Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan

Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia


Yogyakarta, 22 Februari 2011

ISSN 1693 4393

Simulasi Reaktor Steam Reforming Gas Alam dengan Model


One Dimensional Pseudo Homogeneous
Tedi Hudaya*, Martin Halim, dan Rizky Ardian Santosa
Jurusan Teknik Kimia, Universitas Katolik Parahyangan
Jalan Ciumbuleuit 94, Bandung 40141
Telp/Fax: (022) 2032 700; email: t.hudaya@home.unpar.ac.id; t_hudaya@yahoo.com.au
Abstrak
Reaksi steam reforming CH4 dengan bahan baku gas alam merupakan cara yang paling ekonomis pada
saat ini untuk memproduksi hidrogen secara komersial.
Reaksi tersebut merupakan reaksi
kesetimbangan yang sangat endotermis. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan pengaruh rasio
umpan H2O : CH4, tekanan operasi, dan temperatur umpan terhadap konversi CH4 dalam reaksi steam
reforming dengan menggunakan katalis Ni. Simulasi dilakukan dalam rentang kondisi operasi yang
menyerupai sebuah primary reformer dalam rangkaian proses sintesa amoniak (NH3). Dengan simulasi
yang relatif sederhana, dapat didapatkan profil konversi CH4, temperatur, dan komposisi campuran gas,
yang dapat digunakan untuk pertimbangan awal perancangan reaktor steam reforming. Simulasi
dilakukan dengan menggunakan software MATLAB untuk menyelesaikan persamaan neraca massa dan
energi untuk reaktor fixed-bed, yang diturunkan dari model one dimensional pseudo homogeneous.
Hasil simulasi dengan model tersebut menunjukkan kecocokan yang sangat dekat dengan data lapangan
yang diperoleh dari reaktor primary reformer PT Pupuk Kujang. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk mencapai konversi CH4 yang tinggi, kondisi umpan dan tekanan operasi perlu diatur sesuai
dengan prinsip Le Chatelier untuk reaksi kesetimbangan endotermis. Konversi CH4 yang tinggi akan
diperoleh pada kondisi tekanan operasi yang relatif rendah dan temperatur umpan yang tinggi, dengan
rasio H2O : CH4 dalam umpan beberapa kali rasio stoikiometri.
Keywords: steam reforming, fixed bed, MATLAB, one dimensional, pseudo homogeneous
Pendahuluan
meningkatkan biaya karena peningkatan rasio
sedikit saja akan berdampak sangat besar bagi biaya
dalam skala industri. Pemilihan rasio ini
berdasarkan pertimbangan untuk mencegah
terjadinya pembentukan karbon pada permukaan
katalis yang dapat mengakibatkan penurunan
kinerja katalis. Menurut hukum termodinamika
untuk reaksi steam reforming, semakin tinggi
temperatur dan semakin rendah tekanan akan
mengakibatkan peningkatan konversi CH4[3]. Pada
nyatanya, penggunaan tekanan tinggi tetap
dilakukan dengan pertimbangan bahwa gas alam
tersedia pada tekanan tinggi[1]. Selain itu,
penggunaan tekanan tinggi dapat meningkatkan
jumlah umpan gas. Tekanan umpan yang biasanya
digunakan adalah 5 - 30 atm[1-2]. Temperatur umpan
yang digunakan sangat bervariasi, diantaranya
adalah 454 650 C [1-2,5]. Sedangkan temperatur
reaksi yang digunakan adalah 727 927 oC[1-2].
Simulasi yang dilakukan bertujuan melihat
pengaruh variabel-variabel di atas terhadap
konversi CH4, profil temperatur reaktor, dan
komposisi campuran gas dengan menggunakan
model one dimensional pseudo homogeneous yang
relatif sederhana dan diturunkan dari neraca massa
dan energi rektor unggun tetap bertekanan konstan.

Reaksi steam reforming CH4 dalam gas alam


merupakan cara yang paling ekonomis pada saat ini
untuk memproduksi hidrogen secara komersial.
Hasil reaksi steam reforming CH4 adalah syngas
atau gas sintesis yang kandungannya berupa CO
dan H2. Selain untuk mensintesa amoniak, gas
sintesis merupakan bahan baku yang sangat
dibutuhkan oleh berbagai industri (methanol, asam
asetat, glikol, dan sebagainya).
Industri amonia merupakan salah satu industri
yang cukup banyak didirikan dan dibutuhkan
terutama dalam negara agraris seperti Indonesia.
Dalam pabrik amoniak, unit yang digunakan untuk
sintesis H2 adalah unit primary and secondary
reformer[1]. Pada unit ini H2 terbentuk dari reaksi
steam reforming CH4 (dari gas alam) yang
menghasilkan produk berupa gas CO dan H2 yang
biasa disebut dengan synthesis gas[2-3].
Hal-hal yang menjadi faktor penentu dalam
efektivitas sintesa tersebut adalah rasio H2O
terhadap CH4, tekanan opearasi, serta temperatur
umpan. Rasio H2O:CH4 yang biasanya digunakan
adalah 2 6[1, 4]. Konversi untuk menghasilkan H2
yang relatif tinggi dapat dicapai dengan
meningkatkan rasio H2O:CH4 pada temperatur
tinggi. Namun penggunaan rasio yang tinggi akan
meningkatkan kebutuhan H2O yang akan

