BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya
yang ada. Diantara beberapa jenis kanker, kanker
payudara adalah jenis kanker yang paling berbahaya
dan paling sering terjadi. Kanker payudara sangat
berbahaya dikarenakan kanker jenis ini menyerang
organ reproduksi luar yaitu payudara dan dapat
menyerbar ke bagian tubuh lain.
Kanker payudara juga dapat menyebabkan
kematian. Kanker payudara yang dapat menyebabkan
kematian adalah kanker payudara stadium IV. Pada
kanker payudara stadium IV seseorang sudah
menderita kanker payudara yang sangat parah atau
bahkan tidak memiliki harapan hidup (terminal).
Kondisi terminal pada penderita kanker payudara
stadium IV tidak dapat dihindari dan ini pasti akan
dialami oleh setiap penderita yang akan menjelang
ajal.
Pada kondisi terminal perubahan utama yang
terjadi adalah perubahan psikologis yang menyertai
1.2 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan pemahaman kepada penulis
dan pembaca mengenai konsep kanker payudara dan konsep pasien terminal, serta diharapkan
masyarakat dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Makalah ini juga dapat
dijadikan sumber informasi dalam memberikan asuhan keperawatan pasien terminal kanker
payudara stadium IV.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pasien Terminal
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit / sakit
yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses
kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, dan sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu
juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien
terminal.
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya
untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir
dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan
damai.Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup,
merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi.
Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan
psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita
penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap
penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal
yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain
beranggapan takut akan perpisahan, dikucilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami
penderitaan sepanjang hidup.
Death and Dying Kematian dan Proses Menuju Kematian adalah sebuah fenomena
yang pasti akan terjadi atau akan dijumpai manusia dalam kehidupannya. Kematian memang
sebuah rahasia Tuhan, akan tetapi proses menuju kematian adalah sebuah fenomena yang
dapat didiskusikan, bahkan lingkungan dapat memberikan proses pembelajaran yang benar
untuk menjalani proses menuju kematian yang lebih baik.
Proses menuju kematian (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian
(death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya
respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Dying dan death merupakan dua istilah
yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. Dying lebih kearah
suatu proses, sedangkan death merupakan akhir dari hidup.
Kematian atau ajal
(death) adalah
akhir
dari kehidupan,
organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik
karena penyebab alami sepertipenyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan.
Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan. Istilah lain yang sering
digunakan adalah meninggal, wafat, tewas, atau mati.
batasannya adalah pinggir dari sternum, dan pada bagian lateral batasannya adalah garis
aksilaris. Selain memiliki batas-batas payudara juga dapat dibagi menjadi empat kuadran.
Pembagian kuadran tersebut dilakukan dengan cara dua garis khayalan ditarik melalui papila
mamaria dan masing-masing saling tegak lurus. Empat kuadranyang dihasilkannya adalah
kuadran atas luar (supero lateral), kuadran atas dalam (supero medial),kuadran bawah luar
(infero lateral), dan kuadran bawah dalam (infro medial). Payudara normal mengandung
jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan
pembuluh limfe.
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus
laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih
75% ke aksila dan sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan
medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
Payudara juga mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan
pertama ialahmulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. Perubahan kedua ialah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari
jadi
lebih
besar
dan
pada
beberapa
hari pada menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Perubahan ketiga terjadi
waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus
lobusdan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin
dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus lalu mengisi
asinus dan kemudian dikeluarkan melalui duktus ke papila mamaria.
Payudara adalah organ yang sensitif terhadap pengaruh hormonal yang mengakibatkan
payudara cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak maupun
ganas.
2.1.2 Pengertian
Kanker merupakan buah dari perubahan sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal
dan tidak terkontrol. Peningkatan jumlah sel tak normal ini umumnya membentuk benjolan
yang disebut tumor atau kanker. Tidak semua tumor bersifat kanker. Tumor yang bersifat
kanker disebut tumor ganas, sedangkan yang bukan kanker disebut tumor jinak. Tumor
jinak biasanya merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang
menyerupai kantong. Sel tumor jinak tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh penderita.
Diantara semua jenis kanker, kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang
paling sering terjadi. Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh dan berubah menjadiganas. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi
mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara
terdapat. Kanker payudara bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan
lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
Pada kasus kanker payudara terdapat benjolan kanker yang apabila tidak dibuang atau
terkontrolsel kanker tersebut bisa menyebar lewat aliran darah maupun sistem getah bening,
sering kali sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan keluar dari kumpulannya dan menyebar
ke bagian lain tubuh. Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di
tempat baru, yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru.
Proses ini disebut metastasis. Metastasis bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe)
ketiak maupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paruparu, hati, kulit, dan bawah kulit.
Kanker payudara akan memperlihatkan kekhasannya dalam menyerang penderitanya.
Keganasan kanker ini ditunjukkannya dengan menyerang sel-sel nomal di sekitarnya,
terutama sel-sel yang lemah. Sel kanker akan tumbuh pesat sekali, sehingga payudara
penderita akan membesar tidak seperti biasanya. Kanker payudara biasanya dimulai pada sel
di lobules, kelenjar yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu, saluran
yang menghubungkan lobulus ke papila mamaria.
2.1.3 Etiologi
Etiologi dari kanker payudara belum diketahui secara pasti karena sifatnya yang
multifaktoral. Namun terdapat beberapa faktor yang dapat memunculkan resiko kanker
payudara, faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Usia
Seperti pada kebanyakan jenis kanker pada umumnya, insidensi menurut usia naik
sejalan dengan bertambahnya usia. Usia diatas 30 tahun atau diatas 35 tahun. Sekitar 60%
kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar ditemukan pada wanita
berusia diatas 75 tahun.
2. Tinggi badan
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena
pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur
genetik (DNA) yang ada pada sel tubuh dan dikhawatirkan diantaranya berubah ke arah sel
ganas.
3. Faktor genetik (keturunan)
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara memiliki
risiko 2-3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar
apabila keluarga tersebut menderita kanker bilateral atau pramenopause.
4. Hormon
Tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat menyebabkan kanker payudara.
Oleh sebab itu kanker payudara lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan dengan
laki-laki.Pertumbuhan kanker payudara sering dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan
hormon. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormonal pada kehamilan juga meningkatkan peluang tumbuhnya
sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.
Semakin tinggi usia saat kehamilan atau kelahiran anak pertama maka semakin tinggi
pula resiko kanker payudaranya. Wanita yang melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko
mengalami kanker payudara. Hal ini dikarenakan wanita yang melahirkan anak pertama di
usia lebih dari 30 tahun relatuf lebih lama terpapar dengan hormon estrogen dibandingkan
wanita yang sudah punya anak
8. Menopause pada usia lanjut
Menopause pada usia yang lebih tinggi dapat menyebabkan resiko terkena kanker
payudara.Menopause setelah usia 50 tahun lebih beresiko terkena kanker payudara.
9. Kontrasepsi oral
Dapat berupa pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen. Pil KB bisa sedikit
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara yang tergantung pada usia, lamanya
pemakaian dan faktor lainnya.Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5
tahun juga meningkatkan
resiko
kanker
payudara
dan
resikonya
meningkat
Infeksi atau trauma yang terjadi secara terus-menerus pada daerah payudara dapat
mengakibatkan resiko kanker payudara. Kanker tersebut terjadi karena trauma yang berulangulangdan disertai dengan iritasi yang berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahanbahan kimiawi, zat pewarna, sinar radioaktif.
13. Obesitas pasca menopause
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan
seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara. Beberapa penelitian
menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara dikarenakan tingginya kadar
estrogen pada wanita yang obesitas. Dengan menurunkan berat badan level estrogen tubuh
akan turun pula.
14. Bahan kimia
Pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat pada pestisida dan
produk industri lainnya) meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
2.1.4 Patofisiologi
Kanker payudara
Obstruksi sirkulasi
Hipermetabolik jaringan
Nekrosis
Peau d Orange
Penurunan
massa
otot
dan
berat
badan
Keterangan:
Transformasi sel sel kanker dibentuk dari sel sel normal dalam suatu proses yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi
suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan
dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen,yang bisa
berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari, tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau
bahan lainnya yang disebut promotor,menyebabkan sel lebih rentan trehadap suatu
karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan.
Pada tahap promosi suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi oleh
karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang
peka dan suatu karsinogen). Setelah suatu sel mengalami transformasi selanjutnya pada sel
tersebut akan terjadi mutasi gen. Dengan terjadinya mutasi gen tersebut maka sel-sel yang
ada di payudara menjadi terus berkembang biak dan bertambah banyak secara tidak
terkendali. Sel-sel yang terus berkembang biak itupun kemudian menginfiltrasi jaringan
sekitar dikarenakan jumlahnya yang semakin banyak. sambil menginfiltrasi, sel-sel inipun
merusak jaringan sekitar yang ada di payudara. Diantara sel-sel yang menginfiltrasi tersebut
terdapat juga neoplasma ganas yang mengenai payudara. Apabila neoplasma ganas ini telah
menyerang payudara maka selanjutnya yang terjadi adalah kanker payudara.
Pada kanker payudara terdapat tiga keadaan yang terjadi yaitu obstruksi sirkulasi,
infiltrasi ke pembuluh limfe, dan peningkatan kebutuhan jaringan. Pada obstruksi sirkulasi
keadaan yang selanjutnya terjadi adalah hipoksia pada sel kanker yang terjadi karena sel-sel
yang ada pada tubuh tersebut tidak mendapat asupan oksigen yang seharusnya didapatkan
dari darah, hal ini dikarenakan adanya obstruksi tersebut. Setelah terjadi hipoksia maka
selanjutnya munculah jaringan nekrosis yang dapat menyebabkan perubahan pada payudara.
Pada infiltrasi ke pembuluh limfe, keadaan yang terjadi adalah adanya bendungan pada
limfe setempat yang menyebabkan edema di sekitar tumor. Dengan adanya edema tersebut
maka akan muncul benjolan yang dapat terlihat dengan jelas, benjolan ini dinamai peau
dorange. Peau dorange adalah tanda kanker payudara yang berupa gambaran seperti kulit
jeruk karena metastasis sel tumor pada saluran limfe kulit. Munculnya peau dorange ini
tentunya menyebabkan gangguan integritas kulit.
Pada keadaan peningkatan kebutuhan jaringan terjadilah hipermetabolik jaringan yang
dikarenakan pada saat kanker payudara terjadi kebutuhan tubuh tubuh akan nutrisi tentunya
akan meningkat, dan apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka akan timbul gangguan
kebutuhan nutrisi yang dapat dilihat tau dimanifestasikan dari penurunan massa otot dan
massa tubuh penderita kanker payudara.
2.1.5 Manifestasi klinis
2.1.6 Klasifikasi
Kanker payudara terdiri dari beberapa jenis yang diklasifikasikan berdasarkan kriteria
tertentu. Berikut adalah pengklasifikasian kanker payudara.
1. Non invasive carcinoma
keluarnya
cairan pada
papila
mamaria atau
munculnya massa
yang dapat terlihat jelas atau dirasakan. DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan
potensi penyebaran ke seluruh tubuh.DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana
salah satu sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama dengan perkembangan
lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal. Sel ini disebut solid papillary atau
cribiform. Tipe
bersifat
progresif yang di
awal perkembangannya terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk tak beraturan.
b. Lobular carcinoma in situ (LCIS)
Meskipun sebenarnya LCIS ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan sebagai tipe
kanker payudara non-invasif. Kanker tipe ini bermula dari kelenjar yang memproduksi air
susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus.
2. Invasive carcinoma
Invasive carcinoma adalah jenis kanker yang sel kankernya telah keluar/lepas dari tempat dia
berasal, menyerang jaringan sekitar yang mendukung saluran dan kelenjar- kelenjar
payudara. Sel-sel kanker ini bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh seperti ke kelenjar getah
bening. Jenis dari invasive carcinoma ini antara lain:.
a. Invasive Ductal Carsinoma ( IDC )
Pada kanker jenis ini kondisi sel duktus masih bersifat normal, namun sel kanker
duktus telah memberikan kerusakan pada jaringan yang ada di payudara. IDC dianggap
sebagai penyebab terbesar kanker payudara yang invasif, yakni sekitar 85 %. Jika seorang
wanita mempunyai IDC, maka sel kanker yang berada di sepanjang saluran air susu akan
keluar dari dinding saluran tersebut dan menyerang jaringan disekitar payudara. Sel kanker
bisa saja tetap terlokalisir, berada didekat tempat asalnya atau menyebar ( metastasis )
kebagian tubuh yang lain, terbawa oleh peredaran darah atau sistem kelenjar getah bening.
Untuk jenis IDC solid tubular, meskipun invasif tapi masih lumayan terkendali dibanding
jenis invasif lain.
b. Invasive Lobular Carsinoma ( ILC )
Pada kanker payudara jenis ini sel kanker lobular memberikan kerusakan pada jaringan
yang ada di payudara. Meskipun tidak sebanyak IDC namun tipe ini juga memiliki sifat yang
mirip.ILC
berkembang
dari
kelenjar
yang
memproduksi
susu
dan
kemudian
menyerang jaringan payudara disekitarnya. Pada kondisi ILC penderita mungkin tidak akan
merasakan suatu benjolan, yang dirasakan hanyalah adanya semacam gumpalan atau suatu
sensasi bahwa ada yangberbeda pada payudara. ILC bisa dideteksi hanya dengan
menyentuh dan kadang juga bisa tidak terlihat dalam mammogram. ILC ini bersifat seperti
cermin, kalau payudara kanan ada benjolan, biasanya sebelah kiri juga ada
3. Tipe kanker payudara yang jarang terjadi
Tidak semua tipe kanker payudara berasal dari saluran air susu atau kelenjar air susu.
Beberapa jenis yang tidak umum adalah:
a. Inflammatory Breast Cancer
Jenis ini jarang terjadi tapi termasuk tipe kanker payudara yang agresif. Pada kanker
payudara jenis ini kulit pada payudara menjadi merah dan bengkak atau menjadi tebal dan
besar, berbintik-bintik menyerupai jeruk yang terkelupas. Ini dikarenakan oleh sel kanker
yang memblok pembuluh getah bening yang letaknya dekat permukaan payudara.
b. Medullary Carcinoma.
Kanker jenis ini merupakan tipe spesifik pada invasif breast cancer dimana batas tumor
jelasterlihat. Pada kondisis ini sel kanker lebar dan sel sistem imun terlihat disekitar batas
tumor
c. Tubular carcinoma
Jenis kanker yang jarang ini dinamai demikian karena bentuk sel kanker ketika dilihat
dibawah mikroskop. Meskipun merupakan invasive breast cancer tapi tampilannya lebih baik
dari Invasive Ductal Carcinoma dan Invasive Lobular Carcinoma dan tingkat keparahannya
tidak separah IDC dan ILC.
d. Metaplastic carcinoma
Mewakili kurang dari 1% dari seluruh pasien yang baru di diagnosis mempunyai
kanker payudara. Perubahan bentuk jaringan biasanya terlokalisir/terbatas dan berisi beberapa
sel yang berbeda, yang secara tipikal tidak ditemui pada kanker payudara yang lain. Harapan
kesembuhan dan cara penanganannya sama dengan Invasive Ductal Carcinoma (IDC). Pada
kanker jenis ini terdapat sarcoma yang merupakan tumor yang tumbuh pada sambungan
antara jaringan di payudara. Jenis tumor inilah yang nantinya akan menjadi kanker.
e. Micropapillary carcinoma
Type ini cenderung untuk menjadi agresif. Kanker jenis ini sering menyebarnya
ke kelenjar getah bening, meskipun ukurannya kecil.
f.
Selain beberapa jenis kanker diatas terdapat juga cara pengklasifikasian kanker dengan
menggunakan metode T (tumor primer), N (Nodus limfe regional), dan M (Metastase jauh).
Pengklasifikasian tersebut ialah
1. Tumor primer (T)
a. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
b. To : Tidak terbukti adanya tumor primer
c. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
d. T1 : Tumor < 2 cm
T1a
: Tumor 1 2 cm
e. T2 : Tumor 2 5 cm
f. T3 : Tumor diatas 5 cm
g. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax
atau
kulit.
T4a
lain atau
2.1.7 Stadium
Stadium dalam kanker adalah suatu cara yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi kankeryang meliputi letak, sampai dimana penyebarannya, dan sejauh mana
pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penujang lainnya seperti histopatologi
atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT Scan,MRI.
Berikut adalah pembagian stadium pada kanker payudara.
1. Stadium I
Pada stadium ini Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak
ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot), besar tumor 1 - 2 cm dan
tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan yang
sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak
berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada
penderita adalah 70%.
2. Stadium II
Pada stadium ini tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada
satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter kurang
dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada
stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30 - 40 %.
3. Stadium III A
Keadaan di stadium ini ialah Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10
cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu
sama lain. 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
4. Stadium IIIB
Pada stadium ini tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada
edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah bening aksila
melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah
menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan
otot dada.
5. Stadium IV
Pada stadium ini tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah
disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan metastasis jauh. Sel-sel
kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya,biasanya tulang, paru-paru, hati,
otak, kulit, dan kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus dilakukan
adalah pengangkatan payudara. Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah paliatif bukan
lagi kuratif (menyembuhkan).
2.1.8 Pencegahan
Terdapat beberapa upaya pencegahan untuk mencegah terjadinya kanker payudara.
Upaya tersebut antara lain:
1. Pencegahan primordial
Upaya ini dimaksudkan dengan memberi kondisi pada masyarakat yang memungkinkan
penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya.
Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak
kesehatan saja. Upaya pencegahan pada tingkat promordial ini lebih ditekankan pada
upaya promosi kesehatan yang ditujukan pada orang yang sehat melalui upaya pola hidup
sehat.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang yang memiliki resiko
untuk terkena kanker payudara. Upaya ini dilakukan melalui upaya menghindarkan diri dari
berbagai faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker payudara. Beberapa cara yang
dilakukan adalah :
a. Perbanyak makan buah dan sayuran berwarna kuning atau hijau karena banyak mengandung
vitamin yang dapat melindungi tubuh dari kanker.
b. Kurangi makanan yang mengandung lemak tinggi, hal ini dikarenakan lemak dapat
meningkatkan resiko kanker.
c. Konsumsilah makanan yang banyak mengandung serat. Serat akan menyerap zat-zat yang
bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar dengan feses.
d. Makanlah produk kedelai seperti tahu dan tempe. Kedelai selain mengandung flonoid yang
berguna untuk mencegah kanker, juga mengandung genestein yang berfungsi sebagai
estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-
sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel
pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
e. Kurangi makan makanan yang diasinkan, dibakar, diaasap atau diawetkan dengan nitrit.
Makanan tersebut dapat menghasilkan senyawa kimia yang dapat berubah menjadi
karsinogen aktif.
f. Hindari alkohol dan rokok.
g. Pengontrolan berat badan dengan diet seimbang dan olahraga akan mengurangi resiko
terkena kanker payudara.
h. Hindari stress.
i. Lakukan sadari. Kaum perempuan harus mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada
payudaranya. Untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut, ada cara sederhana yang
disebut "sadari" atau periksa payudara sendiri. Pada wanita produktif, sadari harus dilakukan
sebulan sekali, 5-7 hari setelah haid berakhir, karena saat ini pengaruh hormonal estrogen
progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu dalam keadaan tidak
oedema sehingga lebih mudah meraba adanya tumor atau kelainan.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan usaha yang dilakukan untuk mencegah timbulnya
kerusakan lebih lanjut akibat kanker payudara dengan mengidentifikasi kelompok populasi
berisiko tinggi terhadap kanker payudara dan deteksi dini pada individu yang tanpa
gejala.Pencegahan sekunder pada kanker payudara dapat dilakukan dengan skrining melalui
mammografi yang diklaim memiliki akurasi 90% untuk menentukan kanker payudara.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah
komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi
walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah
jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.
2.1.9 Penatalaksanaan
Pentalaksanaan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan
untuk stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan
bahkan inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas,
tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif diberikan pada pasien dengan
stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak
dapat direseksi. Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan ialah:
1. Terapi secara pembedahan
a. Mastektomi partial
Mastektomi pasrtial merupakan tindakan konservatif terhadap jaringan payudara yang terdiri
dari reseksi tumor primer hingga batas jaringan payudara normal, radioterapi dan
pemeriksaan statusKGB (kelenjar getah bening) aksilla. Reseksi tumor payudara primer
disebut
jugas ebagai
reseksi
konservatif ini
terapi
standar
partial
untuk kanker
III. Batasan anatomis pada Modified radical mastectomy adalah batas anterior M. latissimus
dorsi pada bagian lateral, garis tengah sternum pada bagian medial, bagian inferiornya 2-3 cm
dari lipatan infra-mammae dan bagian superiornya m. subcalvia.
2. Terapi secara medikalis (non-pembedahan)
1. Radioterapi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma mammae. Untuk
wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy. Radiasi adjuvant diberikan untuk
mengurangi
resiko
rekurensi
lokal,
juga
dilakukan
untuk
stadium I,
IIA,
atau
IIB setelah lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada kasus resiko/kecurigaan metastasis
yang tinggi. Pada kanker payudara lanjut (Stadium IIIa atau IIIb) dimana resiko rekurensi dan
metastasis yang tinggi, maka setelah tindakan pembedahan dilanjutkan dengan terapi radiasi
adjuvan.
1. Kemoterapi
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada kanker payudara tanpa
pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm dan tidak dianjurkan. Jika
ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi tinggi
maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang tidak menguntungkan dallam
kemoterapi iniialah adanya invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan histologis
yang tinggi, overekspresi HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif sehingga
direkomendasikan untuk diberikankemoterapi adjuvan.
2. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik berupa reseptor
hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormon ini ditemukan pada lebih
dari 90% karsinoma duktal dan lobular invasif yang masih berdiferensiasi. Terapi antiestrigen ini dilakukan dengan menggunakan tamoxifen. Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi
adalah tidak adanya toksisitas yang berat, nyeri tulang, hot flushes, mual, muntah dan retensi
cairan yang dapat terjadi pada penggunaan tamoxifen.
klavikula. Selain itu pada kondisi ini metastasis kanker sudah sangat jauh dan sel-sel kanker
sudah sangat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker tersebut menyerang bagian
tubuh lainnya yaitu tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, dan kelenjar limfa yang ada di dalam
batang leher.
b. Riwayat penyakit dahulu
Hal yang perlu dikaji ialah apakah klien memiliki penyakit payudara lainnya sebelum ia
menderita kanker payudara ataupun penyakit lain pada payudara yang dapat mengakibatkan
resiko kanker payudara. dikarenakan dengan adanya penyakit pada payudara, berarti
payudara tersebut telah terganggu. Komplikasi yang terburuk dari hal ini adalah kanker
payudara. Selain itu seseorang yang payudaranya pernah ditangani mempunyai resiko yang
lebih tinggi untuk menderita kanker payudara. Selain penyakit payudara terdahulu hal lain
yang perlu dikaji ialah siklus menstruasi klien dan kapan kehamilan atau melahirkan anak
pertama. Pada siklus menstruasi yang perlu dikaji disini ialah kapan menstruasi pertama
dialami oleh klien dan kapan klien mengalami menopause (pada klien yang berusia lanjut).
Selain tu perlu juga dikaji kapankah klien mengalami kehamilan atau melahirkan anak
pertama.
c. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah klien memiliki keluarga yang menderita kanker payudara sebelumnya. Hal
ini perlu dilakukan karena salah satu faktor resiko kanker payudara adalah faktor genetik.
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara memiliki risiko
2-3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar apabila
keluarga tersebut menderita kanker bilateral atau pramenopause.
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan Head to Toe dan hasil yang didapat
pada pemeriksaan ini adalah:
menjadi
menurun penglihatan
kabur, pendengaran
berkurang,
sensasi
menurun.
Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien
harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada
kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
5) Faktor-faktor lain yang perlu dikaji
a. Faktor fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah
pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran,
nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
b. Faktor psikologi
Perubahan psikologi tentunya akan dihadapi oleh klien terminal. Perawat harus peka
dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi
wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang
muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan
harapan. Disini peran perawat sangat diperlukan sebagai pendamping bagi klien
c. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena
pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin
berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan
keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda
klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan sosial bisa dari teman
dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
d. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana
sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada
Tuhan ataukah semakin menolak dan tidak menerima keadaannya. Perawat juga harus
mengetahui apakah pasien memerlukan bantuan dari pemuka agama untuk membimbing
klien
6) Analisa Data
No
1
Data
DS:
Pasien
penyakitnya
mengatakan
dan
Etiologi
khawatir
cemas
Masalah
dengan
menghadapi
Ancaman
kematian.
Ansietas
kematian
Depresi
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul pada pasien terminal kanker payudara stadium IV adalah:
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
2. Keputusasaan berhubungan dengan penyakit yang diderita
3. Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi
4. Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan terminal
Selain pada pasien, diagnosa pada asuhan keperawatan pasien terminal kanker payudara
stadium IV juga ditujukan pada keluarga pasien. Diagnosa yang dapat diangkat ialah:
1. Ansietas berhubungan dengan semakin dekatnya kematian anggota keluarga
2. Berduka berhubungan dengan kondisi anggota keluarga
3. Kurangnya pengetahuan mengenai keadaan anggota keluarga dan kemungkinan yang akan
terjadi berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan pada pasien:
Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 1
Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
Tujuan: ansietas klien dapat berkurang dan klien merasa lebih tenang
Kriteria Hasil
1. Klien mampu
Intervensi
Rasional
mengungkapkan
kecemasannya
pertimbangan
tindakan
2. Terjadi perubahan
selanjutnya
penyakitnya
3. Berikan
kepastian
kenyamanan
4. Identifikasi
dan
peran
ketakutan-ketakutan mereka
adanya
berbagi
kesempatan
saling
1. Keputusasaan klien
berkurang
Intervensi
1. Tetap
memberikan
Rasional
2. Klien kembali ke
kondisi psikologis
normal
3. Klien tetpap menjaga 2. Sampaikan hal yang bersifat2. Tidak menambah beban pasien
keyakinan yang
dimilikinya mengenai
penyakitnya
3. Berikan
lebih buruk
motivasi
yang
pasien
membangun
hidupnya
dalam
memberikan dapat
membuat
psikologi
memberikan
pasien
1. Klien mampu
Intervensi
1. Berikan
kesempatan
Rasional
pada1. Diskusi
terbuka
dan
jujur
mengungkapkan
perasaannya
dan
dan
mengatasi
situasi
berhubungan dengan
menetukan
respon
penyakitnya dapat
mereka
berkurang
3. Klien mampu
menerima keadaan
yang terjadi npadanya
dan masih
membantu
koping
penerimaan
positif
dan
pemecahan masalah
mempertahankan
harapan yang ia miliki 3. Berikan dorongan pada klien3. Memfokuskan hal yang positif
untuk
mengekspresikan
yang positif
hal meningkatkan
penerimaan
adaptif
tidak
dapat
penuh
menghilangkan
ketidaknyamanan
memberikan dukungan
percaya
diri
dalam
memepertahankan harapannya.
1. Klien mampu
Intervensi
Rasional
mengungkapkan
perasaan yang
membuat ia depresi
membuatnya depresi
2. Depresi klien
berkurang
2. Klien
akan
merasa
lebih
dapat
membantu
klien
menyelaesaikan masalahnya
satu
merupakan
cara
salah
menunjukkan
hubungan5. Memungkinkan
adanya
mengurangi
keluarga
dapat
1. Keluarga
Intervensi
Rasional
mengungkapkan
untuk berbagi
ketakutan,
kekhawatiran, dan
setiap keinginannya
2. Diskusikan
yang berhubungan
proses
dengan keluarga
dengan pasien.
perasaannya
2. Anggota keluarga
menjadi
lebih
baik
mendiskusikan
perasaannya
3. Berikan
keluarga
kesempatan
mengungkapkan emosi
perasaannya
4. Bantu
keluarga
perasaan mereka
kepada pasien
5. Pertahankan
sikap
yang
terhadap
berbeda-beda
kematian
dan
1. Keluarga mampu
Intervensi
1. Dorong
keluarga
Rasional
untuk1. Memberikan
mengungkapkan
perasaannya
pasien
keluarga
kesempatan
dan
untuk
saling berbagi
2. Kesedihan keluarga
berkurang
3. Keluarga berperan aktif2. Dorong keluarga untuk berada2. Kehadiran
dalam merawat pasien
sedekat
dengan pasien
mungkin memberikan
keluarga
dampak
4. Fasilitasi
saat
bantuan
akan
keluarga4. Mempermudah
keluarga
5. Berikan
privasi
keluarga
Intervensi
Rasional
siap
2. Kelurga mengetahui
keadaan yang akan
terjadi
pada
saat
proses terjadi
kematian
kecemasan
keluarga
anggota
keluarga
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan intervensi
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil, termasuk di dalamnya
evaluasi proses. Evaluasi dilakukan melalui catatan perkembangan.
Hari/
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
Tanggal/Jam
Keperawatan
Rabu,31
Ansietas
08.30 WIB
Oktober
berhubungan
Kaji tingkat
kematian
09.00 WIB
Dorong klien
konsentrasi
mengungkapkan
ketakutannya
P: Lanjutkan intervensi
11.00 WIB
Identifikasi dan
Berikan kepastian
dukungmekanisme koping
dan kenyamanan
efektif
Kolaborasi dengan keluarga
Keputusasaan
08.45 WIB
berhubungan
Memberikan
dengan
harapan yang
penyakit yang
terbaik bagi si
diderita
pasien
mengalami kesedihan,
10.00 WIB
Sampaikan hal
yang bersifat
P: Lanjutkan intervensi
positif
Berikan motivasi
11.00 WIB
Berikan motivasi
O: KU sedang, pasien
kepada pasien
yang bersifat
membangun
Berduka
09.00 WIB
berhubungan
Berikan
dengan
terminal
kematian
akan dihadapi
perasaan
dengan keadaannya
pasien
mengatakan dan
P: Lanjutkan intervensi
menerima
kematian yang
perasaannya
akan terjadi
12.00 WIB
perhatian
Tingkatkan
harapan dengan
perawatan penuh
perhatian
Depresi
09.00 WIB
berhubungan
Bantu klien
dirinya perasaan
dalam
terminal
penyakitnya
O: KU sedang, pasien terlihat
bingung, pucat, dan terkadang
Berikan simpati
pada klien
11.00 WIB
P: Lanjutkan intervensi
Hibur dan
Lakukan hubungan
motivasi pasien
Diagnosa
No
Implementasi
Tanggal/Jam
Kamis, 1
November
2012, 08.00
WIB
Evaluasi
Keperawatan
08.00 WIB
Dorong klien
Ansietas
mengungkapkan
ketakutannya
berhubungan
09.00 WIB
dengan ancaman Dukung
mekanisme
kematian
koping efektif
pasien
10.00 WIB
Berikan kepastian
dan kenyamanan
Keputusasaan
berhubungan
dengan
penyakityang
diderita
08.45 WIB
Memberikan
harapan yang
terbaik bagi si
pasien
10.00 WIB
Sampaikan hal
yang bersifat
positif
11.00 WIB
Berikan motivasi
kepada pasien
yang bersifat
membangun
08.00 WIB
Berikan
kesempatan pada
berhubungan
pasien untuk
mengungkapkan
dengan penyakit perasaan
10.00 WIB Bantu
terminal
dan pasien
mengatakan dan
kematian
yang menerima
kematian yang
akan dihadapi
akan terjadi
11.00 WIB
Tingkatkan
harapan dengan
perawatan penuh
perhatian
1. Berduka
S: Pasien mengatakan ia
sudah bisa menerima dan
mengerti tentang keadaannya
O: KU memburuk, kesedihan,
kebingungan dan sikap
murung pasien mulai
berkurang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Bantu klien mengungkapkan
perasaannya
Lakukan perawatan penuh
perhatian
Kolaborasi dengan keluarga
2. Depresi
09.00 WIB
Lakukan
hubungan
interpersonal
yang baik
10.00 WIB
dengan kesedihn Berikan simpati
pada klien
tentang
dirinya 10.30 WIB
Identifikasi
dalam
keadaan sumber koping
11.00 WIB
terminal
Hibur dan
motivasi pasien
berhubungan
Hari/
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
Tanggal/Jam Keperawatan
1
Jumat, 1
1. Ansietas
November
berhubungan
2012, 08.00
dengan
WIB
ancaman
kematian
08.20 WIB
Dorong klien
mengungkapka
n ketakutannya
08.45 WIB
Dukung
mekanisme
koping efektif
pasien
09.30 WIB
Berikan
kepastian dan
kenyamanan
08.45 WIB
2. Keputusasaan Memberikan
berhubungan
dengan
penyakit yan
g diderita
harapan yang
terbaik bagi si
pasien
10.00 WIB
Sampaikan hal
yang bersifat
positif
11.00 WIB
Berikan
motivasi kepada
pasien yang
bersifat
membangun
08.00 WIB
Berikan
kesempatan
berhubungan pada pasien
untuk
dengan
mengungkapka
n perasaan
penyakit
10.00 WIB
Bantu pasien
terminal dan mengatakan dan
menerima
kematian
kematian yang
akan terjadi
yang
akan 11.00 WIB
Tingkatkan
dihadapi
harapan dengan
perawatan
penuh perhatian
3. Berduka
4. Depresi
berhubungan
dengan
09.00 WIB
Lakukan
hubungan
interpersonal
yang baik
10.00 WIB
Berikan simpati
pada klien
10.30 WIB
Identifikasi
tentang
sumber koping
11.00 WIB
dirinya dalam Hibur dan
motivasi pasien
keadaan
kesedihn
terminal
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker
payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh dan berubah
menjadi ganas. Kanker payudara terdiri dari beberapa stadium dan stadium yang paling
berbahaya adalah kanker payudara stadium IV.
Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang sering terjadi dan sering
menyebabkan kematian untuk itulah diperlukan pemahaman terhadap penyakit kanker baik
itu pengobatan maupun pencegahan terhadap penyakit kanker. Selain pemahaman terhadap
kanker payudara diperlukan juga pemahaman terhadap perawatan pasien terminal. Hal ini
diperlukan karena pada kanker payudara stadium akhir kemungkinan untuk bertahan hidup
sangat kecil. Jadi, perawat diharapkan mampu memahami dan menguasai konsep dan asuhan
keperawatan terhadap kanker payudara, serta tidak lupa pula asuhan keperawatan pasien
terminal terhadap kanker payudara stadium IV.
DAFTAR PUSTAKA
De jong, Syamsuhadi. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005
Hidayat, Azis Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
http://bared18.wordpress.com/2011/10/14/kanker-payudara-ca-mamae/
http://www.lenterabiru.com/2008/12/kanker-payudara.htm
Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and Practice, Ethics and Values.
California : Addison Wesley
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3, cet.1 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Wahyuningsih dan Subekti. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
http://dailyafridawords.blogspot.com/2013/05/askep-terminal-kankerpayudara.html
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian
adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau mengikuti
priode sakit yang panjang.Terkadang kematian menyerang usia muda tetapi selalu menunggu
yang tua.
Kondisi Terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu
tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi
individu. (Carpenito ,1995 )
Pasien Terminal adalah : Pasien psien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka akan
meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M. Stevens, dkk ,hal
282, 1999 )
Pendampingan dalam proses kematian adalah Suatu pendampingan dalam kehidupan ,
karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan . Manusia dilahirkan , hidup beberapa tahun ,
dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu memang
akan terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan ( P.J.M. Stevens, dkk, 282,1999 ).
B.
Jenis Jenis Penyakit Terminal
1. Diabetes Militus
2. Penyakit Kanker
3. Congestik Renal Falure
4. Stroke.
5. AIDS
6. Gagal Ginjal Kronik
7. Akibat Kecelakaan Fatal