Buku Ajar - Utilitas 2
Buku Ajar - Utilitas 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat hikmat dan penyertaannya, buku Ajar Utilitas 2 ini dapat
tersusun dan terselesaikan dengan baik. Tujuan disusunnya buku ajar ini
adalah menjadi pedoman awal untuk peserta mata kuliah Utilitas 2 di
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa.
Susunan dan materi yang ada di Buku Ajar ini jauh dari sempurna
dan
masih
banyak
kekurangan
mengingat
betapa
cepatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang
Utilitas Bangunan. Kemandirian mahasiswa dalam menelusuri teori dan
perkembangan Utilitas Bangunan dari sumber sumber lain akan sangat
membantu
peningkatan
pemahaman
mahasiswa
dalam
proses
perkuliahan mata kuliah ini. Adapun untuk penyempurnaan dan
pengembangan materi di masa yang akan datang, segala kritik dan saran
baik dari mahasiswa dan maupun pembaca buku ajar ini sangat
diharapkan.
Dan sebagai akhir kata, pada kesempatan ini saya mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan, saran dan masukan baik pendapat
ataupun tenaga sehingga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan akademika.
Tuhan memberkati senantiasa.
Denpasar, Maret 2012
Dosen Mata Kuliah Utilitas 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
..2
BAB I PENDAHULUAN
..3
BAB II SISTEM DRAINASE BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
5
2.1 Jenis Air Buangan
..5
2.2 Sistem Penyaluran Air Buangan
..6
2.3 Sistem Drainase
..6
2.4 Drainase Perkotaan
..8
2.5 Drainase Gedung
..13
BAB III SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH DAN SAMPAH
14
3.1.Pengolahan Limbah Rumah Tangga
..15
3.2.Pengolahan Limbah Cair Bangunan Industri
19
3.3.Pengolahan Limbah Padat (Sampah)
20
BAB IV SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
5
4.1.Teori terjadinya Kebakaran
.26
4.2.Klasifikasi Kebakaran di Indonesia
..28
2
46
5.2.Sistem Komunikasi
.48
5.3.Jaringan Kabel Komputer/Data/Multimedia
..50
BAB VI AKUSTIKA BANGUNAN
.51
6.1.Bunyi dan Kebisingan
..51
6.2.Akustika dalam Ruangan
..5
4
6.3.Sistem Perkuatan dan Perbaikan kualitas Bunyi secara buatan
59
BAB VII SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL BANGUNAN
63
7.1.Ramp
.63
7.2.Tangga
..63
7.3.Lift/Elevator
65
7.4.Eskalator
..67
3
68
7.6.Conveyer/Ban Berjalan
.
.69
7.7.Dumbwaiter
69
7.8.Pneumatic dan Mail Chute
..70
7.9.Kursi Mekanis
70
BAB VIII PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN
..71
8.1.Ruang Lingkup Pemeliharaan Bangunan/Gedung
..71
8.2.Hal hal yang diperlukan sehubungan dengan Pemeliharaan Bangunan
.73
8.3.Peralatan dan Perlengkapan Perawatan dan Pemeliharaan Bnagunan
76
DAFTAR PUSTAKA
..81
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bahasan Utilitas I sudah disampaikan beberapa sistem utilitas yang
merupakan urat nadi dari berjalannya fungsi suatu bangunan seperti Sistem
pengadaan air bersih, pemipaan, sistem penyaluran air kotor, Sistem elektrikal,
sistem pencahayaan, sistem penghawaan dan sistem penangkal petir. Pada
bahasan Utilitas II ini dilanjutkan dengan materi sistem utilitas yang
menghubungkan utilitas di dalam bangunan dengan sistem pendukung yang
anda di luar bangunan sesuai fungsi yang lebih kompleks misalnya sistem
drainase, pengolahan limbah dan sampah. Selain itu juga ditambah materi yang
membahas sistem utilitas yang bersifat lebih lanjut seperti Sistem Pemadam
Kebakaran, Sistem Keamanan Bangunan, Akustika Bangunan, Sistem
Transportasi vertical dan Perawatan dan pemeliharaan bangunan.
Sistem Utilitas dalam bangunan dan Arsitektur sangat penting peranannya
agar bangunan dapat berfungsi secara maksimal. Adapun peranannya adalah
sebagai berikut :
- Penggerak dalam setiap fungsi masing masing unit karya arsitektur
4
BAB II
SISTEM DRAINASE BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
2.1
Jalan Raya
Drainase jalan raya berfungsi agar badan jalan tetap kering dan pondasi
jalan tidak terpengaruh oleh adanya air yang meresap kedalamnya.
Lapangan terbang
Drainase lapangan terbang berfungsi untuk melindungi konstruksi
landasan maupun keamanan pendaratan pesawat terbang.
Lapangan olahraga
Drainase berfungsi untuk menjaga agar lapangan olahraga tetap kering
khususnya lapangan terbuka misalnya lapangan sepakbola
Lahan pertanian
Tidak semua tanaman memerlukan air banyak, adanya lapisan air
tanah tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga
produksi menurun. Pengaliran air permukaan ke sluruh drainase
dilakukan agar dengan membuat drainase permukaan.
2.4
Drainase Perkotaan
Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan
pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota.(H.A. Halim
Hasmar.2002:1) Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan
pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi : a. Permukiman. b.
Kawasan industri dan perdagangan. c. Kampus dan sekolah. d. Rumah sakit
dan fasilitas umum. e. Lapangan olahraga. f. Lapangan parkir. g. Instalasi
militer, listrik, telekomunikasi. h. Pelabuhan udara. (H.A. Halim
Hasmar.2002:1)
Standar dan Sistem Penyediaan Drainase Kota
Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu :
1. Sistem Drainase Utama
Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian besar warga
masyarakat kota.
2. Sistem Drainase Lokal
Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian kecil warga
masyarakat kota.
3. Sistem Drainase Terpisah
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah
untuk air permukaan atau air limpasan.
4. Sistem Gabungan
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama,
baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.
Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah :
1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder, dan tersier melalui
normalisasi maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang
aman dan baik terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun
hujan lokal. Dari masing-masing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut :
o Jaringan Primer : saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.
10
Jenis-jenis Drainase
1. Menurut sejarah terbentuknya
a. Drainase alamiah (natural drainage), yaitu sistem drainase yang
terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia.
b. Drainase buatan , yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan
analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi
saluran.
2. Menurut letak saluran
a. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage), yaitu saluran drainase
yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open channel
flow.
b. Drainase bawah tanah (Sub Surface Drainage), yaitu saluran drainase
yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di
bawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu.
Alasan tersebut antara lain tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan
tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah
seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman, dan lain-lain.