F08-1

Penambahan atau pengurangan pereaksi


dan produk reaksi
Jika pereaksi ditambahkan atau produk
dikurangi yaitu mengubah konsentrasi maka
reaksi bergeser dari kiri ke kanan (produk
bertambah) untuk memperoleh kesetimbangan
baru.
Jika pereaksi diambil atau produk
ditambahkan yaitu mengubah konsentrasi maka
reaksi akan bergeser dari kanan ke kiri
(pereaksi bertambah) untuk memperoleh
kesetimbangan baru.
Berdasarkan prinsip Le Chatelier di atas jika
produk yang diinginkan adalah H2, maka reaksi
harus dilakukan pada suhu tinggi serta pada tekanan
rendah. Selain itu, konversi yang tinggi juga akan
dihasilkan dari penggunaan rasio steam : karbon
yang tinggi[6]. Agar dapat berlangsung, reaksi (1)
dan (2) memerlukan katalis yang berbeda. Karena
katalis yang digunakan adalah katalis berbasis nikel
dan temperatur reforming sangat tinggi, maka
hanya ada satu reaksi yang dominan yaitu reaksi
(1), sehingga reaksi (2) dapat diabaikan.
Katalis yang digunakan untuk reaksi steam
reforming umumnya memiliki pusat aktif yang
menggunakan logam nikel. Penelitian ini
menggunakan persamaan kinetika reaksi yang
menggunakan katalis Ni komersial GIAP-3-6N.
Berikut adalah persamaan kinetika intrinsiknya [9]:
3.

Landasan Teori
Pada proses steam reforming, umpan
hidrokarbon dapat berupa gas alam ataupun nafta
akan diubah menjadi gas sintesis (H2 dan CO)
melalui reaksi dengan steam dengan bantuan katalis
dalam primary reformer furnace. Proses ini
biasanya dioperasikan pada temperatur sekitar 800870 oC dan pada tekanan 2,17-2,86 MPa (300-400
psig), dengan menggunakan bantuan katalis nikel.
Temperatur di atas 1000 oC dan tekanan di atas 3,79
MPa (550 psia) digunakan pada unit autothermal
reformer (secondary reformer), dimana hidrogen
yang dihasilkan kemudian digunakan untuk
produksi amonia atau metanol[4].
Pada proses steam reforming dengan gas alam,
jika gas alam direpresentasikan dengan CH4, maka
reaksi utama reformasi gas alam dengan steam
dapat dituliskan seperti dalam persamaanpersamaan berikut :
CH4 + H2O CO + 3H2 ; HR = + 205 kJ/mol[5]

(1)

Dari reaksi diatas dapat dilihat bahwa reaksi yang


terjadi bersifat sangat endoterm sehingga proses
steam reforming ini membutuhkan panas yang
besar supaya reaksi dapat berjalan dengan baik.
Selain reaksi di atas, ada juga reaksi lain yang
disebut dengan water-gas shift reaction yang
bersifat eksoterm, dimana reaksinya adalah:
CO + H2O CO2 + H2 ; HR = - 42 kJ/mol[5]

(3)

(2)

Dengan,

Kedua reaksi di atas merupakan reaksi


reversible pada temperatur reforming, sehingga
perlu untuk memperhatikan prinsip Le Chatelier
agar konversi kesetimbangan dapat dioptimalkan.
Menurut Le Chatelier, temperatur, tekanan
serta penambahan atau pengurangan pereaksi dan
produk reaksi akan mempengaruhi kesetimbangan.
Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pergeseran kesetimbangan[8]:
1. Temperatur
- Untuk reaksi endoterm (H positif),
produk reaksi bertambah pada keadaan
kesetimbangan jika temperatur dinaikkan.
- Untuk reaksi eksoterm (H negatif),
produk reaksi bertambah pada keadaan
kesetimbangan jika temperatur diturunkan.
2. Tekanan
- Tekanan hanya sedikit berpengaruh pada
reaksi dalam larutan atau dalam keadaan
padat, karena cairan dan padatan sukar
dimampatkan. Akan tetapi dengan mengubah
tekanan dari campuran gas pada keadaan
kesetimbangan, maka sistem tidak lagi berada
dalam keadaan setimbang.
- Jika
tekanan
dinaikkan
dengan
memperkecil volume campuran reaksi, reaksi
bergeser ke arah jumlah mol gas paling sedikit.

log( K 1 ) " 17 , 24
0, 2586 x10

1, 245 ln( T )

10956

! 0,5847 x10

5 2
9 3
T ! 0, 4676 x10 T

di mana :
k0 = 7 104 atm-1 s-1 = 6,82 kPa-1 s-1
E = 69 kJ mol-1
c = 41 mol m-3
Metodologi
Variabel yang diamati adalah profil konsentrasi
metana sepanjang reaktor untuk mengetahui
konversinya pada bagian keluaran reaktor untuk
setiap variasi kondisi operasi. Kondisi operasi yang
akan divariasikan adalah rasio H2O:CH4, tekanan
operasi, dan temperatur umpan. Kondisi operasi ini
akan disimulasikan menggunakan model reaktor
one dimensional pseudo homogeneous.
Asumsi dasar dari model ini adalah bahwa di
dalam reaktor hanya terdapat satu fasa saja. Kondisi
nyata yang sebenarnya adalah terdapat dua fasa,
yaitu fasa padat katalis dan fas gas yang
bereaksi[10]. Selain itu, gradien konsentrasi dan
temperatur dianggap hanya terjadi di arah aksial
reaktor saja. Hal ini dapat terjadi akibat aliran
dalam sistem diatur sedemikian rupa untuk

