dipatenkan kecuali terdapat aplikasi praktis (di Amerika Serikat ) atau efek
teknikalnya (di Eropa).
Saat ini, masalah paten perangkat lunak (dan juga metode bisnis) masih
merupakan subjek yang sangat kontroversial. Amerika Serikat dalam
beberapa kasus hukum di sana, mengijinkan paten untuk software dan
metode bisnis, sementara di Eropa, software dianggap tidak bisa dipatenkan,
meski beberapa invensi yang menggunakan software masih tetap dapat
dipatenkan.
Paten yang berhubungan dengan zat alamiah (misalnya zat yang ditemukan
di hutan rimba) dan juga obat-obatan, teknik penanganan medis dan
juga sekuens genetik , termasuk juga subjek yang kontroversial. Di berbagai
negara, terdapat perbedaan dalam menangani subjek yang berkaitan dengan
hal ini. Misalnya, di Amerika Serikat, metode bedah dapat dipatenkan,
namun hak paten ini mendapat pertentangan dalam prakteknya. Mengingat
sesuai prinsip sumpah Hipokrates (Hippocratic Oath), dokter wajib
membagi pengalaman dan keahliannya secara bebas kepada koleganya.
Sehingga pada tahun 1994, The American Medical Association (AMA)
House of Delegates mengajukan nota keberatan terhadap aplikasi paten ini.
Di Indonesia, syarat hasil temuan yang akan dipatenkan adalah baru (belum
pernah diungkapkan sebelumnya), mengandung langkah inventif (tidak
dapat diduga sebelumnya), dan dapat diterapkan dalam industri. Jangka
waktu perlindungan untuk paten biasa adalah 20 tahun, sementara paten
sederhana adalah 10 tahun. Paten tidak dapat diperpanjang. Untuk
memastikan teknologi yang diteliti belum dipatenkan oleh pihak lain dan
layak dipatenkan, dapat dilakukan penelusuran dokumen paten. Ada
beberapa kasus khusus penemuan yang tidak diperkenankan mendapat
perlindungan paten, yaitu proses / produk yang pelaksanaannya
bertentangan dengan undang-undang, moralitas agama, ketertiban umum
atau kesusilaan; metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau
pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan; serta teori
dan metode di bidang matematika dan ilmu pengetahuan, yakni semua
makhluk hidup, kecuali jasad renik, dan proses biologis penting untuk
produksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses
mikro-biologis.
Istilah - Istilah dalam Paten
Invensi Adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan
pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa
produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau
proses.
Inventor atau pemegang Paten Inventor adalah seorang yang secara
sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan
ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi.
Pemegang paten adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang
menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum
paten.
Hak yang dimiliki oleh pemegang Paten Pemegang hak paten memiliki
hak eklusif untuk melaksanakan Paten yang dimilikinya dan melarang
orang lain yang tanpa persetujuannya :
a. Dalam hal Paten Produk : membuat, menjual, mengimpor, menyewa,
menyerahkan, memakai, menyediakan untuk di jual atau disewakan
atau diserahkan produk yang di beri paten.
b. Dalam hal Paten Proses : Menggunakan proses produksi yang diberi
Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana yang
dimaksud dalam huruf a.
Pemegang Paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain
berdasarkan surat perjanjian lisensi.
Pemegang Paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan negeri
setempat, kepada siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas.
Pemegang Paten berhak menuntut orang yang dengan sengaja dan tanpa
hak melanggar hak pemegang paten dengan melakukan salah satu
tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam butir 1 di atas.
b. Hak Cipta
Adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu.
Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan".
Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk
membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula,
hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau
"ciptaan". Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi , drama , serta karya
tulis lainnya, film , karya-karya koreografis (tari , balet , dan sebagainya),
komposisi musik , rekaman suara , lukisan , gambar , patung , foto , perangkat
lunak komputer ,siaran radio dan televisi , dan (dalam yurisdiksi tertentu)
desain industri .
Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual ,
namun hak cipta berbeda dengan berbeda secara mencolok dari hak
kekayaan intelektual lainnya (seperti hak paten , yang memberikan
hak monopoli atas penggunaan invensi ), karena tetapi hak cipta bukan
merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk
mencegah orang lain yang melakukannya.
Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan
yang berupa perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup gagasan
umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau
terwakili di dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh, hak cipta yang
berkaitan dengan tokoh kartun Miki Tikus melarang pihak yang tidak berhak
menyebarkan salinan kartun tersebut atau menciptakan karya yang meniru
tokoh tikus tertentu ciptaan Walt Disney tersebut, namun tidak melarang
penciptaan atau karya seni lain mengenai tokoh tikus secara umum.
Di Indonesia , masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak
Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002.
Dalamundang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah "hak eksklusif
bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku" (pasal 1 butir 1).
Sejarah hak cipta
Konsep
hak
cipta
di Indonesia merupakan
terjemahan
dari
konsep copyrightdalam bahasa Inggris (secara harafiah artinya "hak
salin"). Copyright ini diciptakan sejalan dengan penemuan mesin cetak .
Sebelum penemuan mesin ini oleh Gutenberg , proses untuk membuat salinan
dari sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama
dengan proses pembuatan karya aslinya. Sehingga, kemungkinan besar para
penerbitlah, bukan para pengarang, yang pertama kali meminta
perlindungan hukum terhadap karya cetak yang dapat disalin.
c. Merek
Merek atau merek dagang adalah nama atau simbol yang diasosiasikan
dengan produk/jasa dan menimbulkan arti psikologis/asosiasi.
Jenis- Jenis Merek
Merek Dagang Merek dagang adalah merek yang digunakan pada
barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang
secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
barang-barang sejenis lainnya.
Merek Jasa Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersamasama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis
lainnya.
Merek Kolektif Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada
barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara
bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis
lainnya.
Berbeda dengan produk sebagai sesuatu yg dibuat di pabrik, merek
dipercaya menjadi motif pendorong konsumen memilih suatu produk,
karena merek bukan hanya apa yg tercetak di dalam produk
(kemasannya), tetapi merek termasuk apa yg ada di benak konsumen
dan bagaimana konsumen mengasosiasikannya.
Menurut David A. Aaker, merek adalah nama atau simbol yang
bersifat membedakan (baik berupa logo,cap/kemasan) untuk
mengidentifikasikan barang/jasa dari seorang penjual/kelompok
penjual tertentu. Tanda pembeda yang digunakan suatu badan
usaha sebagai penanda identitasnya dan produk barang atau jasa yang
dihasilkannya kepadakonsumen , dan untuk membedakan usaha
tersebut maupun barang atau jasa yang dihasilkannya dari badan
usaha lain.
Merek merupakan kekayaan industri yang termasuk kekayaan
intelektual . Secara konvensional, merek dapat berupa nama, kata,
frasa, logo , lambang , desain, gambar, atau kombinasi dua atau lebih
unsur tersebut.
Di Indonesia , hak merek dilindungi melalui Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001. Jangka waktu perlindungan untuk merek adalah
sepuluh tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan
permohonan merek bersangkutan dan dapat diperpanjang, selama
merek tetap digunakan dalam perdagangan.
Fungsi Merek
Tanda Pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya.
Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya
cukup dengan menyebutkan mereknya.
Sebagai jaminan atas mutu barangnya.
Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.
Pendaftaran Merek
Yang dapat mengajukan pendaftaran merek adalah:
Orang (persoon)
Badan Hukum (recht persoon)
Beberapa orang atau badan hukum (pemilikan bersama)
Fungsi Pendaftaran Merek
Sebagai alat bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang
didaftarkan.
Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan atau
sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang lain
untuk barang/jasa sejenis.
Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama
keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk
barang/jasa sejenis
Hal-Hal yang Menyebabkan Suatu Merek Tidak Dapat di Daftarkan
Didaftarkan oleh pemohon yang tidak beritikad baik.
Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas keagamaan, kesusilaan, atau ketertiban umum
Tidak memiliki daya pembeda
Telah menjadi milik umum
Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya. (Pasal 4 dan Pasal 5 UU Merek).
Ekuitas merek
Ekuitas
Merek (bahasa
Inggris: brand
equity)
adalah
seperangkat aset dan keterpercayaan merek yang terkait dengan merek
tertentu, nama dan atau simbol, yang mampu menambah atau mengurangi
nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik bagi
pemasar/perusahaan maupun pelanggan .
Bagi pelanggan, ekuitas merek dapat memberikan nilai dalam
memperkuat pemahaman mereka akan proses informasi, memupuk rasa
percaya diri dalam pembelian, serta meningkatkan pencapaian kepuasan.
Nilai ekuitas merek bagi pemasar/perusahaan dapat mempertinggi
keberhasilan program pemasaran dalam memikat konsumen baru atau
merangkul konsumen lama. Hal ini dimungkinkan karena dengan merek
yang telah dikenal maka promosi yang dilakukan akan lebih efektif.
dikeluarkan
untuk
Waralaba di Indonesia
Di Indonesia , sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu
dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.
Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan
dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar
menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi
produknya. Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka
persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum
yang mengikat baik bagi franchisormaupun franchisee. Karenanya, kita
dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas,
waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang . Tonggak
kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal
18Juni 1997 , yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) RI
No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang
waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang
Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung kepastian
hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut:
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata
Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.
Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba
Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.
Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam
bidang waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk
berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum
tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang
dapat melindungi bisnis waralaba tersebut. Perkembangan waralaba di
Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Hal
ini ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan
sebagai penerima waralaba ( franchisee) diwajibkan mengembangkan
bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari
atau
menunjuk
penerima
waralaba
lanjutan.
Dengan
mempergunakan sistem piramida atau sistem sel, suatu jaringan format
bisnis waralaba akan terus berekspansi. Ada beberapa asosiasi waralaba di
Indonesia antara lain APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba
Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi
Franchise Indonesia). Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia
antara lain IFBM, The Bridge, Hans Consulting, FT Consulting, Ben WarG
Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa pameran Waralaba di
Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow diberbagai daerah
dan jangkauannya nasional antara lain International Franchise and
Rp
7,500,000
Rp 10,000,000
Rp
650,000
Rp 18,150,000
LIABILITY
Hutang Dagang
Hutang Jangka Panjang
Rp
800,000
Rp
1,250,000
EQUITY
Modal
Laba di tahan
Laba Tahun Berjalan
Total Liability & Equity
Rp
Rp
Rp
Rp
3,000,000
8,000,000
5,100,000
18,150,000
Rp
Rp
Rp
Rp
1,000,000
5,000,000
750,000
6,750,000
LIABILITY
Hutang Dagang
Hutang Jangka Panjang
Rp
Rp
250,000
750,000
EQUITY
Modal
Laba di tahan
Laba Tahun Berjalan
Total Liability & Equity
Rp
Rp
Rp
Rp
2,000,000
2,250,000
1,500,000
6,750,000
Pertanyaan :
1. Apakah ada goodwill yang bisa diakui ?
2. Jika ada berapa besarnya goodwill ?
3. Bagaimana menjurnalnya ?
Mulai dengan menentukan kekayaan bersihnya (net asset) dengan persamaan :
Net Asset = Total Asset Liability
Keterangan
Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Aktiva lain-lain
Goodwill
Hutang Dagang
Hutang Jangka Panjang
Kas
Total
Ref
Debet
Rp
1,000,000
Rp
5,000,000
Rp
750,000
Rp
250,000
Rp
7,000,000
Kredit
Rp
Rp
Rp
Rp
250,000
750,000
6,000,000
7,000,000
No
I
a.
b.
c.
d.
e.
Masa
Manfaat
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
Tarif Penyusutan
Garis Lurus
25%
12,5%
6,25%
5%
S7aldo Menurun
50%
25%
12,5%
10%
patent
dengan
harga
Kas
Rp.1.000.000.000
2. Pembelian angsuran
Aset tidak berwujud yang dibeli secara kredit, biaya perolehannya
sebesar nilai tunainya. Selisih antara jumlah pembayaran dengan nilai
tunai dicatat sebagai beban bunga ditangguhkan.
3. Pertukaran aset
Aset tidak berwujud yang diperoleh melalui pertukaran aset sejenis atau
pertukaran aset tidak sejenis. Biaya perolehan aset tidak berwujud
diukur sebesar nilai wajar aset yang diterima, yang sama dengan nilai
wajar aset yang diserahkan setelah diperhitungkan jumlah uang tunai atau
kas yang diserahkan (par 28).
PT A menukar tanah dengan Patent. Nilai wajar tanah
Rp.200.000.000. dan kas yang dibayar PT A Rp.800.000.000.
Nilai wajar tanah
Rp.200.000.000
Kas yang dibayarkan
Rp.800.000.000 +
Biaya perolehan patent
Rp.1.000.000.000
Jurnal:
Patent
Tanah
Kas
sebesar
Rp.1.000.000.000
Rp.200.000.000
Rp.800.000.000
Ada dua tahap yaitu tahap penelitian (riset) dan tahap pengembangan.
Biaya perolehan sebesar jumlah pengeluaran yang dilakukan sejak
tanggal aset tidak berwujud pertama kali memenuhi kriteria pengakuan.