JUDUL PERCOBAAN:
ANALISA KUALITATIF BIOMOLEKUL
Nama
: Qosim Marjuki
Rizka Marina
Rr Dian Pratiwi
Sari Praiwi
Sulistiyowati
Kelompok
: VIII
Hari
: Rabu
: Rizkia Mulyowati
JURUSAN KIMIA
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan Analisa Kualitatif Biomolekul, yang
bertujuan untuk menganalisa kualitatif terhadap karbohidrat, lipid, protein, dan
vitamin dalam sampel. Prinsip yang digunakan pembentukan kompleks dan
pengendapan. Metode yang digunakan adalah penambahan reagen dan
pemanasan. Pada karbohidrat, uji molisch diperoleh uji positif ditandai dengan
adanya cincin berwarna ungu. Pada uji benedict uji positif diberikan oleh fruktosa
sedangkan uji negatif diberikan oleh sukrosa dan glukosa. Pada uji Barfoed, uji
positif diberikan oleh fruktosa sedangkan uji negatif diberikan pada sukrosa dan
glukosa. Pada uji hidrolisis polisakarida, memberikan uji negatif. Pada uji lipid
diperoleh hasil bahwa pada sampel minyak baru dan minyak lama tidak
mengandung peroksida pada pengujian peroksida, sedangkan pada uji kolestrol
diperoleh hasil bahwa pada sampel minyak baru dan minyak lama tidak
mengandung kolesterol. Pada uji fosfat menunjukkan hasil positif dengan
terbentuknya warna kuning pada minyak baru dan minyak lama. Pada uji protein,
sampel putih telur positif mengandung sulfur pada uji sulfur yang ditandai dengan
adanya endapan coklat kehitaman, uji positif pada tes denaturasi protein yang
terkandung dalam telur dibuktikan dengan adanya penggumpalan berwarna putih
setelah dilakukan pemanasan, sedangkan pada sampel susu kedelai diperoleh hasil
pada uji biuret positif membentuk warna ungu, serta uji xanthoprotein positif
membentuk endapan berwarna kuning. Uji positif tes pengendapan protein oleh
garam dikarenakan penambahan garam ammonium sulfat yang ditandai dengan
membentuk endapan berwarna putih, uji positif pengendapan protein oleh logam
berat berupa ZnSO4 membentuk endapan berwarna putih dan uji positif
pengendapan protein oleh alkohol juga terdapat endapan putih. Sedangkan pada
uji vitamin diperoleh hasil minyak ikan yang mengandung vitamin A membentuk
warna biru pada larutannya, vitamin B1 larutan berwarna hijau, vitamin B2
berwarna hijau muda dan vitamin C berwarna hijau tua kehitaman. Uji positif
antioksidan pada vitamin C ditunjukkan dengan potongan buah pear akan
teroksidasi bila dicelupkan kedalam aquadest, dengan larutan berwarna kecoklatan
pada buah pear dan potongan buah pear akan tetap segar bila dicelupkan di dalam
larutan UC1000.
Keyword : karbohidrat, lemak, protein, vitamin, pembentukkan kompleks,
pengendapan, analisa kualitatif, biomolekul.
PERCOBAAN 9
ANALISA KUALITATIF BIOMOLEKUL
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan analisa kualitatif terhadap biomolekul yang meliputi
karbohidrat, lipid, protein dan vitamin.
(Fessenden, 1984)
b. Galaktosa
Merupakan monosakarida yang paling rendah
kemanisanya, dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan,
proses oksidasi oleh asam kuat dan dalam keadaan panas
galaktosa menghasilkan asam kuat yang kurang larut dalam
2. Ketosa
Merupakan monosakarida yang mengandung gugus
keton dan sifatnya menyerupai keton alifatik (alkuna)
contohnya yaitu fruktosa, sifat-sifatnya adalah :
Mengandung gugus keton bebas atau karbonil bebas
disamping gugus hidroksida (OH).
(Arsyad, 2001)
2. Sukrosa
Pembentukan sukrosa :
Glukosa + Fruktosa Sukrosa + H2O
Sukrosa larut dalam air, tetapi tidak larut dalam alcohol,
hidrolisis sukrosa dapat ditentukan dengan enzim sukrosa
atau investase oleh pengaruh asam mineral encer panas
menghasilkan glukosa dan fruktosa, sukrosa banyak terdapat
pada tanaman yang berfotosintesis, fungsinya sebagai sumber
(Arsyad, 2001)
3. Laktosa
Pembentukan laktosa
Glukosa + Galaktosa Laktosa + H2O
Laktosa merupakan gula utama yang terdapat pada susu
sapi dan asi oleh sebab itu sering disebut gula susu dapat
mengkristal dengan molekul air, kristal besar dan kelarutan
dalam air kurang baik, laktosa mempunyai sifat mereduksi
pereaksi benedict atau fehling pada pemanasan laktosa atas 1
molekul glukosa dan 1 molekul glukosa.
(Arsyad, 2001)
c. Polisakarida
Polisakarida merupakan senyawa karbohidrat yang tersusun
dari banyak sakarida, polisakarida terpenting yaitu amilum,
glikogen dan selulosa, sifat dari polisakarida: tidak dapat
mereduksi, tidak menunjukkan mutarotasi, tidak membentuk
mutanon, dan relatif stabil terhadap pengaruh basa. Polisakarida
yang tidak mengandung nitrogen yaitu :
1. Amilum atau pati
Merupakan karbohidrat cadangan yang terdapat pada
tumbuhan, terdapat dua fraksi pada amilum yaitu fraksi
amilase (fraksi tidak bercabang) dan fraksi amilopektin
(fraksi bercabang).
2. Selulosa
Merupakan senyawa organik yang melimpah di bumi,
membentuk komponen dan dinding sel tumbuhan, molekul
selulosa merupakan rantai-rantai mikroblit dan D-glukosa,
3. Glikogen
Merupakan polisakarida yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan glukosa dalam tubuh hewan terutama pada otot
dan hati. Glikogen mengandung rantai glukosa yang terikat
1,4 dengan percabangan 1,6 dan mengandung
amilopektin.
5. Kitin
Merupakan polisakarida linier yang mengandung Nasetat
Dglukosamiria terikat B. Hidrolisis kitin menghasilkan 2
amino2 dioksi glukosa, sedangkan gugus asetalnya terlepas
dalam proses hidrolisis kitin biasanya terdapat pada serangga.
(Winarno, 1982)
OH
OH
CH
OH
CH 2OH
H
CH
O
b. Uji Benedict
Pereaksi benedict terdiri dari campuran larutan tembaga
sulfat, natrium filtrat dan natrium karbonat. Cara
penyelidikannya 2 ml karbohidrat ditambah 2 ml pereaksi
benedict dan dipanaskan dalam pemanasan air. Perubahan warna
dari biru menjadi ungu, kuning, kemerah-merahan sampai
terbentuk endapan warna merah bata menunjukkan adanya
karbohidrat yang diselidiki mempunyai sifat dapat mereduksi.
