Shell and Tube
Shell and Tube
PENDAHULUAN
Terdiri dari (tube-bundles) yg dipasangkan di dalam shell yg
berbentuk silinder (Gambar 1)
Dua jenis fluida yg saling bertukar kalor mengalir secara
terpisah, masing melalui sisi tube dan sisi shell
Bagian ujung-ujung dari tube bundle dikencangkan pada
dudukan tube yg disebut tubesheets, yg sekaligus berfungsi
memisahkan fluida yg mengalir di sisi shell dan di dalam tube
Shell
Gambar 1
Tube bundles
Tubesheet
PENDAHULUAN
Walaupun dewasa ini sangat banyak jenis APK yg dikembangkan
pada industri, namun APK jenis shell and tube masih jauh lebih
banyak digunakan
beberapa keuntungan dari APK jenis ini, diantaranya lain adalah
1. Konfigurasinya memberikan luas permukaan yang besar untuk
volume yang kecil
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik : bentuknya baik untuk
operasi yang bertekanan
3. Dapat dibuat dari berbagai jenis material yang disesuaikan
dengan kondisi operasionalnya
4. Mudah membersihkannya
5. Teknik fabrikasi dan prosedur perencanaanya sudah mapan
Gambar 2
STANDAR TEMA
Gambar 3
Numenklatur menurut
TEMA
STANDAR
Yg umum biasanya dari Amerika seperti TEMA Standards, ASME Code,
API Standards, ASTM dan lain-lain
Juga British Standard seperti BS 3274 dan BS 5500.
Standar tersebut memuat hal-hal tentang perencanaan (design),
fabrikasi, pemilihan material konstruksi, pengujian (testing) shell dan
tube, baffle dan support, floating head, nozzle, tubesheet dan lain-lain.
TEMA telah mengklasifikasikan APK dalam tiga kelas yaitu:
Kelas R
adalah APK yg tidak mengalami proses pembakaran dlm penggunaanya,
dan secara umum dipergunakan untuk proses pengolahan minyak atau
setidak-tidaknya berhubungan dengan aplikasi dalam pengolahan minyak
Kelas C,
sama dgn kelas R, hanya saja umumnya sering digunakan pada tujuantujuan komersial dan dalam proses yg umum
Kelas B,
sama seperti kelas di atas, hanya saja dipergunakan untuk proses-proses
kimia (chemical process service)
2. TUBE
Parameter pemilihan tube al. ialah: bahan tube yang sesuai dengan suhu,
tekanan dan sifat korosi fluida yang mengalir;
ukuran tube menyangkut diameter dan panjangnya
Dimensi
Diameter tube yg biasa digunakan berkisar antara 5/8 inch (16 mm)
sampai 2 inch (50 mm) O.D.
Ketebalan tube dipilih dengan memperhatikan tekanan kerja dan
kerusakan karena korosi.
Panjang tube yg lebih disukai adalah 6 ft. (1,83 m), 8 ft (2,44 m), 12 ft
(3,66 m) dan 16 ft (4,88 m)
Susunan tube (tube arrangements)
Susunan tube akan mempengaruhi baik buruknya perpindahan panas.
pemilihan harus mempertimbangkan sistim pemeliharaan yang akan
dilakukan (dengan mekanikal atau secara kimiawi}
aliran laminer atau aliran turbulent, bersih atau kotor aliran fluida yg
mengalir di luar tube juga mempengaruhi susunan dari tube.
Triangular
pt
Square
pt
Gambar 6.
Susunan Tube
Rotated Square
Six tube
passes
Gambar 7.
Tube passes
Four tube
passes
Two tube
passes
3. SEKAT (BAFFLES)
untuk membelokkan atau membagi aliran, dan juga untuk menaikkan
kecepatan aliran fluida yg berarti memperbaiki laju perpindahan panas.
menentukan jenis sekat diperlukan pertimbangan teknis dan
operasional karena mempengaruhi besarnya penurunan tekanan,
bentuk aliran fluida, distribusi aliran dll.
beberapa jenis sekat yg dapat dipilih : (gambar 8)
- sekat berbentuk segment,
- sekat batang (rod),
- longitudinal baffle,
Jenis sekat yg paling banyak digunakan adalah single segmental baffle.
Untuk menentukan dimensi segmental baffle sering digunakan istilah
baffle cut, yaitu tinggi dari segment yg dipotong dari baffle dan
dinyatakan dengan prosentase terhadap piringan baffle.
Baffle cut yang digunakan bervariasi antara 15% s/d 45%.
Pada umumnya baffle cut 20% s/d 25% adalah optimum, dan
memberikan laju perpindahan yang baik tanpa adanya penurunan
tekanan yang berarti
Helical Baffle
Doughnut Baffle
Rod Baffle
4. Penurunan tekanan
Dalam beberapa kegunaan, penurunan tekanan yg diijinkan, ditentukan
oleh kondisi proses.
