Dosen Pengampu :
Ari Ratna Kurniastuti,
Disusun oleh :
Grace Irene Septina Putri
145120401111083
S.H., M.H.
Kelas D-2-HI
I.
Latar Belakang
dan
bisa
menjadi
bisnis
besar
bagi
oknum
yang
tidak
bertanggungjawab.
Anggapan lain dari perdagangan manusia ini adalah sebagai perbudakan
manusia secara paksa dan kejam. Kasus ini tentu membuat sebagian orang merasa
resah dan menuntut sebuah perlindungan dari lembaga-lembaga khususnya
lembaga negara. Hal ini tentu menyangkut hukum dan kebijakan yang
diberlakukan secara nasional dan internasional, khususnya tentang perlindungan
dan Hak Asasi Manusia. Hukum internasional adalah pacuan setiap negara dalam
membuat perundang-undangan nasional termasuk juga dalam kasus perdagangan
manusia dan penyelundupan orang.
Dalam makalah ini penulis menyajikan sebuah kasus terkait Human
Trafficking and People Smuggling atau Perdagangan Manusia dan Penyelundupan
Orang pada lintas negara khusunya bagi Indonesia-Australia dan negara di
wilayah Asia-Pasifik. Kedua negara ini membuat kesepakatan yang sering dikenal
dengan nama Bali Process (Bali Process on People Smuggling, Trafficking in
Persons and Related Transnational Crime)1, yaitu kesepakatan mengenai
penyelundupan
manusia,
perdagangan
manusia
dan
terkait
kejahatan
transnasional.
Kesepakatan Bali Process dilaksanakan pada tahun 2002 dan 2003 yang lalu,
dimana Australia bertindak sebagai penggagas.2 Hal ini dilakukan mengingat
maraknya kejadian perdagangan dan penyelundupan manusia pada kawasan AsiaPasifik pada masa itu. Indonesia juga sebagai pihak yang menjadi korban human
trafficking dan people smuggling dimana tidak hanya masyarakatnya saja, tetapi
beberapa kawasan terluar Indonesia dijadikan sasaran sebagai pintu keluar
masuknya aktifitas ini. Sasaran pendekatan perdagangan manusia dan
penyelundupan orang mencakup wilayah negara asal, negara transit, dan negara
tujuan. Oleh karena itu, dibutuhkannya kerjasama atau kesepakatan antara dua
negara atau lebih dalam penanganan masalah ini. Saat ini, Bali Process memiliki
kurang lebih 50 anggota negara dan beberapa anggota dari oragnisasi
internasional yang ikut berpartisipasi.
Kerjasama atau kesepakatan itu diwujud nyatakan oleh Indonesia-Australia
dan beberapa negara di kawasan Asia-Pasifik dalam bentuk perjanjian
internasional
sebagai
upaya
pemberantasan
perdagangan
manusia
dan
BAB II
PEMBAHASAN
dimana pihak Indonesia dan Australia yang sepakat untuk bekerjasama memberantas
human trafficking dan people smuggling. Perjanjian yang telah ditandatangani oleh
kedua negara ini berguna sebagai bukti bahwa pernah dilakukannya suatu
kesepakatan dan diketahui pihak internasional dibawah naungan hukum internasional
selaku hukum yang menaungi dan yang pada akhirnya menghasilkan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak yang bersepakat. Hukum internasional
dijadikan landasan karena seperti yang sudah kita ketahui bahwa perjanjian
internasional akan berpedoman pada hukum internasional dimana terdapat
kewenangan-kewenangan yang jelas tentang apa saja yang harus dilakukan oleh
pihak-pihak yang menyepakati serta konsekuensi yang ditanggung apabila melanggar
perjanjian.
Hukum internasional adalah keseluruhan aturan atau patokan dan asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan antar lintas batas negara atau wilayah regional
suatu negara.6 Dengan kata lain, hukum internasional mengatur hubungan-hubungan
antar negara dan bukan antar perseorangan.
Dalam pernyataan bersama perjanjian Bali Process, kedua belah pihak
menyebutkan bahwa Dalam menanggulangi tantangan masalah penyelundupan
manusia dan perdagangan orang yang kompleks, Indonesia dan Australia menegaskan
kembali komitmen untuk bekerjasama lebih erat dalam kerangka Bali Process,
termasuk melalui Kerangka Kerja Implementasi Untuk Kerjasama Pemberantasan
Penyelundupan Orang dan Perdagangan Manusia.7 Penyelundupan orang dan
perdagangan manusia pada dasarnya adalah kejahatan yang menyangkut garis batas
regional negara, dimana diperlukan pendekatan yang melibatkan negara asal, negara
6 Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes. 2013. Bab 1 Pengertian,
Batasan, dan Istilah Hukum Internasional. Hlm. 1-2.
7 Pernyataan Bersama Indonesia-Australia Jakarta, 2 November 2010.
Diakses melalui
http://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/PB2010.html . Diakses
pada 29 Maret 2015.
transit, dan negara tujuan, termasuk kerjasama dengan organisasi internasional dalam
penanganannya.
Penulis beranggapan bahwa perjanjian Bali Process yang terkhusus pada
negara Indonesia dan Australia adalah perjanjian internasional yang mana dibuat oleh
anggota masyarakat internasional yang diartikan sebagai negara sebagai subyek
hukum internasional dan yang akan mengakibatkan hukum tertentu. Dengan kata lain
bahwa adanya perjanjian internasional dapat mengatur munculnya atau berubahnya
hukum intenasional melalui perjanjian antar negara dengan negara, negara dengan
organisasi internasional ataupun dengan subyek internasional lain yang telah atau
sedang berkembang pesat saat ini akibat perkembangan masyakarakat internasional. 8
Perkembangan masyarakat internasional inilah yang nantinya dapat merubah bentuk
dari hukum internasional.
Apabila kasus ini dikaitkan dengan teori hubungan hukum internasional dengan
hukum nasional, kasus perjanjian Bali Process tentang perdagangan manusia dan
penyelundupan orang dapat dikaji dengan menggunakan teori Monisme. Teori
monisme adalah teori yang didasarkan atas pemikiran kesatuan dari seluruh hukum
yang mengatur hidup manusia dimana merupakan kesatuan dari dua bagian yang
lebih besar yang mengatur hidup manusia. Pemikiran ini berpendapat bahwa hukum
internasional dan hukum nasional dianggap sebagai suatu kesatuan sistem hukum.
Monisme berpendapat bahwa hukum internasional yang berlaku dalam suatu negara
(hukum nasional) tidak harus melalui tahap ratifikasi atau proses transformasi terlebih
dahulu. Kasus Bali Process mengenai perdagangan manusia dan penyelundupan
orang lebih condong kepada teori monisme tentang primat hukum internasional, yaitu
pandangan bahwa hukum internasional dianggap lebih penting daripada hukum
nasional, serta hukum nasional bersumber dari hukum internasional.
BAB III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
hukum
internasional
yang
berlaku.
Dimana
perjanjian-perjanjian
II.
Saran
Dalam penerapan hukum internasional di Indonesia khususnya, ada baiknya
jika Indonesia lebih condong menggunakan teori Transformasi. Teori transformasi
sendiri adalah penerapan hukum internasional pada hukum nasional dengan
melalui proses ratifikasi atau adopsi khusus, sehingga hukum internasional yang
diterapkan secara nasional tidak digunakan mentah-mentah atau secara langsung
digunakan. Hukum internasional haruslah disesuaikan dengan kemampuan negara
Indonesia dalam menyanggupi dan mentaaati hukum tersebut, juga haruslah
disesuaikan dengan adat dan budaya Indonesia yang masih dianggap ketimuran
meskipun sudah mulai memilah budaya yang pantas dan baik untuk masa
sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumaatmadja, Mochtar & Agoes, Etty R. 2013. Pengantar Hukum Internasional.
Bandung : PT. Alumni.
Pernyataan bersama Indonesia-Australia. Jakarta, 2 November 2010, dalam
http://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/PB2010.html diakses pada 29 Maret
2015.
Bali Process, dalam http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=29&l=id
diakses 29 Maret 2015.
Bali Process, dalam http://unhcr.or.id/id/bali-process-id diakses 29 Maret 2015.
Perdagangan Manusia 2011, dalam http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/laporanpolitik/perdangangan-manusia.html diakses 29 Maret 2015.
Amrullah, Zaki. 2007. Australia-Indonesia Jalin Kerjasama Anti Perdagangan
Manusia. http://www.dw.de/australia-indonesia-jalin-kerjasama-anti-perdaganganmanusia/a-2956267 diakses 29 Maret 2015 diakses 29 Maret 2015.
Nugraha, Indra. 2012. Prof. Denny Indrayana, Upaya Memerangi Perdagangan
Manusia Harus Libatkan Banyak Pihak. http://www.unpad.ac.id/2012/09/profdenny-indrayana-upaya-memerangi-perdagangan-manusia-harus-libatkan-banyakpihak/ diakses 29 Maret 2015.
Kerangka Kerja Implementasi Untuk Kerjasama Antara Pemerintah Republik Indone
sia dan Pemerintah Australia Untuk Pemberantasan PenyelundupanOrang dan
Perdagangan Manusia. (http://treaty.kemlu.go.id/uploads- pub/4237_AUS-20100179.pdf). Diakses 29 Maret 2015.