PENDAHULUAN
untuk
mengalami
penyakit-penyakit
kronik
seperti
penyakit
kegemukan
terjadi
karena
BAB II
TUJUAN
2.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang obesitas balita berdasarkan
indikator BB/U >+3 SD
2.2. Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
BAB III
PENGUMPULAN DATA
3.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
menggunakan
pengukuran
antropometri yaitu berat badan dan KMS untuk mengetahui umur balita
tersebut. Status gizi dihitung menggunakan Z-score BB/U menurut Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak (Kepmenkes RI Nomor:
1995/Menkes/SK/XII/2010)
3.2. Indikator
Indikator yang digunakan ialah berat badan menurut umur yang
kemudian akan digolongkan dalam status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik
atau gizi lebih.
3.3. Cut Off
BB/U > +3 Standar Deviasi
3.4. Trigger level
Terdapat > 0,5% balita berada diatas +3 SD
3.5. Tujuan
Evaluasi keadaan gizi masyarakat pada usia balita
3.6. Sumber Data
Survei cepat dengan pengukuran antropometri yaitu berat badan dan
KMS untuk menentukan usia berdasarkan tanggal lahir secara individu.
3.7. Analisis Data
Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan
penghitungan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik
Umur
12 23
24 35
36 47
48 - 60
Jenis kelamin
Laki-laki
perempuan
n: 10
Rata-rata
3
3
3
1
1,21
0,75
1,86
1,6
4
6
1,56
1,09
Tabel 4.12. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U di RT 10 Desa Buduran
Status Gizi
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
n = 10
0
0
8
2
%
0%
0%
80%
20%
10
100%
Total
Balita
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
Obesitas
4.3. Pembahasan
Pada diagram diatas dapat dilihat bahwa diantara balita yang mempuyai
gizi baik, masih terdapat sebanyak 20% balita yang mengalami gizi lebih. Hal
ini perlu menjadi perhatian sebab Obesitas berhubungan dengan berbagai
macam masalah kesehatan seperi penyakit-penyakit kronik (kardiovaskular,
diabetes, gangguan muskuloskeletal) dan merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang penting pada masa dewasa.
4.4. Rekomendasi
Anak yang obesitas, terutama apabila pembentukan jaringan lemaknya
(the adiposity rebound) terjadi sebelum periode usia 5-7 tahun, memiliki
kecenderungan berat badan berlebih saat tumbuh dewasa. Sama seperti orang
dewasa, kelebihan berat badan anak terjadi karena ketidak seimbangan antara
energi yang masuk dan energi yang keluar; terlalu banyak makan, atau terlalu
sedikit beraktivitas, atau pun keduanya. Akan tetapi, berbeda dengan orang
dewasa, berat badan anak pada kasus obesitas tidak boleh diturunkan, karena
penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan. Laju pertumbuhan berat badan sebaiknya dihentikan atau
diperlambat sampai proporsi berat terhadap tinggi badan mencapai normal.
Perlambatan ini dapat dicapai dengan cara mengurangi makan sambil
memperbanyak olahraga.
Kepada anak yang rakus makan dan terlanjur gemuk, bukan berarti dunia
sudah kiamat. Kuncinya ada pada keluarga. Ada banyak cara untuk
mengendalikan kegemukannya.
1. Berilah susunan makanan yang sehat secara seimbang, awasi kebiasaan
makannya, jangan berikan makanan yang kandungan lemaknya tinggi
seperti gorengan. Pilihlah daging yang tidak berlemak, misalnya sebelum
dimasak dan disajikan; Buanglah lemak (visible fat) dan kulit pada daging
ayam.
2. Berikan banyak sayuran dan buah setiap makan. Jangan banyak diberikan
masakan yang memakai banyak lemak (misalnya bersantan kental).
3. Upayakan banyak kesempatan beraktivitas fisik, terutama kegiatan di luar
ruangan (outdoor) seperti lari, berenang, atau bermain bersama teman,
bermain bola, dan lain-lain. Kurangi jam untuk menonton TV. Jangan
berikan banyak makanan dan minuman manis, karena ini adalah sumber
kalori yang dapat meningkatkan berat badan.
DAFTAR PUSTAKA
http://matahana.blogspot.com/
http://geasy.wordpress.com/2008/08/14/obesitas-pada-anak-balita/
10