3. Menurut konstruksi
a. Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya
untuk menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun
kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada
pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan
pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining
dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata.
b. Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu
kesehatan lingkungan. Siste ini cukup bagus digunakan di daerah
perkotaan terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
seperti kota Metropolitan dan kota-kota besar lainnya.
4. Menurut fungsi
a. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan saja.
b. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi engalirkan beberapa jenis
buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.
Saluran terbuka buatan mempunyai istilah yang berbeda-beda antara lain :
12
14
16
17
BAB III
SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH DAN SAMPAH
3.1 Pengolahan Limbah Rumah Tangga
Aktifitas pada sebuah bangunan menghasilkan banyak buangan. Dari
berbagai buangan ini bisa dibedakan menjadi buangan cair (liquid waste) dan
buatan padat (solid waste). Yang termasuk dalam pembuangan cair adalah
- Black water limbah dari wc (kotoran)
- Grey water limbah dari proses mencuci pakaian, sayuran dan
pembersihan rumah
Sedangkan solid waste atau limbah padat berupa sampah rumah tangga.
A. Pengolahan Black Water
Dalam system penanganan limbah untuk black water dialirkan ke septictank
dimana kotoran akan diendapkan dan terurai oleh bakteri.
Beberapa hal tentang Septictank :
1. Syarat
- Kedap air, terdiri dari beberapa bagian ruang,
- memiliki pipa udara 5 cm, memiliki lubang pemeriksaan, pipa buangan
dan pipa masuk
- Pada satu septictank terdapat beberapa ruang bersekat untuk
pengendapan lumpur.
- Untuk mengalirkan air kotor maka septictank dilengkapi pipa
2. Letak
Menentukan peletakan septictank harus memperhatikan perawatannya.
Bila dalam kurun waktu tertentu septictank penuh dan harus disedot maka
kegiatan penyedotan tidak boleh mengganggu aktifitas di dalam
bangunan.
3. Jarak
Harus diatur jarak antara septictank, bidang resapan terhadap sumur,
bangunan dan pipa air bersih.
Jarak Dari
Septictank
Bidang resapan
Bangunan
1,5 m
1,5 m
Sumur sumber air
10 m
10 m
Pipa air bersih
3m
3m
Permasalahan pengaturan jarak ini biasanya menjadi masalah apabila luas
lahan bangunan kecil sehingga sulit mengatur agar posisi sumur dan
septictank minimal 10 m.
18
Berikut ini contoh membuat bak penampung kotoran dengan jumlah keluarga
6 orang dan dalam jangka waktu 5 tahun, sedangkan waktu tinggal dalam
tangki direncanakan minimal 2 hari (24 jam). Untuk mendapatkan gambaran
besarnya tangki yang harus dibuat maka diperoleh dengan cara sebagai
berikut :
a. Jumlah air limbah yang dibuang setiap hari sekitar 100 liter/orang/hari.
b. Besarnya tangki pencerna dalam 1 tahun 2 x 6 x 100 liter = 1.200 liter.
c. Banyaknya lumpur sebesar 30 liter/orang/tahun.
d. Banyaknya lumpur selama 5 tahun 6 x 30 liter x 5 = 900 liter.
e. Jadi untuk melayani keluarga tersebut di atas diperlukan tangki pencerna
1,2 m3 dengan ruang pengumpul lumpur sebesar 0,9 m3.
2. Septictank Fiberglass
Septictank ini terbuat dari bahan fiberglass dilengkapi dengan media kotak
(megacell) yang dirancanga khusus dan desinfektan yang penggunaan sesuai
kebutuhan. Hal yang harus diperhatikan adalah kebutuhan penggunaan yang
dihitung dari jumlah penghuninya yang mempengaruhi ukuran yang
dibutuhkan. Jenis septictank ini hasil kerjasama antara PT. Induro International
dengan Pusat Litbang Permukiman, Departemen Kimpraswil.
Penghuni
2 4 org
4 6 org
Besar Septictank
1000 liter
1300 liter
19
1610 liter
2260 liter
Cara kerja :
Septictank jenis ini terdiri dari tiga ruang yang menguraikan kotoran secara
biologis dan filterisasi secara bertahap.
- Kompartemen I : limbah masuk ke kompartemen I setelah melalui
saringan awal kemudian menuju kompartemen II
- Kompartemen II : pada bagian ini limbah akan diuraikan oleh bakteri yang
ada di Media Kotak A kemudian difilterisasi dan akhirnya menuju
kompartemen III
- Kompartemen III : disini sisa limbah akan diurai kembali oleh bakteri yang
ada di media kotak B dan difilterisasi lagi. Kemudian limbah dialirkan
keluar melalui outlet. Sebelumnya ada tabung desinfektan yang
bertujuan membersihkan sisa limbah dari bakteri sehingga dapat
dialirkan langsung ke drainase umum. Apabila tabung desinfektan tidak
diaktifkan sisa air limbah bisa digunakan untuk menunjang ekosistem
ikan atau tanaman.
21
Kandungan yang tidak sepekat black water membuat grey water masih
dimungkinkan untuk diolah kembali. 60% dari air buangan rumah tangga adalah
Grey water. Potensi penghematan yang besar jika grey water dapat diolah
kembali. Ada beberapa alternative yg dapat dilakukan :
- Langsung dimanfaatkan
Air bekas cucian besar, sayur dan buah dapat langsung digunakan untuk
menyiram tanaman. Hal ini karena air jenis ini tidak mengandung
deterjen. Idealnya dibuatkan penampung khusus sehingga bisa digunakan
kembali.
- Diolah alat khusus
Untuk grey water lain yang mengandung sabun dan zat zat lain
diperlukan alat khusus untuk mengolahnya. Bertujuan untuk memisahkan
unsur deterjen dan sabun dari air sisa tersebut.
- Disaring tanaman
Beberapa tanaman tertentu dapat membersihkan kandungan grey water.
Limbah ini dialirkan ke sebuah bak tanam kemudian unsure unsure kimia
yang ada diserap oleh tanaman. Beberapa unsure seperti Nitrogen dan
Fosfor dibutuhkan tanaman untuk bertumbuh. Selanjutnya sisa air
buangan dialirkan ke saluran pembuangan kota.
3.2
22
Pengolahan limbah
Fisika
Kimia
Sedimentasi
- Reduksi oksidasi
Pengapungan
- Reaksi kimia
Penyaringan
- Penyesuaian pH
Transfer
panas
(pengaturan
suhu)
-
Biologis
Penguraian
dengan lumpur
aktif
Penyaringan
biologis
Aerasi-aktifasi
Kolam oksidasi
Pencernaan
Pembuangan
Akhir
Penampungan
akhir
Aliran irigasi
Bawah tanah
Penguapan
Pembakaran
23
3.3
Mengganggu keindahan.