F08-2

mendapatkan aliran yang turbulen. Aliran turbulen


juga menyebabkan pencampuran arah radial
menjadi sangat baik sehingga tidak menyebabkan
adanya perbedaan temperatur dan konsentrasi di
arah radial[7].
Persamaan Neraca Massa dan Energi
Model neraca massa untuk reaktor fixed bed
yang akan digunakan pada simulasi ini adalah[7] :

dicari adalah XA dan Tz, sedangkan persamaan yang


tersedia berjumlah 2 buah sehingga persamaan
dapat diselesaikan. Kedua persamaan harus
diselesaikan secara simultan sehingga persamaan
yang sudah dimodelkan harus dibuat dalam bentuk
matriks.
Perintah yang digunakan dalam software
MATLAB untuk eksekusi persamaan matriks di
atas adalah dengan menggunakan perintah ODE45.
Kondisi awal yang digunakan dalam simulasi
adalah XA umpan dan T umpan yang akan
divariasikan.

(4)
Untuk fluida gas nilai us tidak dapat dianggap
konstan karena perubahan densitas gas di sepanjang
reaktor tidak dapat diabaikan. Densitas fluida akan
dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, dan
komposisi sehingga pada akhirnya us akan
bergantung pada jarak di reaktor (z).
Model neraca energi untuk reaktor fixed bed
yang akan digunakan pada simulasi ini adalah:
' eQ
4U
dt

2
d T
2
dz

#T

%g u sCp

dT
dz

Hasil dan Pembahasan


Perbandingan Konversi Pabrik Dengan
Simulasi
Perbandingan ini untuk mengetahui seberapa
dekat hasil prediksi model reaktor one dimensional
pseudo homogeneous terhadap kondisi reaktor
steam reforming yang sesungguhnya. Hasil
simulasi berupa konversi dan temperatur akhir yang
kemudian dibandingkan dengan konversi dan
temperatur akhir pada kondisi nyata (PT. Kujang)
yang kemudian akan dicari nilai error relatifnya.
Kondisi operasi steam reforming yang
digunakan di PT. Kujang untuk simulasi dan
perbandingan konversi serta temperatur akhir dari
hasil simulasi dengan konversi serta temperatur
akhir PT. Kujang dapat dilihat pada Tabel 1.
Persentase perbedaan antara konversi dan
temperatur akhir CH4 pabrik dengan hasil simulasi
model hanya sebesar 1,2%.
Profil bilangan Reynold dengan menggunakan
kondisi operasi pabrik dihitung terlebih dahulu
untuk memastikan bahwa laju alir turbulen tercapai
di dalam model yang disimulasikan. Laju alir
turbulen ini sangat penting karena merupakan
syarat untuk menggunakan model reaktor one
dimensional pseudo homogeneous. Profil bilangan
Reynold sepanjang reaktor dengan menggunakan
kondisi operasi pabrik dapat dilihat pada Gambar
1. Syarat aliran laminar dalam reaktor unggun tetap
memiliki bilangan Reynold di bawah 10[12].
Sedangkan nilai bilangan Reynold hasil simulasi
memiliki nilai di atas 500 sehingga dapat dikatakan
bahwa aliran pada reaktor hasil simulasi berada
dalam regim aliran turbulen.

&H R rA % B

(5)

Tr " 0

Froment dan Bischoff mengatakan bahwa dispersi


massa dan panas arah aksial dapat diabaikan untuk
reaktor dalam skala industri[7]. Selanjutnya ruas
pertama pada persamaan neraca massa dan energi
yang memiliki variabel Dea dan ea dihilangkan.
Dengan mendefinisikan lebih lanjut variabel us,
CA dan rAB maka pada akhirnya akan diperoleh
persamaan neraca massa sebagai berikut:

(6)
Sedangkan persamaan neraca
disederhanakan menjadi :

energi

dapat

(7)
Penentuan Koefisien Pindah Panas Overall
Nilai U merupakan koefisien pindah panas
overall yang nilainya ditentukan oleh koefisien
perpindahan panas sisi dalam seperti yang
dikatakan Beek[11] bahwa perpindahan panas sisi
dalam merupakan faktor pembatas dalam reaktor
steam reformer.
Penentuan nilai koefisien pindah panas overall
(U) diperoleh dari persamaan empiris berikut[11]:
(8)

Tabel 1. Kondisi Operasi PT. Kujang dan Hasil


Perbandingan Simulasi Konversi CH4

Rasio steam-CH4
Temperatur masukan
Temperatur furnace
Tekanan operasi
Tekanan keluaran
Diameter tube
Panjang tube
Konversi CH4 (PT. Kujang)
Konversi CH4 (simulasi)

dengan nilai B = 0,45


Strategi Penyelesaian
Pemodelan yang disusun diselesaikan dengan
bantuan
software
MATLAB.
Persamaan
persamaan yang diperoleh dalam pemodelan ini
merupakan persamaan diferensial biasa (Ordinary
Differential Equation / ODE) dengan kondisi awal
pada z = 0 (umpan masuk reaktor) yang
diketahui/ditetapkan. Variabel-variabel yang ingin