COONa
O
C
HO
OH
HO
OH
OH
OH
OH
OH
H2C
+ Cu2+ + NaOH + H 2O
+ Cu2O + H+
CH 2OH
CH 2OH
HO
HO
CH 2OH
H
OH
HO
OH
OH
OH
+ Cu2+ + 2OH-
CH 2OH
+ Cu2O + H2O
CH 2OH
HOCH 2
H
OH
OH
OH
+ CU 2+ + 2OHCH2 OH
HO
OH
c. Uji Barfoed
Pereaksi barfoed tersusun atas campuran tembaga asetat
dan asam glacial. Cara penyelidikannya seperti pada tes benedict
dan fehling.
CuOH2
Reagen Barfoed
CuO
H2O
O2
d. Hidrolisis Polisakarida
Pemecahan (hidrolisis) molekul gula, pati dan selulosa ion
kompleks menjadi molekul monosakarida mudah dilakukan
dalam laboratorium dengan mendidihkan larutan karbohidrat
MALTOSA
(C6H10O5)2
H20
2 C6H1206
SELULOSA
GLUKOSA
MALTOSA
GLUKOSA
(Sumardjo,1998)
2.2 Lemak atau Lipid
2.2.1 Definisi Lemak
Lemak adalah ester antara gliserol dan asam lemak dimana
ketiga radikal hidroksil dari gliserol semuanya diesterkan. Jadi
jelas bahwa lemak adalah trigliserida. Struktur kimia dari lemak
yang berasal dari hewan atau manusia, tanaman maupun lemak
sintetik, mempunyai bentuk umum sebagai berikut:
O
H2C
C
O
HC
H2C
R1
R2
R3
OH
HC
OH
H 2C
OH
(gliserol)
(Sumardjo,1998)
b. Asam-asam Lemak
1. Keberadaan Asam Lemak
Asam lemak jarang terdapat bebas dialam tetapi terdapat
sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam
lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai
lurus. Asam lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom
karbon genap (ini berarti banyak karena asam-asam lemak
disintesa terutama dua karbon setiap kali). Asam lemak dapat
dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan
rangkap.
Walaupun asam lemak berantai linier terdapat dalam jumlah
yang lebih besar dialam namun masih banyak jenis lain yang
kita ketahui. Misalnya lemak wol dan sumber-sumber bacterial
menghasilkan asam lemak yang berantai cabang. Juga ada asam
lemak siklik. Misalnya asam lemak siklik tak jenuh, asam
kaulmoograt adalah pereaksi penting untuk pengobatan penyakit
kusta :
Bentuk sesungguhnya dari suatu asam lemak berkembang
dari bentuk hidrokarbon induk. Konfigurasi ikatan rangkap dari
asam-asam lemak yang terdapat dialam pada umumnya adalah
cis :
R
C
R
C
R
C
R
cis
trans
Kenyataan bahwa alam lebih menyukai asam-asam lemak
tak jenuh cis mungkin bertalian dengan pentingnya senyawasenyawa ini dalam struktur membran biologi.
(Page,1981)
2. Klasifikasi Asam Lemak
a. Klasifikasi asam lemak berdasarkan ikatannya :
1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap
dalam strukturnya. Beberapa contoh penting antara lain :
COOH
C3H7
: asam butirat
COOH
C5H11
: asam kaproat
C7H15
COOH
: asam kaprilat
COOH
C11H23
: asam laurat
C13H27
COOH
: asam miristat
C13H27
COOH
: asam stearat
C19H39
COOH
: asam arachidat
(Sumardjo,1998)
H2
H2
C
C
H
H2
C
(CH2) 7
H 3C
H 3C
H2
C
(CH2) 5 C
(CH2) 7
(asam lemak palmitoleat)
C
H
H2
C
C
H
CH 2OOH
H2
C
(CH2) 7
(asam oleat)
C
H
H2
C
C
H
(asam linoleat)
C
H
COOH
(CH2) 7
COOH
(Sumardjo,1998)
b. Klasifikasi asam lemak berdasarkan dapat atau tidaknya
disintesis oleh tubuh :
Asam lemak esensial
Yaitu asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh,tetapi
tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya. Asam lemak ini
diperoleh dari luar, yaitu dari lemak makanan. Asam ini
mempunyai 2 buah atau lebih ikatan rangkap dua didalam
struktur molekulnya. Contoh : asam linoleat, asam
arachidat.
(Sumardjo,1998)
Asam lemak nonesensial
Yaitu asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan
tubuh sendiri dapat mensintesisnya.
(Sumardjo,1998)
2.2.3 Klasifikasi Lemak
a. Berdasarkan bentuknya pada suhu tertentu, lemak dibedakan :
Lemak padat, yaitu lemak yang ada pada temperatur udara
biasanya berwujud pada. Contoh : gajih.
Lemak cair, yaitu lemak yang pada suhu udara biasa
berbentuk cair. Contoh : etanol, minyak kelapa.
b. Berdasarkan asal darimana lemak didapat, lemak dibedakan :
Lemak hewani, yaitu lemak yang didapat dari hewan.
Lemak nabati, yaitu lemak yang didapat dari tumbuhan.
c. Berdasarkan ikatan rangkap yang terdapat di struktur molekul,
lemak dibedakan:
CH
CH2
CH2
CH2
CH
CH3
CH3
HO
CH3
(Poedjiadi, 1994)
b. Uji peroksida
Uji ini untuk menentukan derajat ketidak jenuhan asam
lemak. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam
lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu
ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap,
makin banyak pula iodium yang dapat bereaksi.
I2
(Poedjiadi, 1994 )
c. Uji fosfat pada lesitin
Fosfatidikolin atau lesitin berupa zat padat lunak seperti lilin,
berwarna putih dan dapat diubah menjadi coklat bila terkena
cahaya dan bersifat higroskopik dan bila dicampur dengan air
membentuk koloid. Lesitin larut dalam semua pelarut lemak
kecuali aseton. Bila lesitin dikocok dengan asam sulfat akan
terjadi asam fosfatidat dan kolin. Dan dipanaskan dengan asam
atau basa akan menghasilkan asam lemak, kolin, gliserol dan
asam fosfat.
O
O
R2
H2C
O
CH
H2C
R1
O
O
P
OH
CH3
O
C
H2
C
H2
N+
CH3
CH3
FOSFATIDIKOLIN
( Poedjiadi, 1994 )
2.2.6 Reaksi Lemak
a. Reaksi hidrolisa
Reaksi ini ada 3 macam:
1. Hidrolisa dengan katalis enzim
Enzim lipase dan pankreas sebagai steapsin dapat
mengkatalis hidrolisa lemak menjadi gliserol dan asam-asam
lemak.
2. Hidrolisa dengan katalis oksida
H
N
H
GUGUS AMINO
C
H
O
C
OH
GUGUS KARBONIL
(Poedjiadi,1994)
2.3.2 Klasifikasi Protein
Berdasarkan kelarutannya :
a. Protein fibrosa : tidak larut dalam pelarut biasa namun larut
dalam asam dan basa.
b. Protein globular : larut dalam air, larutan asam, basa, bahkan
garam.