Jenis pengelolaan sampah yang umum dilakukan adalah system landfill
dengan syarat teknis yang bertujuan untuk menghindari pencemaran
lingkungan sekitar. Biasanya memanfaatkan kontur tanah yang cekung.
Namun di Indonesia kenyataannya lebih banyak melakukan system open
dumping atau hanya ditimbun saja. Ini memunculkan banyak permasalahan
bagi lingkungan sekitar seperti bau, luberan limbah cair dan munculnya lalat
di permukiman sekitar. Pengolahan sampah harus dimulai dari tingkat rumah
tangga agar mendukung konsep 3R dalam pengelolaan sampah. Adapun 3R
ini adalah Reduce (pengurangan), Reuse (penggunaan kembali) dan Recycle
(daur ulang).
24
26
Beberapa Dampak yang muncul dalam tiap tahap pembangunan TPA adalah
sebagai berikut :
Tahap
Pembangun
an
Kegiatan
Prakiraan Dampak
27
Prakonstruk
si
Konstruksi
Operasi
Pasca
operasi
Pemilihan lokasi
TPA.
Perencanaan.
Pembebasan
lahan.
Mobilisasi alat
berat & tenaga.
Pembersihan
lahan.
Pengurangan tanaman
Pekerjaan sipil
Pengangkutan.
Penimbunan dan
pemadatan.
Penutupan
tanah.
Ventilasi gas
Pengumpulan
lindi dan
pengolahan lindi
Reklamasi lahan
Pemantauan
kualitas lindi dan
gas
28
29
BAB IV
SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
4.1 TEORI TERJADINYA KEBAKARAN
Kebakaran adalah reaksi kimia yang berlangsung cepat dan memancarkan
panas dan sinar. Reaksi kimia yang timbul termasuk jenis reaksi oksidasi.
Terjadinya kebakaran diperlukan tiga ( 3 ) unsur yang disebut segitiga api ( the
fire triangle ) .
Adapun unsur unsur tersebut adalah :
Unsur pertama adalah bahan bakar , yaitu semua bahan yang mudah
terbakar. Dilihat dari wujudnya, bahan bakar dibedakan menjadi 3 ( tiga ) ,
yaitu :
- bahan bakar padat : arang, kayu, kertas, kain
- bahan bakar cair : minyak tanah, bensin, spiritus
- bahan bakar gas : elpiji , acetylene
Unsur kedua adalah oksigen. Udara disekitar kita mengandung 21 % gas
oksigen, 76% gas nitrogen, 1 % gas argon dan gas gas lain dalam jumlah
kecil. Dalam keadaan normal, bahan bakar mudah bergabung dengan
oksigen.
Unsur ketiga adalah panas ,suhu suatu benda akan naik karena panas
sehingga mempercepat berlangsungnya proses oksidasi.
Selain kebakaran, ledakan juga termasuk peristiwa kebakaran. Ledakan adalah
pembakaran yang berlangsung cepat di dalam ruang tertutup dan menghasilkan
suara keras. Penyebab terjadinya ledakan antara lain :
Adanya uap mudah terbakar dan oksigen dengan konsentrasi cukup
Uap dan oksigen berada dalam ruang tertutup
Adanya sumber api atau penyulut.
I.
B.
SUMBER PANAS
Merupakan penyulut awal terjadinya kebakaran. Secara garis besar sumber
panas biasa dibedakan menjadi 4 yaitu :
Mekanis : gesekan
C. PENYEBAB KEBAKARAN
Von Schwartz, seorang ahli fisika, mengelompokkan penyebab kebakaran
menjadi 11 kelompok , yaitu :
1. Kontak langsung dengan bahan yang sedang terbakar
2. Pemakaian panas untuk waktu yang lama
3. Panas atau terbakar spontan
4. Ledakan atau jalaran cepat
5. Petir
6. Debu yang dapat meledak
7. Bunga api ( listrik )
8. Reaksi kimia
9. Gesekan, tekanan, kejutan dan goncangan
10.Sinar yang etrfokus
11.Listrik statis
Sedangkan Dinas Kebakaran
di Indonesia mengelompokkan penyebab
kebakaran menjadi 5 yaitu :
1. Hubungan singkat
2. Kompor minyak tanah
3. rokok
4. Lampu
5. Lain lain
D. PENYEBAB KEBAKARAN LISTRIK
Ada dua penyebab timbulnya kebakaran listrik :
1. kontak listrik buruk
besarnya hambatan listrik pada kontak yang buruk lebih besar dari 0 ohm
sehingga kontak kurang mengalirkan arus. Arus listrik cenderung memaksa
31
32
33
36
Detector nyala
Detector asap, detector panas dan master
api
Bangunan dilengkapi dengan sistem tanda bahaya (alarm
system) jika
control
terjadi
kebakaran yang panel induknya berada dalam ruang pengendali
kebakaran, sedang sub-panelnya dapat dipasang disetiap lantai berdekatan
dengan kotak hidran. Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan secara
manual dengan cara memecahkan kaca tombol saklar tanda kebakaran atau
bekeraj secara otomatis, dimana tanda bahaya kebakaran dihubungkan dengan
sistem detektor (detektor asap atau panas) atau sistem sprinkler.
Alat charger
Pasokan daya listrik
Panel Listrik
39
4.6
40
3.
II.
c. Deluge System
Adalah sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka
disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui
suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi
yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air
akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh
sprinkler yang ada.
43
III.
45
IV.
Sistem Evakuasi
Selain harus memperhatikan system pemadam kebakaran yang disediakan
baik dalam perencanaan awal
pencegahan maupun setelah kebakaran
bangunan harus juga mempersiapkan system evakuasi yang mampu
memastikan jalur dan peralatan yang menjamin lancarnya proses evakuasi.
Daerah yang harus terlindungi oleh api untuk memudahkan evakuasi adalah :
a. Daerah vertikal
Meliputi shaft lift, shaft plumbing dan tangga darurat
b. Daerah horizontal
Meliputi koridor/selasar, area balkon dan hall
A. Konstruksi Tahan Api
Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan
atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen.
Dahulu, sistem yang mengukur ketahanan terhadap kebakaran dihitung
dalam jumlah jam, dan kandungan bahan struktur tahan api. Namun
sekarang, hal ini dianggap tidak cukup, dan spesifikasi praktis yang
digunakan adalah suatu konstruksi yang mempunyai tingkat kemampuan
untuk bertahan terhadap api. Definisi ini menyatakan beberapa ketentuan
yang terkait pada kemampuan struktur untuk tahan terhadap api tanpa
mengalami tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang berarti, dan
mencegah menjalarnya api keseluruh bangunan. Dikaitkan dengan
ketahanannya terhadap api, terdapat 3 (tiga) tipe konstruksi (SNI 03 1736
2000), yaitu:
Tipe A :
Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu
menahan secara struktural terhadap beban bangunan. Pada konstruksi ini
terdapat komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk mencegah
penjalaran api ke dan dari ruangan bersebelahan dan dinding yang mampu
mencegah penjalaran panas pada dinding bangunan yang bersebelahan.
