Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Masalah Gizi


Pemenuhan gizi yang berimbang kini menjadi persoalan tidak hanya di
negara maju yakni dengan munculnya kegemukan atau obesitas, namun juga
di negara berkembang seperti di Indonesia.Saat ini obesitas merupakan salah
satu tantangan paling serius kesehatan masyarakat.
Definisi obesitas merupakan keadaan di mana terjadi penumpukan lemak
yang berlebihan di dalam tubuh dan dapat diekspresikan dengan
perbandingan berat badan serta tinggi badan yang meningkat. Obesitas
merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena
berkaitan dengan berbagai faktor risiko penyakit.
Prevalensi obesitas terus meningkat sebagaimana data WHO tahun 2010,
diamana diperkirakan lebih dari 42 juta anak diseluruh dunia mengalami
kelebihan berat badan. Faktor obesitas berperan terhadap terjadinya penyakit
degenerative. Obesitas pada anak berpotensi untuk mengalami berbagai
penyebab kesakitan dan kematian menjelang dewasa (WHO, 2006). Obesitas
akan menimbulkan konsekuensi kesehatan yang serius dan merupakan resiko
mayor

untuk

mengalami

penyakit-penyakit

kronik

seperti

penyakit

kardiovaskular, diabetes, gangguan muskuloskeletal dan beberapa kanker


(WHO, 2006). Obesitas berhubungan dengan berbagai macam masalah
kesehatan pada masa anak-anak dan merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang penting pada masa dewasa.

1.2. Besar Masalah Gizi


Menurut data Riskesdas pada tahun 2010, 14.0% balita di Indonesia
berstatus obesitas / gizi lebih (meningkat dari tahun 2007 yang sebesar
12.2%). Kemudian dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013
prevalensi obesitas pada usia balita adalah 11,9 persen
1.3. Kelompok Umur Yang Terkena Masalah Gizi
Masalah obesitas banyak dialami oleh beberapa golongan masyarakat,
antara lain balita, anak sekolah, remaja, orang dewasa, dan lanjut usia. Dalam
hal ini akan dibahas lebih lanjut mengenai obesitas pada balita
1.4. Daerah Yang Mengalami Masalah Gizi Terbanyak
Sebanyak 14 persen balita di Indonesia mengalami obesitas. Tingkat
obesitas DKI Jakarta paling tinggi se-Indonesia dengan 19,6 persen dan
disusul Sumatera Utara dengan 18,3 persen
1.5. Penyebab Masalah Gizi
Pada
dasarnya
obesitas
atau

kegemukan

terjadi

karena

ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar. Kelebihan energi


inilah yang disimpan tubuh dalam bentuk jaringan lemak. Kegemukan bisa
berdampak pada penyakit kardiovaskuler, diabetes, kanker, kelainan
muskuloskeletal, dan kelainan pernapasan.
Hingga kini, penyebab pasti obesitas belum diketahui. Sebagian besar
obesitas diduga disebabkan oleh interaksi antara faktor genetik atau turunan
dari orang tua dan faktor lingkungan, seperti aktivitas fisik, gaya hidup, sosial
ekonomi, dan perilaku makan sejak dini.

BAB II
TUJUAN
2.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang obesitas balita berdasarkan
indikator BB/U >+3 SD
2.2. Tujuan Khusus

1.
2.
3.
4.
5.

Mengetahui teknik pengumpulan data obesitas pada balita.


Mengetahui cut off point obesitas balita.
Mengetahui trigger Level obesitas balita.
Mengetahui tujuan surveilans obesitas balita
Mengetahui sumber data yang diperoleh tentang obesitas balita

BAB III
PENGUMPULAN DATA
3.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan

data

dilakukan

dengan

menggunakan

pengukuran

antropometri yaitu berat badan dan KMS untuk mengetahui umur balita
tersebut. Status gizi dihitung menggunakan Z-score BB/U menurut Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak (Kepmenkes RI Nomor:
1995/Menkes/SK/XII/2010)
3.2. Indikator
Indikator yang digunakan ialah berat badan menurut umur yang
kemudian akan digolongkan dalam status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik
atau gizi lebih.
3.3. Cut Off
BB/U > +3 Standar Deviasi
3.4. Trigger level
Terdapat > 0,5% balita berada diatas +3 SD
3.5. Tujuan
Evaluasi keadaan gizi masyarakat pada usia balita
3.6. Sumber Data
Survei cepat dengan pengukuran antropometri yaitu berat badan dan
KMS untuk menentukan usia berdasarkan tanggal lahir secara individu.
3.7. Analisis Data
Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan

penghitungan

menggunakan Z-score BB/U menurut Standar Antropometri Penilaian Status

Gizi Anak (Kepmenkes RI Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010). Kemudian


dimasukkan dalam tabel frekuensi dan disajikan dalam bentuk diagram
batang. Kemudian diolah secara deskriptif dalam bentuk narasi dengan
menghitung persentase.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 4.1.1 Nilai Rata-rata z-score Status gizi Anak Balita (BB/U) Berdasarkan
Karakteristik Sampel di RT 10 Desa Buduran

Karakteristik
Umur
12 23
24 35
36 47
48 - 60
Jenis kelamin
Laki-laki
perempuan

n: 10

Rata-rata

3
3
3
1

1,21
0,75
1,86
1,6

4
6

1,56
1,09

Tabel 4.12. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U di RT 10 Desa Buduran
Status Gizi
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih

n = 10
0
0
8
2

%
0%
0%
80%
20%

10

100%

Total

4.2 Penyajian Data


Diagram 4.2.1 Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U di RT 10 Desa
Buduran

Balita

Gizi Buruk

Gizi Kurang

Gizi Baik

Gizi Lebih

Obesitas

4.3. Pembahasan
Pada diagram diatas dapat dilihat bahwa diantara balita yang mempuyai
gizi baik, masih terdapat sebanyak 20% balita yang mengalami gizi lebih. Hal
ini perlu menjadi perhatian sebab Obesitas berhubungan dengan berbagai
macam masalah kesehatan seperi penyakit-penyakit kronik (kardiovaskular,
diabetes, gangguan muskuloskeletal) dan merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang penting pada masa dewasa.
4.4. Rekomendasi
Anak yang obesitas, terutama apabila pembentukan jaringan lemaknya
(the adiposity rebound) terjadi sebelum periode usia 5-7 tahun, memiliki
kecenderungan berat badan berlebih saat tumbuh dewasa. Sama seperti orang
dewasa, kelebihan berat badan anak terjadi karena ketidak seimbangan antara
energi yang masuk dan energi yang keluar; terlalu banyak makan, atau terlalu

sedikit beraktivitas, atau pun keduanya. Akan tetapi, berbeda dengan orang
dewasa, berat badan anak pada kasus obesitas tidak boleh diturunkan, karena
penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan. Laju pertumbuhan berat badan sebaiknya dihentikan atau
diperlambat sampai proporsi berat terhadap tinggi badan mencapai normal.
Perlambatan ini dapat dicapai dengan cara mengurangi makan sambil
memperbanyak olahraga.
Kepada anak yang rakus makan dan terlanjur gemuk, bukan berarti dunia
sudah kiamat. Kuncinya ada pada keluarga. Ada banyak cara untuk
mengendalikan kegemukannya.
1. Berilah susunan makanan yang sehat secara seimbang, awasi kebiasaan
makannya, jangan berikan makanan yang kandungan lemaknya tinggi
seperti gorengan. Pilihlah daging yang tidak berlemak, misalnya sebelum
dimasak dan disajikan; Buanglah lemak (visible fat) dan kulit pada daging
ayam.
2. Berikan banyak sayuran dan buah setiap makan. Jangan banyak diberikan
masakan yang memakai banyak lemak (misalnya bersantan kental).
3. Upayakan banyak kesempatan beraktivitas fisik, terutama kegiatan di luar
ruangan (outdoor) seperti lari, berenang, atau bermain bersama teman,
bermain bola, dan lain-lain. Kurangi jam untuk menonton TV. Jangan
berikan banyak makanan dan minuman manis, karena ini adalah sumber
kalori yang dapat meningkatkan berat badan.

4. Seandainya upaya di atas tidak berhasil, konsultasikan dengan dokter atau


ahli gizi bagaimana solusinya yang terbaik. Hindari pemakaian pil penurun
berat badan karena ini berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA
http://matahana.blogspot.com/
http://geasy.wordpress.com/2008/08/14/obesitas-pada-anak-balita/

10

Anda mungkin juga menyukai