Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT

INTERNASIONAL TERHADAP PERKEMBANGAN HUKUM


INTERNASIONAL
Human Trafficking and People Smuggling
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Hukum Internasional
Tahun ajaran 2014/2015

Dosen Pengampu :
Ari Ratna Kurniastuti,
Disusun oleh :
Grace Irene Septina Putri
145120401111083

S.H., M.H.

Kelas D-2-HI

PRODI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
BAB I
PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang

Human Trafficking atau biasa dikenal dengan istilah perdagangan manusia


merupakan suatu bentuk tindak kejahatan yang sudah meluas di setiap golongan
masyarakat domestik maupun internasional. Hal ini dikarenakan sulitnya
pemberantasan kasus dan meluasnya kegiatan ini secara cepat. Dengan adanya
perkembangan teknologi, komunikasi, informasi dan komunikasi pada masa ini,
sangat dimungkinkan kegiatan human trafficking akan lebih meluas cakupan
wilayahnya

dan

bisa

menjadi

bisnis

besar

bagi

oknum

yang

tidak

bertanggungjawab.
Anggapan lain dari perdagangan manusia ini adalah sebagai perbudakan
manusia secara paksa dan kejam. Kasus ini tentu membuat sebagian orang merasa
resah dan menuntut sebuah perlindungan dari lembaga-lembaga khususnya
lembaga negara. Hal ini tentu menyangkut hukum dan kebijakan yang
diberlakukan secara nasional dan internasional, khususnya tentang perlindungan
dan Hak Asasi Manusia. Hukum internasional adalah pacuan setiap negara dalam
membuat perundang-undangan nasional termasuk juga dalam kasus perdagangan
manusia dan penyelundupan orang.
Dalam makalah ini penulis menyajikan sebuah kasus terkait Human
Trafficking and People Smuggling atau Perdagangan Manusia dan Penyelundupan
Orang pada lintas negara khusunya bagi Indonesia-Australia dan negara di
wilayah Asia-Pasifik. Kedua negara ini membuat kesepakatan yang sering dikenal
dengan nama Bali Process (Bali Process on People Smuggling, Trafficking in
Persons and Related Transnational Crime)1, yaitu kesepakatan mengenai
penyelundupan

manusia,

perdagangan

manusia

dan

terkait

kejahatan

transnasional.

1 Bali Process. Diakses melalui


http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=29&l=id . diakses
pada 29 Maret 2015.

Kesepakatan Bali Process dilaksanakan pada tahun 2002 dan 2003 yang lalu,
dimana Australia bertindak sebagai penggagas.2 Hal ini dilakukan mengingat
maraknya kejadian perdagangan dan penyelundupan manusia pada kawasan AsiaPasifik pada masa itu. Indonesia juga sebagai pihak yang menjadi korban human
trafficking dan people smuggling dimana tidak hanya masyarakatnya saja, tetapi
beberapa kawasan terluar Indonesia dijadikan sasaran sebagai pintu keluar
masuknya aktifitas ini. Sasaran pendekatan perdagangan manusia dan
penyelundupan orang mencakup wilayah negara asal, negara transit, dan negara
tujuan. Oleh karena itu, dibutuhkannya kerjasama atau kesepakatan antara dua
negara atau lebih dalam penanganan masalah ini. Saat ini, Bali Process memiliki
kurang lebih 50 anggota negara dan beberapa anggota dari oragnisasi
internasional yang ikut berpartisipasi.
Kerjasama atau kesepakatan itu diwujud nyatakan oleh Indonesia-Australia
dan beberapa negara di kawasan Asia-Pasifik dalam bentuk perjanjian
internasional