Tipe B :
Konstruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan api
mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang bersebelahan di
46
D. Kompartemen Darurat
47
48
F. Pengendalian Asap
Asap menjalar akibat perbedaan tekanan yang
disebabkan oleh adanya perbedaan suhu
ruangan. Pada bangunan tinggi, perambatan
asap juga disebabkan oleh dampak timbunan
asap yang yang mencari jalan keluar dan
dapat tersedot melalui lubang vertikal yang
ada, seperti ruang tangga, ruang luncur lift,
ruang saluran vertikal (shaft) atau atrium.
Perambatan ini dapat pula terjadi melalui
saluran tata udara yang ada dalam bangunan.
Pengalaman menunjukkan bahwa ruang yang luas, seperti pusat perbelanjaan, mal,
bioskop, dan ruang pertemuan/konvensi, berpeluang untuk menghasilkan asap dan panas
pada waktu terjadinya kebakaran. Pada situasi seperti ini, asap dapat menjalar secara
horizontal, menghalangi petugas pemadam kebakaran dan menyebabkan terjadinya panas
lebih awal sebelum api menjalar ke tempat itu. Asap panas dapat menimbulkan titik api baru
dan mengurangi efektifitas sistem sprinkler. Untuk mencegah terjadinya penjalaran asap
secara horizontal, dalm gedung perlu dipasang tirai penghalang asap.
Beberapa media yang dapat digunakan untuk mengendalikan asap sangat tergantung dari
fungsi dan luas bangunan, di antaranya:
- Jendela, pintu, dinding/partisi, dan lain-lain yang dapat di buka sebanding dengan 10%
luas lantai.
- Saluran ventilasi udara yang merupakan sistem pengendalian asap otomatis. Sistem ini
dapat berupa bagian dari sistem tata udara atau ventilasi dengan peralatan mekanis
(exhaust fan atau blower).
Ventilasi di atap gedung dapat secara permanen terbuka atau dibuka dengan alat
bantu tertentu atau terbuka secara otomatis.
49
50
BAB V
SISTEM PENGAWASAN KEAMANAN DAN KOMUNIKASI
BANGUNAN
5.1
Pengawasan Bangunan
51
3. System radar
System ini menggunakan generator sinyal dan penerimanya. Jika ada
gerakan terdeteksi akan memicu alarm. Sinyal yang digunakan ada 3 tipe
yaitu ultrasonic yang sangat sensitive terhadap gerakan bahkan
hembusan angin, gelombang dering (tone) mikro dimana gerakan pada
area tertentu membuat perubahan sinyal terpantul dan memicu alarm dan
untuk aplikasi luar ruangan menggunakan antenna antenna
electromagnetic yang apabila medan antara antenna tersebut terganggu
akan memicu alarm.
4. Alarm dengan area terbatas
System ini menggunakan efek kapasitas elektrik pada manusia untuk
memicu alarm. Berguna untuk melindungi satu item tertentu misalnya
brankas pada satu ruangan dan masih memungkinkan aktifitas lain di
dalam ruangan dapat berlangsung dengan baik karena medan
perlindungan hanya berjarak beberapa inci dari sensor. Contoh : alarm
mobil
52
Semua system diatas harus bisa dimonitor dari satu titik pengawasan dimana
seluruh system alarm terhubung. Ruang control ini dalam 24 jam harus diawasi
khususnya untuk bangunan dengan tingkat keamanan tinggi. Penanganan dan
pemasangan system harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang memahami dan
mengerti sedangkan peran arsitek dalam hal ini adalah mempertimbangkannya
dalam perencanaan bangunan khususnya kebutuhan akan ruang dan sumber
tenaga.
5.2
Sistem Komunikasi
Pekerjaan Telepon
1. Pengurusan dan penyambungan line telepon ke pihak PT.Telkom daerah
setempat.
2. Pengadaan dan pemasangan Unit peralatan utama PABX lengkap dengan
terminal box utama (TBU-PABX).
3. Pengadaan dan pemasangan terminal-terminal box telepon (TBT).
4. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi outlet telepon lengkap dengan
jenis dan ukuran kabelnya, pipa pelindung kabel, kotak untuk outlet telepon,
junction box, dan accessories lainnya.
5. Pengadaan dan pemasangan jenis pesawat telepon digital dan analog.
6. Pengetesan dan pengujian seluruh instalasi telepon yang terpasang.
54
5.3
computer personal
proses pembuatan teks dan tulisan
perintah/pesan, baik berupa suara maupun dalam bentuk elektronik
facsimile
akses data melalui jaringan computer
teks video
konperensi jarak jauh
56
BAB VI
AKUSTIKA BANGUNAN DAN TATA SUARA
6.1
Bunyi terjadi karena adanya benda benda yang bergetar yang menimbulkan
gesekan dengan zat zat disekitarnya. Getaran tersebut kemudian menyentuh
partikel zat yang ada di dekatnya bisa berupa cairan, gas ataupun benda padat.
Energy getaran tersbut diteruskan ke benda benda lain disekitarnya dan
rambatannya membentuk gelombang bunyi yang kemudian ditangkap oleh daun
telinga. Selanjutnya saraf telinga mengirim berita tersebut ke otak.
Dari penjelasan diatas agar bisa mendengarkan bunyi harus ada : sumber bunyi,
medium perambatan dan indera pendengaran.
I. Nois (Kebisingan)
Yang dimaksud dengannya kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki.
Toleransi manusia terhadap kebisingan bergantung beberapa factor yaitu :
1. Factor Akustikal : tingkat kekerasan bunyi, frekwensi bunyi, durasi bunyi,
fluktuasi kekerasan dan frekwensi bunyi dan waktu terjadinya.
2. Faktor non-akustikal : pengalaman terhadap kebisingan, kegiatan,
perkiraan terhadap kemungkinan munculnya bising, manfaat obyek yang
memunculkan kebisingan, kepribadian, lingkungan dan keadaan.
Tingkat baku kebisingan sesuai dengan fungsi masing masing bangunan
menurut Peraturan Men.kes no.718/MenKes/Per/XI/87 (Lutfi, 1995 dalam
Mediastika, 2005)
Gol
A
B
C
D
Peruntukan
Tingkat
kebisingan
(dBA)
maksimum dalam bangunan
Dianjurkan
Diperbolehka
n
35
45
45
50
60
55
60
70
58
59
6.2
Pada ruang tertutup, ketika bunyi merambat kea rah tertentu dan
membentur pembatas ruangan, tergantung pada karakteristik pembentuk
elemen pembatas tersebut ada kemungkinan bunyi akan dipantulkan, diserap
atau ditransmisikan. Sehingga di dalam ruangan bunyi yang terdengar
sebenarnya adalah kombinasi dari bunyi asli dan bunyi pantulan. Pemahaman
akan perilaku bunyi dalam ruang akan membantu dalam mengatasi kebisingan.