F08-3

3,6923
747 K
1061,5 K
40,8 atm
32,45 atm
15 cm
12 m
58,76%
58,08%

Error relatif konversi pabrik dan


simulasi
Temperatur akhir (PT. Kujang)
Temperatur akhir (simulasi)
Error relatif temperatur akhir
pabrik dan simulasi

1,15%
1046
1058
1,15%

Gambar 2. Profil konversi CH4


(simulasi dengan kondisi pabrik)

Simulasi Pengaruh Variasi Kondisi Operasi


Proses simulasi reaktor steam reforming
menggunakan kondisi operasi sebagai berikut:
1. Katalis yang digunakan merupakan katalis
berbasis nikel GIAP-3-6N[9]
2. Reaktor unggun tetap
3. Panjang reaktor 9 m dan 20 m untuk
membandingkan konversi pada jarak 9 m
dengan konversi kesetimbangan
4. Temperatur furnace (Tr) 1061,5 K
5. Rasio umpan H2O : CH4 divariasikan
6. Tekanan umpan divariasikan
7. Temperatur umpan divariasikan

Gambar 1. Profil bilangan Reynold sepanjang reaktor


(simulasi dengan kondisi pabrik)

Profil konversi CH4 hasil simulasi dilakukan


dengan panjang reaktor 20 m. Hal ini bertujuan
untuk
memperkirakan
letak
konversi
kesetimbangan
bermula.
Letak
konversi
kesetimbangan digambarkan pada titik permulaan
dimana kurva profil konversi metana mulai
konstan. Dari Gambar 2 yang diperoleh terlihat
bahwa konversi kesetimbangan baru diperoleh pada
jarak sekitar 16 m. Namun PT. Kujang
menggunakan panjang reaktor sepanjang 12 m yang
akan mencapai konversi maksimum kira-kira
sebesar 99,6% dari konversi kesetimbangan. Hal ini
dilakukan agar biaya produksi dapat lebih
ekonomis, karena dengan penambahan panjang
reaktor akan menambahkan biaya katalis yang
relatif mahal sementara konversi yang dihasilkan
pada jarak 12 m tidak berbeda secara signifikan
dengan konversi kesetimbangan. Namun untuk
penggunaan katalis yang lebih ekonomis, akan
lebih baik jika menggunakan panjang reaktor 9 m.
Hal ini dapat menghemat biaya katalis secara
signifikan namun disisi lain tetap memiliki konversi
maksimum yang relatif tinggi yaitu sekitar 95%
dari
konversi
kesetimbangan.
Sedangkan
penambahan unggun di pabrik yang mencapai 12
meter bertujuan untuk mengkompensasi penurunan
keaktifan katalis yang terjadi secara perlahan akibat
kondisi operasi reaktor yang berada pada
temperatur sangat tinggi.

Pengaruh Rasio Umpan (CH4:H2O)


Rasio umpan yang digunakan untuk variasi
berada pada rentang 3-6 dengan jumlah simulasi
sebanyak 7. Simulasi masing-masing variasi rasio
umpan menampilkan profil konversi CH4,
temperatur, dan fraksi mol gas sepanjang reaktor.
Pada saat melakukan variasi rasio umpan ini, kedua
variabel lainnya yaitu tekanan dan temperatur
dibuat konstan dengan nilai masing - masing 30
atm dan 773 K. Tabel 2 menyajikan hasil simulasi
dengan variasi rasio umpan terhadap konversi CH4
dan temperatur campuran dengan panjang reactor 9
m.
Tabel 2. Hasil Simulasi Pengaruh Rasio Umpan
Terhadap Konversi CH4 dan Temperatur
X20
X9 (% dari
kesetimbangan
Rasio
X9
(konversi
Tz=9
)
kesetimb)
1048,
0,5675
0,6022
94,2
3,0
6
1049,
0,6125
0,6452
94,9
3,5
8
1050,
0,6527
0,6831
95,5
4,0
6
1051,
0,6886
0,7166
96,1
4,5
4
1052,
0,7215
0,7457
96,8
5,0
3
1053,
0,7508
0,7727
97,2
5,5
2
0,7764
0,7961
97,5
1054
6,0

F08-4

yaitu untuk proses gasifikasi karbon yang


terdeposisi di permukaan katalis[14]. Deposisi C
dapat menutupi pusat aktif katalis sehingga
menurunkan kinerjanya.
Profil temperatur campuran gas disepanjang
reaktor disajikan pada Gambar 4. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa profil temperatur untuk setiap
rasio umpan terlihat hampir berhimpitan satu sama
lain. Hal ini menandakan bahwa rasio umpan tidak
mempengaruhi profil temperatur campuran gas
disepanjang reaktor, karena jumlah kalor yang
dipasok dari furnace jauh lebih besar daripada
perbedaan kalor reaksi mengingat perbedaan
konversi yang kecil di sepanjang reactor pada
masing-masing variasi .

