KULTUR ORGAN
Disusun Oleh:
Nama
: Yulita Ningtias
NIM
: 115040201111323
Kelompok
Asisten
: Ardiani Husadila
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur organ merupakan salah satu cara perbanyakan
dalam ilmu Bioteknologi. kultur organ yang disebut juga dengan
perbanyakan mikro dimulai dengan bagian yang terorganisir dari
suatu tanaman, paling sering digunakan adalah tunas dan proses
pengkulturan ini menjaga keadaan terorganisir sambil
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kearah
perbanyakan dan regenerasi tanaman baru yang lengkap.
Pada praktikum kali ini dilakukan pada tanaman krisan,
dimana pada tanaman krisan diambil 3 bagian yang dapat
ditanama, yaitu bagian atas, cabang dan tunas yang tumbuh
diketiak tanaman. Dengan penanaman dengan kultur jaringan
bias menumbuhkan tanaman secara cepat jika dengan
menggunakan cara yang benar dan tepat.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui isolasi DNA
2. Untuk mengetahui inkubasi eksplan
3. Untuk mengetahui tahap kultur jaringan
4. Untuk mengetahui factor penentu kultur jaringan
5. Untuk mengetahui keberhasilan dalam kultur jaringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Isolasi Eksplan
1) Isolasi Eksplan adalah perlindungan atau penyekatan yang
dilakukan pada bagian tanaman yang digunakan sebagai
bahan tanam pada sebuah media tanam (planflet).
2) Isolasi Eksplan adalah pemisahan atau pengucilan terhadap
bahan yang akan ditanam pada media kultur.
(Zulkifli, 2008)
2.2 Definisi Inkubasi Eksplan
1) Inkubasi Eksplan adalah masa atau tenggang waktu antara
masuknya kontaminan terhadap bahan tanam yang akan di
tanam.
2) Inkubasi Ekpslan adalah waktu yang digunakan penyebab
penyakit atau kontaminan untuk masuk ke eksplan tanaman.
(Hussey, 1998)
2.3 Tahap Kultur Jaringan
1. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
Sebelum melakukan kultur
jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan
yang pertama harus dilakukan adalah
memilih bahan induk yang akan
diperbanyak. Tanaman tersebut harus
jelas jenis, spesies, dan varietasnya
serta harus sehat dan bebas dari hama
dan penyakit. Tanaman indukan
sumber
eksplan tersebut
harus
dikondisikan dan dipersiapkan secara
khusus di rumah kaca atau greenhouse
agar eksplan yang akan dikulturkan
sehat dan dapat tumbuh baik serta
bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara invitro.Lingkungan tanaman induk yang lebih higienis dan bersih
dapat meningkatkan kualitas eksplan. Pemeliharaan rutin yang harus
dilakukan meliputi: pemangkasan, pemupukan, dan penyemprotan
dengan pestisida (fungisida, bakterisida, dan insektisida), sehingga
tunas baru yang tumbuh menjadi lebih sehat dan dan bersih dari
kontaminan. Selain itu pengubahan status fisiologi tanaman induk
sumber eksplan kadang-kadang perlu dilakukan seperti
memanipulasi parameter cahaya, suhu, dan zat pengatur tumbuh.
Manipulasi tersebut bisa dilakukan dengan mengondisikan tanaman
induk dengan fotoperiodisitas dan temperatur tertentu untuk
mengatasi dormansi serta penambahan ZPT seperti sitokinin untuk
merangsang tumbuhnya mata tunas baru dan untuk meningkatkan
reaktivitas eksplan pada tahap inisiasi kultur (Yusnita, 2003).
2. Insiasi Kultur
Tujuan
utama
dari propagasi secara invitro tahap ini adalah
pembuatan kultur dari
eksplan yang bebas
mikroorganisme
serta
inisiasi
pertumbuhan
baru (Wetherell, 1976).
Ditambahkan
pula
menurut Yusnita, 2004,
bahwa pada tahap ini
mengusahakan
kultur
yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari
mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga
diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi
pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk
perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell,
1976).
Untuk mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi,
eksplan harus disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk
menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang menempel di
permukaan eksplan. beberapa bahan kimia yang dapat digunakan
untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah NaOCl, CaOCl2,
etanol, dan HgCl2.
Kesesuaian bagian tanaman untuk dijadikan eksplan,
dipengaruhi oleh banyak faktor. Tanaman yang memiliki hubungan
pertumbuhan tunas dan akar tetap, dan kalus tidak pecah seperti
jika ditempatkan pada media cair. Namun penambahan agar
dalam beberapa kasus dapat menghambat pertumbuhan karena:
agar mungkin mengandung senyawa penghambat yang dapat
menghambat morfogenesis beberapa kultur atau memperlambat
pertumbuhan kultur, eksudasi fenolik dari eksplan terserap oleh
media yang menempel dengan eksplan sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan eksplan, agar harus dicuci bersih
dari akar sebelum diaklimatisasi, dan perlu waktu yang lebih
banyak untuk mencuci gelas kultur misalnya botol-botol harus
diautoclave untuk melarutkan agar sebelum dicuci.
3. Lingkungan tumbuh
a. Suhu
Tanaman umumnya tumbuh pada lingkungan dengan suhu
yang tidak sama setiap saat, misalnya pada siang dan malam hari
tanaman mengalami kondisi dengan perbedaan suhu yang cukup
besar. Keadaan demikian bisa dilakukan dalam kultur invitro
dengan mengatur suhu siang dan malam di ruang kultur, namun
laboratorium kultur jaringan selama ini mengatur suhu ruang
kultur yang konstant baik pada siang maupun malam hari.
Umumnya temperatur yang digunakan dalam kultur in vitro
lebih tinggi dari kondisi suhu invivo. Tujuannya adalah untuk
mempercepat pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.
Pada sebagian besar laboratorium, suhu yang digunakan adalah
konstan, yaitu 25C (kisaran suhu 17-32C)
b. Kelembaban relatif.
Kelembaban relatif dalam botol kultur dengan mulut botol
yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara 8099%. Jika mulut botol ditutup agak longgar maka kelembaban
relatif dalam botol kultur dapat lebih rendah dari 80%.
Sedangkan kelembaban relatif di ruang kultur umumnya adalah
sekitar 70%. Jika kelembaban relatif ruang kultur berada
dibawah 70% maka akan mengakibatkan media dalam botol
kultur (yang tidak tertutup rapat) akan cepat menguap dan kering
sehingga eksplan dan plantlet yang dikulturkan akan cepat
kehabisan media. Namun kelembaban udara dalam botol kultur
yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman tumbuh abnormal
yaitu daun lemah, mudah patah, tanaman kecil-kecil namun
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi
3.1.1 Alat
Pinset
: Untuk mengambil benda berukuran kecil
Skalpel
: Untuk memotong bahan
Petridish
: Sebagai wadah/tempat membuang carrier
LAFC
: Tempat melakukan kuktur
Sprayers
: Untuk menyemprotkan larutan
Mata pisau
: Untuk memotong ujung organ
Gelas Ukur 400 ml: Untuk meletakkan larutan
Botol Kultur : Sebagai tempat media
Saringan
: Untuk menyaring laruta
Bunsen
: Untuk mensterilkan
3.1.2 Bahan
Tunas Krisan : Sebagai tanaman yang akan di kultur
Deterjen
: Untuk sterilisasi bahan
Baylean
: Untuk sterilisasi bahan
Aquades
: Untuk pencampuran bahan
Fungisida
: Untuk sterilisasi bahan
Etanol (C2H5OH) 700%: Untuk sterilisasi bahan
3.2 Cara Kerja
Kultur Tunas Krisan
a. Sterilisasi Awal
Ambil eksplan dari tanaman hidup (krisan)
Aduk dengan spatula
Dokumentasi
3.3 Analisa Perlakuan
Digojok dengan detergent 2,5 % selama 5 menit untuk
mensterilkan kultur tunas dari bahan-bahan yang dapat mengganggu
pertumbuhan. Dibilas dengan air mengalir agar tidak ada sisa
detergent yang menempel pada tunas. Setelah itu direndam dengan
fungisida 0,3 % selama 5 menit juga untuk mensterilkan bahan juga.
Kemudian dicuci dengan clorok 30 % 150 ml H 2O agar bahan lebih
steril untuk penanaman yang terakir yaitu direndam dengan aqudes
agar semua pensterilan sebelumnya tidak menempel pada bahan
kultur. Dilakukan dimasukan diaquades dan pembakaran spatula,
pisau, pinset bertujuan untuk pensterilan alat. Pemanasan pinggir
botol dan tutupnya dengan Bunsen agar botol kultur benar-benar
steril.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
1. Pengamatan Ke-1 (Senin, 12 November 2012)
No
Bot
ol
Ke
Kondisi Eksplan
Dokumentasi
pengamatan
Konta
minan
Tidak
Kontamina
n
Keterangan
1. Eksplan yang
ditanam jatuh
1
2. Tidak
terkontaminasi
1. Eksplan yang
ditanam berdiri
2
2. Tidak
terkontaminasi
1. Eksplan yang
ditanam berdiri
3
2. Tidak
terkontaminasi
4
4
1. Eksplan yang
ditanam berdiri
2. Tidak
terkontaminasi
1. Eksplan yang
ditanam jatuh
2. Tidak
terkontaminasi
5
5
Keterangan
1. Tidak
Terkontaminasi
1
2. Eksplan belum
tumbuh
1. Tidak
Terkontaminasi
2
2. Eksplan belum
tumbuh
1. Tidak
Terkontaminasi
3
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
2. Eksplan belum
tumbuh
1. Terkontaminasi
jamur
2. Eksplan belum
tumbuh
3. Media Broning
1. Terkontaminasi
jamur dan
bakteri
2. Eksplan belum
tumbuh
3. Media Broning
Keterangan
Sudah
terkontaminasi
jamur dan bakteri,
media broning dan
eksplan dicuci
2
2
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
1. Sudah
terkontaminasi
jamur dan bakteri,
media broning dan
eksplan dicuci
1. Tidak
Terkontaminasi
4
4
5
5
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
2. Eksplan belum
tumbuh
Sudah
terkontaminasi
jamur dan bakteri,
media broning dan
eksplan dicuci
Sudah
terkontaminasi
jamur dan bakteri,
media broning dan
eksplan dicuci
Keterangan
1.
1
2
2
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
Sudah
terkontaminasi
jamur
dan
bakteri, media
broning
dan
eksplan dicuci
Sudah
terkontaminasi
jamur
dan
bakteri, media
broning
dan
eksplan dicuci
Sudah
terkontaminasi
jamur
dan
bakteri, media
broning
dan
eksplan dicuci
Sudah
terkontaminasi
jamur
dan
bakteri, media
broning
dan
eksplan dicuci
Sudah
terkontaminasi
jamur
dan
bakteri, media
broning
dan
eksplan dicuci
3
3
4
4
5
5
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
Keterangan
ol
Ke
1.
1
2
2
i
pengamatan
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
Kontam
inan
Tidak
Kontamina
n
Sudah
terkontaminasi
jamur
dan
bakteri, media
broning
dan
eksplan dicuci
Sudah
terkontaminasi
jamur
dan
bakteri, media
broning
dan
eksplan dicuci
Sudah
terkontaminasi
jamur
dan
bakteri, media
broning
dan
eksplan dicuci
Sudah
terkontaminasi
jamur
dan
bakteri, media
broning
dan
eksplan dicuci
3
3
4
4
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
Ket : Botol di
ambil,
eksplan
dicuci
Sudah
terkontaminasi
jamur
dan
bakteri, media
broning
dan
eksplan dicuci
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, yaitu penanaman krisan pada media
yang dibuat dengan media MS yang dibuat pada minggu
sebelumnya. Pada praktikum ini sebenarnya menanam 3 bagian
tugas tanaman krisan yang ada dibagian atas, ketiak dan dan bagian
tunas. Tetapi karena masih terlalu kecil sehingga tidak
memungkinkan dalam penanaman sehingga yang ditanam hanya
bagian ketiak saja. Pada praktikum ini dilakukan pengamatan selama
2 minggu yang dilakukan pengamatan selama 3 hari sekali. Dari
pengamatan pertama sudah terlihat pada media no 1 dan 5 eksplan
jatuh hal ini dipengaruhi karena eksplan terlalu kecil, dan kurangnya
pengetahuan yang lebih dalam melakukan eksplan tanaman ini.
Jatuhnya ekspla mempengaruhi pertumbuhan tanaman atau
keberhasilanya. Terbukti pada pengamatan yang kedua botol kultur
no 4 dan 5 terkontaminasi. Dimana botol kultur no 4 terinfeksi jamur
sedangkan pada botol kultur 5 leih parah yaitu terinfeksi bakteri dan
jamur. Pada pengamatan ke-3 hanya tersisa 1 botol kultur no3 hal ini
disebabkan karena botol kultur yang lain sudah terkontaminasi dan
harus dipindahkan dari ruangan. Setelah botol diambil, setiap harinya
hanya mengamati 1 botol kultur yang tersisa yaitu botol kultur no3 ,
tetapi botol kultur juga broning sehingga tanaman hanya bias
bertahan tiddak terkontaminasi, namun tidak ada tunas yang tumbuh.
Pengamatan ini sesuai dengan pernyataan ilmuwan, yaitu
Andria bin Muhayat bahwa eksplan yang terkontaminasi akan
menunjukkan gejala seperti berwarna putih sampai biru (disebabka
njamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan
Pada praktikum kultur organ pada tanaman krisan yaitu
dengan penanaman tunas krisan yang berada diketiak tanaman. Pada
praktikum ini penanaman dilakukan pada pembuatan media yang
telah dibuat pada sebelumnya. Hasil praktikum menunjukan hingga 2
minggu pengamatan hanya botol kultur no 3 yang tidak
terkontaminasi jamur dan bakteri. Walaupun tidak terkontaminasi
jamur dan bakteri tanaman pada no 3 juga tidak tumbul dikarenakan
media kultur mengalam broning sehingga pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Asisten
Untuk mengawasi dan memberi tutor sejelas-jelasnya agar
dalam penanaman benar dan tidak banyak yang
terkontaminasi.
5.2.2 Saran untuk Praktikum
Dalam praktikum sebaikna setiap mahasiwa menanam pada
satu botol kultur agar setiap mahasiswa mengerti dan paham
benar mengenai materi selain itu agar mahasiswa bertanggung
jawab terhadap pengamatanya. Terima kasih. :
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, A2012 http://kultur-jaringan.blogspot.com/2009/08/
tahapan-tahapan-kultur-jaringan.html. Diakses tanggal
17 November 2012.
Anonymous, B2012. http://kultur-jaringan.blogspot.com/2009 /
08/faktor-faktor-penentu-keberhasilan.html.
Diakses
tanggal 17 November 2012.
AnonymousC, 2012. http://www.doctortani.com/2012/07/laporanpraktikum-kultur-organ.html. Diakses tanggal 17
November 2012.
Hussey dan Stacy.1980.Perbanyakan Kultur In Vitro.Erlangga.Bogor.
Wulandari S., Wan Syafii dan Yossilia, 2004. Respon Eksplan Daun
Tanaman Jeruk Manis (Citrus sinensis L.) Secara In
Vitro Akibat Pemberian NAA Dan BA, Jurnal
Biogenesis.
Zulkifli.2008. http://9fly.wordpress.com/2008/12/22/kultur-jaringantumbuhan/.Diakses tanggal 10 November 2012.