1. Refleksi
Pemantulan bunyi tejadi apabila bunyi mengenai permukaan yang keras
seperti beton, bata, batu, plester atau gelas. Menurut hukum pemantulan :
bunyi pantul dan bunyi datang terletak dalam bidang datar yang sama dan
sudut gelombang bunyi datang sama dengan bunyi pantul.
Untuk memberikan suasana yang lebih hidup sebuah ruangan membutuhkan
pemantulan. Namun pemantulan yang terjadi hendaknya tidak membuat
ruangan dalam kondisi difus maka kondisi echo (gema) selayaknya dihindari.
Echo muncul apabila pemantulan terjadi lebih dari 1/20 detik dari bunyi asli
pada kecepatan rambat 340m/det. Echo biasanya muncul pada ruangan yang
ukurannya besar dan dibatasi bidang pemantul. Pada ruang yang sempit dan
memanjang dibatasi dinding pemantul akan memunculkan flutter echoes atau
pemantulan berulang ulang.
2. Reverberation
Bila suatu sumber bunyi didalam ruangan yang sedang berbunyi dihentikan
secara tiba- tiba, bunyi yang terlah tersebar didalam ruangan tidak serta
merta ikut berhenti. Hal ini disebabkan oleh sifat sifat bidang pembatas
ruang tersebut yang cenderung memantulkan bunyi. Perpanjangan bunyi ini
disebut reverberation (dengung).
Agar menciptakan suasana yang hidup dibutuhkan reverberation yaitu
pemantulan yang terjadi lebih cepat dari 1/20 det. Pada reverberation,
pemantulan terjadi sangat cepat sehingga sulit untuk membedakan mana
bunyi asli dan bunyi pantulan kecuali sumber bunyi dihentikan tiba-tiba.
Pengukuran reverberation dalam suatu ruangan menggunakan Reverberation
Time (RT). Waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
sumber bunyi yang dihentikan secara tiba- tiba untuk turun intensitasnya
sebanyak 60 dB dari intensitas awal. Waktu dengung bergantung pada
volume ruangan, luas permukaan bidang bidang pembentuk ruangan,
tingkat penyerapan permukaan ruang dan frekwensi bunyi yang muncul.
Melalui waktu dengung, kualitas akustik sebuah ruangan dapat ditentukan.
Secara garis besar, aktifitas dalam ruangan dengan akustik alamiah (tanpa
peralatan listrik) dibedakan menjadi :
- Aktifitas berbicara, waktu dengung yang disarankan antara 0,5 sampai 1
det dengan RT ideal 0,75 det
- Aktifitas music, waktu dengung yang disarankan 1 2 det dengan RT ideal
1,5 det.
60
t=
0,16V
A
Dengan :
t. : waktu dengung(detik)
V : volume ruangan (m3)
A : total absorpsi dari masing pembatas ruangan yaitu akumulasi dari luas
permukaan dikali dengan koefisien absorpsi masing masing material.
Pada kondisi tertentu kita menginginkan adanya reverberation (dengung)
dalam suatu ruangan namun yang muncul malah Echo (gema). Pada keadaan
semacam ini tanpa mengubah volume ruangan yang dapat dilakukan adalah
mengubah material permukaan bidang batas pembentuk ruang dari material
dengan tingkat penyerapan rendah ke tingkat penyerapan tinggi. Apabila nilai
total serapan ruang naik dua kali lipat akan menurunkan nois (bunyi pantulan
yang tidak dikehendaki) sebesar 3 dB.
3. Absorpsi (penyerapan)
Penyerapan bunyi akan mengakibatkan menurunnya energy bunyi yang
menimpa bidang batas tersebut. Fungsinya adalah mengurangi energi bunyi
untuk mengurangi kebisingan dan juga untuk mengontrol waktu dengung.
Unsur - unsur yang dapat menunjang penyerapan bunyi :
Lapisan permukaan dinding, lantai atau atap
Isi ruang seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan
lunak dan kapas
Udara dalam ruang.
Tingkat penyerapan bunyi ditentukan oleh koefisien serap/koefisien absorpsi
material. Adapun jenis absorper yang umum ditemui adalah :
a. Material berpori
Karakteritik akustik dasar semua bahan berpori, sperti papan serat (fiber
board) , plesteran lembut , mineral wools, dan selimut isolasi adalah
suatu jaringan selular dengan pori pori yang saling berhubungan.
Karakteristik penyerap berpori adalah :
- penyerapan bunyinya lebih efisien pada frekwensi tinggi disbanding
rendah
61
Selimut
Akustik tiles
Soft
akustik
board
b. Panel penyerap
Penyerap ini terbuat dari lembaran lembaran atau papan tipis yang
mungkin saja tidak memiliki permukaan berpori. Panel semacam ini cocok
untuk menyerap bunyi yang berfrekwensi rendah. Tiap bahan kedap yang
dipasang pada lapisan penunjang yang padat tetapi terpisah oleh suatu
ruang udara akan berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar
bila tertumbuk bunyi. Panel ini merupakan penyerap frekwensi rendah
yang baik.
Diantara lapisan dan konstruksi penyerap panel berikut ini berperan dalam
penyerapan suara frekwensi rendah : panel kayu dan har board, gypsum
board, langit-langit plesteran yang digantung, plesteran berbulu, plastik
board tegar, jendela, kaca, pintu, lantai kayu dan panggung dan pelat
logam ( radiator ). Selain itu bahan berpori yang diberi jarak dari lapisan
penunjangnya yang padat juga berfungsi sebagai penyerap panel yang
bergetar.
c. Rongga penyerap
Bahan ini terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi dinding
dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang/celah sempit ke ruang
sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat.
Resonator rongga dapat digunakan sebagai :
- Resonator Unit individual
Balok beton standar yang menggunakan campuran yang biasa tetapi
dengan rongga yang telah ditetapkan, disebut unit sound blox.
Merupakan jenis resonator rongga jaman sekarang. Karena mereka
meniadakan kebutuhan akan pemasangan lapisan permukaan
63
4. Difraksi
Difraksi adalah peristiwa menerusnya atau membeloknya perambatan
gelombang bunyi akibat ketidak mampuan penghalang berdimensi kecil
untuk menahannya. Selain diakibatkan oleh dimesi penghalang yang kecil,
difraksi gelombang bunyi dapat terjadi ketika bidang atas atau penghalang
memiliki celah atau lubang untuk dilalui.