Dari hasil simulasi diperoleh kecederungan


bahwa konversi baik itu konversi kesetimbangan
maupun konversi pada jarak 9 m akan naik dengan
bertambahnya rasio umpan. Rata-rata persentase
konversi yang dicapai pada jarak 9 m adalah 96%
dari konversi kesetimbangan. Semakin besar rasio
umpan yang digunakan maka konversi akhir CH4
yang tercapai semakin tinggi pula. Hal ini dapat
dijelaskan dengan prinsip Le Chatelier[13] yang
mengatakan bahwa semakin banyak umpan yang
digunakan maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah produk. Hal ini juga sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Strelzoff bahwa peningkatan rasio
umpan dibutuhkan untuk meningkatkan persentase
konversi reforming, pada tekanan tertentu[1].
Profil konversi metana, temperatur, dan fraksi
mol campuran gas sepanjang reaktor dapat dilihat
pada Gambar 3 - Gambar 5.

(a)
(a)

(b)
(b)

Gambar 4. Profil temperatur sepanjang reaktor pada


berbagai rasio umpan, (a) rasio 3 - 4,5, (b) rasio 5 -6

Gambar 3. Profil konversi CH 4 sepanjang reaktor pada


berbagai rasio umpan, (a) rasio 3 - 4,5, (b) rasio 5 - 6

Profil fraksi mol campuran gas memiliki


kecenderungan yang sama untuk setiap variasi,
hanya saja fraksi mol gas mula-mula untuk setiap
variasi berlainan satu sama lain sesuai dengan
kondisi umpan. Rasio H2/CO di akhir reaktor untuk
setiap variasi rasio umpan adalah sama, yaitu 3:1.
Sebagai contoh, profil fraksi mol campuran gas
disepanjang reaktor dengan umpan steam : CH4
sebesar 3 disajikan pada Gambar 5.

Meskipun konversi akhir CH4 semakin besar


dengan bertambahnya rasio umpan steam/CH4, akan
tetapi dalam industri biasanya digunakan rasio
umpan steam/CH4 sebesar 3,5 karena pada rasio ini
sudah diperoleh konversi akhir CH4 yang cukup
besar. Meningkatkan rasio umpan pada temperatur
rendah untuk mendapatkan hidrogen lebih banyak
akan memberikan banyak keuntungan, namun
penggunaan rasio yang besar akan meningkatkan
biaya pembangkit steam[1]. Selain itu, penggunaan
rasio umpan yang berlebih memiliki tujuan lain

F08-5

semakin besar tekanan operasi maka konversi


metana akan menurun. Namun pada kenyataannya
di industri, penggunaan tekanan operasi yang tinggi
lebih sering diterapkan dengan mempertimbangkan
hal-hal berikut[1]:
1. Umpan gas untuk sinstesis amonia harus
dikompresi terlebih dahulu sebelum
memasuki reaktor amonia. Karena reaksi
steam reforming meningkatkan total
volume gas, kompresi yang dilakukan
sebelum
steam
reforming
akan
menurunkan jumlah kebutuhan energi
yang dibutuhkan untuk kompresi di unitunit selanjutnya.
2. Desain tekanan tinggi biasanya akan
mengarahkan penggunaan alat yang lebih
kompak dan efisien sehingga akan
mengurangi biaya investasi.
3. Gas alam biasanya tersedia dalam tekanan
tinggi.

Gambar 5. Profil fraksi mol gas sepanjang reaktor pada


berbagai rasio umpan

Pengaruh Tekanan Operasi


Tekanan operasi yang digunakan untuk variasi
berada pada rentang 20 - 40 atm dengan jumlah
simulasi sebanyak 5. Dari masing-masing variasi
akan diperoleh profil konversi, temperatur, dan
fraksi mol gas sepanjang reaktor. Pada saat
melakukan variasi tekanan ini, kedua variabel
lainnnya yaitu rasio umpan dan temperatur dibuat
konstan dengan nilai masing-masing 3,5 dan 773 K.
Tabel 3 menyajikan hasil simulasi dengan variasi
tekanan operasi terhadap konversi CH4 dan
temperatur campuran pada keluaran reactor
sepanjang 9 m.
Dari hasil simulasi dapat terlihat bahwa
semakin besar tekanan operasi yang digunakan
maka konversi akhir CH4 yang tercapai akan
menurun. Hal ini dapat dijelaskan pada prinsip Le
Chatelier[13] yang menyatakan bahwa semakin
tinggi tekanan yang digunakan pada sistem maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah mol
yang lebih sedikit. Dalam kaitannya dengan reaksi
steam reforming, kesetimbangan akan bergeser ke
arah reaktan jika tekanan dinaikkan sehingga
konversi akhir CH4 akan menurun. Koversi yang
dicapai pada jarak 9 m rata-rata sebesar 95% dari
konversi kesetimbangan.

Gambar 6. Profil konversi sepanjang reaktor pada


berbagai tekanan operasi

Profil temperatur campuran gas disepanjang


reaktor disajikan pada Gambar 7. Dari gambar
tersebut dapat dilihat bahwa kenaikan tekanan
operasi hanya berpengaruh sangat kecil terhadap
profil temperatur sepanjang reaktor. Pengaruh
kenaikan tekanan operasi akan menyebabkan
temperatur di bagian awal reaktor menjadi sedikit
lebih tinggi, namun temperatur akhir yang tercapai
di ujung reaktor memiliki nilai yang hampir
seragam (hanya memiliki selisih sekitar 0,2 sampai
2,4 K).

