Anda di halaman 1dari 13

B.

Masalah Kesehatan
1. Pengertian
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah kuantitas homoglobin
dan volume pada sel darah merah (haemotokrit) per 100 ml darah (Prince dan
Wilson,1994). Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah
hemoglobin dalam 1 (satu) m3darah atau brkurangnya volume sel yang di
padatkan (packed red cells volume) dan 100 ml darah (Ngastiyah,1997).
Penyakit anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti
kehilangan komponen darah, element tidak kuat atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oxygen darah (Dongoes, 1999). Anemia adalah penurunan
kuantitas atau kualitas atau sel-sel darah dan sirkulasi (Corwin, 2000)
Kesimpulan anemia adalah berkurangnya sel darah merah yang
mengandung hemoglobin (Hb) kedalam tubuh.
1) Anemia Defisiensi besi
Adalah anemia yang di sebabkan oleh kekurangan intake besi atau
tidak sesuai pemakaian dari dalam sum-sum tulang terhalangnya
pelepasan dalam sel-sel retikuloendotelial (Soeparman,1998)
2) Anemia Pernisiosa
Adalah anemia makrositik normakronik yang terjadi akibat
defisiensi besi vitamin B12 (Corwin,2000)

3) Anemia Aplastik
Adalah anemia normakromik, normasitik yang di sebabkan oleh
disfungsi sum-sum tulang sedemikian sehingga sel-sel darah yang mati
tidak tergantikan (Corwin, 2000)
4) Ananemia Heolitik
Adalah anemia penurunan jumlah sel darah merah akibat destruktif
berlebihan sel darah merah (Corwin, 2000)
5) Anemia Sel sabit
Adalah suatu gangguan resesif otosom yany di sebabkan oleh
pewarisan dua salinan gen hemoglobin deffektif

satu dari masing-

masingorang tua(Corin, 2000)


6) Anemia Megaloblastik
Adalah sekelompok anemia yang di tandai oleh adanya sel yang
besar yang terjadi akibat gangguan maturasi inti sel tersebut(Soeparman,
1998).

2. Anatomi dan Fisiologi


Menurut soefudin (1997), buyton(1997) pembentukan sel-sel darah merah
dan berbagai tipe anemia dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1.1 Pembentukan Sel Darah Merah

Gambar 2.2. Peredaran Darah Besar dan Kecil

Fungsi utama dari sel-sel darah merah yang juga dapat dikenal sebagai
eritrosit, adalah mengangkut hemoglobin dan selanjutnya mengangkut oksigen
dari paru-paru ke jaringan, selain mengangkut oxygen, sel darah merah juga
mengandung banyak sekali kerbonik anhidrasme yang mengatalisasi reaksi
antara kerbondioksida dan air sehingga meningkatkan reaksi umpan balik ini
beberapa kali lipat cepatnya. Reaksi ini membuat air dalam darah dapat bereaksi
dengan banyak karbondioksida dan dengan demikian, mengangkutnya dari
jaringan menuju paru-paru dalam bentuk ion karbonat (Hc O3).
Sel darah merah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter
kira-kira 7,8 Mikrometer dan ketebalan paling tebal 2,5 Mikrometer dan pada
bagian tengah 1 mikrometer atau kurang volume rata-rata sel darah merah
permilimeter kubik adalah 5.200.000 dan pada wanita normal adalah 4.700.000
Selama pertengahan semester masa gestasi dihati dianggap sabagai organ
utama untuk memproduksi sel-sel dari seluruh sel darah merah walaupun
terdapat juga sel-sel darah merah hanya di produksi oleh sum-sum tulang.
Pada

sum-sum

tulang

terdapat

sel-sel

yang

disebut

sel

Hemopoetikpluripoten yang merupakan asal dari seluruh sel-sel dalam tubuh


sirkulasi. Bila seseorang begitu anemic adanya perdarahan atau kondisi lainnya,
maka sum-sum tulang segera mulai memproduksi sel darah merah dalam jumlah
yang banyak sekali. Bilaterjadi kerusakan pada sebagian besar sum-sum tulang
mengakibatkan hyperplasia sum-sum tulang yang tersisa dalam usahanya untuk
menyediakan sel darah merah dalam tubuh.

Sitesis Hemoglobin dalam proteroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit


dalam stadium retikulosit, karena retikulosit meninggalkan sum-sum tulang dan
masuk kedalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit
hemoglobin salama beberapa hari kemudian.

3. Etiologi
a) Anemia defisiensi Besi
Etiologi dari Anemia defisiensi zat besi menurut Soeparman (1998)
Adalah sebagai berikut : Zat besi dalam makanan berkurang, Gangguan
absorpsi, Perdarahan kronik, Kebutuhan O2 meningkat.
b) Anemia Pernisiosa
Etiologi dari Anemia pernisiosa menurut pusat pendidikan tenaga kesehatan
(1996) : Penyakit Auto imun, Tidak adanya faktor-faktor dalam yang
diperlukan untuk perbaikan vitamin B12 dalam pembentukan SDM
c) Anemia Aplastik
Etiologi dari Anemia Aplastik, Menurut Soeparman (1998) : Faktor genetik,
Obat-obatan

dan

bahan

kimia,

Infeksi,

Kelainan

Imunologik,

Keadaan/penyakit lain (leukemia akut, kehamilan), Kelompok idiopatik :


besarnya kelompok aidiopatik tergantung usaha mencari faktor.
d) Anemia Hemolitik
Etiologi dari Anemia Hemolitik menurut (corwin, 2000) : Anemia sel sabit,
Malaria, Penyakit Hemolitik pada bayi yang baru lahir, Reaksi sel sabit.

e) Anemia Sel sabit


Etiologi dari Anemia sel sabit menurut Dongoes (2000) : Faktor genetic
f) Anemia Megaloblastik
Etiologi dari anemia Megaloblastik menurut Soeparman (1998) : Defisiensi
vitamin B12, Defisiensi asam folat, Gangguan sintesis DNA.

4. Patofisiologi
Anemia terjadi apabila produksi sel-sel darah merah dan sum-sum tulang
terganggu/ apabila sel-sel darah merah hilang. Tanda-tanda Anemia akan
tampak apabila kapasitas sel-sel pembantu O2 berkurang beberapa kondisi yang
dapat mempengaruhi pembentukan SDM didalam sum-sum tulang antara lain
adanya infasi sel-sel tumor terkena racun dari obat-obatan/ bahan kimia tidak
cukup nutrisi bagi pembentukan sel-sel darah merah seperti zat besi, asam folik,
B12 / kekurangan erytropoetin dikarenakan penyakit ginjal. Anemia yang
disebabkan berubahnya produksi SDM disebut anemia Hipoproliferasi SDM
dapat pula dirusak oleh fogosit. Pada system retikula enditolial terutama pada
hati dan limfe billirubin yang merupakan hasil pemecahan sel darah merah
memasuki aliran darah yang mana hal ini dapat merupakan indicator terjadinya
kerusakan SDM dan dikenal sebagai Anemia Hemolitika. Sebagai contohnya
adalah Anemia sel berbentuk sabit dan penyakit Hemolitik pada bayi yang baru
lahir.

Anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah bersifat sangat rapat,


misalny Hemoragik/perdarahan yang terjadi pada penyakit kronis, penyakit
kanker/penyakit peradangan perut. Kehilangan SDM pada perdarahan
merupakan faktor yang menyaebabkan Anemia.
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan
kerusakan/kehilangan SDM serta penyebabnya adalah kekuranganb protein.
1.

Anemia Defisiensi besi, keadaan ini disebabkan


oleh Mikrostatik-hipoteron yaitu keadaan dimana ukuran SDM kecil dan
mengandung Hb yang kurang dari normal.

2.

Anemia perniosa disebabkan karena penyakit


auto imun penyakit atrofi lambung yaitu sulit mengabsorpsi makanan.

3.

Anemia aplastik disebabkan karena pengurangan


jumlah sel asal membuatnya tidak sanggup membelah dan berdeferensi ASI
cukup untuk menempati kembali sum-sum tulang.

4.

Anemia Hemolitik, Anemia ini diakibatkan


peningkatan kecepatan sel darah merah karena hiperplasia eritropoetik dan
perluasan anatomi sum-sum tulang.

5.

Anemia

Sel

Sabit

salah

satu

dari

Hemoglobinopati sekunder karena kelainan Hb substitusi asam amino


mengakibatkan penyusunan kembali sebagian besar molekul Hemoglobin.
Bila terjadi de Oksigenasi (penurunan tekanan O2) Sel-sel darah merah

kemudian mengalami pembentukan taktoid dimana mereka memanjang dan


menjadi kaku serta mengalami bentuk sabit.
6.