5. Refraksi
Berbeda dengan difraksi yang terjadi di luar obyek penghalang atau bidang
batas, refraksi adalah membeloknya gelombang bunyi karena melewati atau
memasuki medium perambanatan yang memiliki kerapatan molekul yang
berbeda. Oleh karena itu, prinsip ini disarankan untuk diterapkan pada prinsip
pembutan elemen ganda, baik lantai atau dinding agar kebisingan tereduksi.
6. Difusi
Difusi adalah gejala terjadinya pemantulan yang menyebar karena
gelombang bunyi menerpa permukaan yang tidak rata. Gejala ini dipakai
untuk menghilangkan terjadinya pemantulan berulang ulang.
Bila tekanan bunyi dis etiap bagian suatu ruang sama dan gelombang bunyi
dapat merambat dalam semua arah, maka medan bunyi dikatakan serba
sama atau homogen dan terjadi Difusi bunyi. Difusi bunyi yang cukup adalah
ciri akustik yang diperlukan dalam jenis ruang tertentu yang membutuhkan
distribusi bunyi yang merata seperti ruang auditorium, rakaman dan lain lain .
64
6.3
Sistem perkuatan bunyi (sound reinforcing system) dan perbaikan kualitas bunyi
secara buatan adalah pengolahan gelombang bunyi dengan bantuan peralatan
elektronik untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa sehari hari disebut
juga sound system.
Berdasarkan tujuan dibedakan menjadi :
1. Untuk memperkuat bunyi agar dapat didistribusikan kepada lebih banyak
pengguna dengan tingkat kekerasan yang mencukupi. Biasanya untuk
auditorium
2. Untuk memperbaiki kualitas bunyi agar lebih jernih dan mantap.
3. Untuk memperkuat dan sekaligus memperbaiki kualitas bunyi.
Pedoman umum yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan
apakah suatu ruangan membutuhkan perkuatan perbaikan bunyi sebagai berikut
:
1. Keadaan akustik alamiah ruangan sudah sangat baik, yaitu ruangan telah
memiliki tingkat reverberation yang cukup untuk menyebarkan bunyi pada
pemakai dalam jumlah tertentu, maka tidak diperlukan system perkuatan
bunyi.
2. Auditorium dengan 500 tempat duduk dengan penyelesaian akustik
alamiah yang baik biasanya tidak membutuhkan system perkuatan bunyi.
3. Auditorium dengan 500 1000 tempat duduk mungkin saja memerlukan
system perkuatan bunyi tergantung dari kondisi akustik alamiah yang ada.
4. Auditorium dengan jumlah tempat duduk diatas 1000 umumnya
memerlukan perkuatan bunyi buata sebab akustik alamiah tidak mampu
memberikan kualitas bunyi yang baik pada kondisi ini.
65
Amplifier
Mikrofon
- Mengubah energy suara
menjadi energy listrik
- Sebaiknya diluar jangkauan
loudspeaker agar tidak
terjadi feedback
Loudspeaker
- Mengubah energy listrik
menjadi airborne
sound
- Mendistrikbusikan suara ke
pendengar pada level
yang tepat
A. Mikrofon
Mikrofon adalah pertama dari rangkaian peralatan perkuatan bunyi dan
merekam bunyi. Kualitas bunyi yang akan diterima mikrofon tergantung
kualitas sumber bunyi dan kualitas mikrofon.
1. Jenis Mikrofon
- Dynamic microfon
Adalah microfon dengan sinyal elektrik yang diproduksi oleh
pergerakan konduktor dalam suatu medan magnet. Konduktor yang
dipakai adalah kumparan. Cocok untuk digunakan di luar ruangan
karena tahan terhadap benturan, perubahan suhu dan tekanan udara
- Ribbon microfon
Cara kerjanya sama dengan dynamic microfon hanya konduktornya
bukan kumparan melainkan pita metal yang sangat tipis dengan
ketebalan sekitar 2 mikronmeter. Lebih peka daripada mikrofon
dinamis tapi lebih mudah rusak.
- Condenser microfon
Adalah mikrofon yang bekerja dengan menggunakan dua kapasitor
berbentuk piringan. Satu piringan pada posisi statis dan satu pada
posisi yang bergerak dan berfungsi sebagai diagframa. Microfon jenis
66
Peletakan menyebar
Pada peletakan ini beberapa speaker diletakkan diatas pendengar dengan
tingkat kekuatan yang lebih lemah daripada speaker terpusat. Jenis
peletakan ini dipilih apabila : ketinggian plafond kurang dari 6,5m,
pendengar tidak dapat berada pada jarak pandang speaker misal dibawah
balkon.
Pada peletakan ini harus diupayakan agar pola jangkau masing masing
speaker tidak tumpang tindih sehingga tidak ada pendengar yang
mendengar bunyi dari beberapa speaker.
Monitor speaker
Pada auditorium yang memiliki panggung, peletakan speaker secara
terpusat atau menyebar akan didampingi dengan peletakan monitor
speaker panggung yang digunakan pemain di panggung untuk mengontrol
bunyi yang dikeluarkannya. Biasanya diletakkan pada lantai bagian depan
panggung dan mengarah pada pemain dengan sudut kemiringan tertentu.
Agar tidak menimbulkan feedback biasanya menggunakan speaker
dengan kekuatan input rendah antara 100 200 watt.
68
BAB VII
SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL BANGUNAN
Pada bangunan tinggi sangat umum ditemukan sistem transportasi vertical
baik yang tanpa mesin dan yang menggunakan sistem mekanis. Adapun yang
dimaksud dengan sistem transportasi vertikal adalah sistem yang terdiri dari
sarana atau mesin untuk memindahkan pengguna bangunan dari atau ke bagian
bangunan secara vertical (ke atas atau ke bawah).
Jika dilihat dari mekanismenya yang manual tanpa mesin meliputi tangga
dan ramp. Sedangkan yang menggunakan sistem mekanis meliputi Lift/elevator,
Eskalator, Travelator, conveyor
(ban berjalan) , dumbwaiter dan Kursi mekanis.
7.1Ramp
Ramp berguna saat sejumlah pengguna atau kendaraan harus dipindahkan
antar lantai dan sering ada di bangunan publik dan untuk pengguna yang
cacat. Sebaiknya dibuat anti-slip atau tidak licin dengan kemiringan yang
dianggap nyaman maksimum 8% serta dilengkapi balustrade dan pelindung
rel (unt kaki dan tangan)
Jenis ramp menurut letak dan mekanismenya :
1)Di dalam bangunan, 2) Diluar bangunan dan 3)Dengan tenaga penggerak
7.2Tangga
Tangga merupakan bentuk umum
transportasi vertikal untuk bangunan
1 4 lantai masih memungkinkan
menggunakan tangga saja namun
lebih
tinggi
dari
ini sebaiknya
menggunakan
alat
transportasi
mekanis. Selain itu pada bangunan
high rise keberadaan tangga juga
tetap harus direncanakan baik untuk
transportasi saat lift mati ataupun
kondisi darurat.