sebagai

upaya

pemberantasan

perdagangan

manusia

dan

penyelundupan orang. Adanya perjanjian internasional dibawah kuasa hukum


internasional jelas sangat membantu dalam menegaskan isi perjanjian yang harus
sama-sama disepakati dan ditaati oleh negara anggota tanpa adanya pelanggaran
perjanjian. Perjanjian Indonesia-Australia (Bali Process) tentang perdagangan dan
penyelundupan orang di tandatangani oleh Direktur Jendral Asia Pasifik dan
Afrika Kementrian Luar Negeri, T.M. Hamzah Thayeb (perwakilan Indonesia),
dan Duta Besar untuk urusan penyelundupan manusia Departemen Luar Negeri
dan Perdagangan, James Larsen (perwakilan Australia) 3 dimana masing-masing
pihak berkomitmen untuk bekerjasama dalam pemberantasan perdagangan
manusia dan penyelundupan orang

2 Bali Process. Diakses melalui


http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=29&l=id . diakses
pada 29 Maret 2015

Dalam makalah yang mengangkat kasus Human Trafficking and People


Smuggling ini, penulis akan menjelaskan bagimana keterkaitan kasus, dalam hal
ini adalah perjanjian Bali Process dengan hukum internasional dan hukum
nasional yang berlaku. Juga menjelaskan secara singkat bagaimana perjanjian
internasional antara negara dengan negara ataupun negara dengan organisasi
internasional dapat mengatur hukum internasional. Terkait tema makalah yaitu
hubungan perkembangan masyarakat internasional dengan perkembangan hukum
internasional yang juga dikaitkan dengan kasus ini adalah saling berkaitan satu
sama lain.

3 Kerangka Kerja Implementasi Untuk Kerjasama Antara Pemerintahan


Republik Indonesia dan Pemerintah Australia Untuk Pemberantasan
Penyelundupan Orang dan Perdagangan Manusia. Diakses melalui
http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/4237_AUS-2010-0179.pdf . Diakses
pada 29 Maret 2015.

BAB II
PEMBAHASAN

Human Trafficking atau perdagangan manusia adalah tindakan perekrutan,


pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang
atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang
yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam
negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi.4
Khususnya bagi negara-negara berkembang, perdagangan manusia menjadi
salah satu kasus yang meresahkan, dimana di negara-negara berkembang masih
rendah pendidikan, rendah perekonomian, dan masih banyaknya pengangguran yang
menjadi cela masuknya aktifitas ilegal ini dengan modus mendapat imbalan besar.
Oleh sebab itu, banyak negara-negara yang memiliki undang-undang mengenai
aturan dan larangan tentang perdagangan dan penyelundupan manusia. Selain itu
beberapa negara juga bergabung dengan negara lain ataupun organisasi internasional
dalam bentuk perjanjian atau kesepakatan guna bekerjasama memberantas
perdagangan manusia dan penyelundupan orang.
Perjanjian internasional sendiri adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu,
yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan
hak dan kewajiban di bidang hukum publik. 5 Seperti halnya perjanjian Bali Process
4 Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 1 No. 21 Tahun 2007. Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
5 Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 1 No. 24 Tahun 2000. Tentang
Perjanjian Internasional.

