang emnggunakan alat
teknis.
- Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atu
air.
Dilakukan
pekerjaan-pekerjaan
lain
ynag
berbahaya.
Hal tersebut di atas sesuai dengan ruang lingkup UU No. 1 tentang keselamatan kerja, semua
aktivitas /kegiatan yang dilakuan di tempat kerja, terdapat sumber bahaya dan melibatkan tenaga
kerja,
wajib
menerapkan
prinsip
keselamatan
kerja.
Jika
dapat
disimpulkan
konsep
kesehatan
kerja
adalah
sebagai
berikut
:
a. Safety Hazard, dapat berasal dari :
Mechanic

Electric

Kinetic

Substances

Flammable

Explosive

CombustibleCorrosive

b. Konsekuensi
Accident

Injuries

Assets

Damage

Mendadak, dramatis, bencana (Sudden Reaction)

c. Konsentrasi kepedulian
- Process

- Equipment, facilities, tools

- Working practices

- Guarding

- Pengalaman

- Karir lapangan + pelatihan

- Titik berat pd kerusakan asset, fatality

- Sepertinya urgen (bahaya mendadak)

- Prinsip pendekatan

- Pengkajian resiko

- Untuk memperkecil resiko

C.

Pengertian

K3

Sementara
itu
pengertian
dari
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
adalah
:
Secara filosofi : suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah amupun rokhaniah tenaga kerja pada khususnya manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya
menuju
masyarakat
adil
dan
makmur.
Secara keilmuan : Ilmu pengetauan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya
kecelakaan
dan
penyakit
akibat
kerja.

D.

Tujuan

K3

Sebagaimana dijelaskan dalam pengertian K3 secara filosofi bahwa K3 bertujuan untuk menjamin
kesempurnaan jasmaniah dan rokhaniah tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya. Oleh karena
itu keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya
kecelakaan
dan
penyakit
akibat
kerja,
dan
menjamian
:
1. Bahwa setiap tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja dalam keadaan selamat dan sehat.
2.
Bahwa
setiap
sumber
produksi
dipergunakan
secara
aman
dan
efesien
3.
Bahwa
proses
produksi
dapat
berjalan
lancar
Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran, peledakan
dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Oleh karena itu setiap usaha K3 tidak lain
adalah usaha pencegahan dan penanggulangan kecelakaan dan penyakit di tempat kerja.

E.

Ruang

Lingkup

K3

Bertolak dari batasan higiene industri, kesehatan kerja, dan keselamatan kerja di atas, maka ruang
lingkup
kesehatan
dan
keselamatan
kerja
dapat
digariskan
sebagai
berikut
:
1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya melibatkan

aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
2. Aspek perlindungan dalam K3 meliputi :
- Tenaga kerja dari semua jenis dan kjenjang keahlian

- Peralatan dan bahan yang digunkan

- Faktor-faktor lingkungan kerja

- Proses produksi

- Karakteristik dan sifat pekerjaan

- Teknologi dan metodologi kerja


3. Penerapan K3 dilaksanakan secara kholistik sejak perencanaan hingga pengelolaan hasil dari
kegiatan
industri
barang
ataupun
jasa.
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggungjawab atas
keberhasilan
usaha
K3

F. Keterkaitan K3 dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat


&
Keilmuan
Lainnya
Kaitan Ilmu Kesehatan & Keselamatan Kerja dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat dapat dilihat
sebagai
berikut
:
Pengertian paradigma sehat menurut WHO adalah sehat secara fisik, mental, social, dan produktif.
Sedangkan Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan melalui usaha pengorganisasian di masyarakat. Masyarakat pekerja
sebagai kelompok produktif yang memerlukan perhatian cukup penting sebagai tulang punggung
perekonomian
keluarga
dan
masyarakat
pada
umumnya.
Kesehatan masyarakat adalah batasan keilmuan yang meliputi kesehatan lingkungan dan kesehatan
kerja. Kesehatan lingkungan sendiri merujuk pada sifat dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi
kualitas kesehatan. Sedangkan kesehatan kerja memusatkan perhatian pada pekerja baik di industri,
pertanian, jasa, informal, dan sector lainnya. Sehingga kalau diperlihatkan dalam diagram maka akan
terlihat
sebagai
berikut
:

Perbedaan

antara

Hiperkes

dengan

Kesehatan

Masyarakat

Hiperkes:
1.
Tenaga
Kerja
merupakan
Tujuan
Utama
2.
biasanya
mengurusi
golongan
karyawan
yang
mudah
didekati
3.
efektifnya
pemeriksaan
kesehatan
sebelum
kerja
dan
periodik
4.
yang
dihadapi
lingkungan
kerja
5.
terutama
bertujuan
meningkatkan
produktivitas
6.
dibiayai
oleh
perusahaan
atau
masyarakat
tenaga
kerja

7.
8.

perkembangan
perundang-undangan

sangat
berada

pesat
dalam

setelah
ruang
lingkup

revolusi
industri
ketenagakerjaan

Kesehatan
Masyarakat
:
1.
Masyarakat
umum
merupakan
Tujuan
Utama
2.
biasanya
mengurusi
masyarakat
yang
kurang
mudah
dicapai.
3.
sulit
melakukan
pemeriksaan
kesehatan
periodik
4.
yang
dihadapi
lingkungan
umum
5.
terutama
bertujuan
meningkatkan
kesehatan
dan
kesejahteraan
masyarakat
6.
dibiayai
oleh
anggaran
pemerintah
7. perkembangan sangat pesat setelah kemajuan dibidang Ilmu jasad-jasad renik
8.
perundang-undangan
berada
dalam
Ilmu
Kesehatan
Sumber

Sumamur

(1986

11)

Ilmu Kesehatan dan Keselamatan kerja juga meliputi penerapan berbagai keilmuan kedokteran,
fisika, kimia, biokimia, sosial dan fisiologi. Dalam penerapan ilmu-ilmu tersebut dikembangkan
melealui disiplin ilmu higiene lingkungan kerja, toksikologi industri, gizi tenaga kerja, ergonomi, dan
penerapan
prinsip-prinsip
keselamatan
kerja.
Dalam menciptakan suasana serta kondisi lingkungan kerja yang sehat diperlukan upaya-upaya yang
merupakan penerapan ilmu higiene lingkungan kerja untuk mencegah bahaya lingkungan kerja dan
masyarakatnya melalui penerapan teknologi yang sasarannya adalah lingkungan kerja. Sedangkan
sifat, cara masuk serta pencegahan dari zat-zat toksik di lingkungan kerja memerlukan penerapan
keilmuan toksikologi industri melalui pendekatan ilmu kimia, fisika, biokimia, immunologi,
immunokimia serta fisiologi. Di dalam proses pekerjaannya tenaga kerja berhadapan dengan
peralatan kerja, untuk proses adaptasi dan mencapai produktipitas diperlukan keserasian dengan
aspek-aspek fisik maka aspek suasana kerja, kepuasan kerja, serta rasa aman dalam bekerja maka
diperlukan pengembangan psikologi industri serta penerapan aspek-aspek keselamatan kerja.

G.

Pendidikan

dan

Profesi

K3

Dalam bidang pendidikan pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan pendidikan untuk
menghasilkan
tenaga
ahli
K3
pada
berbagai
jenjang
pendidikan,
misalnya
:
1.
Diploma
III
Hiperkes
di
Universitas
Sebelas
Maret
2. Strata 1 pada fakultas kesehatan masyarakat khususnya peminatan K3 di Unair, Undip, dll. Dan
jurusan
K3
FKM
UI
3. Strata 2 pada program pasca sarjana khususnya program studi K3, misalnya di UGM, UNDIP, UI,
Unair.
Pada beberapa diploma kesehatan semacam kesehatan lingkungan dan keperawatan juga ada
beberapa SKS dan Sub Pokok bahasan dalam sebuah mata kuliah yang khusus mempelajari K3.
Dari bidang pendidikan tersebut maka akan lahirlah beberapa ahli yang nantinya akan menempati
profesi yang mempunyai tanggung jawab dalam memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja,
yang pada umumnya ahli-ahli tersebut dipertimbangkan sebagai bagian dari manajemen. Ahli-ahli
yang harus memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja ini merupakan fungsi dari 2 peranan
yang
berbeda,
yaitu
:
1.
Ahli
higiene
industri
ahli higiene industri perusahaan adalah seorang teknisi perusahaan atau seorang insinyur yang telah
mendapatkan
pendidikan
khusus
dalam
bidang
higiene
industri.
Ahli higiene industri adalah orang yang bertangungjawab terhadap higiene industri atau kondisi
lingkungan kerja, tugasnya adalah membuat atau memperbaiki kondisi lingkungan kerja menjadi

sehat dan aman dan bebas dari bahaya kerja yang dapat menyebabkan sakit terhadap tenaga kerja.
Ahli higiene industri melakukan survei tempat kerja dengan menggunaan perlatan khusus untuk
mengukur atau menilai setiap kondisi lingkungan yang mungkin berpengaruh buruk terhadap
kesehatan atau bahkan keselamatan tenaga kerja, selanjutnya melakukan koreksi atau pengendalian
tehadap bahaya yang ada yang tidak memenuhi standar atau nilai ambang batas yang ditetapkan.
2.
ahli
keselamatan
kerja
Ahli Keselamatan kerja perusahaan adalah seorang teknisi perusahaan atau seorang insinyur yang
telah
mendapatkan
pendidikan
khusus
dalam
bidang
Keselamatan
kerja.
Ahli keselamatan kerja adalah orang yang bertangung jawab terhadap keselamatan tenaga kerja dari
bahaya yang ada di tempat kerja yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja yang
diderita oleh tenaga kerja. Tugasnya dari hari ke ahari menyelenggarkan fungsi administrasi
keselamatan kerja yaitu melihat atau mengamati setiap pekerjaan atau operasi proses produksi
secara dekat agar dapat mengetahui dan mengadakan perbaikan terhadap potensi bahaya yang ada.
Tujuannya adalah untukmencegah kerusakan mesin atau peralatan atau kerusakan bahan-bahan,
mengamankan agar operasi dalam proses produksi tidak sering berhenti oleh karena adanya tenaga
kerja yang menderita kecelakaan kerja, serta meniadakan atau memperkecil biaya yang dikeluarkan
oleh karena adanya tenaga kerja yang menderita kecelakaan atau sakit akibat kerja yang timbul oleh
kondisi
lingkungan
yang
tidak
memenuhi
norma
yang
berlaku.
Selain kedua ahli tersebut masih ada unsur lain yang merupakan tenaga ahli yang juga
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja melalui pendekatan medis. Tenaga ahli tersebut
adalah Ahli Kedokteran Kerja di perusahaan. Ahli Kedokteran Kerja di Perusahaan adalah seorang
dokter (umum) yang bekerja di perusahaan yang tugas dan tangungjawabnya adalah memberikan
pelayanan kesehatan kepada para tenaga kesehatan serta telah mendapat pendidikan khusus dalam
bidang kedokteran kerja atau hiperkes medis. Disamping itu masih ada tenaga ahli yang membantu
Ahli Hiperkes Medis yaitu paramedis atau perawat perusahaan yaitu seorang tenaga perawat atau
paramedis yang membantu tugas-tugas dokter perusahaan dan telah mendapatkan pendidikan
khusus
hiperkes.
Perlu diketahui bahwa tenaga ahli yang dapat dihasilkan di pusat pendidikan di indonesia baru Ahli
Kedokteran Kerja atau Ahli Hiperkes Medis. Lulusan tersebut dihasilkan dari program Pasca Sarjana
FKUI, UGM, dan UNAIR. Sedangkan program pendidikan yang menghasilkan tenaga Ahli Higiene
Industri atau Hiperkes Teknis dan Ahli Keselamatan kerja yang ada di Indonesia belum ada masih
dalam rintisan. Ahli Higiene Industri dan Ahli Keselamatan kerja yang ada di Indonesia umumnya
lulusan
luar
negeri
dan
jumlahnya
pun
masih
sangat
sedikit.
Adapun peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dalam K3 bila dilihat secara keilmuan, bidang
keilmuan kesehatan masyarakat merupakan bagian dari bidang ilmu kesehatan disamping
kedokteran, kedokteran gigi dan keperawatan. Profesi dokter, dokter gigi ataupun perawat sudah
cukup lama dikenal oleh masyarakat luas. Sedangkan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagian
besar masyarakat umum belum mengenal peran dan kedudukannya dala upaya pembangunan
bidang kesehatan. SKM memiliki kemampuan profesional dan spesifik bidang kesehatan masyarakat,
yaitu: 1) Menetapkan diagnosis kesehatan masyarakat/komunikasi yang intinya mengenali,
merumuskan, dan menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat. 2) Mengembangkan program
penanganan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif. 3) Bertindak
sebagai manajer madya yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti. 4)
melakukan pendekatan masyarakat. 5) Bekerja dalam tim multidisipliner (Konsorsium ilmu
Kesehatan,
1998).
Selain kompetensi yang bersifat generalis, SKM sesuai dengan tuntutan pengguna atau pasar juga
berkembang ke arah adanya sebuah khususan atau peminatan. sesuai dengan fragmentasi ilmu
kesehatan masyarakat yang meliputi 7 bidang (Husin, 2003), maka umumnya dapat dikembangkan
pula 7 peminatan di bidang kesehatan masyarakat, yaitu epidemiologi, biostatistika, pendidikan
kesehatan, kesehatan lingkungan, gizi kesehatan masyarakat, administrasi dan kebijakan kesehatan,

kesehatan kerja. Dari 7 bidang peminatan yang ada, peminatan kesehatan kerja (biasanya
ditambahkan dengan keselamatan karena sangat terkait sehingga menjadi kesehatan dan
keselamatan kerja, disingkat K3) saat ini dirasakan mengalami perkembangan pesat dikarenakan K3
merupakan salah satu aspek penting dalam mendukung keberlangsungan proses produksi, sebagai
tuntutan pasar dan berkembangnya industrialisasi. Peluang pasar kerja da peminat K3 juga
cenderung lebih banyak. Kondisi ini sangat strategis untuk melihat peran SKM dalam upaya
kesehatan kerja. SKM peminatan K3 memiliki kemampuan profesional untuk mengidentifkasi dan
memecahkan masalah kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan dan keselamatan kerja,
menganalisa permasalahan K3, melakukan fasilitasi dan mengembangkan program-program K3.
Kompetensi SKM peminatan K3 yang diharapkan adalah memiliki pola pikir integratif, dapat
menguasai dan mengembangkan konsep-konsep dasar serta pengetahuan praktis bidang K3 dan
dapat mengembangkan budaya K3 di tempat kerja dengan pendekatan nilai budaya, humanisme dan
psikososial serta diarahkan untuk menuju berbagai profesi, misalnya sebagai safety/health specialist,
konsultan, auditor dan profesi lain di bidang K3. Dilihat dari isi mata ajaran, kompetensi SKM
peminatan
K3
mencakup:
1. Mampu memahami konsep umum, peran, fungsi, strategi sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan
kerja
secara
integratif
2. Memiliki wawasan dan pemahaman mengenai pendekatan perilaku organisasi dalam konteks
keselamatan
dan
kesehatan
kerja.
3. Mampu memahami peran sentral promosi kesehatan pekerja dalam pelayanan kesehatan kerja
untuk
optimalisasi
kesehatan
pekerja,
kapasitas
kerja
dan
kualitas
kehidupan.
4. Memahami prinsip dasar pengukuran kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Memahami esensi dasar keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja guna pengembangan secara
aplikatif.
6. Mampu memahami sumber-sumber, bentuk dan sifat hasil dari lingkungan kerja, metoda-metoda
sampling, nilai ambang batas, manajemen industri dan toksikologi pengendalian di lingkungan kerja.
7. Mampu memahami tentang prinsip-prinsip, teknik dan penerapan unsur-unsur manajemen risiko
dan pencegahan kerugian di industri, identifikasi bahaya, analisis probabilitas, penakaran risiko,
kriteria
risiko,
pengendalian
risiko
dan
manajemen
risiko.
8. Mampu memahami tentang keterkaitan antara psikologi dengan kesehatan pekerja, dasar-dasar
psikologi industri, dan teknik dasar perubahan perilaku pekerja di dalam industri (tempat kerja).
9. Mampu memahami definisi, teori terjadinya kebakaran, (fire chearn, fire chenitry, ignition, flame
spread, fire hazard. Pemodelan ledakan dan kebakaran untuk ruang terbuka dan tertutup, metoda
identifikasi
kebakaran,
rekayasa
pengendalian
kebakaran
analisis
risiko.
10. Mampu memahami mengenai ruang lingkup sistem pengelolaan keselamatan dan kesehatan
kerja, elemen-elemen pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja, metoda implementasi audit.
11. Mampu memahami mengenai ruang lingkup sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja. Dibahas elemen-elemen manajemen kesehatan dan keselamatan kerja, juga metoda
implementasi
audit.
12. Mampu memahami mengenai upaya penyerasian pekerjaan/kondisi kerja terhadap pekerja,
prinsip-prinsip dasar ergonomi dan aplikasinya bagi keselamatan dan keseahatan kerja.
13. Mampu memahami mengenai pengertian hukum dan perundang-undangan, proses pembuatan
dan penerapan. Dibahas juga latar belakang serta berbagai hambatan penerapan hukum dan
perundang-undangan
kesehatan
kerja.
14. Mampu memahami mengenai prinsip-prinsip dan metoda penelitian masalah kesehatan kerja
dengan pendekatan epidemiologi. Hubungan pekerjaan dan kesehatan, persyaratan, pengukuran,
disain studi serta berbagai persyaratanmetodologi. Mampu memahami tentang konsep, metoda dan
program analisis risiko keselamatan kerja, analisis pemaparan yang merupakan bagian dari analisis
risiko
kesehatan
kerja.
15. Mampu memahami dan melakukan studi di industri/institusi/rumah sakit dan LSM, untuk
mendapatkan gambaran/implementasi program keselamatan dam kesehatan kerja di industri/institusi,

baik dalam aspek organisasi manajemen maupun dalam perencanaan, implementasi, evaluasi dan
monitoring.
Jadi peran SKM dalam berbagai bentuk upaya kesehatan masyarakat, diantaranya adalah sebagai
pelaksana lapangan, pendidikan, penyuluhan kesehatan masyarakat, pembangunan model,
pengelolaan kesehatan masyarakat, pengelola dan pengendali upaya kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat seperti diuraikan di atas dapat
dilakukan melalui berbagai upaya atau program-program. Untuk melaksanakan upaya tersebut
dibutuhkan sejumlah profesi, seperti dokter, perawat, ahli higiene kerja, ahli toksikologi, ahli ergonomi,
ahli epidemiologi dan ahli keselamatan (Harrington & Gill, 2005). SKM peminatan K3 khususnya
dapat diberdayakan dan dikembangkan untuk menempati profesi seperti ahli higiene kerja, ergonomi
dan ahli keselamatan. Dilihat dari tugas pokok kesehatan kerja dan bentuk pengendalian bahaya
kesehatan, tenaga SKM mempunyai kompetensi yang sangat sesuai karena tenaga SKM dirancang
untuk melakukan tugas pokok atau upaya-upaya yang bersifat promosi, perlindungan dan
pencegahan. Selain itu kemampuan sebagai leader, pengelola program diharapkan akan lebih
mengoptimalkan upaya kesehatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai