I.
Nama Sediaan
Invit-C
II.
Kekuatan Sediaan
Asam Askorbat 100 mg/ml (DepKes, 1978:9)
Asam Askorbat 200 mg/2 ml (yang dibuat)
III.
:
:
:
:
:
:
pH larutan
Titik lebur
Stabilitas
Inkompatibilitas
fenileprin
salisilamid,
Natrium
HCl,
nitrit,
pirilamin
maleat,
Natrium
salisilat,
kadar
logam
dengan
mengurangi
penggunaan
IV.
Pengembangan Formula
Vitamin C
Vitamin C merupakan zat aktif yang akan dibuat dalam sediaan
injeksi ini dengan kekuatan sediaan 200 mg/2 ml, karena pada konsentrasi
tersebut dapat mengobati dan mencegah kekurangan vitamin C seperti pada
wanita hamil dan menyusui, sariawa, anoreksia, astema, pencegahan
pendarahan pada gusi, dan kapiler fragility. Dengan dosis dewasa 200 mg,
sehari 2x200 mg.
Natrium Metabisulfit
Vitamin C mudah mengalami oksidasi, sehingga dalam pembuatan
sediaannya harus dutambahkan dengan antioksidan. Antioksidan yang
digunakan dalam formula yaitu natrium metabisulfit. Natrium metabisulfit
dapat digunakan sebagai antioksidan pada sediaan injeksi vitamin C sebab
natrium metabisulfit mudah larut dalam air dan juga tidak berinteraksi
dengan vitamin C. Konsentrasi yang digunakan dalam formula yaitu 0,03%.
Dapar Fosfat
Vitamin C dalam larutan mempunyai stabilitas maksimum pada pH
5,4. Sedangkan darah memiliki pH 7,4. Vitamin C tidak stabil terhadap pH
fisiologis tubuh. Untuk injeksi intravena, pH yang masih dapat diterima
adalah 3-10,5. Sediaan injeksi vitamin C stabil pada rentang pH 5,0-6,5
Formula Akhir
R/ Asam askorbat
Natrium Metabisulfit
Larutan NaH2PO4
Larutan Na2HPO4
Natrium klorida
100 mg
0,03%
1,32 mg
0,96 mg
q.s
VI.
Preformulasi Eksipien
Natrium Metabisulfit (DepKes, 1995:596 dan Rowe, R. C., 2009:577)
Pemerian
Rasa
Warna
Bau
Kelarutan
:
:
:
:
:
pH larutan
Stabilitas
Larutan
natrium
metabisulfat
juga
Sterilisasi
larutan
menggunakan
gas
bersifat
inert
seperti
nitrogen.
metabisulfit.
: Natrium metabisulfit bereaksi dengan simpatomimetik dan berbagai obat derivat orto atau para
hidroksi benzilalkohol. Obat yang diinaktivasi yaitu
epinefrin dan derifatnya. Membentuk kompleks
dengan kloramfenikol & menginaktifkan cisplatin
dalam larutan. Natrium metabisulfit kemungkinan
berekasi dengan karet pada tutup multidose vial.
:
:
:
:
:
:
Serbuk
Tidak berasa
Putih atau hampir putih
Tidak berbau
141,96
Sangat mudah larut dalam air, lebih larut dalam air
pKa
Stabilitas
Inkompatibilitas
:
:
:
:
:
:
Serbuk
Tidak berasa
Tidak berwarna atau putih
Tidak berbau
119,98
Larut dalam 1 bagian air, sangat sedikit larut dalam
pH larutan
pKa
Berat jenis
Stabilitas
:
:
:
:
etanol (95%)
4,1-4,5 dalam 5% b/v larutan
2,15
1,915 g/cm3
Sediaan larutan stabil dan dapat disterilisasi dengan
Inkompatibilitas
Penyimpanan
autoklaf
: Inkompatibel dengan alkali dan karbonat
: Dalam wadah yang sejuk dan kering
berwarna
Tidak berbau
Putih atau tidak berwarna
Asin
58,44
Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih, dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol
Stabilitas
Penyimpanan
Khasiat dan
penggunaan
Aqua Pro Injection (DepKes, 1979:97 dan Rowe, R. C., 2009:766)
Pemerian
Bau
Warna
Rasa
:
:
:
:
Cairan jernih
Tidak berbau
Tidak berwarna
Tidak berasa
Berat molekul
Stabilitas
: 18,02
: Stabil pada tempat yang kering. Dapat stabil dalam
semua keaadaan fisika (es, cair dan uap). Air dari
hasil sistem pemurnian secara farmasi harus
disimpan secara spesifik. Rancangan dan operasi
dari sistem distribusi penyimpanan adalah untuk
menjaga air dari kelebihan batas bisa diijinkan
selama penyimpanan. Khususnya, penyimpanan dan
distribusi sistem harus memastikan bahwa air
dilindungi dari pencemaran organik dan bersifat ion,
yang akan mendorong kearah suatu peningkatan di
dalam daya konduksi dan total karbon organik,
secara berturut-turut. Sistem harus pula dilindungi
dari phisik masuknya jasad renik dan partikel asing
sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikrobial.
: Dalam formulasi dapat bereaksi dengan obat dan
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Khasiat dan
penggunaan
VII.
H3PO4
pKa2
H2HPO4
pKa1 = 2,21
pKa3
2-
PO43
HPO4
pKa2 = 7,21
pKa3 = 12,67
= 7 ([H3O-] = 10-7)
Kapasitas dapar
= 0,01
= 2,303 C
Ka [ H 3 O+ ]
\{Ka + [ H 3 O + ] \}2
-8
-7
0,01 = 2,303 C
6,17 x 10 [ 10 ]
-8
-8
2
\{6,17 x 10 + 10 x 10 \}
0,01 = 2,303 C
6,17 x 10 -15
-16
261,47 x 10
0,01 = 0,53 C
C
= 0,018
[garam]
pH = pKa + log [asam]
= 7,21 + log
[garam]
log [asam]
[garam]
[asam]
[ garam ]
[ asam ]
= - 0,21
= 0,62
Asam
= NaH2PO4
Garam = Na2HPO4
NaH2PO4 = 1,1 x 10-5 x 119,95
= 131,945 x 10-5 g
= 1,32 mg
Na2HPO4 = 6,82 x 10-6 x 141,93
= 967,96 x 10-6 g
= 0,96 mg
Perhitungan Tonisitas
Asam askorbat
= 200 mg = 0,2 g
Natrium Metabisulfit
= 0,03%
Larutan NaH2PO4
Larutan Na2HPO4
Natrium klorida
q.s
% (g/v x 100)
0,2 g
x 100% =
2 ml
Ex%
0,16
0,7
10%
0,03%
-3
NaH2PO4
1,32 x 10 g
x 100%
2 ml
0,53
Na2HPO4
= 0,066%
0,96 x 10-4 g
x 100%
2 ml
0,53
= 0,048%
1,68 %
Sediaan bersifat hipertonis karena sebanding dengan 1,68% NaCl (> 0,9%)
sehingga harus ditambahkan NaCl sebanyak :
Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4
M1 x V1 = M2 x V2
1,68 x 2 = 0,9 x V2
1,68
x 2 ml
V2 = 0,9
= 3,73 ml => sehingga diencerkan hingga volume 3,73
ml.
Penimbangan Bahan
Zat
Asam askorbat
Natrium metabisulfit
NaH2PO4
Na2HPO4
NaCl
Aqua pro injeksi
Jumlah bahan
1 ampul
5 ampul
200 mg
1000 mg
0,6 mg
3 mg
1,32 mg
6,6 mg
0,96 mg
4,8 mg
3,73 ml
18,65 ml
Ad 2 ml
Ad 10 ml
Sterilisasi vitamin C : Larutan di sterilisasi dengan pemanasan 98100C selama 30 menit dengan dengan filtrasi.
Sterilisasi alat : Ampul (5 buah), labu erlemeyer, gelas ukur, buret, kaca
arloji, gelas pengaduk diseterilisasi menggunakan oven pada suhu
kaca arloji.
Masing-masing zat dilarutkan dalam gelas piala dilengkapi batang
pengaduk dengan aqua pro injeksi secukupnya. Kaca arloji yang
dipakai sebagai alat menimbang dibilas dengan API.
IX.
diperlukan.
Ampul ditutup dengan metode yang sesuai.
bila
Evaluasi
Evaluasi injeksi meliputi evaluasi fisika, kimia dan biologi :
a. Penetapan pH (diuji menggunakan pH meter)
pH meter dimasukkan ke dalam larutan injeksi dan dilihat pH yang
terbaca.
b. Uji Kejernihan Larutan
Pengujian dilakukan secara visual. Vial diputar 180 berulang-ulang di
depan suatu background yang berwarna hitam untuk melihat partikulat
yang berwarna putih dan di depan suatu background yang berwarna putih
untuk melihat partikulat yang berwarna hitam.
c. Uji Kebocoran
Prinsip pengujian kebocoran yaitu untuk memeriksa keutuhan kemasan
untuk menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan. Prosedur
uji kebocoran yaitu dengan cara memasukkan vial ke dalam gelas kimia
berisikan air.
d. Volume Terpindahkan
Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa sediaan larutan yang
dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera dalam
etiket tidak lebih dari 250 ml, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair
atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan
bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan, jika
dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan seperti
yang tertera pada etiket.
Prosedur : Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah vial ke dalam gelas
ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua
setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati
untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udara pada waktu
penuangan dan didiamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah
bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran : volume
rata-rata larutan yang diperoleh dari 4 vial tidak kurang dari 100% dan
tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang
dinyatakan pada etiket.
Jika :
1. Volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak ada satupun wadah
yang volumenya kurang dari 95%.
2. Tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak
kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket.
X.
pencegahan pendarahan pada gusi dan kapiler fragility (ISO 46, hal
571).
4. Kontra indikasi : hipersensitif (ISO 46, hal 571).
5. Efek samping : hot flushes, sakit kepala, lelah, insomnia, keram perut,
mual dan muntah; sakit sementara dan bengkak pada tempat injeksi
sub kutan dan intra muskular; injeksi intravena menyebabkan pusing
dan pingsan (ISO 46, hal 571).
6. Dosis
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia, Volume 46, Jakarta:
Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Farmularium Nasional, Edisi
II, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi
III, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi
IV, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Rowe, Raymon C., Paul J. Sheskey., and Marian, E. Quinn. (2009). Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 6th edition, London: The Pharmaceutical Press.