Anda di halaman 1dari 89

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat hikmat dan penyertaannya, buku Ajar Utilitas 2 ini dapat
tersusun dan terselesaikan dengan baik. Tujuan disusunnya buku ajar ini
adalah menjadi pedoman awal untuk peserta mata kuliah Utilitas 2 di
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa.
Susunan dan materi yang ada di Buku Ajar ini jauh dari sempurna
dan
masih
banyak
kekurangan
mengingat
betapa
cepatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang
Utilitas Bangunan. Kemandirian mahasiswa dalam menelusuri teori dan
perkembangan Utilitas Bangunan dari sumber sumber lain akan sangat
membantu
peningkatan
pemahaman
mahasiswa
dalam
proses
perkuliahan mata kuliah ini. Adapun untuk penyempurnaan dan
pengembangan materi di masa yang akan datang, segala kritik dan saran
baik dari mahasiswa dan maupun pembaca buku ajar ini sangat
diharapkan.
Dan sebagai akhir kata, pada kesempatan ini saya mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan, saran dan masukan baik pendapat
ataupun tenaga sehingga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan akademika.
Tuhan memberkati senantiasa.
Denpasar, Maret 2012
Dosen Mata Kuliah Utilitas 2

Ni Wayan Meidayanti Mustika ST,MT


NIP. 198105192005012002

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

1
DAFTAR ISI

..2
BAB I PENDAHULUAN

..3
BAB II SISTEM DRAINASE BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
5
2.1 Jenis Air Buangan

..5
2.2 Sistem Penyaluran Air Buangan
..6
2.3 Sistem Drainase

..6
2.4 Drainase Perkotaan

..8
2.5 Drainase Gedung

..13
BAB III SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH DAN SAMPAH
14
3.1.Pengolahan Limbah Rumah Tangga
..15
3.2.Pengolahan Limbah Cair Bangunan Industri
19
3.3.Pengolahan Limbah Padat (Sampah)
20
BAB IV SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
5
4.1.Teori terjadinya Kebakaran
.26
4.2.Klasifikasi Kebakaran di Indonesia
..28
2

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


4.3.Pertimbangan Desain dalam Bangunan
.30
4.4.Sistem Pemadam Kebakaran
.31
4.5.Sistem Deteksi dan Tanda Bahaya Kebakaran
33
4.6.Peralatan Pemadaman Kebakaran dan Sistem Evakuasi
.35
BAB V SISTEM KEAMANAN BANGUNAN
46
5.1.Pengawasan Bangunan

46
5.2.Sistem Komunikasi

.48
5.3.Jaringan Kabel Komputer/Data/Multimedia
..50
BAB VI AKUSTIKA BANGUNAN
.51
6.1.Bunyi dan Kebisingan

..51
6.2.Akustika dalam Ruangan
..5
4
6.3.Sistem Perkuatan dan Perbaikan kualitas Bunyi secara buatan
59
BAB VII SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL BANGUNAN
63
7.1.Ramp

.63
7.2.Tangga

..63
7.3.Lift/Elevator

65
7.4.Eskalator

..67
3

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


7.5.Travelator

68
7.6.Conveyer/Ban Berjalan
.
.69
7.7.Dumbwaiter

69
7.8.Pneumatic dan Mail Chute
..70
7.9.Kursi Mekanis

70
BAB VIII PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN
..71
8.1.Ruang Lingkup Pemeliharaan Bangunan/Gedung
..71
8.2.Hal hal yang diperlukan sehubungan dengan Pemeliharaan Bangunan
.73
8.3.Peralatan dan Perlengkapan Perawatan dan Pemeliharaan Bnagunan
76
DAFTAR PUSTAKA

..81

BAB I
PENDAHULUAN
Pada bahasan Utilitas I sudah disampaikan beberapa sistem utilitas yang
merupakan urat nadi dari berjalannya fungsi suatu bangunan seperti Sistem
pengadaan air bersih, pemipaan, sistem penyaluran air kotor, Sistem elektrikal,
sistem pencahayaan, sistem penghawaan dan sistem penangkal petir. Pada
bahasan Utilitas II ini dilanjutkan dengan materi sistem utilitas yang
menghubungkan utilitas di dalam bangunan dengan sistem pendukung yang
anda di luar bangunan sesuai fungsi yang lebih kompleks misalnya sistem
drainase, pengolahan limbah dan sampah. Selain itu juga ditambah materi yang
membahas sistem utilitas yang bersifat lebih lanjut seperti Sistem Pemadam
Kebakaran, Sistem Keamanan Bangunan, Akustika Bangunan, Sistem
Transportasi vertical dan Perawatan dan pemeliharaan bangunan.
Sistem Utilitas dalam bangunan dan Arsitektur sangat penting peranannya
agar bangunan dapat berfungsi secara maksimal. Adapun peranannya adalah
sebagai berikut :
- Penggerak dalam setiap fungsi masing masing unit karya arsitektur
4

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Komponen komponen vital dalam menghidupkan fungsi fungsi kebutuhan
yang diwadahi oleh arsitektur
- Kebutuhan sarana prasarana penggerak arsitektur seperti adanya air,
udara, api (kelistrikan), transportasi, komunikasi dan informasi
Maka dari itu Sistem Utilitas sangat memerlukan perencanaan dan perancangan
baik kebutuhan maupun perletakannya agar secara estetika juga tidak
mengganggu.
Perlengkapan seperti : pencegah bahaya kebakaran, sumber daya listrik,
jaringan air bersih dan kotor, transportasi vertikal, perawatan bangunan,
Building Automation System dll sangat diperlukan agar bangunan dapat
difungsikan secara efektif dan optimal. Persyaratan penerapan utilitas yang
digunakan akan berlainan sesuai dengan kondisi, fungsi, karakter dari tiap tiap
bangunan dan hubungannya dengan kondisi tapak. Pertimbangan yang harus
diperhatikan adalah :
Pencegahan bahaya kebakaran
Hal hal yang perlu dicermati adalah :
- penentuan jarak bangunan
- sistem blok bangunan
- sistem isolasi api antar bangunan
pertimbangan untuk pencegahan bahaya kebakaran secara pasif yaitu dari
desain bangunan itu sendiri antara lain :
- Adanya lubang penyaluran asap
- Fasilitas sistem penyelamatan penghuni seperti tangga darurat, helipad
diatap bangunan (untuk High-rise building)
- Perlengkapan pencegahan kebakaran seperti alarm, detektor asap, hidrant
atau sprinkler
Sumber daya listrik
Untuk kenyamanan dan keamanan bangunan diperlukan supply daya listrik
yang terjamin, dalam arti menerapkan perlengkapan listrik sesuai aktifitas
dalam bangunan antara lain :
- trafo pengubah dari tegangan menengah ke tegangan rendah
- sistem panel sekring
- Genset
- UPS
Dalam perencanaan kelistrikan yang baik hendaknya selalu tersedia gambar
paling terkini kondisi jaringan yang ada pada bangunan tersebut untuk
memudahkan pengawasan dan perbaikan.
-

Jaringan air bersih dan kotor


Jaringan air bersih tentu saja mutlak untuk menunjang keamanan dan
kenyamanan bangunan. Sumber pengadaan air bisa dari PDAM, sumur dalam
yang diproses agar layak pakai atau hasil daur ulang. Perlu direncanakan
penampung cadangan air baik ground reservoir atau roof tank untuk sumber
pencegahan kebakaran.
Perawatan bangunan
Desain perencaan bangunan terutama bangunan tinggi harus dihubungkan
dengan peralatan perawatan bangunan seperti Gondola (baik yang permanen
ataupun tidak permanen). Penggunaan gondola disesuaikan dengan kondisi
bangunan. Selain itu perawatan yang bersifat rutin seperti pengecekan listrik,
5

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

pemeliharaan kebersihan juga merupakan hal yang penting dalam


mempertahankan kondisi bangunan semaksimal mungkin untuk mewadahi
aktifitas penggunanya.
Closed Circuit Television (CCTV) dan Building Automation System (BAS)
Pada bangunan yang memiliki banyak lantai dengan sistem yang rumit serta
aktifitas yang komplek memerlukan pemantauan kondisi bangunan yang
intensif. Salah satu upaya untuk pengawasan keamanan bangunan adalah alat
pengawas otomatis seperti CCTV dengan monitoring peralatan ME secara
terpusat berupa Building Automation System (BAS).
Penangkal petir
Sistem penangkal petir dalam pelaksanaan pembangunan suatu gedung
merupakan tanggung jawab dari ahli ME namun seorang arsitek harus
memahami jenis dan sistem penempatannya agar dapat diwadahi dalam
bangunan. Pemilihan penangkal petir juga harus disesuaikan dengan kondisi
lingkungan karena apabila pemilihan kurang tepat makan akan meninmbulkan
dampak buruk bagi lingkungan.

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

BAB II
SISTEM DRAINASE BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
2.1

Jenis Air Buangan


Air buangan atau sering juga disebut air limbah adalah semua cairan yang
dibuang baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuhtumbuhan maupun yang mengandung sisa-sisa proses industri. Air buangan
dapat dibedakan atas (SNI,2000):
A. Air kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan
mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing lainnya.
B. Air bekas
Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti: bak
mandi (bath tub), bak cuci tangan, bak dapur, dan lain-lain.
C. Air hujan
Air hujan yang jatuh pada atap bangunan.
D. Air buangan khusus
Air buangan ini mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya,
seperti: yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat
pengobatan, rumah sakit, tempat pemotongan hewan, air buangan yang
bersifat radioaktif atau mengandung bahan radioaktif, dan air buangan
yang mengandung lemak.

Gambar 1. Jenis Air buangan dari bangunan


2.2 Sistem Penyaluran Air Buangan
Sistem pembuangan air terdiri atas :
A. Sistem pembuangan air kotor dan air bekas
Sistem ini terdiri atas 2 macam yaitu: Sistem tercampur: sistem
pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan air kotor dan air bekas
kedalam satu saluran;
- Sistem terpisah: sistem pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan
air kotor dan air bekas kedalam saluran yang berbeda.
B. Sistem penyaluran air hujan

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan
yang terpisah dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Jika
dicampurkan, maka apabila saluran tersebut tersumbat, ada kemungkinan air
hujan akan mengalir balik dan masuk kedalam alat plambing terendah dalam
sistem tersebut.
2.3 Sistem Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai
sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen
penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).
Berikut beberapa pengertian drainase :
-Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan
sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas.
-Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada
suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut. (Suhardjono..1948:1).
-Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana
umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan
kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini
berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air
permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain
itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan
tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain :
-Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air
tanah.
-Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
-Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
-Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
Drainase merupakan salah satu faktor pengembangan irigasi yang berkaitan
dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk
memberikan suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai
usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem
drainase adalah mewujudkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan.
Beberapa keuntungan penerapan drainase berwawasan lingkungan antara lain :
- Menekan interupsi air laut untuk perkotaan yang dekat dengan daerah pantai
- Mengurangi atau memperkecil dimensi drainase
- Memperkecil kemungkinan banjir terutama di bagian hilir
- Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah
8

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


- Mempertahankan tinggi muka air tanah
- Mencegah penurunan kawasan atau land subsidence
- Melestarikan teknologi tradisional sebagai budaya bangsa
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam era pembangunan
- Membudayakan pola pikir pembangunan berwawasan lingkungan
Konsep Sistem drainase berwawasan lingkungan :
- Cara Retensi
o Offsite retention : dengan pembuatan dan atau pemeliharaan danau,
kolan atau waduk dimana danau atau waduk tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai budi daya ikan dan tempat rekreasi
o Onsite retention : retention pada atap gedung, taman, tempat parkir,
lapangan terbuka, halaman rumah dan bangunan lainnya.
- Cara Infiltrasi
Dapat dilaksanakan dengan pembuatan sumur resapan, parit resapan,
wilayah resapan, perkerasan yang lolos air (pearmeble pavement)
Kriteria Perencanaan
Dalam merencanakan saluran drainase perlu dipertimbangkan aspek aspek
antara lain :
- Aspek hidrologi meliputi perhitungan debit rencana, debit desain dan tinggi
jagaan serta penetapan karakteristik daerah aliran
- Aspek hidrolik meliputi kecepatan maksimum aliran dan bentuk penampung
- Aspek struktur meliputi jenis dan mutu bahan serta kekuatan dan kestabilan
bangunan
- Aspek biaya
- Aspek pemeliharaan
Drainase dapat diterapkan dalam beberapa hal seperti :
- Rumah dan Gedung
Perangkat drainase pada bangunan meliputi talang datar, talang tegak dan
seluruh persil bangunan. Akhir dari seluruh rangkaian adalah saluran jalan.
Fungsinya untuk mengalirkan air hujan dari atap bangunan dan halaman

Jalan Raya
Drainase jalan raya berfungsi agar badan jalan tetap kering dan pondasi
jalan tidak terpengaruh oleh adanya air yang meresap kedalamnya.

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Lapangan terbang
Drainase lapangan terbang berfungsi untuk melindungi konstruksi
landasan maupun keamanan pendaratan pesawat terbang.
Lapangan olahraga
Drainase berfungsi untuk menjaga agar lapangan olahraga tetap kering
khususnya lapangan terbuka misalnya lapangan sepakbola
Lahan pertanian
Tidak semua tanaman memerlukan air banyak, adanya lapisan air
tanah tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga
produksi menurun. Pengaliran air permukaan ke sluruh drainase
dilakukan agar dengan membuat drainase permukaan.

2.4

Drainase Perkotaan
Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan
pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota.(H.A. Halim
Hasmar.2002:1) Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan
pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi : a. Permukiman. b.
Kawasan industri dan perdagangan. c. Kampus dan sekolah. d. Rumah sakit
dan fasilitas umum. e. Lapangan olahraga. f. Lapangan parkir. g. Instalasi
militer, listrik, telekomunikasi. h. Pelabuhan udara. (H.A. Halim
Hasmar.2002:1)
Standar dan Sistem Penyediaan Drainase Kota
Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu :
1. Sistem Drainase Utama
Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian besar warga
masyarakat kota.
2. Sistem Drainase Lokal
Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian kecil warga
masyarakat kota.
3. Sistem Drainase Terpisah
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah
untuk air permukaan atau air limpasan.
4. Sistem Gabungan
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama,
baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.
Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah :
1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder, dan tersier melalui
normalisasi maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang
aman dan baik terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun
hujan lokal. Dari masing-masing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut :
o Jaringan Primer : saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.
10

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Jaringan Sekunder : saluran yang menghubungkan saluran tersier
dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen).
o Jaringan Tersier : saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke
saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.
2. Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan
kota.
o

3. Menunjang kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang


terciptanya
Standardisasi sistem penyediaan drainase untuk penempatan perumahan di
pinggiran saluran primer atau sungai yang mengacu pada Provincial Water
Reclement (PWR) Bab II pasal 2 tentang Pemakaian Bebas dari Perairan Umum
(Waterrocilijn), yang berbunyi Dilarang menempatkan sebuah bangunan
apapun, atau memperbaharui seluruhnya atau sebagian dalam jarak diukur dari
kaki tangkis sepanjang perairan umum atau bilamana tidak ada tangkis, dari
pinggir atas dari tamping (talud) perairan umum kurang dari :
a. 20 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 1 dari verordening ini.
b. 5 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 2 dari verordening ini,
demikian juga untuk saluran pengaliran dan pembuangan dengan
kemampuan (kapasistet) 4 meter kubik/detik atau lebih.
c. c. 3 meter untuk saluran-saluran pengairan, pengambilan dan pembuangan
kemampuan normal 1 s/d 4 meter kubik/detik.
d. 2 meter untuk saluran-saluran pengairan pengambilan dan pembuangan
kemampuan normal kurang dari 1 meter kubik/detik.
Batas Sempadan Sungai Minimum berdasarkan Peraturan Menteri PU RI
nomor 63/PRT/1993, yaitu : Tabel 1 Batas Sempadan Sungai Minimum Tipe
sungai Diluar kawasan Perkotaan Didalam garis sempadan Keterangan Kriteria
Sempadan Kriteria Sempadan Sungai bertanggul diukur dari kaki tanggul terluar
5 m - 3 m; Pasal 6 Sungai tak bertanggul diukur dari tepi sungai Sungai besar
luas DPS >500 km2 100 m Kedalaman maksimum >20 m 30 m; Pasal 7 dan
Pasal 8 Kedalaman maks >3 m dan <20 m-15 m Sungai kecil luas DPS <500 km 250 m Kedalaman maksimum <3 m-10 m Danau/waduk - 50 m m; Pasal 10
Sistem Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Sistem Drainase Mayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area).
Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem
saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem
jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran
drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase
makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun
dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan
sistem drainase ini.
2. Sistem Drainase Mikro
11

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Sistem drainase mekro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan
hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro
adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar
bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana
debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya
drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10
tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk
lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.

Jenis-jenis Drainase
1. Menurut sejarah terbentuknya
a. Drainase alamiah (natural drainage), yaitu sistem drainase yang
terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia.
b. Drainase buatan , yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan
analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi
saluran.
2. Menurut letak saluran
a. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage), yaitu saluran drainase
yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open channel
flow.
b. Drainase bawah tanah (Sub Surface Drainage), yaitu saluran drainase
yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di
bawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu.
Alasan tersebut antara lain tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan
tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah
seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman, dan lain-lain.
3. Menurut konstruksi
a. Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya
untuk menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun
kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada
pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan
pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining
dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata.
b. Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu
kesehatan lingkungan. Siste ini cukup bagus digunakan di daerah
perkotaan terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
seperti kota Metropolitan dan kota-kota besar lainnya.
4. Menurut fungsi
a. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan saja.
b. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi engalirkan beberapa jenis
buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.
Saluran terbuka buatan mempunyai istilah yang berbeda-beda antara lain :
12

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


-

Saluran (canal) : biasanya panjang dan merupakan selokan landai yang


dibuat di tanah, dapat dilapisi pasangan batu/tidak atau beton, semen, kayu
maupu aspal.
- Talang (flume) : merupakan selokan dari kayu, logam, beton/pasangan batu,
biasanya disangga/terletak di atas permukaan tanah, untuk mengalirkan air
berdasarkan perbedaan tinggi tekan.
- Got miring (chute) : selokan yang curam.
- Terjunan (drop) : seperti got miring dimana perubahan tinggi air terjadi dalam
jangka pendek.
- Gorong-gorong (culvert) : saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air
melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.
- Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) : selokan tertutup yang cukup
panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus bukit/gundukan tanah.
3. Saluran Air Kombinasi, dimana limpasan air terbuka dikumpulkan pada saluran
drainase permukaan, sementara limpasan dari daerah yang diperkeras
dikumpulkan pada saluran drainase tertutup.

Pola Jaringan Drainase


Pola jaringan drainase menurut Sidharta Karmawan (1997:1-8) terdiri dari enam
macam, antara lain:
1. Siku Digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih
tinggi daripada sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada
di tengah kota.
2. Paralel Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila
terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan
diri.
3. Grid iron Digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir
kota, sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran
pengumpul.
4. Alamiah Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah
lebih besar.
5. Radial Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar
ke segala arah.
6. Jaring-jaring Mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah
jalan raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.
Pola jaring-jaring terbagi lagi menjadi 4 jenis (Modul Perkuliahan Drainase
Perkotaan, Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik UB; 2004) :
1. Pola perpendicular Adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang
dapat digunakan untuk sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak
diperlukan banyak bangunan pengolahan.
2. Pola interceptor dan pola zone Adalah pola jaringan yang digunkan untuk
sistem tercampur.
3. Pola van Adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran / cabang
yang dapat lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke sautu banguan
pengolahan. Biasanya digunakan untuk sistem terpisah.
13

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


4. Pola radial Adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala
arah dimulai dari tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan
banyak bangunan pengolahan.
Bangunan-bangunan Sistem Drainase dan Pelengkapnya
1. Bangunan-bangunan Sistem Saluran Drainase Bangunan-bangunan dalam
sistem drainase adalah bangunan-bangunan struktur dan bangunanbangunan non struktur.
Bangunan Struktur Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai
dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan
struktur adalah :
- bangunan rumah pompa
- bangunan tembok penahan tanah
- bangunan terjunan yang cukup tinggi - jembatan
2. Bangunan Non struktur Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan
atau tanpa pasangan, tidak disertai dengan perhitungan-perhitungan
kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk siap pasang. Contoh bangunan
non struktur adalah :
- Pasangan (saluran Cecil tertutup, tembok talud saluran, manhole/bak control
ususran Cecil, street inlet).
- Tanpa pasangan : saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput.
3. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase
Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu
sisem saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Adapun bangunan-bangunan
pelengkap sistem drainase antara lain : Catch Basin/Watershed Bangunan
dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air mengalir bebas di
atas permukaan tanah menuju match basin. Catch basin dibuat pada tiap
persimpangan jalan, pada tepat-tempat yang rendah, tempat parkir. Inlet
Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan
ke dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi
khusus inlet. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak asuk ke dalam
saluran tertutup.
Beberapa istilah dalam saluran drainase:
Headwall Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan
ujung gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi
Shipon Shipon dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai. Shipon
dibangun bawah dari penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah maka
pada waktu pembuangannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi
keretakan ataupun kerusakan konstruksi. Sebaiknya dalam merencanakan
drainase dihindarkan perencanaan dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya
saluran yang debitnya lebih tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran
drainasenya yang dibuat saluran terbuka atau gorong-gorong.
Manhole Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di
setiap saluran diberi manhole pertemuan, perubaan dimensi, perubahan bentuk
selokan pada setiap jarak 10-25 m. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin

14

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


supaya ekonomis, cukup, asal dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya
lubang manhole berdiameter 60cm dengan tutup dari besi tulang.
Bentuk dan fungsi saluran tertutup (sewerage)
1. Trapesium Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan
dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuas kecil.
Bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah yang masih cukup tersedia
lahan .
2. Kombinasi trapesium dan segi empat Berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar dan kecil. Sifat
alirannya berfluktuasi besar dan terus menerus tapi debit minimumnya
measih cukup besar.
3. Kombinasi trapezium dengan setengah lingkaran Fungsinya sama dengan
bentuk (2), sifat alirannya terus menerus dan berfluktuasi besar dengan debit
minimum keil. Fungsi bentuk setengah lingkaran ini adalah untuk
menampung dan mengalirkan debit minimum tersebut.
4. Segi empat Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan
dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi
kecil.
5. Kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran Bentuk saluran segi empat
ini digunakan pada lokasi jalur saluran yang tidak mempunyai lahan yang
cukup/terbatas. Fungsinya sama dengan bentuk (2&3)
6. Setengah lingkaran Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk
debit yang kecil. Bentuk saluran ini umum digunakan untuk saluran-saluran
ruah penduduk dan pada sisi jalan perumahan padat.
Permasalahan drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor
yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan,
antara lain :
1. Peningkatan debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan
pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran
drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang
terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah penduduk meningkatnya jumlah penduduk perkotaan
yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan
jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan,
disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan
limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.
3. Amblesan tanah disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan,
mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. Reklamasi
6. Limbah sampah dan pasang surut
Penanganan drainase perkotaan :
15

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke
drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap
3. Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama
pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui
pentingnya melanggar drainase.
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki
konservasi lingkungan.
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk
menahan air hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas
resapan.
2.5 Drainase Gedung
Setiap gedung yang direncanakan harus mempunyai perlengkapan drainase
untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman (dengan pengerasan) di
dalam persil ke saluran pembuangan campuran kota. Pengaliran Air Hujan
Dengan 2 Cara
1. Sistem Gravitasi
Melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai dasar dan dialirkan
langsung ke saluran kota
2. Sistem Bertekanan (Storm Water)
Air hujan yang masuk ke lantai basement melalui ramp dan air buangan
lain yang berasal dari cuci mobil dan sebagainya dalam bak penampungan
sementara (sump pit) di lantai basement terendah untuk kemudian
dipompakan keluar menuju saluran kota.
Peralatan Sistem Drainase dan Air Hujan
1. Pompa Drainase (Storm Water Pump)
Pompa drainase berfungsi untuk memompakan air dari bak
penampungan
sementara
menuju
saluran
utama
bangunan.
Pompa
yang
digunakan
adalah
jenis
submersible pump (pompa terendam) dengan system
operasi umumnya automatic dengan bantuan level control
yang ada di pompa dan system parallel alternate.
2. Pipa Air Hujan
Pipa air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari
atap menuju riol bangunan. Bahan yang dipakai adalah
PVC klas 10 bar.
3. Roof Drain
Roof Drain berfungsi sama dengan floor drain, hanya
penempatannya di atap bangunan dan air yang dialirkan adalah air hujan.
Bahan yang dipakai adalah cast iron dengan diberi saringan berbentuk kubah
di atasnya
4. Balcony Drain
Berfungsi sama seperti roof drain, hanya penempatannya pada balkon

16

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Apabila air hujan tidak bisa dialirkan langsung ke roil kota atau untuk
membantu mempercepat peresapan bisa membuat sumur resapan. Sumur
resapan bersifat dangkal dan berada diatas muka air tanah. Sederhananya
sumur ini berfungsi mengembalikan siklus air ke jalan yang seharusnya dan
membantu air hujan meresap ke tanah. Ukuran sumur tergantung pada luas
bangunan yang ada.
Sumur resapan dibangun pada areal bangunan yang bersangkutan namun diluar
bekas timbunan sampah. Saluran menuju sumur resapan harus dipisahkan
dengan saluran pembuangan limbah. Apabila lahan terbatas, sumur resapan bisa
dibuat di bawah struktur bangunan missal di bawah carport atau garasi.
System kerja :
Sekeliling rumah dibuat saluran air menyerupai got got ini menampung air
dari talang dari got ini dibuat saluran ke sumur resapan air ditampung
dalam sumur resapan dari sumur ini air meresap ke tanah.
Jenis sumur resapan berdasarkan bahan
- Sumur resapan buis beton cocok untuk lahan yang lembek dan kualitas
airnya kurang bagus
- Sumur resapan batu bata cocok untuk tanah yang tidak terlalu bagus
tapi tidak lembek. Pembuatan lebih lama daripada peresapan buis beton
- Sumur resapan batu kali untuk kondisi tanah dengan daya dukung yang
baik.

17

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

BAB III
SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH DAN SAMPAH
3.1 Pengolahan Limbah Rumah Tangga
Aktifitas pada sebuah bangunan menghasilkan banyak buangan. Dari
berbagai buangan ini bisa dibedakan menjadi buangan cair (liquid waste) dan
buatan padat (solid waste). Yang termasuk dalam pembuangan cair adalah
- Black water limbah dari wc (kotoran)
- Grey water limbah dari proses mencuci pakaian, sayuran dan
pembersihan rumah
Sedangkan solid waste atau limbah padat berupa sampah rumah tangga.
A. Pengolahan Black Water
Dalam system penanganan limbah untuk black water dialirkan ke septictank
dimana kotoran akan diendapkan dan terurai oleh bakteri.
Beberapa hal tentang Septictank :
1. Syarat
- Kedap air, terdiri dari beberapa bagian ruang,
- memiliki pipa udara 5 cm, memiliki lubang pemeriksaan, pipa buangan
dan pipa masuk
- Pada satu septictank terdapat beberapa ruang bersekat untuk
pengendapan lumpur.
- Untuk mengalirkan air kotor maka septictank dilengkapi pipa
2. Letak
Menentukan peletakan septictank harus memperhatikan perawatannya.
Bila dalam kurun waktu tertentu septictank penuh dan harus disedot maka
kegiatan penyedotan tidak boleh mengganggu aktifitas di dalam
bangunan.
3. Jarak
Harus diatur jarak antara septictank, bidang resapan terhadap sumur,
bangunan dan pipa air bersih.
Jarak Dari
Septictank
Bidang resapan
Bangunan
1,5 m
1,5 m
Sumur sumber air
10 m
10 m
Pipa air bersih
3m
3m
Permasalahan pengaturan jarak ini biasanya menjadi masalah apabila luas
lahan bangunan kecil sehingga sulit mengatur agar posisi sumur dan
septictank minimal 10 m.

18

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Jenis jenis septictank


1. Septictank Konvensional
Septictank ini adalah septictank yang umum digunakan pada bangunan
dengan bahan batu bata yang diselesaikan dengan plesteran dan ditutup
dengan beton penutup. Terdiri dari dua ruang yaitu area peresapan dan bak
penghancur yang dihubungkan dengan pipa. Kotoran dari pipa mengalir ke
bak penghancur dan kelebihan air setelah ketinggian tertentu mengalir ke
bak peresapan. Kotoran akan terurai oleh bakteri pada bak penghancur dan
air di bak resapan akan kembali ke tanah. Septictank jenis ini memerlukan
penyedotan secara berkala.
Untuk melayani 10 orang ukuran idealnya adalah 1 x 0,5 x 0,5 m dengan
volume septictank minimal 75 liter. Ukuran septictank bisa bervariasi, untuk 5
orang bisa dengan diameter minimal 1,2 m dan tinggi 1 meter.

Berikut ini contoh membuat bak penampung kotoran dengan jumlah keluarga
6 orang dan dalam jangka waktu 5 tahun, sedangkan waktu tinggal dalam
tangki direncanakan minimal 2 hari (24 jam). Untuk mendapatkan gambaran
besarnya tangki yang harus dibuat maka diperoleh dengan cara sebagai
berikut :
a. Jumlah air limbah yang dibuang setiap hari sekitar 100 liter/orang/hari.
b. Besarnya tangki pencerna dalam 1 tahun 2 x 6 x 100 liter = 1.200 liter.
c. Banyaknya lumpur sebesar 30 liter/orang/tahun.
d. Banyaknya lumpur selama 5 tahun 6 x 30 liter x 5 = 900 liter.
e. Jadi untuk melayani keluarga tersebut di atas diperlukan tangki pencerna
1,2 m3 dengan ruang pengumpul lumpur sebesar 0,9 m3.
2. Septictank Fiberglass
Septictank ini terbuat dari bahan fiberglass dilengkapi dengan media kotak
(megacell) yang dirancanga khusus dan desinfektan yang penggunaan sesuai
kebutuhan. Hal yang harus diperhatikan adalah kebutuhan penggunaan yang
dihitung dari jumlah penghuninya yang mempengaruhi ukuran yang
dibutuhkan. Jenis septictank ini hasil kerjasama antara PT. Induro International
dengan Pusat Litbang Permukiman, Departemen Kimpraswil.
Penghuni
2 4 org
4 6 org

Besar Septictank
1000 liter
1300 liter
19

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


6 8 org
8 12 org

1610 liter
2260 liter

Cara kerja :
Septictank jenis ini terdiri dari tiga ruang yang menguraikan kotoran secara
biologis dan filterisasi secara bertahap.
- Kompartemen I : limbah masuk ke kompartemen I setelah melalui
saringan awal kemudian menuju kompartemen II
- Kompartemen II : pada bagian ini limbah akan diuraikan oleh bakteri yang
ada di Media Kotak A kemudian difilterisasi dan akhirnya menuju
kompartemen III
- Kompartemen III : disini sisa limbah akan diurai kembali oleh bakteri yang
ada di media kotak B dan difilterisasi lagi. Kemudian limbah dialirkan
keluar melalui outlet. Sebelumnya ada tabung desinfektan yang
bertujuan membersihkan sisa limbah dari bakteri sehingga dapat
dialirkan langsung ke drainase umum. Apabila tabung desinfektan tidak
diaktifkan sisa air limbah bisa digunakan untuk menunjang ekosistem
ikan atau tanaman.

Permasalahan yang mungkin muncul adalah


- Penggunaan septictank yang kapasitasnya tidak sesuai dengan
kebutuhan
- Masuknya barang barang yang tidak larut dalam air
- Masuknya cairan kimia yang dapat membunuh bakteri pengurai
- Lubang ventilasi, inlet dan outlet yang tertutup
- Saluran drainase yang penuh sehingga air berbalik masuk ke dalam
penampungan septictank
3. Septictank Bio Filter
Septictank jenis ini merupakan hasil kerjasama PT. Duta Sarana
Perkasa dengan Universitas Indonesia dan biasa disebut STBF (Septictank
Bio Filter). Perbedaan dengan septictank konvensional adalah adanya bio
media dan dasar dari STBF yang tertutup rapat dan tidak merembes ke
tanah.
20

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Pengolahan dalam septictank ini akan menghasilkan limbah yang aman
bagi lingkungan. Hasil limbah sudah sesuai dengan standar baku mutu
pemerintah dan memenuhi Program kali Bersih (Prokasih). Syarat baku
mutu air yang ditetapkan adalah Kadar COD (chemical oxygen demand)
tidak lebih dari 100 mg/L dimana jika tidak diolah dalam septictank ini
kadar COD bisa mencapai 150 mg/L. pengurangan ini karena dalam proses
pengolahan biologis yang melibatkan mikroorganisme.
Septictank ini juga terdiri dari 3 kompartemen sama dengan septictank
fiberglass dimana prosesnya sebagai berikut
- Kompartemen I : limbah masuk ke dalam kompartemen ini kemudian
disaring agar yang masuk kedalam hanya kotoran saja bukan sampah2
lain seperti kertas atau plastik.
- Kompartemen II : merupakan tempat terjadinya proses biologis yang
dinamakan attached growth. Attached growth adalah proses
penguraian limbah oleh mikroorganisme sehingga limbah berubah
menjadi cairan.
- Kompartemen III : tempat pengendapan terakhir dari keseluruhan
proses biologis dan kemudian dialirkan ke pipa pembuangan drainase
kota. Agar hasil pengolahan lebih baik sebelum dialirkan sebelum
menuju riol kota, limbah dialirkan terlebih dahulu ke sumur Carbon
Active (CA) agar air sisa limbah ini menjadi lebih jernih.

B. Pengolahan Air Limbah Grey Water


Air limbah berupa grey water akan mengalir ke saluran di dalam rumah
yang bermuara ke roil (saluran pembuangan) kota. Air bekas cucian yang
berasal dari zink dapur, wastafel, floor drain kamar mandi (grey water)
biasanya mengandung lemak khususnya yang berasal dari dapur. Sedangkan
yang dari kamar mandi biasanya mengandung sabun. Lemak dan sabun ini
biasanya dalam beberapa waktu akan mengendap dan menimbulkan kerak
pada saluran yang sangat sulit untuk dihilangkan dan menyumbat saluran
pembuangan.
Sebelum grey water dibuang ke roil kota sebaiknya dilakukan penyaringan
untuk memisahkan antara sampah padat dengan air kotornya. Hal hal yang
dapat dilakukan adalah :
1. Menyortir buangan limbah bekas cucian di dapur. Tambahkan saringan
pada drain zink dari dapur untuk mencegah sampah padat masuk ke
saluran pembuangan.
2. Membuat bak penangkap lemak. Lemak dan minyak tidak dapat tersaring
di bak cucian karena saat di dapur bentuknya cairan. Tetapi setelah dingin
biasanya mengeras dan bisa menyumbat saluran pembuangan. Bak
penangkap lemak ini diletakkan pada saluran pembuangan dan lemak

21

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


dapat diambil melalui bukaan control yang biasanya ditutup dengan tegel
lantai.

Kandungan yang tidak sepekat black water membuat grey water masih
dimungkinkan untuk diolah kembali. 60% dari air buangan rumah tangga adalah
Grey water. Potensi penghematan yang besar jika grey water dapat diolah
kembali. Ada beberapa alternative yg dapat dilakukan :
- Langsung dimanfaatkan
Air bekas cucian besar, sayur dan buah dapat langsung digunakan untuk
menyiram tanaman. Hal ini karena air jenis ini tidak mengandung
deterjen. Idealnya dibuatkan penampung khusus sehingga bisa digunakan
kembali.
- Diolah alat khusus
Untuk grey water lain yang mengandung sabun dan zat zat lain
diperlukan alat khusus untuk mengolahnya. Bertujuan untuk memisahkan
unsur deterjen dan sabun dari air sisa tersebut.
- Disaring tanaman
Beberapa tanaman tertentu dapat membersihkan kandungan grey water.
Limbah ini dialirkan ke sebuah bak tanam kemudian unsure unsure kimia
yang ada diserap oleh tanaman. Beberapa unsure seperti Nitrogen dan
Fosfor dibutuhkan tanaman untuk bertumbuh. Selanjutnya sisa air
buangan dialirkan ke saluran pembuangan kota.
3.2

Pengolahan Limbah Cair Bangunan Industri

Sebagai arsitek perencana, ruang lingkup perencanaan tidak terbatas pada


perencanaan bangunan hunian saja. Namun mungkin akan merencanakan
bangunan industri dan komersil. Maka diperlukan pemahaman akan adanya
limbah hasil industry dan bangunan komersil dengan skala yang jauh lebih besar
daripada limbah rumah tangga. Pemahaman tentang kompleknya pengolahan
limbah dalam skala besar akan memberi wawasan untuk penyediaan ruang yang
mewadahinya dalam perencanaan.
Minimasi limbah merupakan implementasi untuk mengurangi jumlah dan
tingkat cemaran limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi dengan cara
pengurangan, pemanfaatan dan pengolahan limbah. Setelah dilakukan
pengurangan dan pemanfaatan limbah, maka limbah yang dihasilkan akan
sangat minimal untuk selanjutnya diolah dalam instalasi pengolahan limbah.
Pengolahan limbah dimaksudkan untuk menurunkan tingkat cemaran yang
terdapat dalam limbah sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan.Limbah
yang dikeluarkan dari setiap kegiatan akan memiliki karakteristik yang berlainan.
Hal ini karena bahan baku, teknologi proses, dan peralatan yang digunakan juga
berbeda. Karakteristik utama limbah didasarkan pada jumlah atau volume
limbah dan kandungan bahan pencemarnya yang terdiri dari unsur fisik, biologi,

22

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


kimia dan radioaktif. Karakteristik ini akan menjadi dasar untuk menentukan
proses dan alat yang digunakan untuk mengolah air limbah.
Pengolahan air limbah biasanya menerapkan 3 tahapan proses yaitu
1. Pengolahan pendahuluan (pre-treatment),
Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk mengkondisikan alitan, beban
limbah dan karakter lainnya agar sesuai untuk masuk ke pengolahan utama.
2. Pengolahan utama (primary treatment) adalah proses yang dipilih untuk
menurunkan pencemar utama dalam air limbah.
3. Pengolahan akhir (Post-treatment) dilakukan proses lanjutan untuk mengolah
limbah agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.
Terdapat 3 (tiga) jenis proses yang dapat dilakukan untuk mengolah air
limbah yaitu: proses secara fisik, biologi dan kimia. Proses fisik dilakukan dengan
cara memberikan perlakuan fisik pada air limbah seperti menyaring,
mengendapkan, atau mengatur suhu proses dengan menggunakan alat
screening, grit chamber, settling tank/settling pond, dll
.Proses biologi deilakukan dengan cara memberikan perlakuan atau proses
biologi terhadap air limbah seperti penguraian atau penggabungan substansi
biologi dengan lumpur aktif (activated sludge), attached growth filtration, aerobic
process dan an-aerobic process.
Proses kimia dilakukan dengan cara membubuhkan bahan kimia atau larutan
kimia pada air limbah agar dihasilkan reaksi tertentu. Untuk suatu jenis air
limbah tertentu, ketiga jenis proses dan alat pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau dikombinasikan. Pilihan mengenai
teknologi pengolahan dan alat yang digunakan seharusnya dapat
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi dan pengelolaannya.
Treatment awal
- Pengurangan
sampah
- Penggunaan
kembali

Pengolahan limbah
Fisika
Kimia
Sedimentasi
- Reduksi oksidasi
Pengapungan
- Reaksi kimia
Penyaringan
- Penyesuaian pH
Transfer
panas
(pengaturan
suhu)
-

Biologis
Penguraian
dengan lumpur
aktif
Penyaringan
biologis
Aerasi-aktifasi
Kolam oksidasi
Pencernaan

Pembuangan
Akhir
Penampungan
akhir
Aliran irigasi
Bawah tanah
Penguapan
Pembakaran

23

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

3.3

Pengolahan Limbah Padat (Sampah)

Sampah menjadi permasalahan yang tidak terhindarkan dalam aktifitas


manusia dalam kesehariannya. Apabila sampah tidak ditangani dengan baik
akan mengakibatkan :
Menimbulkan pencemaran, yaitu pencemaran tanah yang sangat
mengganggu lahan pertanian, karena akan membawa sifat tanah tidak
produktif.
Menimbulkan pencemaran air, jika sampah tersebut terbawa air, yang
membawa akibat pendangkalan daerah aliran seperti sungai. Hal ini juga
berimplikasi pada turunnya produktivitas ikan, karena akan terjadi
dekomposisi yang mengurangi jumlah oksigen dalam air.

Menimbulkan bau yang tidak sedap.

Tumpukan sampah juga menjadi sarang binatang kotor, yang merupakan


sumber penyakit.

Mengganggu keindahan.
Jenis pengelolaan sampah yang umum dilakukan adalah system landfill
dengan syarat teknis yang bertujuan untuk menghindari pencemaran
lingkungan sekitar. Biasanya memanfaatkan kontur tanah yang cekung.
Namun di Indonesia kenyataannya lebih banyak melakukan system open
dumping atau hanya ditimbun saja. Ini memunculkan banyak permasalahan
bagi lingkungan sekitar seperti bau, luberan limbah cair dan munculnya lalat
di permukiman sekitar. Pengolahan sampah harus dimulai dari tingkat rumah
tangga agar mendukung konsep 3R dalam pengelolaan sampah. Adapun 3R
ini adalah Reduce (pengurangan), Reuse (penggunaan kembali) dan Recycle
(daur ulang).

A. Strategi pengolahan sampah


Untuk menghindari permasalahan yang muncul akibat sampah maka
diperlukan pengelolaan sampah yang baik. Pengelolaan sampah dimulai dari
tingkat yang paling rendah yaitu di rumah tangga. Dibawah ini skema
pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga dan dilanjutkan sampai ke TPA
(Tempat pembuangan Akhir). Pada skala tertentu sebelum menuju TPA pada
area permukiman tertentu disediakan TPS (tempat pengumpulan sementara)
sampah.

24

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

B. Metode dan Teknologi Pengolahan Sampah

Beberapa poin penting dalam pengolahan sampah adalah


1. Proses pemanfaatan lokal untuk pengurangan biaya
a. Pemilihan dan daur ulang
b. Pengkomposan
c. Biogas
2. Pilihan metode pengumpulan
a. Pintu ke pintu
b. System bell
c. Pengumpulan di container
d. Pihak NGO (komersil)
3. Pilihan cara pengangkutan
a. Komersil
25

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


b. Stasiun transfer
c. Diatur pemerintah
4. Pilihan pembuangan akhir
a. Dumping (penimbunan)
Merupakan metode yang paling sederhana yaitu menimbun sampah
pada lahan terbuka. Ini memiliki potensi pencemaran lingkungan yang
paling tinggi dan umum dilakukan di Indonesia
b. Semi engineered landfill (penimbunan lahan semi-engineer)
Landfill ialah pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam
tanah. Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh
mikroba dalam tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair.
Senyawa-senyawa ini berinteraksi dengan air yang dikandung oleh
limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah dan membentuk
bahan cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidak didesain
dengan baik, leachate akan mencemari tanah dan masuk ke dalam
badan-badan air di dalam tanah
Metode ini, proses Landfill yang menggunakan pemipaan sederhana
untuk mengalirkan air limbah yang dihasilkan sampah basah dalam
waktu penimbunan yang lama.
c. Pengkomposan
Pembuatan pupuk tanaman dari proses pembusukan sampah organik
d. Biogas
Biogas adalah teknologi konversi biomassa (sampah) menjadi gas
dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas
yang kaya akan methane dan slurry. Proses biogas menghasilkan gas
yang kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat digunakan
untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan slurry dapat
digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas
methane yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3
e. Incineration
Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan organik
menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi
cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung
secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampah
akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O).
Unsur-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan
nitrogen (N) akan dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas
(SOx, NOx) yang terbawa di gas produk. Beberapa contoh insinerator
ialah open burning, single chamber, open pit, multiple chamber,
starved air unit, rotary kiln, dan fluidized bed incinerator.
f. Penimbunan sanitair
Penimbunan dengan metode sederhana namun menggunakan system
pemipaan untuk mengalirkan cairan yg dihasilkan proses biologis saat
penimbunan.
g. Fukuoka Method
Sistem semi aerobic landfill yang dikenal dengan Fukuoka Method
untuk merehablitasi TPA. Dalam metode ini, leachate dikumpulkan dan
pipa perforasi yang ditanam pada dasar dan dialirkan menuju kolam
pengumpul leachate.

26

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Modern Landfill. Konsep landfill


seperti di atas ialah sebuah konsep
landfill modern yang di dalamnya
terdapat suatu sistem pengolahan
produk buangan yang baik.
incinerator. Sebuah ilustrasi bagiandalam sebuah
incinerator
C. bagian
Perencanaan
TPA (Tempat
Pembuangan Akhir)

Lokasi TPA merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang akan


menerima segala resiko akibat pola pembuangan sampah terutama yang
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya pencemaram lindi (leachate) ke
badan air maupun air tanah, pencemaran udara oleh gas dan efek rumah
kaca serta berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat (Judith, 1996).
Menurut Qasim (1994) dan Thobanoglous (1993), potensi pencemaran
leachate maupun gas dari suatu landfill ke lingkungan sekitarnya cukup besar
mengingat proses pembentukan leachate dan gas dapat berlangsung dalam
waktu yang cukup lama yaitu 20 30 tahun setelah TPA ditutup.
Dengan demikian maka perlu ada suatu upaya yang harus dilakukan untuk
pengamanan pencemaran lingkungan.
Upaya pengamanan lingkungan TPA diperlukan dalam rangka mengurangi
terjadinya dampak potensial yang mungkin terjadi selama kegiatan
pembuangan akhir berlangsung (dampak potensial dapat dilihat pada tabel
1). Upaya tersebut meliputi :

Penentuan lokasi TPA yang memenuhi syarat (SNI No. 03-3241-1997


tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA).

Pembangunan fasilitas TPA yang memadai, pengoperasian TPA sesuai


dengan persyaratan dan reklamasi lahan bekas TPA sesuai dengan
peruntukan lahan dan tata ruang .

Monitoring pasca operasi terhadap bekas lahan TPA.

Beberapa Dampak yang muncul dalam tiap tahap pembangunan TPA adalah
sebagai berikut :

Tahap
Pembangun
an

Kegiatan

Prakiraan Dampak

27

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Prakonstruk
si

Konstruksi

Operasi

Pasca
operasi

Pemilihan lokasi
TPA.

Perencanaan.

Pembebasan
lahan.

Lokasi yang tidak memenuhi persyaratan akan


mencemari lingkungan dan mengganggu
kesehatan masyarakat

Perencanaan yang tidak didukung oleh data


yang akurat akan menghasilkan konsntruksi
yang tidak memadai

Ganti rugi yang tidak memadai akan


menimbulkan keresahan masyarakat

Meningkatkan polusi udara (debu, kebisingan)

Mobilisasi alat
berat & tenaga.

Keresahan sosial apabila tenaga setempat


tidak dimaanfaatkaan

Pembersihan
lahan.

Pengurangan tanaman

Pekerjaan sipil

Pembuatan konstruksi yang tidak memenuhi


persyaratan akan menyebabkan kebocoran
lindi, gas dan lain-lain

Pengangkutan sampah dalam keadaan


terbuka dapat menyebabkan bau dan sampah
berceceran di sepanjang jalan yang dilalui truk

Penimbunan sampah yang tidak beraturan dan


pemadatan yang kurang baik menyebabkan
masa pakai TPA lebih singkat

Penutupan tanah yang tidak memadai dapat


menyebabkan bau, populasi lalat tinggi dan
pencemaran udara

Ventilasi gas yang tidak memadai


menyebabkan pencemaran udara, kebakaran
dan bahaya asap

Lindi yang tidak terkumpul dan terolah dengan


baik dapat menggenangi jalan dan mencemari
badan air dan air tanah

Reklamasi yang tidak sesuai dengan


peruntukan lahan apalagi digunakan untuk
perumahan dapat membahayakan konstruksi
bangunan dan kesehatan masyarakat

Tanpa upaya pemantauan yang memadai,


maka akan menyulitkan upaya perbaikan
kualitas lingkungan

Pengangkutan.

Penimbunan dan
pemadatan.

Penutupan
tanah.

Ventilasi gas

Pengumpulan
lindi dan
pengolahan lindi

Reklamasi lahan

Pemantauan
kualitas lindi dan
gas

28

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut yang diakibatkan oleh
metode pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu
terjadi di berbagai kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah
memilih lokasi yang sesuai dengan persyaratan.
Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi
TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan
akhir sampah adalah :

Jarak dari perumahan terdekat 500 m

Jarak dari badan air 100 m

Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat


jet)

Muka air tanah > 3 m

Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det

Merupakan tanah tidak produktif

Bebas banjir minimal periode 25 tahun

Pemilihan lokasi TPA sebagai langkah awal dalam peningkatan metode


pembuangan akhir sampah, perlu dilakukan secara teliti melalui tahapan studi
yang komprehensif (feasibility study dan studi amdal). Sulitnya mendapatkan
lahan yang memadai didalam kota, maka disarankan untuk memilih lokasi TPA
yang dapat digunakan secara regional. Untuk lokasi TPA yang terlalu jauh (>25
km) dapat menggunakan sistem transfer station.

29

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

BAB IV
SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
4.1 TEORI TERJADINYA KEBAKARAN
Kebakaran adalah reaksi kimia yang berlangsung cepat dan memancarkan
panas dan sinar. Reaksi kimia yang timbul termasuk jenis reaksi oksidasi.
Terjadinya kebakaran diperlukan tiga ( 3 ) unsur yang disebut segitiga api ( the
fire triangle ) .
Adapun unsur unsur tersebut adalah :
Unsur pertama adalah bahan bakar , yaitu semua bahan yang mudah
terbakar. Dilihat dari wujudnya, bahan bakar dibedakan menjadi 3 ( tiga ) ,
yaitu :
- bahan bakar padat : arang, kayu, kertas, kain
- bahan bakar cair : minyak tanah, bensin, spiritus
- bahan bakar gas : elpiji , acetylene
Unsur kedua adalah oksigen. Udara disekitar kita mengandung 21 % gas
oksigen, 76% gas nitrogen, 1 % gas argon dan gas gas lain dalam jumlah
kecil. Dalam keadaan normal, bahan bakar mudah bergabung dengan
oksigen.
Unsur ketiga adalah panas ,suhu suatu benda akan naik karena panas
sehingga mempercepat berlangsungnya proses oksidasi.
Selain kebakaran, ledakan juga termasuk peristiwa kebakaran. Ledakan adalah
pembakaran yang berlangsung cepat di dalam ruang tertutup dan menghasilkan
suara keras. Penyebab terjadinya ledakan antara lain :
Adanya uap mudah terbakar dan oksigen dengan konsentrasi cukup
Uap dan oksigen berada dalam ruang tertutup
Adanya sumber api atau penyulut.
I.

BAHAN BAHAN PENYEBAB KEBAKARAN


A.
JENIS BAHAN BAKAR

Kerosin , merupakan produk pertama dari


pemisahan minyak mentah. Kerosene jenis khususu dipakai untuk mesin
jet dan traktor. Kerosin jenis umum banyak dipakai untuk lampu minyak,
kompor dan mesin kapasitas rendah. Dalam bahasa sehari hari minyak
ini disebut minyak tanah.

Mesin diesel. Sifat minyak disel mirip


kerosene dan bahan bakar jet. Pemakaiaanya untuk mesin jenis diesel,
seperti : mobil, truk, bis , kapal, kereta api , traktor dan pembangkit listrik.
Umumnya minyak ini disebut solar.

Gasoline , lebih ringan daro kerosene. Ada 2


jenis gasoline yaitu aviation gasoline ( untuk pesawat terbang ) dan bensin
( untuk mesin mobil, pompa dan genset ). Dengan menambahkan bahan
additif, gasoline berkembang menjadi premium, super TT ( tanpa Timbal )
dan premix.
30

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

B.

Elpiji ( LPG/ Liquid Petroleum Gas ),


merupakan campuran gas butane dan propane yang disimpan dalam
tabung bertekanan dan berwujud cair. Jika diluar tabung elpiji berubah
menjadi Gas. Gas ini dipakai untuk mesin las, dapur pabrik, kompor ,
pemanas air dan korek api.
Acetylene, merupakan gas yang dibuat dari
reaksi kimia antara air dan calcium carbide. Zat ini juga dibuat dari
minyak bumi. Gas ini dipakai untuk pengelasan dan pemotongan baja.
Spiritus , merupakan alcohol yang ditambah
zat pewarna dan dibuat melalui proses fermentasi. Digunakan untuk
memanaskan makanan.

SUMBER PANAS
Merupakan penyulut awal terjadinya kebakaran. Secara garis besar sumber
panas biasa dibedakan menjadi 4 yaitu :

Mekanis : gesekan

Elektris : aliran listirk, busur listrik , lstrik statis dan petir

Panas : matahari, nyala api dan pemampatan

Kimia : penyalaan spontan, reaksi kimia dan reaksi nuklir.

C. PENYEBAB KEBAKARAN
Von Schwartz, seorang ahli fisika, mengelompokkan penyebab kebakaran
menjadi 11 kelompok , yaitu :
1. Kontak langsung dengan bahan yang sedang terbakar
2. Pemakaian panas untuk waktu yang lama
3. Panas atau terbakar spontan
4. Ledakan atau jalaran cepat
5. Petir
6. Debu yang dapat meledak
7. Bunga api ( listrik )
8. Reaksi kimia
9. Gesekan, tekanan, kejutan dan goncangan
10.Sinar yang etrfokus
11.Listrik statis
Sedangkan Dinas Kebakaran
di Indonesia mengelompokkan penyebab
kebakaran menjadi 5 yaitu :
1. Hubungan singkat
2. Kompor minyak tanah
3. rokok
4. Lampu
5. Lain lain
D. PENYEBAB KEBAKARAN LISTRIK
Ada dua penyebab timbulnya kebakaran listrik :
1. kontak listrik buruk
besarnya hambatan listrik pada kontak yang buruk lebih besar dari 0 ohm
sehingga kontak kurang mengalirkan arus. Arus listrik cenderung memaksa
31

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


melalui kontak sehingga menimbulkan panas. Jika dibiarkan , panas semakin
lama akan berubah menjadi kebakaran.
2. hubungan singkat listrik
hubungan singkat listrik adalah terhubungnya kutub fasa dan kutub netral
yang menimbulkan arus sangat besar dan tidak sesuai dengan disain
instalasi sehingga tidak mampu ditanggung oleh daya tahan penghantar.
Tanda tanda hubungan singkat :
- beban yang dipasang pada cabang tersebut mati tiba tiba dan alat
listrik/ lampu lainnya padam seketika
- timbul bunga api
- sekering putus/ circuit breaker jatuh dengan putusnya sekering maka
bahaya kebakaran dapat dihindari.
Penyebab kebakaran listrik statis
Adapun kondisi yang mendukung terjadinya kebakaran jenis ini , antara lain :
1. adanya pembangkit listrik statis
2. ada pengumpulan muatan dan beda potensial ( tegangan listrik )
3. terjadinya pelepasan bunga api
4. terjadi dalam campuran yang mudah terbakar
4.2

KLASIFIKASI KEBAKARAN DI INDONESIA


Klasifikasi kebakaran di Indonesia ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.04/MEN/1980 tanggal 14 April 1980 tentang
syarat sayarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
Klasifikasi Kebakaran Indonesia adalah :
1. Kelas A untuk bahan padat Non-logam.
Kebakaran yang melibatkan benda
padat, api yang ditimbulkan bisa
berbentuk bara. Benda padat tersebut
biasanya berasal dari bahan organic,
seperti : kertas, kayu, tekstil, plastik dan
lain - lain .
2. Kelas B untuk bahan cair dan gas ,
sperti : bensin, solar, minyak tanah dan
lain - lain .
3. Kelas C untuk instalasi listrik
4. Kelas D untuk bahan logam. Kebakaran
yang melibatkan logam, magnesium,
sodium, titanium dan zirconium.
Ada juga klasifikasi kebakaran yang tidak
tercantum dalam peraturan diatas yaitu
kebakaran yang disebabkan oleh media memasak seperti minyak dan lemak
(Kelas K)

32

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Berdasarkan dimensi yang terbakar, kebakaran bisa dikelompokkan menjadi 3
yang disebut Dimensi Kebakaran ,yaitu :
1. Kebakaran 1 dimensi : kebakaran yang berbentuk garis lurus atau
lengkung, seperti kebakaran dalam parit
2. kebakaran 2 dimensi : kebakaran yang terjadi pada bidang permukaan
datar, bahan bakar berada pada permukaan tersebut .
3. kebakaran 3 dimensi : kebakaran terjadi dalam bentuk ruangan, bahan
bakar berada pada permukaan rendah dan tinggi.
Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Bahaya kebakaran ringan
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.
2. Bahaya kebakaran sedang
Bahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi menjadi dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Kelompok I
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila
terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api
sedang.
b. Kelompok II
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api
sedang.
c. Kelompok III
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api cepat.
3. Bahaya kebakaran berat
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.
Klasifikasi ini berkaitan dengan pemasangan sprinkler dan suplai airnya saja.
Pengklasifikasian ini didasarkan pada kemudahan terbakarnya barang-barang
yang ada pada gedung.
a. Hunian bahaya kebakaran ringan (Light Hazard Occupancies)
Yaitu gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan
keterbakaran isi gedung rendah dan kecepatan pelepasan panas dari api
rendah. Contohnya adalah sekolah, rumah sakit, museum, perpustakaan,
kantor, tempat tinggal, area tempat duduk restauran, teater, dan auditorium.
b. Hunian bahaya kebakaran sedang (Ordinary/Moderate Hazard Occupancies)
Jenis ini terdiri dari dua golongan, yaitu:
Group I adalah gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan
keterbakaran isi gedung sedang, dan timbunan benda-benda yang mudah
terbakar tidak lebih dari 8 ft (2.4 m), kecepatan pelepasan panas dari api
sedang. Contohnya tempat parkir mobil, pabrik roti, pembuatan minuman,

33

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


pengalengan, pengolahan susu, pabrik elektronika, tempat cuci pakaian, dan
pabrik gelas.
Group II adalah adalah gedung atau bagian dari gedung yang memiliki
kuantitas dan keterbakaran isi gedung sedang, dan timbunan benda-benda
yang mudah terbakar tidak lebih dari 12 ft (3.7 m). Contohnya gudang cold
storage, pabrik pakaian, tumpukan buku perpustakaan, percetakan, dan
pabrik tembakau.
c. Hunian bahaya kebakaran tinggi (Extra/High Hazard Occupancies)
Yaitu gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan
keterbakaran isi gedung tinggi dan memiliki cairan, bubuk, kain, atau benda
lainnya yang mudah terbakar (baik flammable maupun combustible),
sehingga kecepatan pelepasan panas dari api sangat tinggi. Jenis ini terdiri
dari dua group, yaitu:
Group I adalah hunian bahaya kebakaran tinggi yang tidak atau hanya
sedikit mengandung cairan yang flammable atau yang combustible.
Group II adalah hunian bahaya kebakaran tinggi yang mengandung cairan
yang flammable atau yang combustible dalam jumlah sedang.
4.3 PERTIMBANGAN DESAIN DALAM BANGUNAN
Masalah Kebakaran di Perkotaan seringkali muncul karena :
Makin sedikitnya ruang terbuka yang dapat berfungsi sebagai barrier
/penghalang menjalarnya kebakaran ataupun sebagai tempat operasi
pemadaman kebakaran
Makin sulitnya di jumpai sumber-sumber air untuk keperluan pemadaman
Jumlah dan sebaran hidran kota yang masih belum memadai
Kondisi dan peralatan aparat pemadam kebakaran yang belum lengkap,
terutama untuk menghadapi kebakaran bangunan tinggi /bertingkat banyak
Makin sulit mendekati lokasi kebakaran, oleh sebab kepadatan kompleksitas
bagunan, serta kemacetan lalu lintas
Perubahan yang cepat pada fungsi bangunan /ruang, yang tidak di imbangi
dengan penyesuaian sarana penanggulangan kebakaran; resiko terjadinya
kebakaran meningkat.
Banyak gedung yang tidak memiliki sarana pengaman kebakaran yang
lengkap (deteksi, alarm, sprinkler, hidran)
Banyak gedung yang kurang memperhatikan pentingnya sarana jalan keluar
yang aman. Bila ada, sebagian besar sering kurang terpelihara atau telah
berubah fungsi.
Aspek pemeliharaan dan pemeriksaan keandalan, misalnya terhadap
instalasi listrik, genset, tabung pemadam api dll, yang berusia lebih dan 5
tahun, masih kurang diperhatikan
Latihan kebakaran sebagai kegiatan rutin masih jarang, bahkan sering tidak
dilakukan.
A. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Perlindungan bangunan dari
bahaya kebakaran
1. Ketahanan panas dan tipe struktur serta bahan yang digunakan pada
bangunan
2. Keterbatasan volume yang mampu dilindungi dari bahaya kebakaran
3. Tersedianya pintu keluar dengan jalur yang jelas
34

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


4.
5.
6.
7.
8.

