Anda di halaman 1dari 4

11/6/2015

Home

PusdiklatMineraldanBatubaraEkstraksiAsamHumatdariGambutuntukIndustri
RegistrasiDiklatOnline

BERANDA

Halamandepan

Beranda

eLibrary

WebMail

PROFIL

TentangPusdiklatMinerba

Kerjasama

Tambang

SurveyIKM

WIDYAISWARA
DaftarPengajar

Masuk

SurveyEPD(POP)

GALERIFOTO

GaleriFotoKegiatanPusdiklatMinerba

Cari...

KONTAK

HubungiKami

EkstraksiAsamHumatdariGambutuntukIndustri

Ekstraksi Asam Humat dari Gambut untuk Industri


20Februari2014
fontsize

Print

Email

ABSTRAK
Lahan gambut tersebar luas di Indonesia, terutama di daerah Kalimantan Barat, Kalimantann Tengah, Kalimantan Selatan, di daerah Riau, Irian Jaya, Sumatera Utara
dan Lampung. Selain sebagai lahan pertanian, gambut diketahui memiliki potensi sebagai bahan baku energi dan industri . Pemanfaatan gambut untuk energi telah
dipelopori oleh salah satu perusahaan industri pulp yang berlokasi di daerah Riau.
Pemanfaatan bagi keperluan industri dewasa ini sudah diteliti oleh beberapa instansi/lembaga pemerintah maupun oleh kalangan swasta. Natrium humat sebagai
produk akhir dari percobaan pemurnian ini berdasarkan informasi yang ada dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain sebagai bahan pencampuran
pengerasan semen, bahan additif untuk pengikat lumpur batubara agar tahan terhadap pengendapan, bahan pencampur lumpur bor serta sebagai penambah kekuatan
dan kekompakan pada produk industri porselen.
I.PENDAHULUAN
Gambut merupakan campuran heterogen endapan vegetasi yang terakumulasi dalam lingkungan air jenuh. Pembentuk utama gambut di Indonesia adalah vegetasi
hutan tropis dan pada umumnya memiliki variasi warna kuning sampai coklat kehitamhitaman, tergantung dari proses pelapukan, jenis tanaman serta kandungan
sedimennya.
Lahan gambut tersebar luas di Indonesia, terutama di daerahdaerah pantai Kalimantan Barat, Tengah, dan Selatan, daerah Riau, Irian Jaya, Sumatera Utara dan
Lampung.
Sebagai sumber daya alam, gambut dapat dimanfaatkan bagi berbagai peruntukan baik sebagai lahan pertanian dan kehutanan maupun sebagai sumber energi
dan bahan baku industri. Melalui proses pirolisasi, gambut dapat menghasilkan kokas, tar dan gas yang selanjutnya melalui proses lanjutan dapat dijadikan kokas
metalurgi, karbon aktif, bahan pelarut pada industri kimia, dan lain sebagainya. Melalui proses gasifikasi, gambut dapat menghasilkan synthetic gas dan water
gas yang selanjutnya dapat menghasilkan gas hidrogen, metan, methanol, dan amoniak.
Pada proses hidrogensi, gambut dapat menghasilkan synthetic crude oil, yaitu suatu produk dasar untuk bahan bakar. Selain itu melalui proses ekstraksi, gambut
dapat menghasilkan asam humat yang dapat dimanfaatkan antara lain sebagai pengatur viskositas pada lumpur pembilas bor, sebagai bahan pencampur pada
proses pengerasan semen dan pada industri plastik. Unsur pembentuk gambut adalah unsur organik yang terdiri dari : karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen
serta sedikit unsur organik yang terdiri dari silisium, kalsium, dan magnesium.
Unsur organik tersebut membentuk rantai molekul yang besar yang terdiri dari : asam humat, asam sulfat, humin, karbohidrat, lilin, protein, lignin serta banyak
lagi senyawa organik lainnya.
Asam humat dan asam sulfat merupakan senyawa pembentuk gambut yang paling banyak dan merupakan salah satu indikasi dari berbagai jenis dan tipe gambut.
Masingmasing senyawa pembentuk gambut mempunyai sifat kelarutan yang berbeda.
Asam humat adalah senyawa yang koloid, amorf, polimer, berwarna coklat tua, larut di dalam larutan natrium hidroksida atau larutan kalium hidroksida dan tidak
larut/mengendap di dalam larutan asam anorganik. Berdasarkan sifat kelarutan tersebut asam humat yang dapat dipisahkan dari senyawa lainnya. Asam humat
direaksi atau diekstraksi dengan larutan natrium hidroksida. Hasil ekstraksi dimurnikan atau dikeringkan sehingga diperoleh padatan yang kering, berwarna hitam
mengkilat. Menurut Q.H. Wu dkk (1984), natrium humat dapat dipakai sebagai cathode plate extender, additive portland cement, oil drilling mud additive,
dispersant untuk menambah kekuatan dan kekompakan produk industri serta porselin serta bahan dasar industri asam organik.