Kemiringan tangga yang dianggap
nyaman 27derajat, untuk tangga diluar ruangan 20 30 sedangkan tangga
interior 30 35. Ukuran anak tangga t= 15 18 cm , l = minimal 24 cm.
69
7.3
Lift/ Elevator
Berikutnya akan dibahas tentang system transportasi vertikal yang
bersifat mekanis seperti Lift, escalator, travelator dan lain lain.
Performa atau kinerja lift sangat tergantung pada
1). Akselerasi
2). Retardasi
3). Kecepatan unit lift
4) kecepatan operasional pintu lift
5). Stabilitas kecepatan dan performa lift dalam kondisi beban yang berbeda
71
72
73
Eskalator
Eskalator atau tangga berjalan merupakan sarana transportasi vertikal
berikutnya yang juga banyak digunakan dalam bangunan modern. Fungsinya
untuk memindahkan orang orang dari level lantai satu ke lantai yang lainnya.
Penempatan eskalator harus memperhatikan alur sirkulasi pada level lantai yang
dimaksud. Tinggi lantai ke plafond harus diperhatikan dan disampaikan pada
produsen eskalator untuk memperhitungkan beban. Jika kurang dari 20 ft harus
ada tumpuan tambahan mengingat eskalator adalah sistem mekanis dengan
getaran dan kebisingan
Biasanya ditata secara berpasangan untuk arah yang berlawanan dan
memindahkan sampai 12.000 orang per jam.
Kapasitas angkut maksimum tergantung pada lebar anak tangga dan
kecepatan escalator. Lebar standard untuk anak tangga adalah 60 cm, 80 cm
dan 100cm dengan kecepatan antara 0,5 0,6 m/s. system mekanis nya jauh
lebih sederhana daripada lift dengan motor yang bekerja terus menerus dengan
variasi beban yang ada serta tidak dipengaruhi oleh keseluruhan tinggi
bangunan hanya hubungan antar lantai saja.
74
7.5 Travelator
Travelator atau juga disebut autowalks, convetor penumpang dan jalur
pejalan kaki bergerak. Travelator menyediakan jalur bergerak untuk manusia,
perlengkapan, troly barang, kursi roda dan kendaraan kecil untuk jarak
sampai kurang lebih 300m. kemiringannya bisa mencapai 12 dan maksimal
18 tapi tidak disaran kemiringan lebih dari ini khususnya untuk jalur trolli
dan kursi roda.
Aplikasi bisa pada bangunan dengan fungsi pertokoan, bangunan
komersil, pusat pameran, jalur kereta api dan jalur antar terminal di airport.
Rentang kecepatan berkisar antara 0,6 1,3 m/s. jika lebih cepat dari ini
agak kesulitan untuk masuk dan keluar jalur travelator.
Ada beberapa jenis bahan yang telah dicoba untuk digunakan sebagai
permukaan conveyor seperti bahan elastis, karet, bahan komposit, plat baja
dan lempeng baja.
75
7.7
-
Dumbwaiter
Umumnya untuk barang berpindah tanpa bantuan manusia untuk
mengangkut secara manual
Terbatas jarak pelayanannya tidak seperti lift barang pada umumnya
76
7.8
77
BAB VIII
PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN
Pemeliharaan (maintenance) bangunan adalah sangat penting dan perlu
setelah bangunan tersebut selesai dibangun dan dipergunakan. Pemeliharaan ini
akan membuat umur bangunan tersebut menjadi lebih panjang, ditinjau dari
aspek : kekuatan, keamanan, dan penampilan (performance) bangunan. Bahwa
berhasil atau tidaknya suatu pembangunan gedung dapat dilihat dari usia
pemakaian bangunan sesuai dengan rancangan bangunannya dan tata cara
pemeliharaan terhadap bangunan itu sendiri.
Pada umumnya usia suatu bangunan diperhitungkan 20 tahun. Oleh
karena itu, pekerjaan pemeliharaan sangat penting dan dilakukan pada tahap
pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi secara rutin, terus menerus dan
periodik dengan memperhatikan spesifikasi teknis bahan. Dengan adanya
pemeliharaan yang rutin maka diharapkan bila terjadi kerusakan tidak
memerlukan biaya perbaikan / pemeliharaan yang tinggi
Perawatan dan pemeliharaan bangunan gedung di Indonesia merujuk
kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/Prt/M/2008 30
Desember 2008. Beberapa hal yang penting sebagai berikut :
I. Definisi perawatan dan pemeliharaan bangunan :
1. Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan
gedung selalu layak fungsi
2. Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan / atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan /
atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap layak fungsi
II. Lingkup dan persyaratan pemeliharaan dan perawatan bangunan :
1. Lingkup pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung meliputi :
a. Pemeliharaan bangunan gedung;
b. Perawatan bangunan gedung.
2. Pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung meliputi persyaratan yang
terkait dengan :
a. keselamatan bangunan gedung;
b. kesehatan bangunan gedung;
c. kenyamanan bangunan gedung; dan
d. kemudahan bangunan gedung
8.1 RUANG LINGKUP PEMELIHARAAN BANGUNAN / GEDUNG
a. Tahap Pra Konstruksi
Pemeliharaan dilakukan sebelum pekerjaan konstruksi / fisik bangunan
dilaksanakan. Misalnya untuk pengendalian anti rayap (termite control) pada
soil treatment (galian tanah, urugan tanah).
78
Jenis pekerjaan
Pekerjaan Atap
Pekerjaan Kusen
dan Pintu
Pekerjaan
Dinding
Pekerjaan Kaca
Pekerjaan Lantai
Item pekerjaan
Genteng / penutup atap lainnya harus berkualitas
baik, tidak mudah retak / pecah sehingga
menyebabkan kebocoran.
Genteng / penutup atap lainnya sebaiknya di
finishing dengan memakai bahan yang tahan
terhadap cuaca seperti veernish untuk genteng
dan cat untuk seng.
Apabila mengalami kebocoran, harus segera di
ganti agar tidak merusak yang lainnya seperti
plafond dan dinding.
Kayu kusen dan pintu harus dimeni dulu sebelum
dicat, agar lebih tahan terhadap rayap.
Kusen, pintu, dan jendela harus sering
dibersihkan.
Kusen, pintu dan jendela selalu dalam kering.
Cat atau pelitur yang terkelupas harus segera
diperbaiki agar kusen, daun pintu dan jendela
terpelihara dengan baik.
Dinding harus selalu bersih dari kotoran dan serta
harus selalu kering.