Perlindungan terhadap api yang disebabkan oleh system kelistrikan


Perlindungan terhadap api yang disebabkan oleh petir
Deteksi dan system alarm
System pipa tegak dan selang di dalam dan didekat bangunan
System sprinkler otomatis

B. Desain untuk tujuan keamanan terhadap kebakaran


1. Struktur beton bertulang dengan ketahanan api 3 4 jam
2. Tidak ada bukaan antar lantai yang tidak terlindung dari api
3. Bagian bagian pada tiap lantai dipisahkan dengan dinding tahan api dan
jika dibutuhkan ada pintu keluar otomatis
4. System kelistrikan yang baik
5. Seluruh area dipasangi sprinkler
6. Adanya system pipa tegak dan selang
7. Ketersediaan sumber air yang memadai
8. System alarm dan deteksi kebakaran yang terhubung dengan panel
control
9. Pintu keluar dan tangga darurat yang terlindung dan bertanda serta akses
langsung menuju jalan raya.
4.4 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
Pengertian sistem pemadam kebakaran
Sistem pemadam kebakaran adalah system pengamanan, perlindungan dan
pencegahan kebakaran untuk keselamatan penghuni bangunan ( orang ),
bangunan itu sendiri dan benda yang ada didalamnya ( dokumen , alat alat dan
lain lain ) dari bahaya kebakaran sebelum atau sesudah secara tepat dan
aman.
A. Klasifikasi sistem Pemadam Kebakaran
Berdasarkan sifat pengelolaan :
1. umum
Instalasi yang ada diluar persil / jalan umum pada umumnya
dikelola oleh pemerintah khususnya perusahaan air minum daerah
dengan operationalnya dilaksanakan atau diserahkan pengaturannya
pada dinas kebakaran.
Lokasi alat alat pada jalan umum dengan jarak antara 50 200
meter, pada tempat strategis sehingga mudah menjangkau area
permukiman, perkantoran dan lain - lain apabila terjadi kebakaran.
Bisa digunakan oleh masyarakat apabila terjadi kebakaran tanpa
perlu biaya
2. Private
Instalasi ada pada persil/site
Cara penempatan pemadam kebakaran :
a.
didalam bangunan ( indoor )
b.
diluar bangunan ( out door )
c.
didalam dan diluar bangunan
Berdasarkan penataan :
1. system pemadam kebakaran sentral
2. system pemadam kebakaran setempat
35

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


3. system pemadam kebakaran gabungan
B. Ruang Lingkup Pelayanan
Usaha usaha atau tindakan yang dapat dilaksanakan pada system pemadam
kebakaran meliputi :
1. Menghindari terjadinya kebakaran
pemberian jarak antar bangunan
dapur dipasang pembats yang sulit terbakar
mengatur jumlah bahan yang mudah terbakar
menjauhkan sumber api
2. membatasi penjalaran api pada saat kebakaran
mengetahui sebab terjadinya penjalaran api
dengan membatasi bangunan yang rawan kebakaran
dengan memberi spacing ( jarak )
3. mempermudah mengatasi kebakaran
4. mempermudah perpindahan penghuni dari tempat kebakaran ke daerah
bebas kebakaran baik koridor, bukaan, atau tangga darurat.

36

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Penyediaan ruang yang cukup lebar untuk operasional mobil tangga


kebakaran, sebanding dengan tinggi bangunannya. Contoh, untuk tinggi
bangunan 20 m, diperlukan pelataran selebar 8 m agar tangga dengan sudut
700 dapat beroperasi.
4.5

Sistem Deteksi dan Tanda Bahaya Kebakaran


Sistem alarm dan deteksi sangat penting dalam pencegahan kebakaran
karena dengan mengetahui terjadinya kebakaran secara dini, usaha
penyelamatan lebih berhasil, maka sebaiknya tanda bahaya kebakaran dapat
bekerja otomatis seandainya tidak, seharusnya tanda dapat dijalankan dari tiap
compartement. Tanda bahaya kebakaran pada waktu tahap pertama sebaiknya
dibatasi pada lantai yang bersangkutan saja atau lantai yang berhubungan
langsung agar menghindari timbulnya perasaan takut yang berlebihan/ panik
dan tanda bahaya itu diteruskan kepada regu pemadam kebakaran.
Disamping tanda bahaya sebaiknya direncanakan alat komunikasi dengan
para penghuni yang berada dalam gedung tersebut , guna memberi ketenangan
dan untuk menghindari penjubelan.
System dari alarm kebakaran ini terdiri dari :
1.
Alat deteksi asap ( smoke detector )
37

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


2.

Alat deteksi nyala api ( flame detector ) bekerja


berdasarkan prinsip radiasi dari api yang mempunyai frekwensi 5 30 Hz dan
tidak akan bereaksi terhadap cahaya matahari.
3.
Alat deteksi panas ( heat detector )
4.
Lonceng atau sirene/ bel isyarat
5.
Master control fire alarm

Detector nyala
Detector asap, detector panas dan master
api
Bangunan dilengkapi dengan sistem tanda bahaya (alarm
system) jika
control
terjadi
kebakaran yang panel induknya berada dalam ruang pengendali
kebakaran, sedang sub-panelnya dapat dipasang disetiap lantai berdekatan
dengan kotak hidran. Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan secara
manual dengan cara memecahkan kaca tombol saklar tanda kebakaran atau
bekeraj secara otomatis, dimana tanda bahaya kebakaran dihubungkan dengan
sistem detektor (detektor asap atau panas) atau sistem sprinkler.

Alat charger
Pasokan daya listrik

Panel Listrik

Diagram Sistem Tanda Bahaya Kebakaran


Ketika detektor berfungsi, hal itu akan terlihat pada monitor yang ada pada
panel utama pengendali kebakaran, dan tanda bahaya dapat dibunyikan secara
manual, atau secara otomatis, di mana pada saat detektor berfungsi terjadi arus
pendek yang akan menyebabkan tanda bahaya tertentu berbunyi.
Persyaratan pemasangan detektor panas :
a. Dipasang pada posisi 15 mm hingga 100 mm di bawah permukaan langitlangit.
b. Pada satu kelompok sistem ini tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah.
c. Untuk setiap luas lanatai 46 m dengan tinggi langit-langit 3,00 meter.
d. Jarak antar detektor tidak lebih dari 7,00 meter untuk ruang aktif, dan tidak
lebih dari 10,00 meter untuk ruang sirkulasi.
e. Jarak detektor dengan dinding minimum 30 cm.
38

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


f.

Pada ketinggian berbeda, dipasang satu buah detektor untuk setiap 92 m


luas lantai.
g. Dipuncak lekukan atap ruangan tersembunyi, dipasang sebuah detektor
untuk setiap jarak memanjang 9,00 meter.
Persyaratan pemasangan detektor asap :
a. Untuk setiap luas lantai 92 m.
b. Jarak antar detektor maksimum 12,00 meter di dalam ruang aktif dan 18,00
meter untuk ruang sirkulasi.
c. Jarak detektor dengan dinding minimum 6,00 meter untuk ruang aktif dan
12,00 meter untuk ruang sirkulasi.
d. Setiap kelompok sistem dibatasi maksimum 20 buah detektor untuk
melindungi ruangan seluas 2000 m.
Persyaratan pemasangan detektor api :
a. Setiap kelompok dibatasi dibatasi maksimum 20 buah detektor.
b. Detektor yang dipasang di ruang luar harus terbuat dari bahan yang tahan
karat, tahan pengaruh angin dan getaran.
c. Untuk daerah yang sering mengalami sambaran petir, harus dilindungi
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan tanda bahaya palsu.

39

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

4.6

Peralatan Pemadaman Kebakaran dan Sistem Evakuasi


Adapun peralatan pemadaman kebakaran dan system evakuasi yang
mendukung berjalannya system pemadaman dalam bangunan sebagai berikut :
I.
Hidran
Hidran, adalah alat pemadam kebakaran yang memakai air sebagai bahan
baku untuk memadamkan api pada saat kebakaran.
Klasifikasi hidran :
a.
berdasarkan penempatan hidran terbagi menjadi 2 yaitu
:
a. hidran gedung adalah hidran yang terletak dalam suatu bangunan dan
system serta peralatannya disediakan atau dipasang dalam bangunan.
Tekanan tertinggi pada hidran ini adalah 4,5 kg/cm 2 . Tekanan air yang
diizinkan pada standar tipe atau hoserack.
- minimum 12 PSI ( 0,84 kg/cm )
- optimum 25 PSI ( 1,75 kg/cm )
- maksimum 80 PSI ( 5,6 kg/ cm )
- Debit air 400 liter/ menit
- Diameter pipa tegak disesuaikan dengan klasifikasi bangunan
Klasifikasi gedung
Diameter pipa tegak
A, B, C
5 cm ( 2 Inchi )
D
6,25 cm ( 2,5 inchi )
E
10 cm ( 4 inchi )
- Diameter pipa induk 0,6 dan pipa cabang 0,4
- Diameter selang minimum 3,75 cm ( 1,5 inch )
- Perletakan kotak hidran diapang dengan ketinggian 75 cm dari
permukaan lantai, mudah terlihat, mudah dicapai tidak terhalang oleh
benda benda lain dan dicat wana merah. Ditengah tengah hidran
diberi tulisan HIDRANT dengan warna putih minimum 10 cm.
b. Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan , sedangkan
instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di lingkungan di
sekitar bangunan tersebut . Hidrant ini mempunyai daya tekanan air = 4,5
kg/cm2 . dengan debit airnya rata rata 1000 lt/mnt.
Besar diameter pipa induk yang digunakan 0,6 dan pipa cabangnya
berdiameter 0,4 . Sedangkan selang minimum harus 6,25 cm ( 2,5 inch)
Penggunaan letak hidran halaman ditentukan berdasarkan :
- bangunan klsifikasi A, B, C harus memiliki hidran halaman dengan jarak
anatar hidran < 90 m.
- bangunan klsifikasi D, E harus memiliki hidran halaman dengan jarak
antar hidran < 60 m.

40

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

3.

Berdasarkan ukuran yang dipakai pada hidran :


hidran kelas I ialah suatu hidran yang menggunakan ukuran pipa
selang 6,25 cm ( 2,5 inci )
hidran kelas II ialah suatu hidran yang menggunakan ukuran
selang 3,75 cm ( 1,5 inci)
hidran kelas III ialah hidran yang menggunakan system
gabungan kelas I dan II
c. Berdasarkan bentuk
- standar hose rack
- standar pipe
- hose rack and fire extinguisher in cabinet dengan glass door

Sumber Air untuk hidran


Sumber air dapat berasal dari PDAM , BPAM, sumur artesisi atau
sumur gali.
Persediaan air untuk hidaran setiap 30.000 lt dan mudah dicapai
Seandainya tekanan air sumber kurang dari persyaratan maka
dibantu dengan pompa penambahan tekanan sehingga tekanan pada
nozzle memenuhi syarat.
Instalasi pipa hydrant tidak boleh digabungkan dengan instalaasi
lainnya kecuali sprinkler.
System pemasangan hidran sangat tergantung pada tekanan air
dan objek yang dilayani.
Keuntungan dan kerugian hidran
Keuntungan
41

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


a.
b.
-

II.

Bahan baku relatif murah


Penggunaan fleksibel ( dapat diarahkan ke lokasi
kebakaran sepanjang selang yang tersedia )
Kerugian
a.
Tidak auotomatis ( sukar dioperasikan seandainya
sumber kebakaran dekat dengan kepala hidran )
b.
Hanya efektif digunakan untuk sumber kebakaran
golongan A
c.
Untuk hidran gedung perlu dilengkapi suatu alat yang
bisa dihubungkan dengan tangki kran kebakaran untuk menghindari
kekurangan air apabila sumber kebakaran ada di ruang pompa yang
mengakibatakn pompa tidak dapat dioperasikan.
Sprinkler
Sprinkler, ialah suatu alat semacam nozzle ( penyemprot ) yang dapat
memancarkan air secara pengabutan ( fog ) dan bekerja automatis apabila
terjadi kebakaran dan dibarengi dengan bekerjanya alarm. Dari statistik
diketahui 70 % dari bahaya kebakaran dapat dipadamkan oleh 1- 5 sprinkler.
Penggunaan sprinkler biasanya pada bangunan yang mempunyai multi
fungsi dan gedung tinggi. Sprinkler digunakan pada bangunan kelas A mulai
dari empat lantai keatas atau ketinggian 14 m harus memiliki sprinkler dan
bangunan kelas B yang mempunyai lantai mulai dari 8 tingkat keatas atau
ketinggian 40 m keatas harus memilki sprinkler.

Komponen dan system sprinkler


- Sumber air
- Instalasi perpipaan
- Kepala sprinkler
- Pompa kebakaran
Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan
pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa
definisi mengenai komponen sistem di antaranya:
a. Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara
langsung atau melalui riser
b. Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik
secara langsung atau melalui riser
c. Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa
pembagi, baik secara langsung atau melalui riser
Perletakan sprinkler ditentukan oleh..
1. Rate kebakaran dari bangunan yang akan dipasang sprinkler
42

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


2.
3.
4.
5.

Jenis konstruksi plafond


Jarak sambungan
Jenis kegiatan dan tipe penghuni
Total luas keseluruhan

Kebutuhan khusus instalasi sprinkler :


1. Setidaknya ada satu area penghubung untuk setiap sisi ruang
2. Master control untuk alarm bagi semua persediaan air selain ruang
terkena api
3. Dinding khusus yang tahan api antara ruang yang satu dengan yang lain
4. Lantai tahan air dengan kemiringan tertentu untuk mengalirkan air ke
saluran pembuangan
Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya
panas dari api kebakaran.
Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
a. Dry Pipe System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler
otomatis yang disambungkan dengan sistem
perpipaannya yang mengandung udara atau
nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut
akibat
adanya
panas
mengakibatkan
api
bertekanan membuka dry pipe valve. Dengan
demikian air akan mengalir ke dalam sistem
perpipaan dan keluar dari kepala sprinkler yang
terbuka.

b. Wet Pipe System


Adalah suatu sistem yang menggunakan
sprinkler otomatis yang disambungkan ke
suplai air (water supply). Dengan demikian air
akan segera keluar melalui sprinkler yang
telah terbuka akibat adanya panas dari api.

c. Deluge System
Adalah sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka
disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui
suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi
yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air
akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh
sprinkler yang ada.
43

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


System ini direncanakan teristimewa untuk bahaya yang memerlukan air
dengan cepat dan besar seperti pada :
- Polyester dan poliethine
- Foam making machines
- Drying section of hard boardplan
- Firework factories
- Aircraft hangars
- Processing structures equipment
- Transformator
- Oil switches
- Motor, dan lain - lain.
System ini ada yang manual ada juga yang otomatis, pada system otomatis
biasanya dipakai tiga jenis : pneumatic heat detector, electric heat detection
system ( smoke dtector ) , hydraulic.
d. Preaction System
Adalah suatu sistem yang menggunakan
sprikler otomatis yang disambungkan pada
suatu sistem perpipaan yang mengandung
udara, baik yang bertekanan atau tidak, melalui
suatu sistem deteksi tambahan yang dipasang
pada area yang sama dengan sprinkler.
Pengaktifan sistem deteksi akan membuka
suatu valve yang mengakibatkan air akan
mengalir ke dalam sistem perpipaan sprinkler
dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.

e. Combined Dry Pipe-Preaction


Adalah sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran,
peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan
pada akhir pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti
sistem wet pipe. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti
sistem dry pipe.
Penyediaan air dari sistem sprinkler dapat diperoleh dari:
- Sistem air PAM, jika tekanan dan kapasitas memenuhi sistem yang
direncanakan
- Pompa kebakaran otomatis yang dilengkapi dengan sumber air yang
memenuhi keperluan disain hidrolis
- Bejana tekan
- Tangki gravitasi
Jumlah air minimum untuk keperluan kebakaran bagi hunian bahaya kebakaran
ringan adalah seperti pada tabel 3.1.5 yaitu 500-750 gpm, untuk waktu
pengoperasian selama 30-60 menit.
44

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Pompa yang digunakan harus yang bekerja otomatis jika terjadi kebakaran.
Selain itu digunakan juga Jockey Pump untuk mengatasi kekurangan tekanan dan
flow jika kurang dari jumlah yang seharusnya agar tetap konstan. Apabila
cadangan air untuk pencegahan kebakaran dalam reservoir habis atau pompa
yang disediakan tidak bekerja maka air disuplai dari ruas pemadam kebakaran
dengan menghubungkan selang pemadam kebakaran pada fire department
connection
Jenis kepala sprinkler
- Spray sprinkler , adalah sprinkler yang umumnya dipakai. Air disemprotkan
pada semua arah melalui permukaan deflector , lapisan chrome. Berdasarkan
semprotan 3/8 , , .
- Conventional sprinkler adalah air yang disemprotkan melalui atas dan bawah
deflector, lapisan chrome. Semprotan , .
- Side wall sprinkler adalah air yang disemprotkan hanya ke arah depan
biasanya dipasang di dinding atau koridor.
- M sprinkler adalah sprinkler khusus dimana air untuk membersihkan seiling
pada diameter besar.
- Dry pendent sprinkler adalah sprinkelr yang biasa dipakai pad system kering
atau dry system dengan kepekaan terhadap temperatur ( 66c, 79 c, 93 c ,
141 c , 182 c ) warnanya merah, kuning, hijau, biru , ungu .

III.

Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Pemadam kebakaran Ringan , adalah pemadam api ringan, mudah dibawa /
dipindahkan dan dilayani oleh satu orang dan alat tersebut hanya digunakan
untk memadamkan api pada permulaan terjadinya kebakaran pada saat api
belum besar.
Klasifikasi PAR :
1. PAR golongan A, ialah PAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran
golongan A. zat / bahan dapat berupa : air bertekanan, zat zat kimia ,
asam soda, busa , monoamonium fosfat, diamonium fosfat dalam tabung.
Tanda pengenal ; bertuliskan huruf A besar pada dasarnya berbentuk
segitiga warna hijau
2. PAR golongan B ialah PAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran
golongan B. zat pemadam berupa : zat kimia pemadam api seperti zat
asam aran ( co2 ) zat kimia kering pakai natrium dan kalium bikarbonat,
zat zat kimia serba guna bromotifluoromethan karbon tetra klorida,
klorobromethan. Tanda pengenal : bertuliskan huruf B besar pada dasar
yang berbentuk segi empat merah.
3. PAR golongan C , iala PAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran
golongan C. zat/ bahan pemadam berupa : zat yang tidak menghantarkan
listrik, zat asam arang ( CO 2 ), zat kimia kering pakai natrium dan kalium
bikarbonat, zat kimia serba guna bromotifluoromethan karbon tetra
klorida, klorobromomethan. Tanda pengenal : bertuliskan huruf C besar
berbentuk lingkaran warna biru.

45

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


4. PAR golongan D, ialah PAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran
golongan D. Zat - zat/bahan pemadam dapat berupa bubuk kering ,
senyawa mengandung garam dapur, grafit dan grafit fosfor.

IV.

Sistem Evakuasi
Selain harus memperhatikan system pemadam kebakaran yang disediakan
baik dalam perencanaan awal
pencegahan maupun setelah kebakaran
bangunan harus juga mempersiapkan system evakuasi yang mampu
memastikan jalur dan peralatan yang menjamin lancarnya proses evakuasi.
Daerah yang harus terlindungi oleh api untuk memudahkan evakuasi adalah :
a. Daerah vertikal
Meliputi shaft lift, shaft plumbing dan tangga darurat
b. Daerah horizontal
Meliputi koridor/selasar, area balkon dan hall
A. Konstruksi Tahan Api
Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan
atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen.
Dahulu, sistem yang mengukur ketahanan terhadap kebakaran dihitung
dalam jumlah jam, dan kandungan bahan struktur tahan api. Namun
sekarang, hal ini dianggap tidak cukup, dan spesifikasi praktis yang
digunakan adalah suatu konstruksi yang mempunyai tingkat kemampuan
untuk bertahan terhadap api. Definisi ini menyatakan beberapa ketentuan
yang terkait pada kemampuan struktur untuk tahan terhadap api tanpa
mengalami tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang berarti, dan
mencegah menjalarnya api keseluruh bangunan. Dikaitkan dengan
ketahanannya terhadap api, terdapat 3 (tiga) tipe konstruksi (SNI 03 1736
2000), yaitu:
Tipe A :
Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu
menahan secara struktural terhadap beban bangunan. Pada konstruksi ini
terdapat komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk mencegah
penjalaran api ke dan dari ruangan bersebelahan dan dinding yang mampu
mencegah penjalaran panas pada dinding bangunan yang bersebelahan.
Tipe B :
Konstruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan api
mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang bersebelahan di
46

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


dalam bangunan, dan dinding luar mampu mencegah penjalaran kebakaran
dari luar bangunan.
Tipe C :
Konstruksi yang komponen struktur bangunannya adalah dari bahan yang
dapat terbakar serta tidak dimaksudkan untuk mampu menahan secara
struktural terhadap kebakaran. Dengan demikian, setiap komponen
bangunan, dinding, lantai, kolom, dan balok harus dapat tetap bertahan dan
dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam keadaan
terbakar.
B. Pintu Keluar
Beberapa syarat yang perlu dipenuhi
oleh pintu keluar diantaranya adalah:
- Pintu harus tahan terhadap api
sekurang-kurangnya dua jam.
- Pintu harus dilengkapi dengan
minimal tiga engsel.
- Pintu juga harus dilengkapi
dengan alat penutup pintu
otomatis (door closer).
- Pintu dilengkapi dengan tuas atau
tungkai pembuka pintu yang
berada di luar ruang tangga
(kecuali tangga yang berada di
lantai dasar, berada di dalam ruang tangga), dan sebaiknya menggunakan
tuas pembuka yang memudahkan, terutama dalam keadaan panik (panic
bar).
- Pintu dilengkapi tanda peringatan: TANGGA DARURAT TUTUP KEMBALI.
- Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1 m2
dan diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu.
- Pintu harus dicat dengan warna merah
C. Koridor dan Jalan Keluar
Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukan arah
dan lokasi pintu keluar. Tanda EXIT atau KELUAR dengan anak panah
menunjukkan arah menuju pintu keluar atau tangga kebekaran/darurat, dan
harus ditempatkan pada setiap lokasi di mana pintu keluar terdekat tidak
dapat langsung terlihat. Tinggi tulisan minimal 15 cm agar mudah dibaca dari
jarak yg cukup jauh.

D. Kompartemen Darurat
47

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Pada bangunan tinggi di mana
mengevakuasi
seluruh
orang
dalam gedung dengan cepat
adalah suatu hal yang mustahil,
kompartemen dapat menyediakan
penampungan sementara bagi
penghuni
atau
pengguna
bangunan
untuk
menunggu
sampai api dipadamkan atau jalur
menuju pintu keluar sudah aman
E. Tangga Darurat/Tangga Kebakaran
Pada saat terjadinya kebakaran atau kondisi darurat, terutama pada
bangunan tinggi, tangga kedap api/asap merupakan tempat yang paling
aman dan harus bebas dari gas panas dan beracun. Ruang tangga yang
bertekanan (presurized stair well) diaktifkan secara otomatis pada saat
kebakaran. Pengisian ruang tangga dengan udara segar bertekanan positif
akan mencegah menjalarnya asap dari lokasi yang terbakar ke dalam ruang
tangga. Tekanan udara dalam ruang tangga tidak boleh melampaui batas
aman, karena jika tekanan udara dalam ruang tangga terlalu tinggi, justru
menyebabkan pintu tangga sulit/tidak dapat dibuka.
Pada gedung yang sangat tinggi perlu ditempatkan beberapa kipas udara
(blower) untuk memastikan bahwa udara segar yang masuk ke dalam ruang
tangga jauh dari kemungkinan masuknya asap. Di samping itu, bangunan
yang sangat tinggi perlu dilengkapi dengan lift kebakaran.

48

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

F. Pengendalian Asap
Asap menjalar akibat perbedaan tekanan yang
disebabkan oleh adanya perbedaan suhu
ruangan. Pada bangunan tinggi, perambatan
asap juga disebabkan oleh dampak timbunan
asap yang yang mencari jalan keluar dan
dapat tersedot melalui lubang vertikal yang
ada, seperti ruang tangga, ruang luncur lift,
ruang saluran vertikal (shaft) atau atrium.
Perambatan ini dapat pula terjadi melalui
saluran tata udara yang ada dalam bangunan.
Pengalaman menunjukkan bahwa ruang yang luas, seperti pusat perbelanjaan, mal,
bioskop, dan ruang pertemuan/konvensi, berpeluang untuk menghasilkan asap dan panas
pada waktu terjadinya kebakaran. Pada situasi seperti ini, asap dapat menjalar secara
horizontal, menghalangi petugas pemadam kebakaran dan menyebabkan terjadinya panas
lebih awal sebelum api menjalar ke tempat itu. Asap panas dapat menimbulkan titik api baru
dan mengurangi efektifitas sistem sprinkler. Untuk mencegah terjadinya penjalaran asap
secara horizontal, dalm gedung perlu dipasang tirai penghalang asap.
Beberapa media yang dapat digunakan untuk mengendalikan asap sangat tergantung dari
fungsi dan luas bangunan, di antaranya:
- Jendela, pintu, dinding/partisi, dan lain-lain yang dapat di buka sebanding dengan 10%
luas lantai.
- Saluran ventilasi udara yang merupakan sistem pengendalian asap otomatis. Sistem ini
dapat berupa bagian dari sistem tata udara atau ventilasi dengan peralatan mekanis
(exhaust fan atau blower).

Ventilasi di atap gedung dapat secara permanen terbuka atau dibuka dengan alat
bantu tertentu atau terbuka secara otomatis.

Sistem penyedotan asap melalui saluran kipas udara di atas bangunan

49

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Sebelum tahun 1982, atrium dilarang pada bangunan tinggi, karena atrium
dikuatirkan dapat menjadi cerobong asap bagi penjalaran api dan asap ke seluruh
bangunan. Tetapi sekarang banyak bangunan tinggi mempunyai atrium di dalamnya.
Dengan tambahan persyaratan yang harus diperhatikan, yaitu:
- Pintu keluar yang berada pada sekeliling atrium harus menggunakan pintu tahan
api.
- Bangunan dengan fungsi hotel, apartemen dan asrama hanya boleh mempunyai
atrium maksimal 110 m dan dilengkapi dengan pintu keluar yang tidak menuju
atrium.
- Adanya pemisahan vertikal, sehingga lubang atrium maksimal terbuka setinggi
tiga lantai.
- Pemisahan vertikal ini berlaku pula bagi ruang pertemuan dengan kapasitas 300
orang atau lebih dan perkantoran yang berada di bawah apartemen, hotel, atau
asrama.
- Mezanin dibuat dengan bahan yang tahan api sekurang-kurangnya dua jam.
- Ruangan yang bersebelahan dengan mezanin dibuat dengan bahan tahan api
sekurang-kurangnya satu jam.
- Jarak dari lantai dasar ke lantai mezanin sekurang-kurangnya adalah 2,2 meter.
- Mezanin tidak boleh terdiri dari dua lantai.
- 10 % dari luas mezanin dapat ditutup misalnya untuk kamar kecil, ruang utilitas
dan kompartemen).

Ruang mezanin yang tertutup harus mempunyai dua pintu keluar.


Jarak tempuh antar pintu keluar maksimum adalah 35 meter.

50

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

BAB V
SISTEM PENGAWASAN KEAMANAN DAN KOMUNIKASI
BANGUNAN
5.1

Pengawasan Bangunan

Umumnya system pengawasan bangunan lebih dibutuhkan pada bangunan


bukan hunian seperti bangunan rumah sakit, sekolah dan bangunan komersil.
Namun dalam perkembangannya hunian besar sekarang juga menggunakan
system pengawasan untuk keamanan bangunan.
Jenis system pengamanan dan komunikasi bangunan yang umum digunakan di
bangunan adalah :
Tipe peralatan
Generator sinyal
Pemroses sinyal Penyampaian sinyal
1. Alarm
Detector suhu dan Cabinet control Lonceng atau dering
kebakaran
asap
2. Alarm
Saklar pintu dan Cabinet control Lonceng,
dering,
penyusupan
jendela,
mata
cahaya
elektrik
3. Bel pintu
Tombol tekan
transformer
Buzzer
4. Antena Tv
Stasium
tv, amplifier
Tv set
antenna rumah
5. Intercom
Mikrofon, speaker
amplifier
Speaker di berbagai
posisi
Adapun beberapa alat pada system pengawasan bangunan sebagai berikut :
1. Photoelectric
System ini menggunakan lintasan cahaya dan penerima yang memicu
alarm ketika lintasan cahaya terganggu. Dalam perkembangannya
menggunakan cahaya inframerah, modulasi dan lintasan yang saling
bersilangan.

2. Peralatan system kontak/sentuh


System ini meliputi permukaan atau platform, kabel jaringan dan
peralatan lain yang diaktifkan lewat adanya kontak. Apabila terjadi kontak
atau kontak terputus (sesuai dengan spesifikasi alat) akan memicu alarm.

51

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

3. System radar
System ini menggunakan generator sinyal dan penerimanya. Jika ada
gerakan terdeteksi akan memicu alarm. Sinyal yang digunakan ada 3 tipe
yaitu ultrasonic yang sangat sensitive terhadap gerakan bahkan
hembusan angin, gelombang dering (tone) mikro dimana gerakan pada
area tertentu membuat perubahan sinyal terpantul dan memicu alarm dan
untuk aplikasi luar ruangan menggunakan antenna antenna
electromagnetic yang apabila medan antara antenna tersebut terganggu
akan memicu alarm.
4. Alarm dengan area terbatas
System ini menggunakan efek kapasitas elektrik pada manusia untuk
memicu alarm. Berguna untuk melindungi satu item tertentu misalnya
brankas pada satu ruangan dan masih memungkinkan aktifitas lain di
dalam ruangan dapat berlangsung dengan baik karena medan
perlindungan hanya berjarak beberapa inci dari sensor. Contoh : alarm
mobil

5. Closed Circuit Televisi (CCTV)


Aplikasi system ini sangat jelas dimana ada yang dengan system
pengawasan manual dan ada yang bisa disimpan dalam memori untuk
rentang waktu tertentu. Efek psikologisnya sangat baik karena
tampilannya yang jelas melalui kamera yang terpasang sehingga
mengurangi potensi tindakan criminal.

52

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Semua system diatas harus bisa dimonitor dari satu titik pengawasan dimana
seluruh system alarm terhubung. Ruang control ini dalam 24 jam harus diawasi
khususnya untuk bangunan dengan tingkat keamanan tinggi. Penanganan dan
pemasangan system harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang memahami dan
mengerti sedangkan peran arsitek dalam hal ini adalah mempertimbangkannya
dalam perencanaan bangunan khususnya kebutuhan akan ruang dan sumber
tenaga.

5.2

Sistem Komunikasi

Penggunaan jumlah telepon pada suatu bangunan pada umumnya tidak


diketahui secara tepat dan oleh karenanya perlu dirancang secara Terpadu
dengan perancangan jaringan utilitas lainnya. Meskipun pada saat tahap
rancangan jumlah telepon sudah diketahui, pada kenyataanya masih sering
terjadi penambahan jumlah dan perubahan jaringan layanan telepon. Untuk
maksud ini, maka perncangan jumlah saluran telepon didasarkan pada prakiraan
per satuan luas lantai yang akan mempengaruji alokasi kebutuhan ruangan
untuk kebutuhan :
1. layanan penerimaan telepon, berikut panel utama telepon
2. saluran vertical (riser), pipa saluran dan panel distribusi
3. lemari untukperlengkapan telekomunikasi
4. lokasitempat penambahan sambungan
5. ruang peralatan untuk perlengkapan khusus telekomunikasi
6. sistem distribusi termasuk pipa jaringan, kotak sambungan di lantai, dan
lain-lain
untuk dapat berfungsinya sistem telekomunikasi di dalam bangunan, diperlukan
saluran telepon dari telkom, yang mempunyai fasilitas hubungan local (dalam
53

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


kota), hubungan keluar interlokal (DDD- Domestic Direct Dialling) atau hubungan
keluar internasional (IDD-International Direct Dialling).
Sistem dalam bangunan dimulai dari saluran telkom ke fasilitas PABX (Private
Automatic Branch Exchange), selanjutnya dihubungkan ke kotak induk (MDFMain Distribution Frame). Melalui kabel distribusi (DC- Distribution Cable)
jaringan telepon disebarkan ke kotak terminal(JB- Junction Box) yang ada tiap
lantai bangunan. Dati kotak terminal ini jaringan telepon diteruskan ke setiap
pesawat telepon.
Instalasi jaringan telepon meggunakan kabel berisolasi plastic yang dimasukkan
dalam pipa PVC.

Pekerjaan Telepon
1. Pengurusan dan penyambungan line telepon ke pihak PT.Telkom daerah
setempat.
2. Pengadaan dan pemasangan Unit peralatan utama PABX lengkap dengan
terminal box utama (TBU-PABX).
3. Pengadaan dan pemasangan terminal-terminal box telepon (TBT).
4. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi outlet telepon lengkap dengan
jenis dan ukuran kabelnya, pipa pelindung kabel, kotak untuk outlet telepon,
junction box, dan accessories lainnya.
5. Pengadaan dan pemasangan jenis pesawat telepon digital dan analog.
6. Pengetesan dan pengujian seluruh instalasi telepon yang terpasang.

54

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Jaringan Instalasi Komunikasi dalam Bangunan

5.3

Jaringan Kabel Komputer/Data/Multimedia

Adanya server computer memungkinkan disajikannya pelayanan yang beragam


dalam suatu bangunan, antara lain untuk keperluan ruang kerja (Work station)
dengan penggunakan computer personal (PC- Personal computer), untuk layanan
jaringan local (LAN- Local Area Network) dengan beberapa terminal dan printer ,
untuk telecopier dan facsimile, untuk dihubungkan dengan pesawat telepon
ataupun untuk pengendalian lingkungan dan keselamatan.

Konfigurasi Layanan Jaringan Komputer


Selanjutnya, dengan bantuan modem, V-sat, atau antenna microwave, sistem
computer/data/multimedia pada suatu bangunan dihubungkan dengan jaringan
eksternal melalui provider atau fasilitas satelit.
5.4

Sistem Otomatisasi Bangunan

Sistem otomasi bangunan (BAS- Building Automation Sistem) diintegrasikan


dalam suatu sistem bangunan pintar. Integrasi sistem dari bangunan pintar ini
memberikan secara maya penghuni/pengguna bangunan semua kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan suatu lingkungan kantor yang modern, seperti :
1. telepon dan integrasinya dengan ruang kerja
55

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

computer personal
proses pembuatan teks dan tulisan
perintah/pesan, baik berupa suara maupun dalam bentuk elektronik
facsimile
akses data melalui jaringan computer
teks video
konperensi jarak jauh

56

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

BAB VI
AKUSTIKA BANGUNAN DAN TATA SUARA
6.1

Bunyi dan Kebisingan

Bunyi terjadi karena adanya benda benda yang bergetar yang menimbulkan
gesekan dengan zat zat disekitarnya. Getaran tersebut kemudian menyentuh
partikel zat yang ada di dekatnya bisa berupa cairan, gas ataupun benda padat.
Energy getaran tersbut diteruskan ke benda benda lain disekitarnya dan
rambatannya membentuk gelombang bunyi yang kemudian ditangkap oleh daun
telinga. Selanjutnya saraf telinga mengirim berita tersebut ke otak.
Dari penjelasan diatas agar bisa mendengarkan bunyi harus ada : sumber bunyi,
medium perambatan dan indera pendengaran.
I. Nois (Kebisingan)
Yang dimaksud dengannya kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki.
Toleransi manusia terhadap kebisingan bergantung beberapa factor yaitu :
1. Factor Akustikal : tingkat kekerasan bunyi, frekwensi bunyi, durasi bunyi,
fluktuasi kekerasan dan frekwensi bunyi dan waktu terjadinya.
2. Faktor non-akustikal : pengalaman terhadap kebisingan, kegiatan,
perkiraan terhadap kemungkinan munculnya bising, manfaat obyek yang
memunculkan kebisingan, kepribadian, lingkungan dan keadaan.
Tingkat baku kebisingan sesuai dengan fungsi masing masing bangunan
menurut Peraturan Men.kes no.718/MenKes/Per/XI/87 (Lutfi, 1995 dalam
Mediastika, 2005)
Gol

A
B
C
D

Peruntukan

Laboratorium, rumah sakit, panti


perawatan
Rumah, sekolah, tempat rekreasi
Kantor, pertokoan
Industri, terminal, stasiun KA

Tingkat
kebisingan
(dBA)
maksimum dalam bangunan
Dianjurkan
Diperbolehka
n
35
45
45
50
60

55
60
70

Factor yang mempengaruhi kebisingan di luar ruangan masuk ke dalam area


bangunan yaitu :
1. Sumber kebisingan
Meliputi jarak sumber kebisingan dari bangunanm tingkat kebisingan
sumber, frekwensi, durasi munculnya kebisingan dan waktu munculnya
kebisingan.
2. Medium yang dilalui oleh kebisingan
Meliputi kondisi udara, jarak tempuh gelombang bunyi (berhubungan
dengan jarak sumber kebisingan terhadap bangunan) dan ada tidaknya
obyek dalam medium ( yang memungkinkan terjadinya pembelokan
perambatan atau pemantulan bunyi)
3. Bangunan sebagai penerima
57

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Meliputi kerapatan elemen bangunan secara keseluruhan berupa dinding,
lantai dan plafond an atap serta kemungkinan ruang- ruang yang
menderita kebisingan serta yang dapat dilindungi dari kebisingan.
Sumber kebisingan bangunan bisa berasal dari :
1. Luar lahan (kapling) bangunan misalnya dari jalanatau titik lain di luar
lahan seperti lahan atau bangunan sebelah
2. Dalam laha tetapi diluar bangunan missal dari area parker, ruang pompa
atau generator yang diletakkan di halaman
3. Dari dalam bangunan sendiri misalnta dari kantin atau system mekanis
yang ada didalam bangunan.
4. Dalam ruangan sendiri missal dari percakapan pengguna ruang atau alat
audio yang dinyalakan.
Perambatan Kebisingan ke dalam bangunan
jenis perambatan kebisingan dapat dibedakan menurut medium yang dilalui
gelombang bunyi yaitu :
1. Airborne sound
Perambatan bunyi melalui medium udara. Perambatan jenis ini sangat mudah
masuk kedalam bangunan jika terdapat lubang atau celah atau retak pada
elemen bnagunan misalnya pada dinding, atap atau plafond. Ini dapat diatasi
dengan membatasi atau menghalangi perambatan gelombang bunyi dengan
memasang obyek yang mampu menghalangi perambatan missal dengan
material yang cukup lunak dan tidak licin permukaannya.
2. Structurebone sound
Proses perambatan bunyi melalui benda padat yang diasosiasikan dengan
elemen bangunan. Pada prinsipnya dapat diatasi dengan penggunaan
material bangunan yang tidak mudah bergetar yang terbuat dari material
berat, tebal, rigid namun sekaligus elastic misalnya soft board.

58

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Reduksi (Pengurangan Kebisingan secara Alamiah)


Adapun langkah langkah perancangan akustik luar ruangan yang dapat
ditempuh untuk mengurangi kebisingan secara alami adalah
1. Menciptakan jarak sejauh mungkin antara dinding muka bangunan dengan
jalan pada lahan yang tersedia melalui siasat penataan lay-out bangunan
2. Menempatkan elemen terbuka tidak secara langsung menghadap ke jalan
3. Mendirikan penghalang untuk menahan atau mengurangi merambatnya
kebisingan dari jalan ke lahan bangunan
4. Memilih material dinding muka bangunan dengan kombinasi elemen
desain yang memberikan nilai insulasi tinggi

59

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

6.2

Akustika dalam Ruangan

Pada ruang tertutup, ketika bunyi merambat kea rah tertentu dan
membentur pembatas ruangan, tergantung pada karakteristik pembentuk
elemen pembatas tersebut ada kemungkinan bunyi akan dipantulkan, diserap
atau ditransmisikan. Sehingga di dalam ruangan bunyi yang terdengar
sebenarnya adalah kombinasi dari bunyi asli dan bunyi pantulan. Pemahaman
akan perilaku bunyi dalam ruang akan membantu dalam mengatasi kebisingan.
1. Refleksi
Pemantulan bunyi tejadi apabila bunyi mengenai permukaan yang keras
seperti beton, bata, batu, plester atau gelas. Menurut hukum pemantulan :
bunyi pantul dan bunyi datang terletak dalam bidang datar yang sama dan
sudut gelombang bunyi datang sama dengan bunyi pantul.
Untuk memberikan suasana yang lebih hidup sebuah ruangan membutuhkan
pemantulan. Namun pemantulan yang terjadi hendaknya tidak membuat
ruangan dalam kondisi difus maka kondisi echo (gema) selayaknya dihindari.
Echo muncul apabila pemantulan terjadi lebih dari 1/20 detik dari bunyi asli
pada kecepatan rambat 340m/det. Echo biasanya muncul pada ruangan yang
ukurannya besar dan dibatasi bidang pemantul. Pada ruang yang sempit dan
memanjang dibatasi dinding pemantul akan memunculkan flutter echoes atau
pemantulan berulang ulang.
2. Reverberation
Bila suatu sumber bunyi didalam ruangan yang sedang berbunyi dihentikan
secara tiba- tiba, bunyi yang terlah tersebar didalam ruangan tidak serta
merta ikut berhenti. Hal ini disebabkan oleh sifat sifat bidang pembatas
ruang tersebut yang cenderung memantulkan bunyi. Perpanjangan bunyi ini
disebut reverberation (dengung).
Agar menciptakan suasana yang hidup dibutuhkan reverberation yaitu
pemantulan yang terjadi lebih cepat dari 1/20 det. Pada reverberation,
pemantulan terjadi sangat cepat sehingga sulit untuk membedakan mana
bunyi asli dan bunyi pantulan kecuali sumber bunyi dihentikan tiba-tiba.
Pengukuran reverberation dalam suatu ruangan menggunakan Reverberation
Time (RT). Waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
sumber bunyi yang dihentikan secara tiba- tiba untuk turun intensitasnya
sebanyak 60 dB dari intensitas awal. Waktu dengung bergantung pada
volume ruangan, luas permukaan bidang bidang pembentuk ruangan,
tingkat penyerapan permukaan ruang dan frekwensi bunyi yang muncul.
Melalui waktu dengung, kualitas akustik sebuah ruangan dapat ditentukan.
Secara garis besar, aktifitas dalam ruangan dengan akustik alamiah (tanpa
peralatan listrik) dibedakan menjadi :
- Aktifitas berbicara, waktu dengung yang disarankan antara 0,5 sampai 1
det dengan RT ideal 0,75 det
- Aktifitas music, waktu dengung yang disarankan 1 2 det dengan RT ideal
1,5 det.
60

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


-

Untuk ruang ruang dengan fungsi lain sbb :


Fungsi ruangan
Kantor
Ruang Konferensi
Studio Musik
Gereja

Volume ruang (m3)


30
100
100
1000
500
5000
500
5000

Waktu dengung (det)


0,5
0,75
0,5
0,8
0,9
1,5
1,5
1,8

Sumber : Mc.Mullan, 1991 dalam Mediastika, 2005, p.81


Untuk menghitung waktu dengung menggunakan formula Sabin,

t=

0,16V
A

Dengan :
t. : waktu dengung(detik)
V : volume ruangan (m3)
A : total absorpsi dari masing pembatas ruangan yaitu akumulasi dari luas
permukaan dikali dengan koefisien absorpsi masing masing material.
Pada kondisi tertentu kita menginginkan adanya reverberation (dengung)
dalam suatu ruangan namun yang muncul malah Echo (gema). Pada keadaan
semacam ini tanpa mengubah volume ruangan yang dapat dilakukan adalah
mengubah material permukaan bidang batas pembentuk ruang dari material
dengan tingkat penyerapan rendah ke tingkat penyerapan tinggi. Apabila nilai
total serapan ruang naik dua kali lipat akan menurunkan nois (bunyi pantulan
yang tidak dikehendaki) sebesar 3 dB.
3. Absorpsi (penyerapan)
Penyerapan bunyi akan mengakibatkan menurunnya energy bunyi yang
menimpa bidang batas tersebut. Fungsinya adalah mengurangi energi bunyi
untuk mengurangi kebisingan dan juga untuk mengontrol waktu dengung.
Unsur - unsur yang dapat menunjang penyerapan bunyi :
Lapisan permukaan dinding, lantai atau atap
Isi ruang seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan
lunak dan kapas
Udara dalam ruang.
Tingkat penyerapan bunyi ditentukan oleh koefisien serap/koefisien absorpsi
material. Adapun jenis absorper yang umum ditemui adalah :
a. Material berpori
Karakteritik akustik dasar semua bahan berpori, sperti papan serat (fiber
board) , plesteran lembut , mineral wools, dan selimut isolasi adalah
suatu jaringan selular dengan pori pori yang saling berhubungan.
Karakteristik penyerap berpori adalah :
- penyerapan bunyinya lebih efisien pada frekwensi tinggi disbanding
rendah
61

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


-

efisiensi akustiknya membaik pada jangkauan frekwensi rendah


dengan bertambahnya teebal lapisan penahan yang padat dan dengan
bertambahnya jarak dari lapisan penahan ini.

Bahan berpori komersial dapat dibagi dalam tiga kategori :


1. Unit akustik siap pakai
Yang termasuk unit siap pakai adalah jenis ubin selulosa, serat mineral
yang berlubang dan tidak, panel penyisip, lembaran logam dengan
berlubang dengan bantalan penyerap.
Keuntungan unit siap pakai adalah :
-penyerapannya dapat diandalkan dan dijamin pabrik
-pemasangan dan perawatannya relatif mudah
-dapat dihias kembali tanpa pengaruh terhadap penyerapannya
-pengunaan dalam system langit-langit dapat disatukan secara
fungsional dan visual dengan syarat penerangan, pengkondisian
udara.
-Bila dipasang secara tepat penyerapannya dapat bertambah secara
menguntungkan
Sedangkan kerugiannya adalah :
-sukar untuk menyembunyikan sambungan-sambungan antara unit
yang berdampingan
-mereka umumnya mempunyai struktur yang lembut, yang peka
terhadap kerusakan mekanik bila dipasang pada tempat-tempat
yang rendah di dinding
-penyatuan keindahannya kedalam tiap proyek menuntut kerja keras
-penggunaan cat untuk tujuan dekorasi ulang dapat mengubah
penyerapan sebagian besar unit akustik siap pakai. Kecuali petunjuk
pabrik diikuti.
2.
Plesteran akustik dan bahan yang disemprotkan
Ini digunakan dengan tujuan reduksi bising pada daerah yang susah
untuk penggunaan bahan lain misalnya permukaan melengkung. Paling
baik digunakan pada frekwensi tinggi. Dan agar memperoleh hasil yang
baik , pekerjaan harus dilakukan oleh pekerja yang cakap dan
spesifikasi pabrik harus diikuti dengan tepat. Perawatannya sedikit
menimbulkan kesulitan dan dekorasi ulang dapat menimbulkan
kemunduran pada sifat akustiknya.
3.
selimut isolasi akustik
selimut akustik dapat dibuat dari serat-serat karang, serat gelas, serat
kayu, lakan, rambut dan sebagainya .Biasanya selimut ini dipasang
pada system kerangka kayu atau logam dan digunakan untuk tujuan
akustik dengan ketebalan yang bervariasi antara 1 dan 5 inci.
Penyerapannya bertambah dengan bertambahnya ketebalan bahan.
Selimut isolasi biasanya tidak menampilkan permukaan estetis yang
memuaskan, maka biasanya ditutupi papan berlubang, fly screening
dan lain - lain sesuai dengan fungsinya.
4. karpet dan kain
Selain sebagai penutup lantai juga untuk sebagai bahan akustik
karena mereka menyerap bunyi dan bising di udara. Selain di lantai,
karpet juga kadang ditempatkan di dinding. Jenis serat tidak
berpengaruh terhadap penyerapan bunyi. Semakin tebal suatu karpet
maka kemampuan menyerap bunyi makin besar.
62

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Selimut
Akustik tiles
Soft
akustik
board
b. Panel penyerap
Penyerap ini terbuat dari lembaran lembaran atau papan tipis yang
mungkin saja tidak memiliki permukaan berpori. Panel semacam ini cocok
untuk menyerap bunyi yang berfrekwensi rendah. Tiap bahan kedap yang
dipasang pada lapisan penunjang yang padat tetapi terpisah oleh suatu
ruang udara akan berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar
bila tertumbuk bunyi. Panel ini merupakan penyerap frekwensi rendah
yang baik.
Diantara lapisan dan konstruksi penyerap panel berikut ini berperan dalam
penyerapan suara frekwensi rendah : panel kayu dan har board, gypsum
board, langit-langit plesteran yang digantung, plesteran berbulu, plastik
board tegar, jendela, kaca, pintu, lantai kayu dan panggung dan pelat
logam ( radiator ). Selain itu bahan berpori yang diberi jarak dari lapisan
penunjangnya yang padat juga berfungsi sebagai penyerap panel yang
bergetar.

c. Rongga penyerap
Bahan ini terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi dinding
dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang/celah sempit ke ruang
sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat.
Resonator rongga dapat digunakan sebagai :
- Resonator Unit individual
Balok beton standar yang menggunakan campuran yang biasa tetapi
dengan rongga yang telah ditetapkan, disebut unit sound blox.
Merupakan jenis resonator rongga jaman sekarang. Karena mereka
meniadakan kebutuhan akan pemasangan lapisan permukaan

63

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

penyerap bunyi tambahan maka mereka merupakan suatu sarana


pengendali bising yang ekonomis.
Resonator panel berlubang
Panel berlubang yang diberi jarak pisah terhadap lapisan penunjang
padat, banyak digunakan sebagai aplikasi prinsip resonator
celah.Mereka mempunyai jumlah leher yang banyak yang membentuk
lubang-lubang panel jadi berfungsi sebagai deretan resonator rongga.
Lubang bisanya berbentuk lingkaran ( kadang-kadang celah pipih).
Rongga udara dibelakang lubang membentuk bagian resonator yang
tak terbagi dan dipisahkan ke dalam lekukan oleh elemen elemen
system kerangka yang horiontal dan vertical.
Bermacam-macam panel atau papan standar yang komersial dapat
diperoleh dalam bentuk berlubang dan cocok dalam penggunaan
penyerap panel berlubang , seperti lembaran asbestos semen,
hardboard, lembaran baja atau aluminium polos ,bergelombang dan
lebar, lemabaran plastik tegar, panel kayu dan plywood, panel serat
gelas yang dicor dan lembaran baja berlapis plastik. Pelapis permukaan
panel berlubang yang tampak harus menhgindari penyumbatan
lubang-lubang oleh cat.
Resonator celah
Berupa pengaturan elemen elemen suatu pelapisan permukaan
dengan menggunakan system deretan kayu, logam, atau rusuk plastik
tegar, balok atau batu bata rongga yang dilengkapi dengan deretan
lubang, celah, atau petak yang dapat dilihat.

4. Difraksi
Difraksi adalah peristiwa menerusnya atau membeloknya perambatan
gelombang bunyi akibat ketidak mampuan penghalang berdimensi kecil
untuk menahannya. Selain diakibatkan oleh dimesi penghalang yang kecil,
difraksi gelombang bunyi dapat terjadi ketika bidang atas atau penghalang
memiliki celah atau lubang untuk dilalui.
5. Refraksi
Berbeda dengan difraksi yang terjadi di luar obyek penghalang atau bidang
batas, refraksi adalah membeloknya gelombang bunyi karena melewati atau
memasuki medium perambanatan yang memiliki kerapatan molekul yang
berbeda. Oleh karena itu, prinsip ini disarankan untuk diterapkan pada prinsip
pembutan elemen ganda, baik lantai atau dinding agar kebisingan tereduksi.
6. Difusi
Difusi adalah gejala terjadinya pemantulan yang menyebar karena
gelombang bunyi menerpa permukaan yang tidak rata. Gejala ini dipakai
untuk menghilangkan terjadinya pemantulan berulang ulang.
Bila tekanan bunyi dis etiap bagian suatu ruang sama dan gelombang bunyi
dapat merambat dalam semua arah, maka medan bunyi dikatakan serba
sama atau homogen dan terjadi Difusi bunyi. Difusi bunyi yang cukup adalah
ciri akustik yang diperlukan dalam jenis ruang tertentu yang membutuhkan
distribusi bunyi yang merata seperti ruang auditorium, rakaman dan lain lain .
64

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Difusi bunyi dapat diciptakan dengan beberapa cara :
- Pemakaian permukaan dan elemen penyebar yang tak teratur dalam
jumlah banyak sekali seperti pilaster, pier, balok balok telanjang, langit
langit yang terkotak kotak , pagar balkon yang dipahat dan dinding yang
bergerigi
- Penggunaan lapisan permukaan pemantul bunyi dan penyerap bunyi
secara bergantian.
- Distribusi lapisan penyerap bunyi yang berbeda secara tak teratur atau
acak.
7. Transmisi bunyi
Pada kondisi tertentu, pembatas ruang memiliki kemungkinan mampu
meneruskan atau mentransmisikan bunyi yang muncul dari satu ruangan
keruangan yang lain. Ini bisa terjadi apabila ada celah antara ruangan, retak
atau cacat material dan bidang batas bersifat ringan, tipis dan tidak dipasang
permanen. Pada kondisi semacam ini tidak hanya permukaan bidang batas
yang perlu dirancang ulang namun keseluruhan bidang pembatas tersebut
dari berat, tebal dan system pemasangannya.

6.3

Sistem Perkuatan dan Perbaikan kualitas Bunyi secara Buatan

Sistem perkuatan bunyi (sound reinforcing system) dan perbaikan kualitas bunyi
secara buatan adalah pengolahan gelombang bunyi dengan bantuan peralatan
elektronik untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa sehari hari disebut
juga sound system.
Berdasarkan tujuan dibedakan menjadi :
1. Untuk memperkuat bunyi agar dapat didistribusikan kepada lebih banyak
pengguna dengan tingkat kekerasan yang mencukupi. Biasanya untuk
auditorium
2. Untuk memperbaiki kualitas bunyi agar lebih jernih dan mantap.
3. Untuk memperkuat dan sekaligus memperbaiki kualitas bunyi.
Pedoman umum yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan
apakah suatu ruangan membutuhkan perkuatan perbaikan bunyi sebagai berikut
:
1. Keadaan akustik alamiah ruangan sudah sangat baik, yaitu ruangan telah
memiliki tingkat reverberation yang cukup untuk menyebarkan bunyi pada
pemakai dalam jumlah tertentu, maka tidak diperlukan system perkuatan
bunyi.
2. Auditorium dengan 500 tempat duduk dengan penyelesaian akustik
alamiah yang baik biasanya tidak membutuhkan system perkuatan bunyi.
3. Auditorium dengan 500 1000 tempat duduk mungkin saja memerlukan
system perkuatan bunyi tergantung dari kondisi akustik alamiah yang ada.
4. Auditorium dengan jumlah tempat duduk diatas 1000 umumnya
memerlukan perkuatan bunyi buata sebab akustik alamiah tidak mampu
memberikan kualitas bunyi yang baik pada kondisi ini.

65

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Amplifier

Mikrofon
- Mengubah energy suara
menjadi energy listrik
- Sebaiknya diluar jangkauan
loudspeaker agar tidak
terjadi feedback

Kontrol elektrik dan


komponennya
- Meningkatkan level sinyal
listrik
- Mendistribusikan energy
listrik ke HF dan LF
speaker pada level dan

Loudspeaker
- Mengubah energy listrik
menjadi airborne
sound
- Mendistrikbusikan suara ke
pendengar pada level
yang tepat

A. Mikrofon
Mikrofon adalah pertama dari rangkaian peralatan perkuatan bunyi dan
merekam bunyi. Kualitas bunyi yang akan diterima mikrofon tergantung
kualitas sumber bunyi dan kualitas mikrofon.
1. Jenis Mikrofon
- Dynamic microfon
Adalah microfon dengan sinyal elektrik yang diproduksi oleh
pergerakan konduktor dalam suatu medan magnet. Konduktor yang
dipakai adalah kumparan. Cocok untuk digunakan di luar ruangan
karena tahan terhadap benturan, perubahan suhu dan tekanan udara
- Ribbon microfon
Cara kerjanya sama dengan dynamic microfon hanya konduktornya
bukan kumparan melainkan pita metal yang sangat tipis dengan
ketebalan sekitar 2 mikronmeter. Lebih peka daripada mikrofon
dinamis tapi lebih mudah rusak.
- Condenser microfon
Adalah mikrofon yang bekerja dengan menggunakan dua kapasitor
berbentuk piringan. Satu piringan pada posisi statis dan satu pada
posisi yang bergerak dan berfungsi sebagai diagframa. Microfon jenis
66

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


ini sangat mudah rusak maka lebih baik digunakan untuk dalam
ruangan.

2. Alat dan kelengkapan mikrofon


Agar dapat berfungsi dengan baik
sebaiknya mikrofon dilengkapi dengan :
- Windscreen adalah obyek tipis seperti
membrane yang dipasang langsung
didepan mikrofon diantara sumber
bunyi dan mikrofon. Biasanya terbuat
dari foam dengan pori pori besar
atau kawat melingkar yang bagian
tengahnya diisi kain nylon. Fungsiny
untuk mengurangi tekanan nafas
manusia dan melindung mikrofon dari
kelembaban.
- Efek proximity adalah kemampuan mikrofon untuk meningkatkan
kualitas suara manusia menjadi lebih berat atau mantap yaitu berupa
alat yang dipasang pada mikrofon untuk meningkatkan respon bass.
- Peredam getaran
Adalah objek dari bahan yang lunak (karet atau spons) yang dipasang
pada stand atau penyangga tempat mikrofon diletakkan. Fungsinya
untuk mengurangi imbas getaran atau kebisingan yangtidak
dikehendaki.
3. Teknik peletakan mikrofon
Mikrofon bisa diletakkan dimana saja namun untuk menghindari terjadinya
feedback (peristiwa masuknya kembali bunyi dari speaker kedalam
mikrofon) sebaiknya diletakkan tidak dalam jangkauan distribusi speaker.
Menurut mobilitas, perletakan mikrofon dibedakan sebagai berikut :
- Peletakan statis dimana posisi tetap dan diluar jangkauan manusia,
misalnya pada plafond untuk ruang pertunjukan.
- Peletakan semistatis dengan menggunakan penyangga atau stand.
- Peletakan secara dinamis dimana mikrofon bisa dipindah sesuai
kebutuhan. Umumnya untuk mengantisipasi jarak dipakai jenis
mikrofon yang tanpa kabel (wireless) atau yang dijepitkan di leher
(handsfree microphone)
B. Amplifier dan Equalizer
Amflifier adalah perangkat yang ditempatkan setelaj mikrofon. Fungsinya
untuk memperkuat masukan bunyi yang ditangkap oleh mikrofon. Proses
untuk memperbaiki kualitas bunyi disebut system ekualisasi (equalization)
dan amplifier sendiri adalah bagian dari system ini.
67

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Perangkat peralatan ekualisasi dibutuhkan untuk mendapatkan warna bunyi
dan keseimbangan harmoni yang tepat. Kadang bunyi yang masuk mikrofon
tidak bersih, kurang kuat, kurang nge-bass atau kurang terdistribusi dengan
rata. Kekurangn ini dapat diperbaiki dengan equalizer. Perangkat ini
memungkinkan operator untuk menghilangkan frekuensi atau kelompok suara
tertentu yang menurunkan kualitas suara dan meningkatkan frekuensi yang
memantapkan kualitas suara. Rangkaian lengkapnya terdiri atas : mixeramplifier, equalizer dan power amplifier.
C. Speaker
Speaker atau loudspeaker adalah peralatan terakhir dalam rangkaian sound
system adapun fungsinya adalah menyampaikan hasil bunyi yang telah
diolah oleh amplifier dan equalizer. Sebuah kotak speaker terdiri dari dua
speaker yaitu yang mengeluarkan hasil olahan bunyi dalam frekuensi tinggi
(tweeter) dan yang mengeluarkan hasil olahan bunyi dalam kelompok
frekuensi rendah (woofer). Terkadang untuk menambah mantap kualitas
suara ditambahkan speaker ekstra yang disebut sub-woofer untuk frekuensi
yang sangat rendah.
Peletakan speaker juga menentukan kualitas akhir dari bunyi yang dihasilkan
sound system. Adapun tipe perletakan speaker sebagai berikut :
- Peletakan terpusat
Pada peletakan ini satu atau beberapa speaker diletakkan pada satu titik
atau saling berdekatan. Biasanya diletakkan diatas sumber bunyi namun
masih dalam jarak jangkau pandangan mata pendengar. Peletakan
terpusat mensyaratkan minimal ketinggian plafond 6,5m. Apabila situasi
memungkinkan peletakan terpusat lebih dianjurkan daripada yang
menyebar sebab peletakan ini akan membawa pendengar ke suasana
yang lebih nyata.
-

Peletakan menyebar
Pada peletakan ini beberapa speaker diletakkan diatas pendengar dengan
tingkat kekuatan yang lebih lemah daripada speaker terpusat. Jenis
peletakan ini dipilih apabila : ketinggian plafond kurang dari 6,5m,
pendengar tidak dapat berada pada jarak pandang speaker misal dibawah
balkon.
Pada peletakan ini harus diupayakan agar pola jangkau masing masing
speaker tidak tumpang tindih sehingga tidak ada pendengar yang
mendengar bunyi dari beberapa speaker.
Monitor speaker
Pada auditorium yang memiliki panggung, peletakan speaker secara
terpusat atau menyebar akan didampingi dengan peletakan monitor
speaker panggung yang digunakan pemain di panggung untuk mengontrol
bunyi yang dikeluarkannya. Biasanya diletakkan pada lantai bagian depan
panggung dan mengarah pada pemain dengan sudut kemiringan tertentu.
Agar tidak menimbulkan feedback biasanya menggunakan speaker
dengan kekuatan input rendah antara 100 200 watt.

68

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

BAB VII
SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL BANGUNAN
Pada bangunan tinggi sangat umum ditemukan sistem transportasi vertical
baik yang tanpa mesin dan yang menggunakan sistem mekanis. Adapun yang
dimaksud dengan sistem transportasi vertikal adalah sistem yang terdiri dari
sarana atau mesin untuk memindahkan pengguna bangunan dari atau ke bagian
bangunan secara vertical (ke atas atau ke bawah).
Jika dilihat dari mekanismenya yang manual tanpa mesin meliputi tangga
dan ramp. Sedangkan yang menggunakan sistem mekanis meliputi Lift/elevator,
Eskalator, Travelator, conveyor
(ban berjalan) , dumbwaiter dan Kursi mekanis.
7.1Ramp
Ramp berguna saat sejumlah pengguna atau kendaraan harus dipindahkan
antar lantai dan sering ada di bangunan publik dan untuk pengguna yang
cacat. Sebaiknya dibuat anti-slip atau tidak licin dengan kemiringan yang
dianggap nyaman maksimum 8% serta dilengkapi balustrade dan pelindung
rel (unt kaki dan tangan)
Jenis ramp menurut letak dan mekanismenya :
1)Di dalam bangunan, 2) Diluar bangunan dan 3)Dengan tenaga penggerak

7.2Tangga
Tangga merupakan bentuk umum
transportasi vertikal untuk bangunan
1 4 lantai masih memungkinkan
menggunakan tangga saja namun
lebih
tinggi
dari
ini sebaiknya
menggunakan
alat
transportasi
mekanis. Selain itu pada bangunan
high rise keberadaan tangga juga
tetap harus direncanakan baik untuk
transportasi saat lift mati ataupun
kondisi darurat.
Kemiringan tangga yang dianggap
nyaman 27derajat, untuk tangga diluar ruangan 20 30 sedangkan tangga
interior 30 35. Ukuran anak tangga t= 15 18 cm , l = minimal 24 cm.
69

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Jumlah tangga yang dibutuhkan sesuai fungsi bangunan umumnya
menyesuaikan dengan ketentuan setempat. Kontrolnya minimal ada dua
jalur untuk masing masing lantai, jarak tangga dengan daerah yang
dilayani, dan kapasitas maksimum yang bisa dilayani oleh sebuah tangga.
Bentuk konfigurasi tangga dapat dilihat pada gambar dibawah ini dan
disesuaikan dengan jenis bahan yang digunakan.

7.2.1 Tangga Kayu


Tangga dengan menggunakan bahan kayu merupakan bentuk awal dari
bahan tangga sebelum menggunakan bahan lain. Dengan system
konstruksi yang cukup rumit untuk memastikan kekuatan saat
digunakan.

7.2.2 Tangga Baja


Tangga dengan bahan baja atau plat baja umumnya digunakan dalam
bangunan untuk tujuan tahan api atau kebakaran. Tangga jenis ini bisa
diperoleh dari beragam pabrik dengan ukuran dan spesifikasi tertentu.
70

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Struktur rangka tangga dibuat dari bahan baja namun dalam
perkembangannya penutup anak tangga bisa beragam baik batu, beton atau
logam lain dan permukaan harus anti slip.

7.2.3 Tangga Beton


Tangga berbahan beton sangat umum digunakan dalam bangunan
pada masa sekarang. Tergantung dari metode pendukung yang tersedia,
tangga beton bisa didesain sebagai kantilever atau perpanjangan balok dan
slab beton. Seluruh tangga bisa dicor ditempat dalam satu kesatuan atau
slab atau balok T dibentuk dulu kemudian anak tangga ditambahkan. Selain
itu tangga beton juga bisa dibuat dengan menggunakan beton precast
(pracetak). Permukaan anak tangga juga bisa ditutupi dengan berbagai tipe
bahan seperti tegel, batu atau plat logam dan harus dipastikan sudutannya
tidak membahayakan serta anti slip.

7.3

Lift/ Elevator
Berikutnya akan dibahas tentang system transportasi vertikal yang
bersifat mekanis seperti Lift, escalator, travelator dan lain lain.
Performa atau kinerja lift sangat tergantung pada
1). Akselerasi
2). Retardasi
3). Kecepatan unit lift
4) kecepatan operasional pintu lift
5). Stabilitas kecepatan dan performa lift dalam kondisi beban yang berbeda
71

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Perkiraan jumlah pengguna bisa dihitung dengan memperkirakan 1 orang


menggunakan 9,5m2 dari area lantai sampai 1125m2 dari area lantai. Untuk
waktu awalan dan akhiran yang menyatu bisa dihitung 17% dari seluruh populasi
menggunakan setiap 5menit. Untuk waktu penggunaan yang bertahap dihitung
12% pengguna.
Jumlah lift akan memiliki akibat pada kualitas servis. 4 buah lift dengan
daya tamping 18 orang menyediakan kapasitas angkut yang sama dengan 3
buah lift dengan daya tamping 24 orang tapi dengan waktu tunggu yang 3 kali
lipat lebih lama. Kualitas layanan dapat digolongkan sangat baik apabila dalam
rentang waktu interval 25 35 detik. Interval 35 45 detik masih dapat diterima
untuk fungsi bangunan perkantoran. Sedangkan untuk fungsi hotel di interval 60
detik dan apartemen atau flat masih memungkinkan 90 detik.
Kriteria lebih lanjut untuk kenyamanan dan pengguna lift adalah :
- Adanya petunjuk arah atau lokasi di lift lobby untuk orang yang tidak familiar
dengan bangunan tersebut
- Tombol panggil dalam unit lift yang diposisikan agar mudah digunakan dan
jelas untuk arah naik atau turun
- Posisi ketinggian tombol panggil memungkinkan untuk digunakan oleh orang
cacat atau anak anak
- Pada suatu grup lift (lebih dari satu unit di lokasi yang sama), tampilan posisi
lift dan posisi panggil (naik atau turun) harus jelas untuk seluruh calon
pengguna sehingga memudahkan mengawasi kedatangan lift dan bergerak
secara efisien ke lift yang pertama tiba.
- Lampu petunjuk unit lift dan indicator dengan fasilitas audible (dengan
suara) untuk menunjukkan unit mana yang tersedia dan arah tujuan
pergerakan unit tersebut.
- Tersedia area antara (setelah keluar dari unit lift) yang memadai agar tidak
terjadi persinggungan jalur pejalan kaki dengan keluarnya pengguna dari
dalam unit lift.
Untuk lebih detail
pemahaman anda silahkan pelajari Materi Cara
Menghitung kebutuhan lift yang sudah saya sediakan dalam format pdf dan
acuan referensi Building Services Handbook.

72

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

73

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


7.4

Eskalator
Eskalator atau tangga berjalan merupakan sarana transportasi vertikal
berikutnya yang juga banyak digunakan dalam bangunan modern. Fungsinya
untuk memindahkan orang orang dari level lantai satu ke lantai yang lainnya.
Penempatan eskalator harus memperhatikan alur sirkulasi pada level lantai yang
dimaksud. Tinggi lantai ke plafond harus diperhatikan dan disampaikan pada
produsen eskalator untuk memperhitungkan beban. Jika kurang dari 20 ft harus
ada tumpuan tambahan mengingat eskalator adalah sistem mekanis dengan
getaran dan kebisingan
Biasanya ditata secara berpasangan untuk arah yang berlawanan dan
memindahkan sampai 12.000 orang per jam.
Kapasitas angkut maksimum tergantung pada lebar anak tangga dan
kecepatan escalator. Lebar standard untuk anak tangga adalah 60 cm, 80 cm
dan 100cm dengan kecepatan antara 0,5 0,6 m/s. system mekanis nya jauh
lebih sederhana daripada lift dengan motor yang bekerja terus menerus dengan
variasi beban yang ada serta tidak dipengaruhi oleh keseluruhan tinggi
bangunan hanya hubungan antar lantai saja.

Konfigurasi escalator bervariasi tergantung pada


level pelayanan yang dibutuhkan. System satu
arah dengan satu jalur untuk menghindari
gangguan lalu lalang pengguna tapi
membutukan area ruang yang lebih luas dari
pada penataan yang lain. Bentuk saling silang
digunakan untuk melayani jalur sirkulasi dua
arah (naik dan turun).

74

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

7.5 Travelator
Travelator atau juga disebut autowalks, convetor penumpang dan jalur
pejalan kaki bergerak. Travelator menyediakan jalur bergerak untuk manusia,
perlengkapan, troly barang, kursi roda dan kendaraan kecil untuk jarak
sampai kurang lebih 300m. kemiringannya bisa mencapai 12 dan maksimal
18 tapi tidak disaran kemiringan lebih dari ini khususnya untuk jalur trolli
dan kursi roda.
Aplikasi bisa pada bangunan dengan fungsi pertokoan, bangunan
komersil, pusat pameran, jalur kereta api dan jalur antar terminal di airport.
Rentang kecepatan berkisar antara 0,6 1,3 m/s. jika lebih cepat dari ini
agak kesulitan untuk masuk dan keluar jalur travelator.
Ada beberapa jenis bahan yang telah dicoba untuk digunakan sebagai
permukaan conveyor seperti bahan elastis, karet, bahan komposit, plat baja
dan lempeng baja.

75

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

7.6 Conveyer/ Ban Berjalan


-

Umumnya untuk transportasi barang bukan manusia


Digunakan pada proses produksi di pabrik pabrik dan bandar udara
untuk pemindahan bagasi penumpang

7.7
-

Dumbwaiter
Umumnya untuk barang berpindah tanpa bantuan manusia untuk
mengangkut secara manual
Terbatas jarak pelayanannya tidak seperti lift barang pada umumnya

76

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

7.8

Pneumatic Tube dan Mail Chute

7.9 Kursi Mekanis (stair lifts)


Berupa kursi khusus dengan track mekanis untuk orang cacat atau orang lanjut
usia berpindah dari satu lantai ke lantai diatasnya

77

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

BAB VIII
PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN
Pemeliharaan (maintenance) bangunan adalah sangat penting dan perlu
setelah bangunan tersebut selesai dibangun dan dipergunakan. Pemeliharaan ini
akan membuat umur bangunan tersebut menjadi lebih panjang, ditinjau dari
aspek : kekuatan, keamanan, dan penampilan (performance) bangunan. Bahwa
berhasil atau tidaknya suatu pembangunan gedung dapat dilihat dari usia
pemakaian bangunan sesuai dengan rancangan bangunannya dan tata cara
pemeliharaan terhadap bangunan itu sendiri.
Pada umumnya usia suatu bangunan diperhitungkan 20 tahun. Oleh
karena itu, pekerjaan pemeliharaan sangat penting dan dilakukan pada tahap
pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi secara rutin, terus menerus dan
periodik dengan memperhatikan spesifikasi teknis bahan. Dengan adanya
pemeliharaan yang rutin maka diharapkan bila terjadi kerusakan tidak
memerlukan biaya perbaikan / pemeliharaan yang tinggi
Perawatan dan pemeliharaan bangunan gedung di Indonesia merujuk
kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/Prt/M/2008 30
Desember 2008. Beberapa hal yang penting sebagai berikut :
I. Definisi perawatan dan pemeliharaan bangunan :
1. Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan
gedung selalu layak fungsi
2. Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan / atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan /
atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap layak fungsi
II. Lingkup dan persyaratan pemeliharaan dan perawatan bangunan :
1. Lingkup pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung meliputi :
a. Pemeliharaan bangunan gedung;
b. Perawatan bangunan gedung.
2. Pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung meliputi persyaratan yang
terkait dengan :
a. keselamatan bangunan gedung;
b. kesehatan bangunan gedung;
c. kenyamanan bangunan gedung; dan
d. kemudahan bangunan gedung
8.1 RUANG LINGKUP PEMELIHARAAN BANGUNAN / GEDUNG
a. Tahap Pra Konstruksi
Pemeliharaan dilakukan sebelum pekerjaan konstruksi / fisik bangunan
dilaksanakan. Misalnya untuk pengendalian anti rayap (termite control) pada
soil treatment (galian tanah, urugan tanah).

78

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Gbr. 1 Pemeliharaan pada lokasi ketika tahap persiapan (pengurugan tanah)
b. Tahap Konstruksi
Pemeliharaan dilakukan pada saat pelaksanaan konstruksi fisik. Misalnya;
bahan bangunan yang terbuat dari kayu (atap, kosen, pintu / jendela) dengan
dicat meni, residu atau wood treatmen dengan anti rayap.

Gbr. 2 Pengecatan pada komponen logam

Gbr. 3 Pengecatan kayu sebagai bagian pemeliharaan konstruksi

Gbr. 4 Penyemprotan anti rayap sebelum konstruksi


c. Tahap Pasca Konstrusi
Pemeliharaan gedung dilakukan secara periodik, rutin pada saat pekerjaan
pembangunan telah selesai. Misalnya :
1) Pemeliharaan pengecatan dinding.
79

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


2) Pemeliharaan pengecatan kusen pintu dan jendela.
3) Pemeliharaan anti rayap pada lantai dan sekeliling bangunan
4) Pemeliharaan penggantian genting, keramik lantai dan dinding.

III. Penggolongan Pekerjaan Pemeliharaan


1.
Perawatan terus menerus (teratur, rutin).
- Pembersihan saluran drainase dari sampah dan kotoran.
- Pembersihan ruangan-ruangan dan halaman dari sampah dan kotoran.
- Pembersihan terhadap kaca, jendela, kursi, meja, lemari, dll.
- Pembabatan rumput dan tanaman semak yang tidak teratur.
- Pembersihan dan penyiraman kamar mandi/WC untuk menjaga
kesehatan
2.
Perawatan berkala.
- Perbaikan atau pengecatan kusen-kusen, pintu, tembok dan komponen
bangunan lainnya yang sudah terlihat kusam.
- Perbaikan mebeulair (lemari, kursi, meja, dll) serta pengecatan ulang.
- Pengecekan terhadap keamanan sarana bermain atau tempat upacara.
- Perbaikan genteng rusak/pecah sehingga terjadi kebocoran.
- Pelapisan plesteran pada tembok yang retak atau terkelupas.
- Pembersihan dan pengeringan lantai halaman atau selasar yang terkena air
hujan/air tergenang.
3.
Perbaikan darurat.
- Dilakukan terhadap kerusakan yang tidak terduga sebelumnya dan berbahanya /
merugikan apabila tidak diantisipasi secepatnya.
- Perbaikan bersifat sementara harus cepat selesai sehingga kerusakan tidak
bertambah parah dan mengganggu aktifitas
4.
Perbaikan total dan penyempurnaan.
8.2 HAL-HAL YANG DIPERLUKAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMELIHARAAN
Akibat Pemeliharaan yang Buruk
a. Kondisi bangunan akan merosot / cepat rusak.
b. Fungsi dari bangunan serta kegiatan akan terganggu.
c. Berbahaya untuk keamanan pengguna.
d. Diperlukan biaya rehabilitasi yang lebih mahal.
e. Sarana kamar mandi / WC akan menjadi tidak sehat dan menimbulkan
penyakit.
80

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Perincian Pekerjaan Pemeliharaan
Perician kegiatan pemeliharaan dilaksanakan terhadap :
a. Atap.
b. Kusen dan pintu.
c. Dinding.
d. Kaca.
e. Lantai.
f. Kamar mandi / WC.
g. Listrik dan air bersih.
h. Funiture.
i. Saluran pembuangan / drainase / air kotor.
j. Peralatan yang menyangkut pekerjaan besi.
k. Halaman dan taman.
l. Pagar.
No

Jenis pekerjaan
Pekerjaan Atap

Pekerjaan Kusen
dan Pintu

Pekerjaan
Dinding

Pekerjaan Kaca

Pekerjaan Lantai

Item pekerjaan
Genteng / penutup atap lainnya harus berkualitas
baik, tidak mudah retak / pecah sehingga
menyebabkan kebocoran.
Genteng / penutup atap lainnya sebaiknya di
finishing dengan memakai bahan yang tahan
terhadap cuaca seperti veernish untuk genteng
dan cat untuk seng.
Apabila mengalami kebocoran, harus segera di
ganti agar tidak merusak yang lainnya seperti
plafond dan dinding.
Kayu kusen dan pintu harus dimeni dulu sebelum
dicat, agar lebih tahan terhadap rayap.
Kusen, pintu, dan jendela harus sering
dibersihkan.
Kusen, pintu dan jendela selalu dalam kering.
Cat atau pelitur yang terkelupas harus segera
diperbaiki agar kusen, daun pintu dan jendela
terpelihara dengan baik.
Dinding harus selalu bersih dari kotoran dan serta
harus selalu kering.
Untuk membersihkan dinding bisa dilakukan
dengan cara di lap dengan kain basah.
Dinding yang terkelupas harus segera diperbaiki
dengan cara menambah bagian yang rusah
dengan adukan semen dan pasir, kemudian
segera dicat kembali.
Kaca harus dibersihkan setiap hari dari segala
kotoran.
Lantai harus dalam keadaan bersih dan kering.
Lantai yang pecah / lepas segera diganti agar
tidak merusak yang lain.
Pada waktu pemasangan harus memakai lapisan
pasir t = 5 cm dibawah adukan lantai / keramik
untuk menghindari retak.
Adukan dibawah lantai / keramik harus dipastikan
merata keseluruh permukaan lantai / keramik dan
tidak boleh terlalu tebal, tebal adukan sekitar 2
81

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Pekerjaan Kamar
Mandi/WC

Pekerjaan Listrik
dan Air Bersih

Pekerjaan
Furniture

Pekerjaan
Saluran
Pembuangan /
Drainase

Peralatan yang
Menyangkut
Pekerjaan Besi

cm.
Dibersihkan setiap hari.
Jangan membuang air sabun, kotoran yang bisa
menyumbat kedalam Kloset.
Kotoran yang ada dilantai (seperti : tanah, daun
dsb) jangan dibuang kedalam saluran buangan,
karena akan menyumbat saluran tersebut.
Ubin yang pecah segera diganti untuk
menghindari kerusakan yang lebih parah.
Sambungan-sambungan listrik harus benar-benar
tertutup rapat untuk menghindari hubungan
pendek apabila terkena air bocoran dan tidak
membahayakan.
Instalasi listrik harus di periksa setiap 5 tahun
sekali.
Kabel sikring tidak boleh terlalu besar, sebaiknya
dipergunakan yang sesuai dengan daya listrik.
Apabila tidak digunakan sebaiknya dimatikan,
selain untuk menghemat biaya operasional juga
memperpanjang umur daripada instalasi tersebut.
Sumber air bersih sebaiknya diletakkan minimal
dengan jarak 20 m dari septictank / resapan.
Saluran air bersih harus mempergunakan pipa
PVC yang baik mutunya dan tahan lama.
Untuk saluran yang bocor segera
diperbaiki/diganti.
Furniture (meja, kursi, lemari dsb) harus
dibersihkan setiap hari, untuk menjaga supaya
kotoran-kotoran tersebut tidak merusak furniture
tersebut.
Apabila ada yang rusak segera diperbaiki. Kalau
lepas dipaku kembali. Kalau kerusakannya parah
segera diganti.
Apabila cat pelitur sudah mengelupas, segera
dicat / pelitur kembali untuk mencegah rayap dan
sebagainya yang akan merusak furniture tersebut.
Dalam pembuatan saluran pembuang harus
benar-benar diperhatikan kemiringannya. Karena
hal ini sangat berpengaruh kepada kelancaran
aliran airnya.
Saluran pembuang harus sering dibersihkan agar
tidak ada penyumbatan.
Bagian yang retak / pecah harus segera diperbaiki
agar kotoran atau sampah tidak tersangkut
dibagian tersebut.
Dilakukan pengecekan berkala setiap bulan untuk
memastikan bahwa peralatan tersebut masih
layak dipergunakan.
Cat yang terkelupas segera diperbaiki agar tidak
berkarat, dengan cara bagian yang terkelupas
diamplas dahulu. Setelah bersih dari kotoran baru
dilakukan pengecatan.
Bagian yang patah diperbaiki dengan cara
mengelas bagian tersebut. Setelah tersambung
82

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT

Pekerjaan
Halaman dan
Taman

Pekarjaan Pagar

8.3 Peralatan
Bangunan

dan

baik kemudian dilakukan pengecatan.


Semua peralatan tersebut selalu dibersihkan
untuk menghindari karat.
Dilakukan pembersihan setiap hari agar tidak ada
sampah yang membusuk, yang dapat
menimbulkan bau tidak enak atau binatang yang
bersarang.
Dilakukan pemotongan rutin terhadap rumput dan
tanaman untuk menghidari binatang-binatang
yang akan bersarang dan bersembunyi.
Dilakukan penyiraman yang teratur agar
tanaman-tanaman tersebut tumbuh dengan baik
dan subur.
Sediakan tempat sampah agar tampak bersih dan
memudahkan didalam pembuangannya.
Rumput / tanaman yang mati segera di potong
agar tidak mempengaruhi yang lain.
Pada umumnya pemeliharaan pagar sama dengan
pemeliharaan dinding.
Karena letaknya diluar harus sering dibersihkan.
Rumput-rumput yang tumbuh dan menempel
dipagar harus secepatnya dibersihkan.

Perlengkapan

Perawatan

dan

Pemeliharaan

Penggolongan/klasifikasi dari cleaning equipment dapat dikelompokkan menjadi


beberapa
kelompok, yaitu :
a. Kelompok Broom and Brush
adalah alat pembersih yang digunakan untuk membersihkan kotoran lepas
ataupun melekat dari berbagai permukaan, antara lain : lantai, tembok,
upholstery dan lain-lain.
contoh :
kelompok Broom (sapu)
kelompok Brush (sikat)
1. Floor broom
1. Floor brush
2. Hand broom
2. Hand brush
3. Ceiling broom
3. Toilet bowl brush
4. Coconut broom
4. Steel brush
5. Scrubbing brush
b. Kelompok Container
Peralatan yang dipergunakan untuk membawa atau menampung alat-alat lain
dan bahan pembersih serta dapat dipergunakan untuk membawa air, mencuci
dan lain-lainnya.
contoh :
1. Room attendant trolley cart
2. Linen trolley
3. Public area trolley cart
4. Pail
5. Bucket
6. Garbage can
7. Dust pan
83

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


8. Water scope dan lain-lain.
c. Kelompok Linen
peralatan pembersih yang terbuat dari kain atau lena, yang digunakan untuk
operasional sehari-hari oleh petugas housekeeping.
contoh :
1. Cleaning cloth (dusting cloth, glass cloth, floor cloth)
2. Mop hair
3. Floor duster
4. Wall duster
d. Kelompok Mechanical (Machinal)
Peralatan pembersih yang digerakkan dengan mekanik, dengan menggunakan
sumber tenaga listrik.
contoh :
1. Vacuum cleaner
2. Floor maintenace machine ( scrubing, brushing, buffing & polishing)
3. Samphooing machine
4. Upholstery machine
5. Airflow machine/blower
e. Kelompok Protective and Supporting
Peralatan pembersih yang dipergunakan sebagai pengaman dan penunjang,
sehingga
memungkinkan suatu pekerjaan pembersihan terlaksana dengan baik dan
aman.
contoh :
Kelompok Protective :
Kelompok Supporting :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Hand gloves
Safety goggles
Masker
Safety belt
Booth
Net
Coat

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Step ladder
Extention ladder
Scaffolding
Combination plug
Extention cable
Telescopic stic
Gondola

f. Kelompok Other/lain-lain
adalah peralatan pembersih yang tidak termasuk dalam pengelompokkan
peralatan sebelumnya.
contoh :
1. Window squeezer/window wiper
2. Floor squeezer
3. Gun sprayer
4. Puty knife
5. Mop wringer
6. Mop
7. Sponge
8. Scotch brite
9. Stell wool
10.Camois
11.Wet caution, dan lain-lain.

84

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


Agar kita mendapatkan hasil yang maksimal dalam bekerja dan memperoleh alat
sesuai
dengan yang diinginkan, kita perlu pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam
mengadakan cleaning equipment :
a. Peralatan harus kuat dan tahan lama
b. Peralatan harus mudah dipergunakan
c. Peralatan harus aman
d. Bentuk sederhana, sehingga mudah dibersihkan
e. Konstruksi sederhana, sehingga mudah dalam perawatan dan perbaikan
f. Suku cadang tersedia di pasaran
g. Suara tidak bising
h. Murah harganya

Sistem Perangkat Kebersihan Bangunan, antara lain :

1.

Vacuum Cleaner

Cara kerja dari vacuum cleaner ini dengan cara memanfaatkan


perbedaan tekanan. Fan (kipas) akan mengurangi tekanan didalam vacuum
cleaner sehingga terjadi vacuum (ruang hampa). Tekanan Atmosfir akan
mendorong udara luar kedalam vacuum cleaner sehingga debu akan ikut
terhisap masuk kedalam kantong debu didalam vacuum cleaner. Debu dan
udara yang terhisap melalui penyedot (intake port) melewati penyaring
(filter). Debu ditampung di kantong debu (dust bag) dan udara dibuang
dalam keadaan bersih ke atmosfir setelah melewati penyaring.
Komponen - komponen utama vacuum cleaner adalah penyedot (intake
port), saluran keluar (exhaust port), motor listrik, kantong debu (dust
bag).Penyedot merupakan bagian yang akan kita bersihkan atau tempat
debu dihisap ke vacuum cleaner. Saluran keluar merupakan tempat udara
yang dihisap keluar keatmosfir setelah dibersihkan melalui penyaring.
Sedangkan debu ditampung dalam kantong debu. Motor listrik berfungsi
untuk memutar kipas (fan). Perputaran fan ini yang mengakibatkan
penurunan tekanan didalam vacuum cleaner (ruang hampa) sehingga debu
terhisap
2. Gondola (Building maintenance Building)
Jika mengacu pada standart Working at height Procedure, metode yang
umum adalah Rope Acess dan system BMU ( Building Maitenance Units ) atau
di Indonesia di sebut Gondola. Jika mengacu pada fungsi Maintenance gedung,
85

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


maka yang dimaksud dengan BMU atau Gondola adalah alat atau sistem yang
di instal di atas atap gedung, berfungsi untuk mengantarkan pekerja Cleaning
Service atau Teknisi Gedung yang akan melakukan pekerjaan di sisi luar
gedung dalam posisi Vertikal , Menuju kesemua arah atau lokasi dimana
mereka harus membersihkan kaca,dinding gedung atau perbaikan lampu,
dinding dan kaca atau konstruksi lainnya yang berada di sisi luar gedung .
Gondola Special Application
- Curved Rail
- Single Rail
- Hinging Arms
- Track Chain
- Collapsable Cradle
- Special Design Gondola
- Parapet Mounted
Manual Gondola Pneumatik
Tujuan : Manual ini untuk memberikn petunjuk atau instruksi tentang
pengoperasian
gondola.
Data Alat : Mesin Gondola Pneumatik, Bracket Gondola, Gondola Head
(penyangga
gondola), Wire Sling dia 8mm (kabel utama), Wire Sling dia 8mm (kabel
keselamatan),
Wire Sling dia 18mm (kabel penyangga gondola), Air hose 3/4. untuk suplai
udara
bertekanan ke mesin gondola, Manila Rope untuk tali keselamatan
pemakai/operator
gondola.

Prosedur Detail
1. Pemeriksaan Alat
- Memeriksa semua bagian gondola secara visual, dan mencatat dalam
daftar atau check list.
- Memeriksa kondisi kompresor secara visual
- Memeriksa wire sling, penyangga gondola, dan manila rope
2. Pemasangan Alat

86

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


-

Menentukan posisi penyangga utama pada struktur dan melakukan


pemeriksaan kekuatan struktur terhadap beban gondola.
Memasang kabel penyangga gondola (wire sling dia.18mm) struktur yang
telah itentukan, misalnya pada handrail di atas atap tangki secara
melingkar. Pastikan struktur tersebut mampu menahan beban gondola
beserta beban yang diangkut.
Menghubungkan kabel penyangga gondola (wire sling dia. 18mm) yang
lain dari handrail di atas atap tangki ke penyangga gondola. Penyangga
gondola ini akan dipasang di tepi atap tangki
Memasang kabel utama (wire sling 8mm) ke penyangga gondola dan
mesin gondola
Memasang kabel keselamatan (wire sling 8mm) ke penyangga gondola
dan safety box gondola
Memasang selang angin 3/4. dari kompresor ke mesin gondola. Pastikan
panjang selang angin mencukupi serta bebas dari himpitan beban lain,
tertekuk, dan tertarik.
Memeriksa kembali semua bagian-bagian gondola yang telah terpasang
sebelum dioperasikan

3. Inspeksi Alat
- Inspeksi alat-alat gondola dilakukan oleh pihak yang berwenang.
- Inspeksi beban aman (safety load) dilakukan oleh pihak yang berwenang
disesuaikan dengan kapasitas yang dijinkan
- Hanya gondola yang telah lulus inspeksi yang boleh dipergunakan.
4. Pengoperasian Gondola
a. Menyalakan kompresor untuk memperoleh tekanan udara yang
dibutuhkan untuk suplai udara gondola
b. Memeriksa suplai udara pada mesin gondola dengan menekan tuas udara
masing-masing mesin gondola pada posisi gondola bergerak turun
c. Operator atau pemakai gondola wajib memakai full body hardness yang
dihubungkan dengan manila rope dan/atau tali keselamatan dengan
benar, sebelum mengoperasikan gondola
d. Menaikkan gondola :
- Kunci udara masing-masing mesin gondola diposisikan naik secara
bersamaan
- Tuas udara ditekan secara bersamaan sampai gondola bergerak naik
e. Menurunkan gondola
- Kunci udara masing-masing mesin gondola diposisikan turun secara
- bersamaan
- Tuas udara ditekan secara bersamaan sampai gondola bergerak turun
f. Pada kondisi gondola macet atau mesin kompressor mati, yang
mengakibatkan suplai udara bertekanan terganggu atau tidak ada
sehingga gondola tidak dapat dioperasikan, maka operator atau pemakai
gondola dapat mengoperasikan mesin gondola secara manual dengan
menggunakan engkol yang telah disiapkan untuk tiap mesin gondola
g. Pengoperasian mesin gondola secara manual dengan cara memutar
engkol tersebut sesuai dengan kebutuhan untuk turun maupun naik
secara bersamaan sesuai dengan arah tujuan
h. Setelah pemakaian gondola selesai, maka gondola harus ditempatkan di
atas tanah, pada tempat yang telah ditentukan dengan kondisi mesin
gondola telah dimatikan atau tidak ada udara bertekanan dalam mesin
gondola tersebut.

87

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


5. Pemeliharaan Gondola
a. Setelah pemakaian gondola selesai, periksa kembali kelengkapan dan
keandalan gondola. Bersihkan mesin-mesin gondola, wire sling, bracket
gondola dari kotoran akibat pekerjaan blasting, cleaning atau painting
sehingga gondola akan siap dipakai kembali pada waktu berikutnya.
b. Periksa kembali mesin-mesin gondola secara periodik (disarankan secara
mingguan). Ganti spare part yang dirasa sudah aus atau telah rusak
c. Periksa wire sling secara periodik (disarankan secara mingguan). Buat
catatan pemeriksaan terhadap kondisi wire sling, pastikan wire sling
dalam kondisi prima untuk menahan beban yang telah ditentukan
d. Pemeriksaan manila rope atau tali keselamatan harus dilakukan setiap hari
sebelum mengoperasikan gondola
6. Pembongkaran Gondola
Setelah pekerjaan yang menggunakan gondola selesai, maka gondola akan
dibongkar dengan hati-hati dan kemudian dikemas dengan baik.

88

BUKU AJAR UTILITAS 2_NI WAYAN MEIDAYANTI MUSTIKA ST,MT


DAFTAR PUSTAKA
Binggeli, Corky (2003), Building Systems for Interior Designs, John Wiley and
Sons
Mc. Guinness, William J. & Stein, Benjamin (1971), Mechanical and Electrical for
Building, 5th edition, John Wiley and Sons
Mediastika, Christina E. (2005), Akustika Bangunan : Prinsip-prinsip dan
Penerapannya di Indonesia, Erlangga, Jakarta
Noerbambang, Soufyan M. dan Morimura, Takeo (2005) Perancangan Dan
Pemeliharaan Sistem Plambing , Pradnyaparamita, Jakarta
Suripin, (2004), Sistem Drainase Kota Berkelanjutan, Penerbit Andi, Jogyakarta
Hall, Fred and Greeno, Roger (2011), Building Services Handbook 6 th Edition,
Elsevier Ltd, India

89

Anda mungkin juga menyukai