Tabel 3. Hasil Simulasi Pengaruh Tekanan Operasi


Terhadap Konversi CH4
X20

P
(atm)

X9

(konversi
kesetimb)

20
25
30
35
40

0,7022
0,6519
0,6125
0,5790
0,5512

0,7382
0,6873
0,6452
0,6098
0,5793

X9 (%
dari
kesetimbang
an)
95,1
94,8
94,9
94,9
95,1

Tz=9
1048,4
1049,4
1049,8
1050,1
1050,8

Profil konversi metana dan temperatur,


campuran gas sepanjang reaktor dapat dilihat pada
Gambar 6 7. Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa

F08-6

Analisis mengenai tidak berpengaruhnya


temperatur
umpan
terhadap
konversi
kesetimbangan adalah bahwa konversi merupakan
fungsi dari temperatur. Pemanasan yang dilakukan
pada umpan merupakan cara untuk menambah
entalpi umpan. Kalor yang berasal dari umpan
merupakan panas sensible yang hanya memberikan
sedikit dari kebutuhan kalor untuk bereaksi. Hal ini
dapat dilihat bahwa dari hasil perhitungan diperoleh
nilai kalor sensible umpan pada temperatur 673 ke
923 ialah sebesar 1,103.104 J/mol sedangkan nilai
kalor yang diperlukan untuk melangsungkan reaksi
jauh lebih besar, yaitu sebesar 2,235.105 J/mol.
Karena jumlah kalor yang dihasilkan dari
pemanasan umpan jauh lebih kecil dibandingkan
jumlah kalor yang dibutuhkan untuk reaksi maka
kalor sensible dapat diabaikan jika dibandingkan
jumlah kalor yang disuplai dari furnace. Oleh
karena itu, pengaruh temperatur umpan tidak
berpengaruh pada konversi kesetimbangan pada
suatu kondisi operasi tertentu karena pada simulasi,
temperatur furnace yang digunakan tetap.
Profil konversi metana dan temperatur
campuran gas sepanjang reaktor dapat dilihat pada
Gambar 8 - 9.

Gambar 7. Profil temperatur sepanjang reaktor pada


berbagai tekanan operasi

Profil fraksi mol gas disepanjang reaktor mirip


seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5. Rasio
H2/CO yang diperoleh di akhir reaktor sama untuk
setiap variasi yaitu 3:1. Sedangkan fraksi mol akhir
reaktan akan meningkat sedangkan fraksi mol akhir
produk akan menurun seiring dengan peningkatan
tekanan operasi.
Pengaruh Temperatur Umpan
Temperatur umpan yang digunakan untuk
variasi berada pada rentang 673 - 923 K dengan
jumlah simulasi sebanyak 6. Dari masing-masing
variasi akan diperoleh profil konversi, temperatur,
dan fraksi mol campuran gas sepanjang reaktor.
Pada saat melakukan variasi temperatur umpan ini,
kedua variabel lainnnya yaitu rasio umpan dan
tekanan operasi dibuat konstan dengan nilai
masing-masing 3,5 dan 30 atm. Tabel 4 menyajikan
hasil simulasi dengan variasi temperatur umpan
terhadap konversi CH4 dan temperatur campuran.
Tabel 4. Hasil Simulasi Pengaruh Temperatur
Umpan Terhadap Konversi CH4

T0

X9

673
723
773
823
873
923

0,6083
0,6098
0,6125
0,6149
0,6176
0,6202

X20
(konversi
kesetimb)
0,6459
0,6447
0,6452
0,6453
0,6454
0,6453

X9 (%
dari
kesetimbangan)

Tz=9

94,2
94,6
94,9
95,3
95,7
96,1

1048,1
1048,8
1049,8
1050,5
1051,4
1052,4

(a)

Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa


semakin besar temperatur umpan yang digunakan
maka konversi akhir CH4 pada jarak 9 m yang
tercapai meningkat walaupun kenaikan tersebut
tidak signifikan. Namun konversi kesetimbangan
yang diperoleh dapat dikatakan tidak dipengaruhi
oleh temperatur umpan. Rata-rata persentase
konversi yang dicapai pada jarak 9 m adalah 95%
dari konversi kesetimbangan.

(b)
Gambar 8. Profil konversi sepanjang reaktor pada
berbagai temperatur umpan, (a) temperatur umpan 673 K
- 773 K, (b) temperatur umpan 823 K - 923 K

F08-7

Gambar 8 memperlihatkan dengan jelas bahwa


pada jarak tertentu sebelum kesetimbangan,
kenaikan temperatur akan memperbesar konversi
metana yang dicapai. Jadi untuk memperoleh
konversi yang tinggi akan lebih baik jika
menggunakan temperatur setinggi mungkin karena
dengan penggunaan temperatur tinggi akan
mempercepat reaksi menuju kesetimbangan.
Gambar 9 menunjukkan profil temperatur memiliki
kecenderungan yang sama dengan profil konversi.
Fraksi mol campuran gas tidak terlihat
memiliki perbedaan yang cukup signifikan baik
menggunakan temperatur umpan rendah maupun
temperatur umpan tinggi. Rasio H2/CO untuk setiap
variasi adalah sama yaitu 3:1.