Berdasarkan komplekan strukturnya :
a. Protein sederhana : hidrolisisnya menghasilkan asam amino.
contoh : albumin, globular.
b. Protein konjugasi : memilik gugus bukan protein yaitu gugus
prostetik.
contoh : neuro protein, kromoprotein.
(Sumardjo,1998)
2.3.3 Sifat-sifat Protein
a. Kelarutan
Kelarutan protein dalam berbagai pelarut berbeda.
b. Sifat koloid
Di dalam pelarut air, protein akan membentuk koloid. Di
samping itu, protein memiliki gugus hidrofilik seperti -NH 2,
-COOH, -OH, sehingga koloid hidrofil. Karena molekulnya
cukup besar, maka protein tidak dapat berdifusi melalui
membran.
c. Sifat asam basa
Sifat asam basa protein ditentukan oleh gugus asam basa
pada gugus Rnya. Adanya gugus asam basa menyebabkan
protein bersifat sebagai suatu amfotir.
d. Denaturasi dan koagulasi
Pada proses denaturasi protein mengalami perubahan sifat
fisik dan kereaktifan biologisnya disebabkan pemanasan.
e. Penguraian protein dan mikroba
Mikroba mengeluarkan enzim-enzim proteolik yang
menghidrolisiskan protein, menjadikan asam-asam amino.
Perubahan selanjutnya bergantung pada jenis mikroba
pembentuk dan dalam hal ini dapat terjadi deaminasi, oksidasi,
atau reduksi.
(Suwandi, 1989)
HC
Na2SO4 + H 2O
+ NaOH + CuSO4
H 2C
OH
H 2C
H 2C
HC
NH 2
HC
NH 2
COOH
NH 2
C
O
Cu
(Sumardjo,1998)
b. Uji Ninhidrin
Merupakan uji asam amino dengan radikal fenil. Larutan
HNO3 pekat jika ditambahkan dengan protein terjadi endapan
putih dan dapat berubah kuning bila di panaskan. Reaksi yang
terjadi adalah nitrasi pada inti Benzena yang terdapat pada
molekul protein. Reaksi ini positif untuk protein yang
mengandung tiroksin, fenilalanin, dan triptofan.
O
OH
N C C
OH
NINHIDRIN
GUGUS AM INO
N
OH
RCHO
CO2
3 H 2O
H+
O
VIOLET ANION
GU GUS KARBONIL
(Poedjiadi, 1994)
c. Uji Hopkin-Cole
Larutan protein yang mengandung triptofan dapat bereaksi
membentuk senyawa berwarna. Pereaksi hopkins-cole dibuat
dari asam oksalat dengan
COOH
Mg
COOH
serbuk
asam oksalat
CHO
COOH
asam glioksilat
(Poedjiadi, 1994)
d. Uji Molisch
Uji ini dipakai untuk mengetahui ada tidaknya radikal
prostetik karbohidrat pada protein majemuk seperti glikoprotein.
Larutan ini bila ditambah naphtol dalam alkohol dan asam
sulfat pekat akan terbentuk warna ungu.
(Poedjiadi, 1994)
Larutan KH yang sudah dibubuhi sedikit alfa naftol,
ditambah H2SO4 terbentuk warna diantara 2 lapisan Protein yang
mengandung gugus KH hewani memberi tes molisch positif.
CHO
H
OH
OH
OH
H2SO 4
PEKAT
H
C
CH2 OH
RIBOSA
FULFURAL
(Arsyad, 2001)
e. Uji presipitasi (pengendapan)
Protein larutan protein encer dapat diendapan dengan
penambahan untuk mengendapkan larutan protein diantaranya
adalah larutan garam-garam logam berat dan alkohol reagensia,
zat putih telur (protein) jika dalam larutan berupa koloid.
(Poedjiadi, 1994)
f. Uji Sulfida
Jika protein yang mengandung gugus amino unsur S
ditambahkan NaOH dan dipanaskan, maka H2SO4 dapat
diuraikan dan dalam larutan alkalis membentuk Na 2S. Jika
ditambah Pb Acetat, maka akan terbentuk PbS yang mengendap
sebagai koloid. Jika hasil positif maka larutan mula-mula
berwarna kuning, kemudian coklat dan akhirnya hitam serta
mengendap.
HS
C
H2
H2N
H
C
COOH
Pb2+
H 3C
Pb2S
COKLAT HITAM
H
C
COOH
HN 2
(Poedjiadi, 1994)
2.3.5 Pemurnian Protein
Pemurnian protein merupakan tahap yang harus dilakukan
untuk mempelajari sifat dan fungsi protein. Sejumlah besar protein,
lebih dari 1000 macam telah berhasik diisolasi dalam bentuk yang
murni. Kini protein dapat dipisahkan Pemurnian protein merupakan
tahap yang harus dilakukan untuk mempelajari sifat dan fungsi
protein. Sejumlah besar protein, lebih dari 1000 macam telah
berhasik diisolasi dalam bentuk yang murni. Kini protein dapat
dipisahkan dari protein lain atau dari molekul lain berdasarkan
ukuran kelarutan, muatan, dan afinitas ikatan protein-protein dapat
dipisahkan dari molekul-molekul dengan BM lebih besar dari
15.000 terdalam kantong dianalisis, sedangkan molekul-molekul
dengan ukuran lebih kecil akan melewati pori-pori selaput semi
HC
2H2
C
H
Reducing
agent
CYSTEIN
H
C
CYSTONE
H
C
O
C
H
O
C
H2
(Sumardjo,1998)
(Winarno, 1982)
b. Vitamin B kompleks
Vitamin B komplek merupakan thiamin, riboflafin,
pereduksi (vitamin B6), asam pantofenat, broflasin serta
vitamin B12.
Vitamin B2
Vitamin B1
Vitamin B5
Vitamin B6
(Winarno, 1982)
2. Viamin yang larut dalam lemak
Yang termasuk vitamin yang larut dalam lemak :
a. Vitamin A
Merupakan jenis vitamin yang aktif dan terdapat dalam
berbagai bentuk yang umumnya stabil, mudah teroksidasi
oleh udara. Bila dipanaskan pada suhu tinggi bersama udara
vitamin A berperan dalam penglihatan. Sumber vitamin A
adalah susu, keju, dan ikan.
(Winarno, 1982)
b.Vitamin D
Vitamin D sangat berperan penting bagi metabolisme
kalsium dan fosfor. Dengan adanya vitamin D, diadsorpsi
kalium oleh alkohol pencernaan akan diperbaiki, kalsium, dan
fosfor dari tulang dimobilisasi.
Pengeluaran dan kesetimbangan mineral dalam darah ikut
dikendalikan. Sumber vitamin D diperoleh dari dari dalam
bahan nabati dan dalam minyak hati, ikan, dan vitamin D dapat
diperoleh dari sinar matahari pagi.
ergocalciferol
colecalciferol
(Winarno, 1982)
c.Vitamin E
Vitamin E merupakan salah satu faktor yang larut dalam
lemak. Vitamin E dalam tubuh kita berperan sebagai
antioksidan, membantu oksidasi terhadap vitamin A dalam
saluran pencernaan serta membantu dan mempertahankan
fungsi membran sel.
(Winarno, 1982)
d. Vitamin K
Disebut juga vitamin koagulasi. Vitamin K dapat
mendorong terjadinya peredaran darah secara normal,
pembentukan tulang, dan pembentukan perototan. Sumber
vitamin K antara lain adalah hati dan sayuran yang berzat
besi seperti bayam, kubis, dan bunga kol.
(Winarno, 1982)
2.4.3 Zat Antioksidan
Kebanyakan antioksidan digantikan oleh senyawa fenol.
Antioksidan pada makanan sangat efektif dalam konsentrasi yang
rendah, dan tidak hanya memperlambat ketengikan, zat ini juga
melindungi nilai nutrisinya melalui meminimalkan kerusakan pada
vitamin.
mekanisme anti oksidan
OH
RO
ROH
(Poedjiadi, 1994)
2.5 Analisa Bahan
2.5.1 Aquadest
Air yang diperoleh pada pengembunan uap air melalui proses
penguapan atau pendidihan air, tidak berwarna, tidak berasa, titik
leleh 00C, titik didih 1000C, bersifat polar pelarut organik yang
baik.
(Mulyono, 2001)
2.5.2 Asam nitrat
Merupakan asam anorganik, zat cair tidak berwarna, bersifat
korosif dan oksidator kuat.
(Basri, 1996)
2.5.3 NaOH
Senyawa basa padatan putih, higroskopis, mudah menyerap
Cu2 membentuk Na2CO3, digunakan dalam pembuatan rayon,
kertas, detergen, titik leleh 3180C dan titk didih 1390C, larut dalam
alkohol, gliserol dan air.
(Mulyono, 2001)
2.5.12 Kloroform
Cairan jernih tidak bewarna, berbau menyengat, rasa manis,
mudah menguap, pelarut yang baik untuk lemak, tidak larut dalam
air, titik leleh -16.20 C, berat jenis 1,49 g/ml.
(Arsyad, 2001)
2.5.13 Asam Asetat
Zat cair tanpa warna, berbau sangir, membeku pada suhu
0
290 C, termasuk asam organik hasil fermentasi alkohol dan bakteri
acetobacter acetil ditemukan dalam cuka.
(Basri, 1996)
2.5.14 Asam Asetat Anhidrid
Berbentuk liquid tak bewarna, BM 102,9 g/mol, Tl 16.6 0C, Td
139.60C, bersifat korosif, dapat larut dalam alkohol air dan eter,
terhidrolisa dengan air panas.
(Basri, 1996)
2.5.15 Amilum atau Kanji
Karbohidrat putih, tanpa bau dan tanpa rasa, terdiri atas rantai
bercabang molekul molekul glukosa, dihasilkaan pada proses
fotosintesis dalam tumbuh tumbuhan, penambahaan iodin
mengasilkan warna hitam.
(Pudjamaatmaka, 2003)
2.5.16 Larutan Ninhidrin
Padatan kristal putih larut dalam air dan alkohol, digunakan
dalam uji asam amino bebas dan karboksil dalam protein dangan
memberikan warna biru Tl 241-2430C.
(Mulyono, 2001)
2.5.17 Etanol
Cairan encer tak berwarna dapat bercampur dengan eter,
benzena, gliserol dan air, bersifat hidrofob dan hidrofil, mudah
terbakar, mudah tercampur dangan air, digunakan ntuk pelarut, titik
lebur -1170C, titik didih 780C.
(Basri, 1996)
2.5.18 CuSO4
Larutan dalam air, berwarna putih, sebagai cairan
pendehidrasi, bereaksi dengan logam Zn :
Zn + CuSO4 -----> ZnSO4 + Cu(s)
(Mulyono, 2001)
2.5.19 Plumbo Asetat
Senyawa garam dengan rumus kimia Pb (C2H3O2). 2H2O,
padatan kristal berwarna putih, bersifat racun, larut dalam air,
digunakan dalan kedokteran, tekstil dan sebagai reagen analitik,
titik leleh 2800C, titik didih 6,60C.
(Mulyono, 2001)
2.5.20 Eter
Eter dihasilkan dari alkohol melalui eliminasi pada air, bobot
molekul eter sangat rendah dan sangat mudah terbakar.
(Mulyono, 2001)
2.5.21 ZnSO4
Serbuk kristal berwarna putih, berkebang di dalam air. Density
1.957(25/40C), melting point 1000C. Larut dalam air, gliserol, tidak
larut dalam alkohol.
(Mulyono, 2001)
2.5.22 Minyak
Minyak yang dilepas dari buah kelapa, dan lain-lain, berguna
untuk minyak makanan.
(Sumardjo, 1998)
2.5.23 Reagen Barfoed
Larutan aqueus pada Cu asetat. Digunakan untuk
membedakan monosakarida dan disakarida.
(Willey, 2001)
2.5.24 Amonium Molibdat
Mempunyai formula (NH4)6 Mo7O24.7H2O. Bubuk kristal
berwarna putih, larut pada air, dan tidak larut dalam alkohol.
Berguna sebagai katalisdalam teknologi batu bara.
(Willey, 2001)
2.5.25 SbCl3
Tidak berwarna, transparan, bersifat higroskopis, sedikit
bau di udara. Densiyi 3,14 g/ml, titik didih 223,60C, titik leleh
73,2oC, larut dalam alkohol , aseton, dan asam.
(Willey, 2001)
2.5.26 K3Fe(CN)6
Berwarna merah terang, density 1,85 g/ml (250C), larut
dalam air, sedikit larut dalam alkohol.
(Willey, 2001)
2.5.27 Naftol
Tidak berwarna, density 1,224 g/ml (40C), titik leleh 960C,
titik didih 2780C, mudah menguap, larut dalam benzena, alkohol,
dan eter. Tidak larut dalam air, mudah terbakar, sangat beracun,
dan menyerap dalam kulit, digunakan dalam sintesis organik,
sintesis pembuatan parfum.
(Willey, 2001)
2.5.28 Telur
Pada putih telur, zat yang terkandung paling banyak adalah
protein albumin dan yang paling sedikit adalah lemak.
(Basri, 1996)
2.5.29 Vitamin A
Berbentuk batuan prisma berwarna merah, titik leleh 1700C.
Larut pada kloroform, benzena dan piridine, sedikit larut dalam
alkohol dan metanol.
(Willey, 2001)
2.5.30 Vitamin C
Kristal berwarna putih dengan titik leleh 1920C. Larut pada
air, sedikit larut dalam alkohol, tidak larut dalam eter, kloroform,
benzena, minyak dan lemak.