dimana pihak Indonesia dan Australia yang sepakat untuk bekerjasama memberantas
human trafficking dan people smuggling. Perjanjian yang telah ditandatangani oleh
kedua negara ini berguna sebagai bukti bahwa pernah dilakukannya suatu
kesepakatan dan diketahui pihak internasional dibawah naungan hukum internasional
selaku hukum yang menaungi dan yang pada akhirnya menghasilkan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak yang bersepakat. Hukum internasional
dijadikan landasan karena seperti yang sudah kita ketahui bahwa perjanjian
internasional akan berpedoman pada hukum internasional dimana terdapat
kewenangan-kewenangan yang jelas tentang apa saja yang harus dilakukan oleh
pihak-pihak yang menyepakati serta konsekuensi yang ditanggung apabila melanggar
perjanjian.
Hukum internasional adalah keseluruhan aturan atau patokan dan asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan antar lintas batas negara atau wilayah regional
suatu negara.6 Dengan kata lain, hukum internasional mengatur hubungan-hubungan
antar negara dan bukan antar perseorangan.
Dalam pernyataan bersama perjanjian Bali Process, kedua belah pihak
menyebutkan bahwa Dalam menanggulangi tantangan masalah penyelundupan
manusia dan perdagangan orang yang kompleks, Indonesia dan Australia menegaskan
kembali komitmen untuk bekerjasama lebih erat dalam kerangka Bali Process,
termasuk melalui Kerangka Kerja Implementasi Untuk Kerjasama Pemberantasan
Penyelundupan Orang dan Perdagangan Manusia.7 Penyelundupan orang dan
perdagangan manusia pada dasarnya adalah kejahatan yang menyangkut garis batas
regional negara, dimana diperlukan pendekatan yang melibatkan negara asal, negara
6 Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes. 2013. Bab 1 Pengertian,
Batasan, dan Istilah Hukum Internasional. Hlm. 1-2.
7 Pernyataan Bersama Indonesia-Australia Jakarta, 2 November 2010.
Diakses melalui
http://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/PB2010.html . Diakses
pada 29 Maret 2015.

transit, dan negara tujuan, termasuk kerjasama dengan organisasi internasional dalam
penanganannya.
Penulis beranggapan bahwa perjanjian Bali Process yang terkhusus pada
negara Indonesia dan Australia adalah perjanjian internasional yang mana dibuat oleh
anggota masyarakat internasional yang diartikan sebagai negara sebagai subyek
hukum internasional dan yang akan mengakibatkan hukum tertentu. Dengan kata lain
bahwa adanya perjanjian internasional dapat mengatur munculnya atau berubahnya
hukum intenasional melalui perjanjian antar negara dengan negara, negara dengan
organisasi internasional ataupun dengan subyek internasional lain yang telah atau
sedang berkembang pesat saat ini akibat perkembangan masyakarakat internasional. 8
Perkembangan masyarakat internasional inilah yang nantinya dapat merubah bentuk
dari hukum internasional.
Apabila kasus ini dikaitkan dengan teori hubungan hukum internasional dengan
hukum nasional, kasus perjanjian Bali Process tentang perdagangan manusia dan
penyelundupan orang dapat dikaji dengan menggunakan teori Monisme. Teori
monisme adalah teori yang didasarkan atas pemikiran kesatuan dari seluruh hukum
yang mengatur hidup manusia dimana merupakan kesatuan dari dua bagian yang
lebih besar yang mengatur hidup manusia. Pemikiran ini berpendapat bahwa hukum
internasional dan hukum nasional dianggap sebagai suatu kesatuan sistem hukum.
Monisme berpendapat bahwa hukum internasional yang berlaku dalam suatu negara
(hukum nasional) tidak harus melalui tahap ratifikasi atau proses transformasi terlebih
dahulu. Kasus Bali Process mengenai perdagangan manusia dan penyelundupan
orang lebih condong kepada teori monisme tentang primat hukum internasional, yaitu
pandangan bahwa hukum internasional dianggap lebih penting daripada hukum
nasional, serta hukum nasional bersumber dari hukum internasional.

8 Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes. 2013. Bab 7 Sumber Hukum


Internasional. Hlm. 117.

Penulis beranggapan bahwa teori monisme condong pada primat hukum


internasional, dikarenakan sebagian besar hukum nasional yang diterapkan dinegaranegara adalah adopsi langsung dari hukum intenasional. Maksudnya adalah hukum
internasional menjadi sumber hukum nasional yang ada. Hal ini juga ditunjukkan
bahwa negara atau nasional sama-sama menghargai dan berusaha tidak melanggar
hukum internasional yang berlaku. Dengan kata lain bahwa kedudukan hukum
internasional lebih tinggi dibanding hukum nasional.

BAB III
PENUTUP

I.