Tabel 5. Hasil Simulasi Pengaruh Temperatur Umpan


pada Kondisi Ruang Terhadap Konversi

Tin (K)
P (atm)
Tcampuran (K)
X9
T9 (K)
H2/CO

Gas alam
Steam
298
773
30
30
647,6729
0,6067
1047,5
3:1

Dari hasil pengamatan penggunaan kondisi umpan


gas alam pada temperatur ruangan tidak
memberikan perbedaan yang signifikan dengan
batas terbawah simulasi yang dilakukan (673 K).
Konversi pada ujung reaktor yang menggunakan
gas alam pada temperatur ruang ini mencapai
93,9% konversi kesetimbangan. Konversi ini
memang berada di bawah rata-rata persentase
konversi yang mencapai 95%, namun dengan
menggunakan temperatur gas alam pada temperatur
ruang sudah membuat campuran gas berada pada
temperatur operasi yang secara umum digunakan di
dalam proses steam reforming. Persentase terhadap
konversi kesetimbangan yang dihasilkan terbilang
cukup
tinggi
untuk
dipertimbangkan
penggunaannya.
Profil Konversi dan Temperatur pada
Bagian Awal Reaktor
Dari ketiga variasi yang dilakukan, yaitu: rasio
umpan, tekanan operasi, dan temperatur umpan
memiliki perasamaan sifat tertentu. Persamaan
tersebut adalah seakan-akan sudah terjadi konversi
metana pada saat z = 0. Yang sebenarnya terjadi
adalah bahwa pada saat z = 0 masih belum terjadi
konversi metana hanya saja pada jarak yang kecil
setelah itu, terjadi reaksi kimia dengan kecepatan
yang sangat besar sehingga konversi metana
meningkat secara tajam pada rentang yang kecil
tersebut. Gambar 10 menyajikan profil konversi
dari simulasi dengan kondisi pabrik pada bagian
awal reaktor. Pada jarak 0 sampai 0,01 m terlihat
bahwa konversi metana meningkat tajam, hal ini
menunjukkan pada rentang jarak tersebut laju
reaksi yang terjadi sangat cepat kemudian laju
reaksi menurun seperti ditunjukkan pada bagian
kurva yang membelok setelah melewati rentang
tersebut.

(a)

(b)
Gambar 9. Profil temperatur sepanjang reaktor pada
berbagai temperatur umpan, (a) temperatur umpan 673 K
- 773 K, (b) temperatur umpan 823 K - 923 K

Ada kondisi khusus yang diamati dalam


simulasi pengaruh temperatur umpan terhadap
konversi metana. Kondisi tersebut menggunakan
umpan gas alam pada suhu ruang. Tabel 5
menyajikan hasil simulasi kondisi khusus ini.

F08-8

oleh berbagai industri. Setiap industri yang berbeda


akan membutuhkan syngas pada rasio H2/CO yang
berbeda pula. Misalkan, pada industri pembuatan
metanol, rasio H2/CO yang dibutuhkan adalah 2:1
untuk membentuk metanol menurut reaksi:
CO + 2H2 CH3OH[15]
Berbeda dengan industri asam asetat yang
membutuhkan syngas dengan rasio sekecil mungkin
untuk reaksi karbonilasi membentuk asam asetat
menurut reaksi:
CO + CH3OH CH3COOH[16]
Kebutuhan rasio umpan syngas untuk beberapa
industri dapat dilihat pada Tabel 6.
Gambar 10. Profil konversi CH4 pada bagian awal
reaktor (< 0,1 m)

Tabel 6. Kebutuhan Rasio H2/CO untuk Sintesa


Berbagai Macam Produk [17]

Selain konversi, temperatur umpan pada kurva


profil temperatur terlihat tidak tepat berada pada
nilai temperatur awal yang ditentukan. Contohnya
pada kondisi pabrik, temperatur awal kurva profil
temperatur sepanjang reaktor terlihat di bawah nilai
temperatur umpan (747 K). Namun pada
kenyataannya hal ini terjadi persis seperti pada
kurva konversi CH4 sepanjang reaktor, dimana nilai
temperatur mengalami penurunan pada rentang
yang sangat kecil lalu kemudian naik seperti yang
terlihat pada Gambar 11. Penurunan temperatur
diperkirakan terjadi karena panas yang disuplai dari
furnace belum cukup untuk memanaskan reaksi
endotermik. Baru setelah itu panas dari furnace
mulai memanaskan campuran gas hingga mencapai
temperatur maksimum di ujung reaktor.

Produk
Oli sintetik
Metanol
Asam asetat
Glikol
Asetiloksida
Asam propionat
Asam metaklirik
Etanol
Asetaldehida
Etena

Kebutuhan Rasio H2/CO


1/2 ~ 2/1
2/1
1/1
3/2
1/1
4/3
5/4
2/1
3/2
2/1

Untuk memperoleh rasio H2/CO yang lebih


kecil dari 3 (keluaran reaktor steam reforming),
dapat dilakukan proses pemisahan H2 dari syngas
dengan menggunakan membran[18], sehingga selain
diperoleh hidrogen murni juga gas sintesis dengan
rasio H2/CO yang diinginkan.
Kesimpulan
Model reaktor one dimensional pseudo
homogeneous dapat mewakili reaktor steam
reforming dengan baik. Konversi yang dapat
dicapai pada panjang reaktor 9 m sudah cukup baik
yaitu sebesar 95% konversi kesetimbangan.
Semakin tinggi rasio umpan H2O:CH4 dan semakin
rendah
tekanan
operasi
yang
digunakan
menghasilkan konversi maksimum yang semakin
tinggi. Temperatur umpan tidak terlalu berpengaruh
terhadap konversi dalam reaktor dan juga tidak
mempengaruhi besarnya konversi kesetimbangan.
Penggunaan gas alam umpan pada temperatur
ruang memberikan konversi sebesar 94% konversi
kesetimbangan sehingga pemanasan umpan awal
tidak memberikan dampak signifikan. Rasio H2/CO
yang dihasilkan untuk setiap kondisi operasi adalah
sama, yaitu sebesar 3:1, sehingga diperlukan
pemisahan lanjut H2 dari gas sintesis jika rasio
tersebut ingin diturunkan.

Gambar 11. Profil temperatur pada bagian awal reaktor


(< 0,1 m)

Rasio H2/CO
Dari hasil simulasi diperoleh rasio H2/CO
untuk setiap kondisi operasi yang divariasikan
memiliki nilai perbandingan yang sama sebesar 3:1.
Rasio ini berkaitan dengan stoikiometri untuk
reaksi steam reforming akan dihasilkan produk H2
dan CO dengan perbandingan 3:1.
Selain untuk mensintesa amoniak, syngas atau
gas sintesis yang kandungannya berupa CO dan H2
merupakan bahan baku yang sangat dibutuhkan

F08-9

15. Methanol,
http://en.wikipedia.org/wiki/Methanol, 14 Mei
2010.
16. Acetic Acid,
http://en.wikipedia.org/wiki/Acetic_acid, 14
Mei 2010.
17. Wu, Jinhu, Yitain Fang, Yang Wang,
Production of Syngas By Methane and Coal
Co-Conversion in Fluidized Bed Reactor,
Insitute of Coal Chemistry, Chinese Academy
of Sciences, People Republic of China.
18. http://www.mtrinc.com/hydrogen_separation_
in_syngas_processes.html, 27 Januari 2011.

Daftar Pustaka

1. Strelzoff,

Samuel,
Technology
and
Manufacture of Ammonia, John Wiley &
Sons Inc., New York, 1981.
2. Sadeghi, M.T., Mazaher Molaei, CFD
Simulation of a Methane Steam Reforming
Reactor, International Journal of Chemical
Reactor Engineering, 6, A50 (2008).
3. Junaedi, Herri Susanto, Benny Haryoso,
Kajian Modifikasi Unit Reforming Pabrik
Amoniak Pusri III dan Kajian Pemanfaatan
Gas Produser sebagai Bahan Bakar
Pengganti Gas Alam di PT Pupuk
Sriwidjaja, Jurnal Teknik Kimia Indonesia,
434 442 (2008).
4. Othmer, Kirk, Encyclopedia of Chemical
Technology, 4th ed., pp.838-854, John Wiley &
Sons Inc., New York,13, 1995.
5. Tominaga, Hiroo, and Masakazu Tamaki,
Chemical Reaction and Reactor Design, John
Wiley & Sons Inc., New York, 1997.
6. Othmer, Kirk, Encyclopedia of Chemical
Technology, 4th ed., pp.649-667, John Wiley &
Sons Inc., New York, 2, 1992.
7. Froment, G.F., and Kenneth B. Bischoff,
Chemical Reactor Analysis and Design, John
Willey & Sons Inc., New York, 1979.
8. Achmad,
Hiskia,
Wujud
Zat
dan
Kesetimbangan Kimia, hal.157-160, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001.
9. Prokopiev, S.I., Yu. I. Aristov. V.N. Parmon,
and N. Giordano, Intensification of Hydrogen
Production via Methane Reforming and the
Optimization of H2:CO Ratio in a Catalytic
Reactor
with
a
Hydrogen-Permeable
Membarane Wall, Int. J. Hydrogen Energy,
17, 275-279, (1992).
10. Elnashaie, S.S.E.H., and S.S. Elshishini,
Modelling, Simulation, and Optimization of
Industrial Fixed Bed Catalytic Reactor,
Gordon and Breach Science Publishers, 1993.
11. Olivieri, Agostino, and Francesco Veglio,
Process Simulation of Natural Gas Steam
Reforming : Fuel Distribution Optimisation
in the Furnace, Fuel Processing Technology,
89, 622 - 632, 2008.
12. arpinliolu, Melda zdin, Emrah zahi,
Mehmet Yaar Gndodu, Determination of
Laminar and Turbulent Flow Ranges
through Vertical Packed Beds in Terms of
Particle Friction Factors, Advanced Powder
Technology, 20, 515 - 520, 2009.
13. Lewis, Rob, and Wynne Evans, Chemistry, 3rd
ed, Palgrave Mcmillan, New York, 2006.
14. Nielsen, Jens Rostrup, and David L. Trimm,
Mechanism of Carbon Formation on NickelContaining Catalysts, Journal of Catalysts, 48,
155 - 165, 1977.

F08-10

Anda mungkin juga menyukai