(Willey, 2001)
2.5.31 Isobutanol
Formulanya (CH3)2CHCH2OH, cairan yang tidak berwarna,
density 0,806 g/ml (150C). Titik didih 1070C, terlarut sebagian
dalam air, larut dalam alkohol dan eter.
(Willey, 2001)
2.5.32 Lesitin
Lesitin termasuk dalam golongan fosfolipid, berwarna
coklat cerah hingga coklat. Sebagian larut dalam air, dan aseton.
Larut dalam kloroform dan benzena. Biasa ditemukan pada kacang
kedelai dan telur.
(Willey, 2001)
2.5.33 Glisin
Formulanya NH2CH2COOH, termasuk dalam asam amino
non esensial. Berwarna putih, manis, berbentuk kristal. Titik leleh
232-2360C. Larut pada air, tidak larut pada alkohol dan eter.
(Willey, 2001)
2.5.34 Amonium Sulfat
Kristal berwarna keabu-abuan hingga putih, sesuai dengan
tingkat kemurniannya, density 1,77 g/ml, titik leleh 5130C dengan
penguraian, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan aseton,
tidak mudah terbakar.
(Willey, 2001)
2.5.35 FeSO4
Kristal berwarna kuning, titik leleh terdekomposisi pada
4800C. Sedikit larut dalam air (D=3,097), dan larut dalam air
(D=2,0-2,1), mudah terbakar.
(Willey, 2001)
KOH Alkoholis
Aquadest
Penambahan 1 mL H2SO4
Pengamatan
hasil
b. Uji Benedict
5 tetes glukosa
Tabung reaksi
Hasil
5 tetes fruktosa
Tabung reaksi
Penambahan 2 mL larutan benedict
Pemanasan
Pengamatan
Hasil
5 tetes sukrosa
Tabung reaksi
Pengamatan
Hasil
c. Uji Barfoed
1 mL glukosa
Tabung reaksi
Hasil
1 mL fruktosa
Tabung reaksi
Hasil
1 mL sukrosa
Hasil
Hasil
Hasil
1 mL minyak baru
1 mL minyak baru
1 ml minyak baru
b. Uji Fosfat pada Lesitin
Lesitin yang telah larut dalam alkohol
Tabung reaksi
Hasil
c. Uji Kolesterol
2 mL larutan kuning
telur
Tabung reaksi I
2 mL minyak nabati
(dalam kloroform)
Tabung reaksi II
Hasil
3.2.3. Protein
a. Tes Ninhidrin
1 mL larutan putih
telur
Tabung reaksi
Hasil
1 mL larutan glisin
Tabung reaksi
Hasil
b. Tes Biuret
1 mL larutan putih telur
Hasil
Hasil
Hasil
c. Tes Xanthoprotein
Tabung reaksi
Penambahan asam
nitrat pekat dingin
Pengamatan warna
Penetesan NaOH
Pengamatan warna
Penambahan asam
nitrat pekat dingin
Pengamatan warna
Penetesan NaOH
Pengamatan warna
hasil
hasil
e. Tes Sulfur
1 mL larutan albumin telur
Tabung reaksi
Hasil
f. Reaksi Pengendapan Protein
Pengendapan protein oleh Garam
10 mL larutan putih telur
Tabung reaksi
Hasil
Penambahan 2 mL alkohol 96 %
Pengamatan
Hasil
Hasil I
Hasil II
Penambahan ZnSO4 berlebih
Pengamatan
Hasil
3.2.4. Vitamin
a. Vitamin A
Serbuk vitamin A
Tabung reaksi
Penambahan kloroform
Penambahan 2 tetes asam asetat anhidrat
Hasil
b. Vitamin B1
Serbuk vitamin B1
Tabung Reaksi
Penambahan 3 tetes NaOH 30%, 3
tetes K3Fe(CN)6 0,6 %, dan 1 ml
isobutanol.
Pengocokkan hingga merata.
Pengamatan
Hasil
c. Vitamin B2
Serbuk vitamin B2
Tabung reaksi
Penambahan 2 mL etanol 80 %
Pengocokkan hingga kuat
bercampur
Pengamatan
Hasil
hinga
d. Vitamin C
2 mL larutan vitamin C
Tabung reaksi
Hasil
Penambahan air
Pendiaman
Penirisan
Hasil
Sayatan pear
Gelas beker
Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
No
1.
Perlakuan
Karbohidrat
a.Uji Molisch
- pemasukkan 2 tetes larutan -Naftol
+ 2 mL larutan karbohidrat kedalam
satu tabung reaksi.
- penambahan 1 mLH2SO4
- pengamatan pada tabung reaksi
- pengulangan perlakuan dengan air
tanpa karbohidrat
b. Uji Benedict
- pemasukkan 4 tetes larutan glukosa,
fruktosa,sukrosa ke dalam 3 tabung
reaksi berbeda,
- penambahkan 2 mL larutan benedict,
- pemanasan
Lipid
a. Uji Peroksida
- pemasukkan 1 mL minyak sampel +
1 mL kloroform + 2 mL asam asetat
glasial + 1 tetes larutan KI 10%,
pengadukan, pendiaman selama
5 menit.
- pengulangan untuk minyak/ lemak
tengik.
b. Uji Fosfat pada Lesitin
- pemasukkan lesitin yang telah di
larutkan dalam alkohol ke dalam
tabung reaksi,
- penambahan asam nitrat pekat.
- pemanasan pada penangas air,
- penambahan larutan ammonium
molibdat,
Pengamatan
Sampel : Larutan Pati
- warna larutan bening
- warna larutan bening
- tidak terbentuk 2 lapisan
Blangko (aquadest)
- warna larutan bening
- warna larutan bening
- tidak terbantuk 2 lapisan
- warna larutan awal bening
- warna larutan dalam ke-4 tabung
berwarna biru
- glukosa: warna larutan coklat kebiruan
sukrosa: warna larutan orange
kecoklatan
fruktosa : warna larutan orange
- warna larutan tetap
Sampel:
minyak baru
+ kloroform : larut
+ CH3COOH : keruh
+ KI 10% : larutan tetap
minyak tengik
+ kloroform : larut
+ CH3COOH : keruh
+ KI 10% : larutan tetap
Sampel : (minyak baru & minyak lama)
- terbagi 2 lapisan, atas : larutan keruh
Bawah : bening kuning
- warna larutan menjadi kuning
- warna larutan tetap
- terdapat endapan kuning
- larutan menjadi keruh
V. HIPOTESIS
5.1 Karbohidrat
5.1.1 Uji Molisch
Suatu zat dikatakan positif mengandung karbohidrat dapat
diuji melalui uji molisch. Uji molisch terhadap adanya karbohidrat
ini ditandai dengan terbentuknya cincin merah hingga ungu.
5.1.2 Uji Benedict
Suatu zat yang mengandung karbohidrat seperti glukosa
jika diuji dengan uji ini akan menghasilkan endapan yang berwarna
merah, hijau, atau merah bata. Perbedaan warna endapan ini
disesuaikan konsentrasi/kadar kemanisan dari karbohidrat yang
diuji.