Kesimpulan

Kasus perdagangan manusia dan penyelundupan orang yang terjadi di lintas


batas negara sangatlah meresahkan. Untuk itulah Indonesia-Australia membuat
kesepakatan dalam perjanjian internasional yang sebut sebagai Bali Process, yaitu
mengkhususkan upaya dalam penanganan dan pemberantasan kasus perdagangan
manusia dan penyelundupan orang yang mencakup negara asal, negara transit,
serta negara tujuan. Upaya ini juga didukung oleh pihak internasional lain seperti
organisasi internasional karena ini mencakup hak dan perlindungan dari
masyarakat internasional sebagai subyek hukum internasional.
Perjanjian Internasional yang dibuat oleh anggota masyarakat internasional
adalah bertujuan untuk menimbulkan/menyebabkan hukum tertentu. Dimana
perjanjian internasional dapat mengubah dan mengatur hukum internasional.
Dengan menggunakan teori monisme, kasus ini dapat dilihat sebagai bentuk
bahwa negara-negara yang membuat perjanjian internasional yang didasarkan
pada

hukum

internasional

yang

berlaku.

Dimana

perjanjian-perjanjian

internasional tersebut juga dapat mengatur perubahan hukum internasional.


Perubahan yang terjadi dalam hukum internasional juga dipengaruhi oleh
masyarakat internasional yang dari waktu ke waktu memunculkan sikap yang
berbeda dalam menyikapi kasus-kasus global. Perkembangan masyarakat
internasional ini lah yang menyebabkan hukum internasional ikut berkembang
menyesuaikan subyek hukumnya.

II.

Saran
Dalam penerapan hukum internasional di Indonesia khususnya, ada baiknya
jika Indonesia lebih condong menggunakan teori Transformasi. Teori transformasi
sendiri adalah penerapan hukum internasional pada hukum nasional dengan
melalui proses ratifikasi atau adopsi khusus, sehingga hukum internasional yang
diterapkan secara nasional tidak digunakan mentah-mentah atau secara langsung
digunakan. Hukum internasional haruslah disesuaikan dengan kemampuan negara
Indonesia dalam menyanggupi dan mentaaati hukum tersebut, juga haruslah
disesuaikan dengan adat dan budaya Indonesia yang masih dianggap ketimuran
meskipun sudah mulai memilah budaya yang pantas dan baik untuk masa
sekarang.

DAFTAR PUSTAKA
Kusumaatmadja, Mochtar & Agoes, Etty R. 2013. Pengantar Hukum Internasional.
Bandung : PT. Alumni.
Pernyataan bersama Indonesia-Australia. Jakarta, 2 November 2010, dalam
http://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/PB2010.html diakses pada 29 Maret
2015.
Bali Process, dalam http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=29&l=id
diakses 29 Maret 2015.
Bali Process, dalam http://unhcr.or.id/id/bali-process-id diakses 29 Maret 2015.
Perdagangan Manusia 2011, dalam http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/laporanpolitik/perdangangan-manusia.html diakses 29 Maret 2015.
Amrullah, Zaki. 2007. Australia-Indonesia Jalin Kerjasama Anti Perdagangan
Manusia. http://www.dw.de/australia-indonesia-jalin-kerjasama-anti-perdaganganmanusia/a-2956267 diakses 29 Maret 2015 diakses 29 Maret 2015.
Nugraha, Indra. 2012. Prof. Denny Indrayana, Upaya Memerangi Perdagangan
Manusia Harus Libatkan Banyak Pihak. http://www.unpad.ac.id/2012/09/profdenny-indrayana-upaya-memerangi-perdagangan-manusia-harus-libatkan-banyakpihak/ diakses 29 Maret 2015.
Kerangka Kerja Implementasi Untuk Kerjasama Antara Pemerintah Republik Indone
sia dan Pemerintah Australia Untuk Pemberantasan PenyelundupanOrang dan
Perdagangan Manusia. (http://treaty.kemlu.go.id/uploads- pub/4237_AUS-20100179.pdf). Diakses 29 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai