Anda di halaman 1dari 5

Liburan akhir pekan adalah saat tepat untu berolahraga pagi atau sekedar jalanjalan santai dan akan

lebih menyenangkan apabila sambil berbelanja. Kawasan sekitar


alun-alun Jember memberikan alternative yang sangat menarik dengan menjadi pusat
refreshing dan pusat olah raga masyarakat Jember. Terlebih setiap hari minggu
dilaksanakan Car Free Day di mulai pukul 05.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Car
free day ini sangat direspon baik oleh masyarakat, hal tersebut dapat dilihat dari antusias
masyarakat yang mengikuti sangat banyak.
Awalnya, Car free day dilaksanakan oleh Satlantas Polres Jember pada tahun 2010,
namun tidak berkelanjutan. Melalui inisiatif Bupati berserta seluruh SKPD Jember
akhirnya Car free Day dilaksanakan di wilayah jantung kota Jember secara terus-menerus
pada setiap hari Minggu. Hal ini didukung oleh pernyataan oleh seorang Kabid Lalin
Dishub Jember, yang mengatakan bahwa:
Car Free Day ini diselenggarakan untuk mengurangi polusi dan
pembelajaran kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan,
(P, 34th).
Menindaklanjuti program tersebut, Dinas Perhubungan Kabupaten Jember selaku
leading sector, sudah melakukan koordinasi dengan Satpol PP, Satlantas Polres Jember,
Humas Pemkab Jember, PU. Cipta Karya, Camat Kaliwates, Lurah Kepatihan dan
pengurus Masjid Al- Baitul Amin. Seluruh instansi tersebut bersinergi untuk mewujudkan
terlaksananya car free day. Dijelaskan, dalam pelaksanaan car free day, semua jalan
menuju jantung kota akan ditutup total. Sehingga, tidak akan ada kendaraan yang bisa
masuk ke area jantung kota.
Banyak masyarakat yang berantusias menghabiskan akhir pekannya untuk
berolahraga dengan berjalan kaki, bersepeda maupun skateboard di Alun-alun kota
Jember. Berdasarkan wawancara kepada seseorang yang hadir di alun-alun Jember Minggu
pagi, menyatakan bahwa:
Suasana car freeday Jember pagi itu sangat meriah, bersenam dengan
senyum semangat diiringi musik yang sangat keras, hingga dari sudut alunalun manapun bisa mendengarnya. Pastinya juga banyak yang lari pagi dan
bersepeda. Sayangnya saya gak bawa sepeda, haha (S, 26th).
Masyarakat jember dimanjakan oleh lapak para pedagang kaki lima sehingga
menambah ramainya alun-alun di setiap minggu pagi. Acara car free day ini sangat

berguna dan bermanfaat bagi masyarakat jember. Selain sebagai tempat berolah raga,
refreshing, juga di saat minggu pagi itu rizqi serasa disebar oleh Tuhan di area tersebut.
Hal ini sesuai dengan Teori Utilitarianisme yang berasal dari kata latin utilis, yang
berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut
sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory). Begitu pula dengan car
free day di alun-alun Jember ini, memberikan nilai positif yang berguna, bermanfaat, dan
menguntungkan bagi setiap masyarakatnya. Hal ini didukung oleh beberapa pernyataan
dari beberapa informan yang mengunjungi acara car free day, mereka menyatakan bahwa:
Acara car free day ini sangat menyenangkan karena saya dapat bertemu
dengan orang-orang baru dan saya dapat berolah raga dengan santai
bersama teman-teman saya (S, 12th).
Saya seorang mahasiswi mbak asli banyuwangi. Saya telah mengikuti car
free day sebanyak 5 kali. Dengan adanya car free day saya dapat berolah
raga serta berperilaku hidup sehat. Selain itu acara ini juga dapat mengisi
hari-hari saya yang biasanya setiap minggu hanya tidur dikos dan masak,
heheee (P, 18th) .
Saya sudah mengikuti acara car free day ini sebanyak 8 kali. Acara car
free day ini sangat menguntungkan,menyehatkan dan mengurangi polusi
yang ada di daerah jember ini. Di acara car free day ini saya juga dapat
bertemu dengan teman lama tanpa disengaja (A, 21th).
Adanya car free day ini saya dapat berrekreasi bersama anak-anak saya
karena jarang-jarang dapat berekreasi bersama karena dari hari senin
sampai jumat saya bekerja (D, 33th).
Setiap hari minggu di alun-alun Jember denyut kehidupan terasa menggairahkan.
Sebuah oase yang dinantikan seminggu sekali oleh warga kota. Meski sekedar beberapa
jam berada di area itu, dan sekedar lesehan menyantap sarapan bubur ayam, siomay atau
pecel, cukuplah. Keberadaannya kini makin dirasa sebagai kebutuhan. Jika punya tamu
dari luar kota ia menjadi pilihan pertama untuk mengajak jalan-jalan pagi. Area ini
menjadi tempat menjajakan berbagai penganan, peralatan rumah tangga, mainan anak,
pecah belah, jamu, tanaman hias, aksesoris dan menjadi medan praktek remaja yang
belajar berwira-usaha.
Pada mulanya car free day ini berada di jalan Sultan Agung ataupun jalan Kartini
yang kemudian di Tahun 2015 berpindah lokasi di jalan Jendral Ahmad. Tak ubahnya
pasar atau bazar, lengkap sudah segala kebutuhan masyarakat tersedia disatu lokasi, gegap

gempita menemani pagi yang segar di hari minggu. Kalau Yogyakarta punya SUNMOR
UGM alias Sunday Morning UGM, Kota Malang punya Pasar Pagi di Stadion Gajayana
yang kemudian menular di depan jalan Soekarno-Hatta, dan Alun-alun Kota Batu,
dikarenakan besarnya animo masyarakat dalam dan luar kota Malang Raya di setiap
minggunya.
Uniknya car free day dijantung kota Jember ini adalah tak punya nama even atau
kegiatan, mengalir begitu saja sejak era mantan Bupati Jember Samsul Hadi, tak punya
payung organisasi atau paguyuban resmi, kalau di Yogyakarta dan Malang, kegiatan
dimulai setelah shubuh (04.30-12.00 WIB), lain lagi car free day Jember. Bagi pengunjung
yang datang, sebaiknya tiba diantara pukul 06.00 hingga 08.30, disamping udara masih
segar dan sejuk, kuliner atau pedagang jasa yang dituju masih standby menunggu dan
melayani pembeli. Berdasarkan wawancara kepada salah seorang penjual di acara car free
day, menyatakan bahwa:
Saya berjualan di acara Car Free Day ini kurang lebih 4 tahun mbak.
Dengan adanya car free day penjualan saya semakin meningkat dibanding
dengan hari biasanya. Biasanya saya berjualan disekolah-sekolah yang
harus pindah dari sekolah kesekolah yang lain. Saya sangat merasakan
manfaat dari car free day ini, pendapatan saya semakin banyak dengan
diadakannya car free day ini (F, 33th).
Pedagang kaki lima mayoritas pedagang asli Jember Raya, mereka cukup mencari
lokasi untuk berjualan dan istiqomah ditempatnya setiap minggu pagi di jalan Jendral
Ahmad Yani serta membayar uang retribusi kebersihan minimal Rp. 500/minggunya yang
akan ditarik oleh petugas dinas kebersihan kota Jember, simbiosis mutualisme terjadi
alami, libur pasaran terjadi ketika ada even yang mengharuskan pedagang harus libur
berjualan atau cuaca ekstrem dan hari raya Idul Fitri.
Jember sebagai Kota Pendalungan, kota yang masyarakatnya diisi oleh berbagai
macam latarbelakang suku, agama, ras dan golongan menjadi makin menyatu dan terjalin
persaudaraan nyata melalui komunikasi verbal dan fisik yang unik, Osing, Madura, Jawa,
China, Islam, Kristen, Abangan, Muhammadiyah, NU, Pejabat, Tukang Becak semuanya
membaur menjadi manusia Jember yang Istimewa, dan itu tersaji indah di kala Minggu
Pagi di Kota Jember.
Alun-alun telah menjadi ajang pengembangan ekonomi kerakyatan mayoritas dari
warga masyarakat kiranya menyetujuinya. Alun-alun sebagai simbol pusat kota adalah
milik bersama seluruh lapisan masyarakat yang harus dijadikan sarana yang nyaman bagi

pemiliknya itu untuk menikmatinya. Mau dijadikan apa alun-alun ini, pasar, tempat
rekreatif, tempat berolah raga, atau kegiatan produktif dan positif lainnya terserah pada
pemiliknya ini.
Namun, ada beberapa hal yang perlu dibenahi untuk mendukung atau menyuburkan
ladang ekonomi kerakyatan ini, seperti:
1.

Tata letak yang lebih tertib


Bagaimanapun, penggunaan alun-alun kota untuk pengembangan bisnis ekonomi
kerakyatan harus tidak mengabaikan fungsi alun-alun sebagai fasum (fasilitas
umum/publik). Fungsi inti sebagai sarana rekreatif yang murah dan nyaman
haruslah tetap dianggap sebagai suatu hal yang terpenting. Oleh karena itu,
penataan letak yang tertib para pedagang harus diatur ulang. Jika para pedagang ini
teratur, kenyamanan dan keindahan akan mudah diwujudkan. dan jika hal ini
terjadi, alun-alun kota sebagai kawasan yang tertib dan aman tidak akan menjadi
impian saja tetapi suatu kenyataan.

2.

Lalu lintas kendaraan yang diblokade


Kenyamanan alun-alun kota akan menjadi lebih maksimal jika dibarengi oleh
blokade lalu lintas kendaraan di sekitar alun-alun kota. Blokade ini bisa dikemas
dalam bentuk program car free day. Program ini bukanlah program baru di negeri
kita. Sebagai contoh, kota Balikpapan telah menerapkan hal ini setiap hari minggu
mulai jam 6 9 pagi di lapangan Merdeka. Nah, kalau saja alun-alun kota Jember
ini dijadikan ajang program car free day setiap hari minggu, barangkali ini akan
menjadi sesuatu yang baru dan produktif bagi pengembangan alun-alun sebagai
fasilitas umum yang tidak saja nyaman tetapi juga berudara bersih (bebas polusi)
dan tertib.

3.

Tempat sampah dimana-mana


Keasrian alun-alun kota seringkali terganggu karena kebersihan lingkungan alunalun kota seakan terabaikan oleh bertebarannya sampah dimana-mana. Seharusnya,
hal ini tidak terjadi jika tempat sampah tersedia secara memadai, baik dalam jumlah
maupun lokasinya. Untuk mengatasi sampah dimana-mana, tempat sampah harus
disebar dimana-mana. Dengan cara ini, masyarakat sebagai konsumen akan dicegah
untuk membuang sampah sembarangan dan dimudahkan untuk membuangnya di
tempat sampah. Di sisi lain, tersedianya tempat sampah yang mudah terlihat akan

memberikan edukasi kepada masyarakat agar ikut berpartisipasi aktif untuk


menjaga kebersihan fasilitas umum.
Tak pelak lagi disini orang banyak mendapat manfaat. Agar lebih menarik lagi,
area ini seyogyanya ditata lebih baik. Menutup jalan sepanjang Kartini dan Sudarman
sampai usai keramaian rasanya lebih baik, ketimbang membiarkan jalan jadi
semrawut. Sebagai upaya edukasi alangkah baiknya jika pengemis diberdayakan menjadi
petugas kebersihan dan dilarang mengemis. Melokalisir pengamen di satu tempat dan
tampil secara bergantian mungkin lebih baik dan membuat mereka belajar tambil secara
profesional. Dengan begitu hilang kesan kumuh.
Ada dua pihak yang kompeten dalam merealisasikannya, yaitu aparat pemerintah
daerah dan masyarakat secara swadaya. Sebagai pihak yang memiliki power untuk menata
kota, aparat bisa berinisiatif untuk memprakarsai ide ini. Di sisi lain, masyarakat secara
swadaya dan swakarsa dapat juga berpartisipasi aktif mewujudkan cita-cita ini.
Bagaimanapun, program semacam ini bukan tanggung jawab aparat saja melainkan
tanggung jawab bersama, termasuk masyarakat.
Adanya acara car free day ini sangat direspon baik oleh masyarakat pada
umumnya. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, mahasiswa, penjual, dan petugas.
Mereka sangat berantusias untuk mengikuti acara car free day. Dengan mengikuti joging,
olah raga, senam, bermain basket, sepatu roda dan secooter. Car free day sangat
menguntungkan banyak pihak.

Anda mungkin juga menyukai