II.PERCOBAAN
Pada percobaan ekstraksi yang dilakukan, proses pelaksanaannya, berlangsung secara bertahap, yakni : (lihat bagan alir proses)
Analisa ayak
Ekstrasi asam humat
Pemisahan dan pemurnian natrium humat
Pengeringan

Untuk mengetahui jumlah serta sebaran asam humat dari setiap fraksi, telah dilakukan analisa ayak terhadap contoh gambut yang secara acak pada suatu lahan
gambut di Palangkaraya. Contoh dicampur dan diaduk sampai betulbetul homogen, kemudian ditimbang danditetapkan kadar airnya. Selanjutnya contoh di jemur
selama lima hari sampai didapat contoh dengan kekeringan yang merata (kadar air antara 10 13 %). Analisa ayak dilakukan terhadap gambur kering tersebut
dengan menggunakan saringan kawat yang mempunyai ukuran bukan 12, 4, 2, 0, 5, dan 0,215 mm. Fraksi yang diperoleh dari hasil analisa ayak ditimbang untuk
diketahui perbandingan berat dari masingmasing fraksi contoh gambut.
Kandungan asam humat dari tiap fraksi ditentukan dengan cara ekstraksi dan nitrasi oksida dengan menggunakan larutan kalium permanganat. Dari hasil analisa
ayak serta penetuan kandungan asam humat terhadap masingmasing fraksi disimpulkan bahwa percobaan ekstrasi asam humat paling ideal dilakukan pada contoh
gambut berukuran butir kurang dari 2 mm, lihat Tabel 1).

http://www.pusdiklatminerba.esdm.go.id/index.php/kerjasama/item/212ekstraksiasamhumatdarigambutuntukindustri

1/4

11/6/2015

PusdiklatMineraldanBatubaraEkstraksiAsamHumatdariGambutuntukIndustri

III.EKSTRAKSI ASAM HUMAT


Ekstraksi asam humat dilakukan terhadap gambut kering ukuran 2 mm. Pemilihan ukuran ini dilakukan berdasarkan pengamatan hasil analisa ayak dimana
gambut ukuran ini jumlahnya yang paling banyak (kumulatif : 74,1 %) dan kandungan asam humat lebih dari 70%. Bahan baku yang dipakai pada percobaan ini
diperoleh dari 10 kg gambut serbuk (milled peat), diayak dengan ayakan yang mempunyai ukuran bukan 2 mm. Hasil pengayakan kemudian dibiarkan semalam,
diaduk dan dihomogenkan, ditimbang, dan ditentukan kadar airnya, dan disimpan dalam kantong plastik tertutup. Untuk bahan percobaan, diambil sembilan
contoh masingmasing seberat 50 gram dan pada tiaptiap contoh ditambahkan (NaOH) dengan jumlah yang berbeda, lihat Tabel 2).

Masingmasing campuran tersebut dimasukan kedalam gelas piala ukuran 600 ml, di aduk dengan baik kemudian ditambah air sampai volume 500 ml,didihkan di
atas pemanas selama 10 menit sambil diaduk perlahanlahan. Campuran larutan hasil pemanasan kemudian dimasukkan dan dibilas kedalam gelas ukur 1 liter,
tambahkan air sampai jumlah volume larutan 1 liter. Selang dua jam larutan di aduk dan selanjutnya larutan dibiarkan semalaman. Setelah larutan dibiarkan satu
malam, pipet larutan tepat di tengah gelas ukur sebanyak 10 ml, kemudian hasil ektraksi ditentukan secara oksidimetri dengan larutan kalium permanganat.

Perubahan keasaman setiap larutan diperiksa dengan menggunakan kertas Ph. Pemisahan dengan cara filtrasi ternyata tidak memberikan hasil yang memuaskan,
karena hanya sebagian kecil saja cairan yang dapat dikeluarkan, sedangkan sisanya tertahan oleh endapan dibawahnya, yang makin lama makin padat. Penyaringan
dan pemerasan yang disertai dengan tekanan telah dilakukan terhadap ampas atau endapan sisa ektraksi pada kotak besi berukuran 8x8x10 cm yang bagian
dasarnya dipasang saringan berlubang.Larutan ekstraksi diperoleh dari 50 dan 100 gram gambut kering ukuran 2 mm yang di ekstraksi dengan natrium hidroksida
sampai total volume 1 litersehingga diperoleh lumpur gambut 5% dan 10% setelah jangka waktu 2, 4, 6, dan 18 jam. Kadar padatan yang tidak larut diamati
dengan cara memipet bagian tengah gelas ukuran sebanyak 10 ml., kemudian disaring dengan kertas whatman No. 40 (yang beratnya telah diketahui) dan dicuci
sampai bersih.

Endapan yang tersisa di atas kertas saring kemudian dikeringkan di dalam oven pada 110o C selama dua jam. Setelah pengeringan endapan didinginkan di dalam
desikator selama 5 menit, selanjutnya ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Pengeringan di ulang beberapa kali sampai bobot hasil penimbangan
tetap. Hasil pengamatan percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Larutan Natrium Humat yang telah didiamkan lebih dari 16 jam dipisahkan dari endapan gambut dengan cara mengalirkan larutan yang berada di atas endapan
memlalui sebuah selang plastik ke dalam suatu tempat. Dari 1 liter larutan dengan suspensi gambut 5% dapat dipisahkan sebanyak 850 ml larutan natrium humat
dengan kadar 95,62% dan 150 ml sisa endapan gambut dengan kadar air 90,75%. Sedangkan dari 1 liter larutan dengan suspensi gambut 10% dapat dipisahkan
dengan 700 ml larutan natrium humat dengan kadar air 92,5% dan 300 ml sisa endapan dengan kadar air 87,5%.

Larutan Natrium Humat yang telah dipisahkan dari endapan. Kemudian disebar di atas loyang aluminium yang dialasi lembar plastik , kemudian dimasukkan ke
dalam oven, dipanasi pada suhu 110oC dan diuapkan sampai kering. Setelah diuapkan lebih dari 18 jam maka diperoleh padatan natrium humat kering, berwarna
hitam dan mengkilat. Larutan natrium humat dapat pula diendapkan kembali dengan larutan asam hidrokhlorida encer pH2. Endapan yang diperoleh berupa agar
yang berwarna hitam, bila dikeringkan akan berupa kusam.

IV.PEMANFAATAN NATRIUM HUMAT


Terhadap Nahumat hasil ekstraksi gambut telah dilakukan uji pemanfaatannya secara sederhana pada skala laboraturium. Mengingat adanya keterbatasan dana
dan waktu pelaksanaan, maka uji coba hanya terbatas pada dua percobaan yakni :

http://www.pusdiklatminerba.esdm.go.id/index.php/kerjasama/item/212ekstraksiasamhumatdarigambutuntukindustri

2/4

11/6/2015

PusdiklatMineraldanBatubaraEkstraksiAsamHumatdariGambutuntukIndustri

Sebagai pengeras (retarder) adukan semen


Sebagi pengecer (thinner) lumpur bor

Pengeras Adukan Semen


Untuk percobaan ini, natrium humat dicampur dengan natrium sulfat dengan perbandingan 1:1
Pada suhu antara 80o 90o C. Larutan sulfinated Nahumat tersebut dengan jumlah tertentu dicampurkan pada adukan semen. Dari hasil percobaan terlihat
bahwa dengan menambahkan larutan sulfinated Nahumat sebanyak 0,10 g pada 50 g adukan semen, menunjukan peningkatan kuat tekan semen tanpa campuran
larutan. Tetapi pencampuran semen dengan larutan sulfinated Nahumat yang berlebih, misalnya sampai dengan 1 gram pada 50 gram semen, justru akan
menurunkan kembali kuat tekan semen tersebut.
Pengencer Lumpur Bor
Kegiatan operasional pemboran eksplorasi pada umumnya menggunakan lumpur bentonit dengan viskositas tertentu sebagai cairan pembilas (flusting mud). Untuk
mengatasi kesulitan dalam pemboran, maka kekentalan lumpur bor perlu dirubah, apakah diencerkan atau dikentalkan dengan menggunakan bahan additive
tertentu. Nahumat hasil ekstraksi gambut telah dicoba dimanfaatkan sebagai campuran pengecer. Dari hasil percobaan menunjukan bahwa Nahumat dapat
menetralkan kembali viskositas lumpur bentonit yang telah di kentalkan.

V.KESIMPULAN
Nahumat merupakan produk akhir dari program percobaan tersebut yang telah diuji coba. Percobaan pemanfaatan Nahumat hasil dari ekstraksi gambut
dilaksanakan di Laboraturium Geoteknik dan Kimia Direktorat Batubara di Tanjung Enim. Hasil percobaan menunjukkan bahwa Nahumat dapat digunakan sebagai
pengeras pada adukan semen dan pengatur viskositas lumpur pembilas bor.
Percobaan Pemanfaatan gambut untuk industri yang telah dilakukan tersebut masih merupakan kegiatan awal yang tentunya hasilnya masih jauh dari sempurna.
Kendala yang dihadapi selama ini adalah keterbatasan sarana pendukung dan tenaga ahli dibidang gambut.
Untuk itu tentunya perlu dilakukan tindak lanjut penelitian dan pengembangan dengan cara menghimpun seluruh keahlian dari instansi terkait dari pihak swasta
agar keanekaragaman manfaat gambut, khususnya untuk industri dapat lebih dilaksanakan.

Dikompilasi oleh:

Ir. Rachmat Saleh, M.T (Widyaiswara Madya)

DAFTAR PUSTAKA

1.Jackson M.L., 1973 Soils Chemicals Analysis, Prentice Hall of India.


2.Raymond W. Miller, 1990, Soils an Intoduction to Soils and Plant Growth, PrenticeHall Inc., USA.
3.Wu q.h., d.h Zhang. W.D Qin, 1984, Utilization of Chinese Peats, Proceedings of third 7 th International Peats Congress Dublin, vol. II, The Irish National Peats
Committee Ireland.
4. ......................, Laporan Percobaan Ekstraksi Asam Humat Dari Gambut, Proyek Pengembangan Pertambangan Batubara dan Gambut Desa Kalapangan,

http://www.pusdiklatminerba.esdm.go.id/index.php/kerjasama/item/212ekstraksiasamhumatdarigambutuntukindustri

3/4

11/6/2015

PusdiklatMineraldanBatubaraEkstraksiAsamHumatdariGambutuntukIndustri

4. ......................, Laporan Percobaan Ekstraksi Asam Humat Dari Gambut, Proyek Pengembangan Pertambangan Batubara dan Gambut Desa Kalapangan,
Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Direktorat Batubara tahun 1992/1993.

Tweet

Like Onepersonlikesthis.Bethefirstof
yourfriends.

Read2524times
Moreinthiscategory: DAMPAKPEMANFAATAN/PEMBAKARANBATUBARA

PembentukanBatubaraKaitannyadenganPeringkat(RANK)

Logintopostcomments

LINK TERKAIT

LOKASI PUSDIKLAT MINERBA

KONTAK KAMI

KementrianESDM
BadanDiklatESDM
DitjenMinerbaKESDM

Jl.JendralSudirmanNo623
BandungIndonesia

BalaiDiklatTambangBawahTanah

Telp:0226076756

PusdiklatMigas

Fax:0226035506

PusdiklatKEBTKE
info@pusdiklat

PusdiklatGeologi
STEMAkamigas

Copyright2013PusdiklatMinerba.AllRightsReserved.Websitebycmitech.net
ValidXHTMLandCSS

minerba.esdm.go.id
Map data 2015 Google

Home

RegistrasiDiklatOnline

eLibrary

WebMail

http://www.pusdiklatminerba.esdm.go.id/index.php/kerjasama/item/212ekstraksiasamhumatdarigambutuntukindustri

SurveyIKM

SurveyEPD(POP)

4/4

Anda mungkin juga menyukai