Untuk membersihkan dinding bisa dilakukan
dengan cara di lap dengan kain basah.
Dinding yang terkelupas harus segera diperbaiki
dengan cara menambah bagian yang rusah
dengan adukan semen dan pasir, kemudian
segera dicat kembali.
Kaca harus dibersihkan setiap hari dari segala
kotoran.
Lantai harus dalam keadaan bersih dan kering.
Lantai yang pecah / lepas segera diganti agar
tidak merusak yang lain.
Pada waktu pemasangan harus memakai lapisan
pasir t = 5 cm dibawah adukan lantai / keramik
untuk menghindari retak.
Adukan dibawah lantai / keramik harus dipastikan
merata keseluruh permukaan lantai / keramik dan
tidak boleh terlalu tebal, tebal adukan sekitar 2
81
Pekerjaan Kamar
Mandi/WC
Pekerjaan Listrik
dan Air Bersih
Pekerjaan
Furniture
Pekerjaan
Saluran
Pembuangan /
Drainase
Peralatan yang
Menyangkut
Pekerjaan Besi
cm.
Dibersihkan setiap hari.
Jangan membuang air sabun, kotoran yang bisa
menyumbat kedalam Kloset.
Kotoran yang ada dilantai (seperti : tanah, daun
dsb) jangan dibuang kedalam saluran buangan,
karena akan menyumbat saluran tersebut.
Ubin yang pecah segera diganti untuk
menghindari kerusakan yang lebih parah.
Sambungan-sambungan listrik harus benar-benar
tertutup rapat untuk menghindari hubungan
pendek apabila terkena air bocoran dan tidak
membahayakan.
Instalasi listrik harus di periksa setiap 5 tahun
sekali.
Kabel sikring tidak boleh terlalu besar, sebaiknya
dipergunakan yang sesuai dengan daya listrik.
Apabila tidak digunakan sebaiknya dimatikan,
selain untuk menghemat biaya operasional juga
memperpanjang umur daripada instalasi tersebut.
Sumber air bersih sebaiknya diletakkan minimal
dengan jarak 20 m dari septictank / resapan.
Saluran air bersih harus mempergunakan pipa
PVC yang baik mutunya dan tahan lama.
Untuk saluran yang bocor segera
diperbaiki/diganti.
Furniture (meja, kursi, lemari dsb) harus
dibersihkan setiap hari, untuk menjaga supaya
kotoran-kotoran tersebut tidak merusak furniture
tersebut.
Apabila ada yang rusak segera diperbaiki. Kalau
lepas dipaku kembali. Kalau kerusakannya parah
segera diganti.
Apabila cat pelitur sudah mengelupas, segera
dicat / pelitur kembali untuk mencegah rayap dan
sebagainya yang akan merusak furniture tersebut.
Dalam pembuatan saluran pembuang harus
benar-benar diperhatikan kemiringannya. Karena
hal ini sangat berpengaruh kepada kelancaran
aliran airnya.
Saluran pembuang harus sering dibersihkan agar
tidak ada penyumbatan.
Bagian yang retak / pecah harus segera diperbaiki
agar kotoran atau sampah tidak tersangkut
dibagian tersebut.
Dilakukan pengecekan berkala setiap bulan untuk
memastikan bahwa peralatan tersebut masih
layak dipergunakan.
Cat yang terkelupas segera diperbaiki agar tidak
berkarat, dengan cara bagian yang terkelupas
diamplas dahulu. Setelah bersih dari kotoran baru
dilakukan pengecatan.
Bagian yang patah diperbaiki dengan cara
mengelas bagian tersebut. Setelah tersambung
82
Pekerjaan
Halaman dan
Taman
Pekarjaan Pagar
8.3 Peralatan
Bangunan
dan
Perlengkapan
Perawatan
dan
Pemeliharaan
Hand gloves
Safety goggles
Masker
Safety belt
Booth
Net
Coat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Step ladder
Extention ladder
Scaffolding
Combination plug
Extention cable
Telescopic stic
Gondola
f. Kelompok Other/lain-lain
adalah peralatan pembersih yang tidak termasuk dalam pengelompokkan
peralatan sebelumnya.
contoh :
1. Window squeezer/window wiper
2. Floor squeezer
3. Gun sprayer
4. Puty knife
5. Mop wringer
6. Mop
7. Sponge
8. Scotch brite
9. Stell wool
10.Camois
11.Wet caution, dan lain-lain.
84
1.
Vacuum Cleaner
Prosedur Detail
1. Pemeriksaan Alat
- Memeriksa semua bagian gondola secara visual, dan mencatat dalam
daftar atau check list.
- Memeriksa kondisi kompresor secara visual
- Memeriksa wire sling, penyangga gondola, dan manila rope
2. Pemasangan Alat
86
3. Inspeksi Alat
- Inspeksi alat-alat gondola dilakukan oleh pihak yang berwenang.
- Inspeksi beban aman (safety load) dilakukan oleh pihak yang berwenang
disesuaikan dengan kapasitas yang dijinkan
- Hanya gondola yang telah lulus inspeksi yang boleh dipergunakan.
4. Pengoperasian Gondola
a. Menyalakan kompresor untuk memperoleh tekanan udara yang
dibutuhkan untuk suplai udara gondola
b. Memeriksa suplai udara pada mesin gondola dengan menekan tuas udara
masing-masing mesin gondola pada posisi gondola bergerak turun
c. Operator atau pemakai gondola wajib memakai full body hardness yang
dihubungkan dengan manila rope dan/atau tali keselamatan dengan
benar, sebelum mengoperasikan gondola
d. Menaikkan gondola :
- Kunci udara masing-masing mesin gondola diposisikan naik secara
bersamaan
- Tuas udara ditekan secara bersamaan sampai gondola bergerak naik
e. Menurunkan gondola
- Kunci udara masing-masing mesin gondola diposisikan turun secara
- bersamaan
- Tuas udara ditekan secara bersamaan sampai gondola bergerak turun
f. Pada kondisi gondola macet atau mesin kompressor mati, yang
mengakibatkan suplai udara bertekanan terganggu atau tidak ada
sehingga gondola tidak dapat dioperasikan, maka operator atau pemakai
gondola dapat mengoperasikan mesin gondola secara manual dengan
menggunakan engkol yang telah disiapkan untuk tiap mesin gondola
g. Pengoperasian mesin gondola secara manual dengan cara memutar
engkol tersebut sesuai dengan kebutuhan untuk turun maupun naik
secara bersamaan sesuai dengan arah tujuan
h. Setelah pemakaian gondola selesai, maka gondola harus ditempatkan di
atas tanah, pada tempat yang telah ditentukan dengan kondisi mesin
gondola telah dimatikan atau tidak ada udara bertekanan dalam mesin
gondola tersebut.
87
88
89