Bilamana tidak dibatasi, perancang bisa melakukan analisa ekonomi
untuk menetukan penurunan tekanan guna mendapatkan rancangan
APK yg hemat biaya operasinya termasuk pertimbangan biaya kapital
dan biaya pemompaan
METODA PERANCANGAN
1. METODA LMTD
Q = U A Tm
Tm = F . LMTD
T2,o - T2, i
P=
= 2
T1, i - T2, i
T1,i - T1, o
R=
= R2
T2, o - T2, i
m1
dQ
m1
dQ
m
2
T1,i
T1
-dT1
Ta
T2,i
T1,i
T1,o
T2,o
T2
Tb
Ta
T2,o
dA
T1
T2
dT2
LMTD =
m2
Tb Ta Ta Tb
=
T
T
ln( b )
ln( a )
Tb
Ta
-dT1
-dT2
T1,o
Tb
T2,i
A
2. METODA Frank
Q Ub . Ta Ua . Tb
=
A
Ub . Ta
ln
Ua . Tb
Dimana
Ua adalah koefisien perpindahan
panas menyeluruh yang
dievaluasi berdasarkan sifat-sifat
fisik pada terminal panas (T1,i dan
T2,o)
T1,i
Ta
T2,o
T1
T2
T1,o
Tb
T2,i
T1,i
Ta
T2,o
Q = Umin . A . LMTD
T1
T2
T1,o
Tb
T2,i
4. METODA DIAGRAM T - H
Prinsip dari metoda ini adalah sbb:
Mengkonstruksi Diagram TH
Bila diasumsikan laju aliran massa fluida panas dan dingin masing2
adalah m1 dan m2, keempat entalpi jenis H1,i ; H1,o ; H2,i dan H2,o (atau T1,i
; T1,o ; T2,i dan T2,o) telah diketahui seperti pada gambar, kurva
temperatur fluida panas dan fluida dingin sebagai fungsi entalpi jenis dari
salah satu fluida, misal fluida dingin, dapat diogambar sbb:
H1,i
H1 ; T1
H1,o
H2,o
H2 ; T2
H2,i
Ax
Ax
x
&2
m
H1 H1,i = (H2 H2,o )
&1
m
Mengkonstruksi Diagram TH
dengan diketahui sifat fisik fluida panas dan hubungan T1 = f(H1),
maka dapat digambarkan kurva T1 = f(H2) seperti dicontohkan dalam
gambar,
T1,T2
T1,i
& dh=
m
Ta
Tb
T2,o
Zona 1
H2,o
Zona 2
a
Zona 3
b
T1,o
Zona 4
T2,i
H2,i
H2
Berangkat dari
diagram T H seperti
gambar, dimungkinkan
untuk membagi APK
dalam sejumlah
tertentu zona (n)
dalam mana
temperatur kedua
fluida berubah
mendekati linier.
(T1 T2 )a (T1 T2 )b
LMTD =
(T T2 )a
ln 1
(T1 T2 )b
Ta Tb
=
T
ln a
Tb
& 2 H2 j = U j A jLMTD j
m
Dgn m2 debit massa fluida dingin, H2 perubahan entalpi fluida dingin, A
luas per-pan, U koef. Per-pan menyeluruh, LMTD beda temp. rata-rata
logaritmik, dan subskrip j menunjukkan setiap zona yg ditinjau,
Dgn demikian kebutuhan luas perpindahan panas setiap zona dapat
ditentukan sbb;
H2
&
A j = m2
U.LMTD j
A req = A j
1
Um =
1
Uj A j
A rea Zona
ho
d
1
1
1 do ln(do / di ) do
=
+
+
+
+ o
Uo ho hfo
2k w
hfidi hidi
Q = Uo A o Tm
fouling
di
do
hfo, hfi
d
d
d ln(do / di ) 1 1
1
= o + o + i
+
+
Ui hodi hfidi
2k w
hfi hi
Q = Ui A i Tm
L
A
h
hf
= panjang tube,
= luas per-pan,
= koef. Konveksi,
= koef. fouling
Nu = CRe Pr
w
hd
a
i h
kf
Cp
Re =
ui dh
kf
4 x luas penampang aliran
dh: diameter hidrolis =
keliling basah
= di untuk tube
Nu = CRe Pr
1 / 3
St = ERe0,205 Pr 0,505
Nu
hi
=
St: bilangan Stanton =
RePr uiCp
E = 0,0225 exp[-0,0225(ln Pr)2]
0,33
0,14
Jika bilangan Nusselt yang diberikan oleh persamaan diatas kurang dari
3,5 maka diambil 3,5
3. Aliran Transisi
Pada aliran antara laminer dan turbulen berkembang penuh, koefisien
perpindahan panas tidak dapat diprediksi dengan mudah, karena aliran
pada daerah ini tidak stabil, dan daerah transisi dapat diabaikan dalam
perancangan APK.
Koefisien dapat dievaluasi dengan menggunakan persamaan aliran
turbulen dan laminer, dan untuk selanjutnya dipilih harga yang kecil
jh = St Pr 0,67
w
0,14
hidi
= jh Re Pr 0,33
kf
w
0,14
L' ui2
P = 8jf
di 2
L' ui2
P = 8 jf
d
2
i
w
L' m
u2
Pt = Np 8jf + 2,5 i
di w
2
di mana Pt= rugi tekanan sisi tube(N/m2=Pa)
Np = jumlah pass sisi tube
ui = kecepatan fluida sisi tube (m/s)
L = panjang satu tube (m)
Rugi tekanan yang lain adalah kontraksi dan ekspansi aliran pada nosel
pemasukan dan pengeluaran penukar kalor.
Rugi tekanan ini dapat diestimasi dengan menambahkan tinggi energi
kecepatan sebesar 1 untuk pemasukan dan 0,5 untuk pengeluaran,
tergantung pada kecepatan di nosel.
Rugi-rugi tekanan di nosel biasanya hanya signifikan untuk gas pada
tekanan di bawah atmosfir
Kebocoran dan arus bypass ditunjukkan dalam gambar 14, didasarkan pada
model aliran yang dikemukakan oleh Tinker (1951, 1958).
Dalam gambar 14, Tinkers memberikan nomenkaltur yang digunakan untuk
mengidentifikasi berbagai aliran sebagai berikut:
Fluida pada arus C, E dan F mem-bypass tube, yang mengurangi luas perpindahan
panas efektif.
Arus C adalah arus bypass yang utama dan akan signifikan untuk jenis penukar
kalor dengan bundel tube yang bisa ditarik keluar (pull-though bundel), dimana
clearence antara shell dan bundel cukup lebar. Arus C dapat dikurangi dengan
sealing strips; horizontal strips yang memblok celah antara bundel tube dan shell,
gambar 15.
Untuk memblok arus kebocoran melalui pass-parttion (arus F) kadang-kadang
digunakan dummy tubes.
Arus kebocoran antara tube dan baffle tidak mem-bypass tube, dan hanya
berpengaruh terhadap rugi tekanan dan bukan pada perpindahan panas
2. Metoda perhitungan
Karena sulitnya model aliran di dalam shell, dan begitu banyaknya variabel yang
berpengaruh, menyebabkan sulitnya memprediksi koefisien perpindahan panas
dan rugi-rugi tekanan dengan akurat.
Metoda-metoda yang digunakan untuk merancang penukar kalor samapai tahun
1960 an tidak ada yang memperhitungkan arus kebocoran dan bypass. Korelasi
yang digunakan hanya berdasarkan arus total aliran, dan metoda empiris
digunakan untuk memperhitungkan performansi penukar kalor riil dibandingkan
dengan aliran ideal menyilang tegak lurus bundel tube.
Bell (1960, 1963) telah mengembangkan metoda semi-analitis yang didasarkan
pada hasil penelitian yang dilakukan dalam program kerjasama riset untuk shell
and tube HE pada University of Delaware. Metodanya memperhitungkan arus
utama kebocoran dan bypass dan metoda ini sangat cocok untuk perhitungan
manual.
Metoda Kern (1950) tidak memperhitungkan arus bypass dan kebocoran. Namun
metoda ini cukup akurat dan mudah digunakan untuk perhitungan rancangan awal.
Dalam paper ini disajikan hanya metoda Kern dan metoda Bell-Delaware
pt
pt
Faktor-faktor sisi shell jh dan jf yang digunakan dalam metoda ini diberikan dalam
gambar 17 dan 18, untuk berbagai potongan baffle dan susunan tube.
Gambar tersebut berdasarkan data yang diberikan oleh Kern (1950) dan Ludwig
(1965).
Gambar 17. Faktor perpindahan panas sisi shell (jh), segmental baffle
Prosedur untuk perhitungan koefisien perpindahan panas dan rugi tekanan sisi shell
untuk penukar kalor single shell pass adalah sebagai berikut:
1. Hitung luas intuk aliran silang tegak lurus As untuk jajaran tube-tube pada sumbu
shell:
dimana: pt: tube pitch,
(p do )DslB
do: diameter luar tube,
As = t
(1)
Ds: diameter dalam shell (m)
pt
lB: jarak baffle (m)
Term (pt - do)/pt adalah rasio celah antara tube-tube dan jarak total antara
sumbu-sumbu tube.
Gs =
Ws
G
;us = s
As
( 2)
2 do2
4 p t
de =
do
(3)
pt
0,5do2
4 x0,87pt
2
4
de =
do
2
Re =
Gs de us de
=
(5 )
5. Dengan bilangan Reynolds yang didapat dari perhitungan, baca harga jh dari
gambar 17 untuk potongan baffle dan susunan tube yang dipilih, dan hitung
koefisien perpindahan panas hs dari:
hd
Nu = s e = jhRePr 1/ 3
kf
w
0,14
(6)
(4)
6. Dengan bilangan Reynolds sisi shell yang didapat dari perhitungan, baca harga
faktor gesekan jf dari gambar 18 dan hitung rugi takanan sisi shell dari
D L u
Ps = 8jf s
de lB 2
Dimana
2
s
0,14
(7)
: L ; panjang tube
lB: jarak baffle
Term L/lB adalah jumlah kali aliran menyilang bundel tube = (Nb+1), dimana
Nb adalah jumlah baffle
Rugi Tekanan pada Shell Nozzle
Rugi tekanan di dalam nosel shell biasanya hanya signifikan pada fluida gas.
Rugi tekanan pada nosel dapat diambil 1,5 tinggi energi kecepatan untuk
inlet nozzle dan 0,5 untuk outlet nozzle didasarkan pada luas penampang
nosel atau penampang bebas antara susunan tube-tube yang berdekatan
langsung dengan nosel, yang mungkin lebih kecil
(8)
hoc do
= jhRePr1/ 3
kf
w
0,14
(9)
Re =
Gs do us do
=
(10 )
dimana: Gs= laju aliran massa per satuan luas, didasarkan pada aliran total dan
luas bebas pada sumbu bundel
do = diameter luar tube
Fn (N'c )
0,18
dimana Nc adalah jumlah baris yang disilangi aliran secara seri dari
ujung ke ujung shell yang tergantung jumlah baffle
Gambar 21. Clearence dan luas aliran pada sisi shell untuk Shell and Tube HE
A b 2Ns
Fb = exp
1
A s Ncv
(11)
A + 2A sb
FL = 1 L tb
AL
(12)
Pc = PiFb' FL'
(13)
Pi = 8 jf Ncv
u
2
2
s
0,14
(14 )
Dimana: Ncv= jumlah baris tube yang disilangi aliran (pada daerah aliran silang)
us= kecepatan sisi shell, didasarkan pada luas clerence bundel tube
pada sumbu shell
jf= faktor gesekan didapat dari gambar 25,
denganRe =
Gs do us do
=
Pengaruh aliran bypass pada rugi tekanan hanya pada daerah aliran
silang. Faktor koreksi dihitung dengan persamaan 11, tapi dengan
harga konstanta sebagai berikut:
dimana: = 5 untuk aliran laminer, Re < 100
= 4 untuk aliran transisi dan turbulen, Re > 100
Faktor koreksi untuk HE tanpa sealing strips ditunjukkan dalam gambar 26
Faktor koreksi kebocoran untuk penurunan tekanan, FL
Kebocoran akan berpengaruh terhadap penurunan tekanan pada daerah aliran
silang dan daerah baffle window. Faktor koreksi L dihitung dengan persamaan
12, dengan faktor koreksi diambil dari gambar 27
u2z
Pw = F (2 + 0,6Nwv )
2
'
L
(15)
u w us
dimana: uz= kecepatan rata-rata geometrik =
uw= kecepatan pada daerah baffle window, yaitu luas baflle window
dikurangi luas yang ditempati oleh tube-tube (lihat Aw pada gambar
21)
uw= Ws/Aw
Ws= aliran massa fluida pada sisi shell (kg/s)
Nwv= jumlah hambatan untuk aliran silang di daerah window, kira-kira
sama dengan jumlah baris tube
N +N
Pe = Pi wv cv Fb'
Ncv
(16)
Ps = 2Pe + Pc (Nb 1) + Nb Pw
(17 )
lb
Estimasi rugi tekanan yang terjadi pada inlet dan outlet nozzle sisi shell harus
ditambahkan pada persamaan 17.
Jarak pada daerah ujung sering kali diperbesar untuk memperoleh luas
aliran yang lebih besar pada inlet dan outlet nozzle.
Kecepatan pada daerah ini akan lebih rendah sehingga perpindahan panas
dan penurunan tekanan akan turun.
Efek penurunan tekanan lebih berarti dibanding penurunan perpindahan
panas, dan dapat diestimasi dengan menggunakan jarak aktual pada daerah
ujung ketika menghitung kecepatan aliran silang pada daerah ini