Anemia Megaloblastik dimana eritroblas dalam


sum-sum tulang memperlihatkan abnormal khas pematangan terlambat
dibandingkan sitoplasma (corwin, 2000 & Manjaer, 1999)

5. Tanda dan Gejala


Menurut Corwin (2000) tanda dan gejala Anemia adalah :
a) Anemia Defisiensi Besi
Adanya tanda-tanda sistemik anemia yaitu :
1.

Peningkatan kecepatan denyut jantung karena


tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak kejaringan.

2.

Peningkatan kecepatan pernapasan karena tubuh


berusaha menyediakan lebih banyak oksigen ke darah.

3.

Pusing akibat kekurangan darah ke otak

4.

Rasa

lelah

karena

meningkatnya

oksigen

berbagai organ termasuk otot jantung dan rangka.


5.

Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi

6.

Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna


dan susunan saraf pusat.

7.
b) Anemia Aplastik

Penurunan kualitas rambut dan kulit

1. Adanya tanda-tanda sistemik anemia


2. Apabila trombosit dan sel darah putih juga terkena, maka gejalanya akan
bertambah :

a. Perdarahan dan mudahnya timbul memar


b. Infeksi berulang
c. Luka kulit dan selaput lendir yang sulit sembuh
c) Anemia Sel sabit
1. Terdapat tanda-tanda sistemik anemia
2. Nyeri hebat akibat sumbatan vascular pada serangan-serangan penyakit.
3. Infeksi bakteri
4. Splenomegali karena memberikan sel-sel yang mati
d) Anemia Pernisiosa
1. Dijumpai tanda-tanda sistemik anemia
2. Afaksia (gangguan koordinasi motorik) dan berkurangnya sensorik
mengisyaratkan disfungsi susunan syaraf pusat dan degenerasi klien
aktifitas mental dapat terpengaruhi.
e) Anemia Hemolitik
1. Penyakit Hemolik yang ringan mungkin relatif asimtomatik disertai
dengan HematoMegali ringan dan sedikit peningkatan bilirubin
2. Penyakit yang parah bermanifestasi sebagai tanda anemia berat

3. Dapat terjadi Hiperbilirubinemia sehingga timbul ikterius berat dan


gangguan syaraf pusat yang dikenal sebagai teknikterus.
f) Anemia Megaloblastik
1. Anemia karena eritropoesis yang efektif
2. Ikterus ringan akibat Hemoglobin meninggi karena usia eritrosit
memendek.
3. Blositis (lidah bengkak, merah) stomatitis angularities gejala-gejala
siadrom malabsorbsi ringan.
4. Neuropati pada defisiensi vitamin B12 yang berat dapat terjadi kelainan
syaraf sensorik pada kolummna posterior dan neuropati bersifat simetris
terutama mengenai kedua kaki, penderita mengalami kesulitan berjalan
dan mudah jatuh.

6. Penatalaksanaan
a) Penatalaksaan menurut Corwin (2000) adalah
1. Mengobati penyakit yang mendasari apabila diketahui atau hindari
bahan penyebab
2. Transfusi untuk mengalami dan mengurangi gejala.
3. Transpaltasi sum-sum tulang
4. Imunosupresi apabila disebabkan oleh autoimun
5. Obat untuk merangsang fungsi sum-sum tulang mengkin efektif.
b) Anemia Sel sabit

1. Antibiotik profilaktik dapat diberikan untuk mencegah infeksi


2. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
3. Hidrasi yang baik dapat mengurangi oklusi
4. Menghindari kekurangan Ogsigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen.
c) Anemia Hemolitik pada bayi yang baru lahir
1. Pencegahan penyakit hemolitik yang di induksi oleh Rh dilakukan
dengan pemberian suatu preparat antibodi
2. Apabila penyakit hemolitik tetap timbul pada bayi baru lahir diperlukan
transfusi darah
3. Pada kasus rinbau, mungkin hanya diperlukan foto terapi untuk
menurunkan kadar bilirubin tidak terkonjugasi
d) Anemia Persiniosa
1.

Panyuntikan Vitamin B12

e) Anemia Megaloblastik
1. Diberikan vitamin B12 100.1000 mg 1m sehari selama 2 minggu
selanjutnya 100.1000 mg setiap bulan, bila ada kelainan neurologis
terlebih dahulu diberikan setiap 2 minggu selama 6 bulan dan kemudian
diberikan satu bulan sekali.
2. Transfusi darah seyogyanya dihindari kecuali bila ada hubungan/ dugaan
kegagalan fal jantung, hipotensi postural atau infeksi berat.

Anda mungkin juga menyukai