5.1.3 Uji Barfoed
Suatu zat positif mengandung karbohidrat dapat pula diuji
dengan uji barfoed. Uji positifnya ditandai dengan perubahan
warna yang terjadi pada larutan yaitu menjadi merah bata.
5.1.4 Hidrolisis Polisakarida
Hidrolisis polisakarida ini dapat digunakan untuk menguji
adanya karbohidrat. Uji positif pada hidrolisis polisakarida ini
ditandai dengan perubahan warna yang terjadi menjadi merah bata.
5.2 Lipid/ Lemak
5.2.1 Uji Peroksida
Suatu minyak dikatakan mengandung peroksida
ditunjukkan dengan pembebasan iodin. Uji positif ini dapat
dilakukan dengan menggunakan indikator amilum. Jika iodin
benar-benar ada, maka setelah ditambah indikator amilum akan
berubah menjadi biru hingga hitam.
5.2.2 Uji Fosfat pada Lesitin
Uji ini dilakukan pada lesitin yang dilarutkan dalam
alkohol. Uji positifnya ditandai dengan adanya perubahan warna
pada larutan.
5.2.3 Uji Kolesterol (Libermann-Buchard)
Ada perbedaan warna pada masing-masing larutan. Antara
kolesterol, mentega, minyak hewan dan minyak nabati,
kemungkinan minyak nabati jauh lebih jernih daripada minyak
hewani.
5.3 Asam Amino dan Protein
5.3.1 Uji Ninhidrin
VI. PEMBAHASAN
Percobaan analisa kualitatif biomolekul ini bertujuan untuk melakukan
analisa kualitatif terhadap biomolekul yang terdiri atas karbohidrat, lipid,
protein dan vitamin. Dimana pada percobaan ini untuk mengetahui ada dan
tidaknya sifat dari karbohidrat, lipid, protein dan vitamin, maka dilakukan ujiuji terhadap senyawa-senyawa biomolekul tersebut.
6.1 Karbohidrat
Karbohidrat ialah gula sederhana dari zat-zat yang dengan hidrolisis
menghasilkan gula sederhana. Uji-uji yang dilakukan adalah :
6.1.1 Uji Molisch
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan adanya
karbohidrat dalam suatu larutan . Prinsip dari uji ini yaitu asam sulfat
pekat akan menghidrolisis ikatan glikosidik membentuk
monosakarida yang selanjutnya terhidrasi menjadi senyawa furfural
dan turunannya. Produk furfural ini akan bergabung dengan -naftol
tersulfonasi membentuk kompleks berwarna ungu.
Sampel bahan yang digunakan yaitu larutan pati. Larutan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes naftol (dalam etanol) kemudian ditambahkan 1 ml H 2SO4 pekat
terbentuk dua lapisan, lapisan bawah berwarna coklat dan lapisan
atas berwarna kuning. Ada tidaknya karbohidrat ditunjukkan dengan
adanya cincin merah sampai ungu pada batas antara lapisan bawah
dan lapisan atas. Tetapi dalam percobaan ini hampir tidak terlihat
dua lapisan, larutan tetap berwarna bening. Ini membuktikan larutan
tersebut sedikit mengandung karbohidrat. Fungsi penambahan asam
sulfat yaitu untuk menghidrolisis ikatan glikosidik pada karbodidrat
sehingga membentuk monosakarida.
Warna cincin ungu disebabkan oleh adanya furfural dengan naftol. Fungsi derivat sendiri dihasilkan oleh adanya monosakarida
yang ditambahkan asam kuat pekat. Sebenarnya reaksi kondensasi
antara furfural dengan -naftol, tidak spesifik untuk karbohidrat
tetapi dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis
kualitatif karbohidrat.
(Poedjiadi, 1994)
Penambahan pereaksi molish pada karbohidrat merupakan
reaksi eksoterm yaitu mengahasilkan kalor, melepaskan kalor ke
lingkungan.
OH
OH
CH
OH
CH 2OH
H
CH
(Poedjiadi, 1994)
O
C
HO
OH
HO
OH
OH
OH
OH
OH
H2C
+ Cu2O + H+
CH 2OH
CH 2OH
HO
HO
CH 2OH
H
OH
HO
OH
OH
OH
+ Cu2+ + 2OH -
CH 2OH
CH 2OH
+ Cu2O + H2O
CH 2OH
O
HOCH 2
OH
H
H
+ CU2+ + 2OH-
OH
CH2 OH
H
OH
HO
OH
(Poedjiadi, 1994)
6.1.3 Uji Barfoed
Percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan adanya karbohidrat
yaitu monosakarida. Prinsipnya adalah reagen Barfoed bersifat asam
sangat lemah dan hanya bisa direduksi oleh monosakarida.
Pemanasan yang lama akan menghidrolisis disakarida sehingga
menyebabkan terjadinya false positif. Pengendapan kupro oksida
(Cu2O) pada uji barfoed membentuk warna lebih merah bata
daripada uji benedict.
CuOH2
Reagen Barfoed
CuO
H2O
O2
(Poedjiadi, 1994)
Pada percobaan ini menggunakan 3 larutan yaitu glukosa,
fruktosa, dan sukrosa masing-masing 1 mL. Yang kemudian masingmasing ditambahkan larutan Barfoed 2 mL, larutan barfoed ini
terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air dan
digunakan untuk membedakan dengan disakarida. Disakarida dengan
konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif. Hasilnya semua
larutan berwarna biru dan pada larutan fruktosa ada gumpalan.
Setelah itu semua larutan dipanaskan dalam penangas, fungsi
pemanasan adalah agar mempercepat reaksi. Lalu didinginkan,
hasilnya larutan glukosa dan sukrosa tetap berwarna biru, sedangkan
pada larutan fruktosa didapatkan hasil positif yang ditandai dengan
perubahan warna larutan berwarna biru ada endapan merah bata. Hal
ini menunjukkan bahwa fruktosa merupakan monosakarida karena
terbentuk endapan merah bata.
Seharusnya yang hasilnya positif adalah larutan glukosa
dan fruktosa, karena glukosa dan fruktosa merupakan monosakarida,
tapi pada percobaan kali ini larutan glukosa tidak ada endapannya.
Hal ini mungkin pada waktu pemanasan kurang lama.
6.1.4 Hidrolisis Polisakarida
Percobaan ini bertujuan untuk menghidrolisis atau memotong
ikatan pembentuk polisakarida. Prinsipnya adalah polisakarida bukan
pereduksi efektif, dikarenakan walaupun polisakarida terdiri dari
banyak monosakarida tetapi hanya terdapat satu monosakarida yang
GLUK OSA
GLUKOSA
CH 2
OOCR 2
CH
OOCR 3
CH 2
H+
CH2 OH
CHOH
3 H 20
CH2 OH
GLISEROL
OOCR 1
CH 2
OOCR 2
CH
OOCR 3
CH 2
CH 2OH
NaOH
R1COOH
R2COOH
R3COOH
ASAM LEMAK
R1COONa
CHOH
R2COONa
CH 2OH
R3COONa
GLISEROL
(Poedjiadi, 1994)
6.2.2 Uji Fosfat pada Lesitin
Untuk uji fosfat pada lesitin, pertama-tama siapkan larutan
lesitin yang telah dilarutkan dalam alkohol. Lesitin ini termasuk
kedalam golongan fosfolipid. Kemudian ditambahkan HNO3 pekat.
Tujuan dari penambahan HNO3 pekat ini adalah untuk mengoksidasi
lesitin yang telah dilarutkan dalam alkohol tersebut. Kemudian
dilakukan pemanasan. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk
mempercepat reaksi dan agar larutan tersebut dapat terhidrolisis
menjadi asam lemak dan gliserol. Hasil yang diperoleh adalah
larutan yang berwarna kuning. Setelah itu, ditambahkan dengan
ammoniun molibdat. Tujuan dari penambahan ini adalah untuk
mempercepat reaksi (katalis). Kemudian dilakukan pemanasan
kembali. Dari percobaan ini diperoleh larutan keruh yang berwarna
kuning. Hal ini menunjukkan uji positif bahwa di dalam lesitin
mengandung fosfat.
Reaksi kimia yang terjadi :
O
O
R2
H2C
O
CH
H 2C
HO
H2C
O
O
H 2C
H3PO4
CH 3
CH2
N
CH3
HNO3
H3C
CH 3
CH2
N
HO
R1
CH3
ASAM LEMAK
H3C
(Poedjiadi, 1994)
OH
N C C
NINHIDRIN
GUGUS AM INO
O
N
OH
GU GUS KARBONIL
RCHO
CO2
3 H 2O
H+
O
VIOLET ANION
H
C
COOH
NH2
NH2
NaOH
CuSO4
CH 2
H
PROTEIN
CH 2
C
NH2
NH2
C
O
O
CU
(Arsyad, 2001)
Reaksi Xanthoprotein :
H
C 6H5 H2C
NH3 +NO3-
COOH
NH2
HNO 3 (P)
C6H 5H2 C
COOH
COOH
+
H3N
C
H
HNO3 (P)
(Arsyad, 2001)
HS
C
H2
H 2N
H
C
COOH
Pb
H 3C
2+
Pb2S
COKLAT HITAM
H
C
COOH
HN 2
(Poedjiadi, 1994)
6.3.5 Pengendapan Protein
a. Pengendapan oleh Garam
Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan larutan
(NH4)2SO4 pada larutan susu kedelai, sehingga terbentuk endapan.
Garam amonium sulfat dipilih karena kemampuan garam tersebut
untuk mengendapkan protein cukup besar walaupun dalam
jumlah yang kecil. Endapan terbentuk karena terjadi kompetisi
antara molekul protein dengan ion anorganik (NH4)2SO4 dalam
mengikat air (hidrasi). Karena konsentrasi (NH4)2SO4 lebih
tinggi, maka kelarutan protein menjadi berkurang sehingga
protein terendapkan. Pengendapan ini disebut salting out. Uji
positif diberikan pada percobaan ini yang ditandai dengan adanya
endapan.
H
H
O
COO-
COO-
NH3+
H
H
H
O
H
O
H
O
H3N
NH3+
R+
(NH4 )2SO4
RC
NH3+
COO-
COO-
NH3+
PROTEIN TERLARUT
(Poedjiadi, 1994)
HC
2H2
C
H
H
C
Reducing
agent
CYSTEIN
CYSTONE
(Poedjiadi,1994)
H
C
O
C
H
O
C
H2
(Poedjiadi,1994)
(Winarno, 1992).
Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu
makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau
kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama
dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada
partikelnya akan hilang selama proses ionisasi terjadi. Jika pH
berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka matan partikel
koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik
isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau
bahkan menjadi negatif.
(Winarno, 1992).
6.3.7 Penggumpalan Protein
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui bahwa
protein tidak larut dalam pelarut basa (NaOH) dan pelarut asam
(HCl). NaOH digunakan sebagai pelarut basa sedangkan HCl
berfungsi sebagai pelarut asam. Susu kedelai 2mL diletakkan ke
dalam tabung reaksi, setelah itu ditambah 1tetes klorofenol merah,
warna larutannya berubah menjadi ungu, setelah itu ditambah asam
cuka sampai warna ungu pada larutan hilang. Kemudian dilakukan
pemanasan. Pada saat pemanasan terjadi penggumpalan karena
adanya denaturasi protein. Setelah itu endapan dibagi menjadi 2
bagian,yang satu ditambah dengan pelarut basa (NaOH) dan yang
lain ditambah dengan pelarut asam (HCl). Pada saat ditambah
NaOH, endapan berwarna ungu dan endapan terdapat di atas
sedangkan pada saat ditambah HCl, endapan berwarna kuning dan
endapannya terdapat di bawah. Ini membuktikan bahwa protein tidak
larut dalam pelarut basa maupun asam, ini menunjukkan uji positif.
6.4 Vitamin
6.4.5 Vitamin A
Uji coba ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
vitamin A pada suatu sampel yang di analisis, pada percobaan ini
digunakan sampel yaitu minyak ikan, minyak ikan sebanyak 0,5 ml
pertama tama di analisis dengan menambahkan tetes demi tetes
kloroform hingga larut, penambahan kloroform ini sesuai dengan
prinsip like dissolve like dimana sampel yang digunakan dan
kloroform sama-sama bersifat non polar. Kemudian larutan
ditambahkan asam asetat anhidrat dengan fungsi menghilangkan air,
karena sifat dari asam asetat anhidrat yang dapat mengikat air, dan
analisis ini harus bebas air. Kemudian ditambahkan SbCl3 dalam
bentuk padatan dengan tujuan sebagai indikator perubahan warna
yang nantinya akan diamati di bawah sinar UV. Dan hasil yang
didapat saat diamati dibvawah sinar UV yaitu larutan berwarna biru,
O
H2C
O C
C 15H 31
Cl-
H2 C
O C
C15H 31
Cl
VITAMIN A PALMITAT
BIRU
(Poedjiadi, 1994)
6.4.1 Vitamin B1
Uji coba ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
vitamin B1 pada sampel yang akan dianalisis yaitu sebuk vitamin B
kompleks, sebuk vitamin B kompleks dianalisis dengan penambahan
3 tetes NaOH 30% atau 7,5 N, penambahan NaOH tersebut
berfungsi untuk membuka lingkar piarol dalam tiamin yang terdapat
pada vitamin, kemudian setelah lingkar piarol terbuka di tambahkan
3 tetes K3Fe(CN)6 untuk mengoksidasi tiamin untuk menghasilkan
produk yang bersifat fluoresens yaitu tisokrom, setelah perlakuan
tersebut kemudian ditambahkan isobutanol untuk mengekstrak
fluoresens tarsebut, selanjutnya dikocok, pengkocokkan ini bertujuan
untuk mencampurkan larutan tersebut agar merata dan untuk
mempercepat proses reaksi dalam tabung reaksi karena partikel
partikel yang ada didalamnya lebih sering terjadi tumbukan.
Kemudian mengamati warna fluoresens yang terbentuk dibawah
sinar UV dan apabila warna fluoresens tersebut berwarna hijau
berarti positif mengandung vitamin B1, saat diamati warna
fluoresensi yang terbentuk pada larutan yang dianalisis dibawah
sinar UV menunjukan warna hijau, yang berarti pada sampel vitamin
B kompleks positif mengandung vitamin B1.
6.4.2 Vitamin B2
Dari hasil uji yang dilakukan dengan menambahkan serbuk
vitamin B2 dengan etanol 80% yang bertujuan melarutkan vitamin B2
dikarenakan etanol bersifat polar (suka dengan air),vitamin B2
merupakan vitamin yang larut dalam air. Kemudian dilakukan
pengocokan secar kuat fungsi dari pengkocokkan sendiri agar
seluruh vitamin dapat larut dalam air. Setelah mengamati larutan
melalui lampu UV agar warna larutan dapat terlihat.Setelah diamati
larutan
tersebut
positif
HOH2C
CHOH
CHOH
H2C
H3C
H3C
CO
HC
NH
H
N
CO
C2H5 OH
HC
C
O
NH
C
O
LUMIKRON
(Poedjiadi, 1994)
6.4.3 Vitamin C
Uji terhadap vitamin C dilakukan dengan mereaksikan 2ml
larutan vitamin C dengan 2 tetes NaOH 10% .Alasan pemilihan
pelarut ini karena vitamin C larut dalam pelarut polar,sehingga untuk
hasil yang terbaik digunakan NaOH .Kemudian ditambah 2ml
FeSO4 5% setelah campuran rata.Kemudian didiamkan beberapa
saat.Lama kelaman pada larutan tersebut terbentuk warna hijau
kehitaman,warna ini menunjukan uji positif bahwa larutan
mengandung vitamin C.
O
C
H2
C
OH
H2
C
OH
O
H
HOHC
CH2OH
L Asam Askorbat
(Poedjiadi,1994)
6.4.4 Sifat Antioksidan Vitamin C
Vitamin C sangatberperan dalam memelihara fungsi normal
semua unit sel.
(Poedjiadi,1994)
OH
RO
O
C
O
C
H2
C
H2
C
OH
OH
HIDROGENASI
-H+
O
C
CH
C
H
O
H
HOHC
CH 2OH
L Asam Askorbat
ROH
HOHC
CH 2OH
(Fessenden, 1997)
VII. KESIMPULAN
7.1 Karbohidrat
a. Uji Molisch
Uji ini menghasilkan uji yang positif dengan terbentuknya cincin
merah dan reaksinya bersifat eksotermis. Pada uji ini, larutan pati positif
mengandung karbohidrat.
b. Uji Benedict
Uji ini menghasilkan uji yang positif dan negatif.Pada fruktosa uji
positif terbentuk larutan berwarna merah bata, menandakan bahwa
mengandung gula pereduksi sedangkan glukosa dan sukrosa uji negatif.
c. Uji Barfoed
Hasil dari uji ini bernilai negatif pada sukrosa dan glukosa,
sedangkan pada fruktosa bernilai positif, karena kelompok monosakarida.
Uji positif ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata.
d. Hidrolisis Polisakarida.
Hasil dari uji ini bernilai negatif. Seharusnya uji positif
memberikan endapan merah bata.
7.2 Lipid
a. Uji Peroksida
Munculnya peroksida dipengaruhi oleh tipe dan jumlah radikal
bebas yang terdapat pada lipid. Semakin bertambahnya pembentukkan
peroksida ditandai dengan bertambahnya derajat ketidakjenuhan. Uji ini
memberikan uji negatif untuk minyak baru dan minyak tengik. Hal ini
menunjukkan bahwa minyak baru dan minyak tengik tidak mengandung
peroksida.
b. Uji fosfat pada lesitin
Hasil dari uji ini adalah positif dengan memberikan endapan
kuning. Hal ini berarti lesitin mengandung fosfat.
c. Uji Kolesterol
Hasil dari uji ini adalah negatif untuk mentega, minyak nabati dan
minyak hewani. Uji positif ini dapat ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan kuning.
7.3 Asam Amino dan Protein
a. Tes Ninhidrin
Hasil dari uji ini adalah negatif untuk susu kedelai(protein). Uji
positif memberikan perubahan warna larutan menjadi ungu. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam susu kedelai tidak mengandung amino.
b. Tes Biuret
Pada tes ini menunjukkan adanya perbedaan hasil antara protein
dan glisin. Pada protein menghasilkan uji positif warna ungu, sedangkan
pada glisin menghasilkan uji negatif larutan bening. Hal ini berarti protein
mengandung ikatan peptida.
c. Tes Xanthoprotein
Hasil tes ini menunjukkan uji positif pada susu kedelai dan fenol
dengan memberikan endapan kuning, sedangkan uji negatif pada glisin.
Hal ini menunjukkan bahwa susu kedelai dan fenol mengandung gugus
fenil.
d. Tes Sulfur
Pada uji ini menghasilkan uji yang positif dengan terbentuknya
larutan berwarna coklat, terbukti bahwa di dalam protein mengandung
sulfur dalam asam aminonya.
e. Reaksi pengendapan protein
Pengendapan Protein oleh Garam
Pada uji ini menghasilkan uji positif yang ditandai dengan
terbentuknya endapan. Hal ini berarti protein dapat diendapkan oleh
garam.
Pengendapan oleh Logam Berat
Pada uji ini menghasilkan uji positif yang ditandai dengan
terbentuknya endapan. Hal ini berarti protein dapat diendapkan oleh
logam berat.
Pengendapan oleh Alkohol
Pada uji ini menghasilkan uji positif yang ditandai dengan
terbentuknya endapan. Hal ini berarti protein dapat diendapkan oleh
alkohol.
f. Denaturasi Protein pada Putih Telur
Uji ini menghasilkan uji positif yang ditandai dengan terbentuknya
gumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa protein mudah terdenaturasi
dengan adanya pemanasan.
g. Penggumpalan Protein
Uji ini menghasilkan uji positif yang ditandai dengan terbentuknya
endapan. Hal ini menunjukkan bahwa protein dapat diendapkan dalam
asam encer.
7.4 Vitamin
a. Vitamin A
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 30 Desember 2009
Praktikan,
Qosim Marjuki
J2C 008 052
Rizka Marina
J2C 008 059
Rr Dian Pratiwi
J2C 008 061
Sari Pratiwi
J2C 008 064
Sulistiyowati
J2C 008 096
Mengetahui,
Asisten,
Rizkia Mulyowati
J2C 006 045