Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL 1995 ialah, setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya baik secara
langsung maupun secara tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan atau
membahayakan kesehatan manusia.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Primary Sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan
awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah
menguap.
2. Chemical Sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.
3. Excess Activated Sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari proses
tersebut.
4. Digested Sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan Digested
Aerobic maupun Anaerobic. Dimana padatan atau lumpur yang dihasilkan cukup stabil
dan banyak mengandung padatan organik.
Terdapat banyak pengolahan limbah B3 di industri, metode yang paling populer diantaranya
adalah chemical conditioning. Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Concentration Thickening
2. Treatment, Stabilization, dan Conditioning
3. De-watering dan Drying
4. Disposal
a. kondisi geologi formasi batu pasir, batu gamping atau dolomit berongga tidak sesuai
untuk landfill
b. daerah berpotensi gempa juga tidak layak
c. daerah yang layak sedimen berbutir sangat halus, misal: batu liat, batuan beku, batuan
malihan yang kedap
3. Kondisi geohidologi: aliran discharge lebih baik daripada aliran recharge
4. Kondisi curah hujan kecil terutama daerah dengan kecepatan angin rendah dan berarah
dominan tidak menuju pemukiman
5. Topografi: tidak boleh pada bukit dengan lereng tidak stabil, daerah berair, lembah-lembah
yang rendah dan dekat dengan air permukaan dan lahan dengan kemiringan alami >20%
6. Keputusan Bapedal No. 4/Bapedal/09.1995
a. jarak landfill dengan lapisan akifer paling dekat 4 m dan dengan badan air paling dekat
500 m
b. Berjarak 300 m dari landasan lapangan terbang
7. Kemudahan operasional
Syarat limbah B3 yang ditimbun di landfill
1.
2.
3.
4.
Memenuhi uji TCLP, uji Paint filter Test & uji kuat tekan
Tidak bersifat mudah meledak, terbakar, reaktif & penyebab infeksi
Tidak mengandung PCB/dioksin/zat radioaktif
Tidak berbentuk cair atau lumpur
1. Intermediate Soil Cover akan ditempatkan diatas timbunan limbah setelah lapisan
terakhir limbah terbentuk. Lapisan ini terbuat dari tanah setempat dengan ketebalan
paling sedikit 25 cm.
2. Cap Soil Barrier adalah lapisan yang ternbentuk dari lempung yang dipadatkan seperti
yang terpasang pada pelapisan dasar landfill.
3. Cap Geomembrane adalah lapisan HDPE dengan ketebalan 1,0 mm.
4. Cap Drainage Layer ditempatkan diatas cap geomembrane. Cap drainage ini terbuat
dari HDPE geonet dengan transmissivitas planar paling rendah 30 cm, dan granular soil
dengan konduktivitas hidrolika minimum 1 x 10 -4 m/det. Komponen paling atas dari
cap
geomembrane
adalah
geotekstil
yang
dirancang
untuk
meminimalisasi
penyumbatan.
5. Vegetative Layer adalah lapisan tanah setempat dengan ketebalan 60 cm yang
ditempatkan diatas cap drainage layer.
6. Vegetation adalah lapisan penutup landfill.
Selama operasi dan pasca-operasi, lahan urug harus dilengkapi dengan sistem
pemantauan kualitas air tanah dan air permukaan di sekitar lokasi. Sistem pemantauan tersebut
berupa sumur pantau pada upstream dan downstream lokasi lahan urug, serta pemantauan air
permukaan disekitar lokasi. Sampel air kemudian dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan
bakumutu yang telah ditentukan. Jika kualitas sampel air tidak memenuhi baku mutu, maka
harus dilakukan evaluasi serta perbaikan lahan urug. Beberapa parameter yang harus diukur
terhadap sampel air adalah: pH, TOC (disaring), konduktivitas, mangan, besi, amonium (sbg
N), klorida dan natrium. Setelah lahan urug ditutup harus selalu dilakukan pengumpulan lindi
yang timbul, dan lokasi tersebut jangan dimanfaatkan sehingga membahayakan bagi manusia,
flora, fauna dan lingkungan sekitar, serta secara periodik harus selalu dipantau.
SECURE LANDFILL
Secured landfill dirancang untuk meminimalkan dampak limbah B3 pada lingkungan
dan kesehatan manusia. Liner merupakan komponen yang paling diperhatikan dalam suatu
secured landfill, tujuannya untuk melokalisir limbah B3 sehingga meminimalkan pencemaran
tanah dan air tanah. Secured landfill harus dilapisi sistem pemantauan kualitas air tanah dan air
pemukiman di sekitar lokasi agar mengetahui apakah secured landfill bocor atau tidak. Selain
itu, lokasi secured landfill tidak boleh dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia dan
habitat di sekitarnya.
Teknologi Secured Landfill dilaksanakan dengan mengurung ("encapsule") limbah B3
dalam suatu lahan penimbunan (landfill). Bagian dasar dari landfill tersebut dilapisi berbagai
tingkatan lapisan pengaman yang berfungsi untuk mengurung limbah B3, agar polutan tidak
terdistribusi ke lingkungan sekitarnya melalui proses perembesan ke dalam air tanah. Jenis
limbah B3 yang dapat langsung ditimbun dan landfill sangat sedikit (misalnya: limbah asbes).
Sebagian besar limbah B3 anorganik harus diproses terlebih dahulu dengan cara
stabilisasi/solidifikasi untuk mengurangi/menghilangkan sifat racun limbah B3.
Landfill untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Secured Landfill Double Liner, apabila liner yang dipasang terdiri atas dua liner tunggal
atau dua liner komposit. Liner ganda sangat disarankan pada secured landfill karena relatif
lebih aman untuk karakteristik seperti limbah B3. Rancangan bangun minimum untuk
kategori I (secure landfill double liner) adalah sebagai berikut:
Sistem pelapisan dasar landfill dari bawah ke atas terdiri dari komponen-komponen
berikut:
pendeteksi kebocoran ini adalah .non woven geotextile. yang dilekatkan pada geonet
pada proses pembuatannya. Sistem pendeteksi kebocoran harus dirancang sedemikian
rupa dengan kemiringan tertentu menuju bak pengumpul, sehingga timbulan lindi akan
terkumpul. Timbulan lindi tersebut dialirkan dengan menggunakan pompa submersible
menuju ke tangki penampung atau pengumpulan lindi;
tanah
penghalang
berupa
tanah
liat
yang
di
padatkan
hingga
2. Secured Landfill Single Liner, apabila liner yang digunakan hanya satu lapis, misalnya
geosintetik clay liner atau geomembran. Rancangan bangun minimum untuk kategori II
(secure landfill single liner) adalah sebagai berikut:
Sistem pelapisan dasar landfill dari bawah ke atas terdiri dari komponen-komponen berikut:
tanah
penghalang
berupa
tanah
liat
yang
dipadatkan
hingga
pada
SPPL,
harus
dipasang
geotekstil pada bagian atas SPPL, SPPL harus mempunyai kemiringan sedemikian rupa
sehingga
timbulan
lindi akan
tangki
penampungan/pengumpul lindi;
tanah
setempat atau tanah dari tempat yang lain yang tidak mengandung material tajam. LPSO
dipasang pada dasar landfill selama konstruksi awal. Lapisan pelindung tambahan
akan dipasang pada dinding sel selama masa aktif sel landfill;
3. Secured Landfill Clay Liner, Lebih efektif untuk membatasi migrasi leachate. Rancangan
bangun minimum untuk kategori III (landfill clay liner) adalah sebagai berikut:
Sistem pelapisan dasar landfill dari bawah ke atas terdiri dari komponen-komponen berikut:
HDPE dan .non woven geotextile. bahan butiran atau geonet HDPE tersebut harus
memiliki transmisivitas planar sama atau lebih besar dari transmisivitas planar bahan
butiran setebal 30 cm dengan konduktivitas hidraulik 1 x 10-4 m/detik.
Sistem pendeteksi kebocoran harus dirancang sedemikian rupa sehingga timbulan lindi
akan terkumpul dan dapat dipindahkan ke tempat penampungan/pengumpulan lindi;
tanah
penghalang
berupa
tanah
liat
yang
dipadatkan
hingga
Macam-macam liner:
1. Tanah liat; digunakan untuk melindungi air tanah dari kontaminan yang dihasilkan landfill.
Sebagai liner ketebalan tanah liat yang digunakan berkisar 0,5 - 1,5 m. Penggunaan tanah liat
yang dipadatkan dengan kelembaban yang tinggi lebih efektif daripada tanah liat yang
dipadatkan dengan kelembaban yang rendah. Karena tanah liat dengan kelembaban yang
rendah memiliki resiko yang lebih besar untuk retak dan pecah sehingga memperbesar
jumlah lindi yang meresap ke air tanah.
2. Geomembran; dikenal dengan Flexible Membrane Liner (FML). Jenis liner ini dibuat dari
bermacam-macam material plastik termasuk polyvinyl chloride (PVC) dan high density
polyethylene (HDPE). Jenis liner ini tahan terhadap sejumlah besar bahan kimia dan kedap
air (impermeable). Di Ohio, HDPE geomembran harus memiliki ketebalan minimimal 15
mm untuk landfill sampah kota. Geomembran dan geokomposit digunakan sebagai lapisan
penghalang
untuk
mencegah
masuknya
lindi
ke
dalam
air
tanah.
Salah satu jenis geomembran yang banyak digunakan adalah Carbofol. Carbofol merupakan
jenis geomembran yang terbuat dari HDPE dan diproduksi dengan beragam ketebalan
lapisan, yaitu 1,5 mm 3 mm. Carbofol biasanya digunakan sebagai pelapis dasar untuk
melindungi air tanah dari kontaminasi pencemar. Untuk melindungi air tanah biasanya
digunakan Carbofol dengan ketebalan 1,5 mm bahkan lebih tipis lagi. Carbofol ini tahan
lama, dan tahan terhadap zat-zat kimia serta radiasi sinar UV. Jenis Carbofol dengan
permukaan seperti kaca memiliki kelebihan karena dapat memperlihatkan kebocoran yang
terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan dengan segera. Selain itu Carbofol juga mudah,
cepat, dan efisien dalam pemasangan.
3. Geotekstil; digunakan sebagai filter untuk mencegah masuknya material-material tanah ke
dalam sistem drainase, dan juga untuk mengatur aliran dalam sistem drainase. Selain itu
untuk melindungi geomembran dari kerusakan dan mencegah terjadinya penyumbatan pada
sistem pengumpul lindi. Adapun jenis-jenis geotekstil, antara lain:
a. Terrafix
Terrafix merupakan jenis geotekstil yang terbuat dari 100% serat sintetis. Memiliki
struktur serat tiga dimensi yang membentuk labirin seperti bukaan pori-pori pada
struktur tanah. Terrafix merupakan material serbaguna, seperti sebagai single layer dan
multi layers filter, serta sebagai lapisan pelindung. Terrafix juga berfungsi sebagai
penahan tanah, dan mempercepat pertumbuhan perakaran tanaman. Terrafix mudah
dalam penggunaanya dan memiliki efisiensi yang lebih baik dibandingkan lapisan filter
konvensional seperti kerikil, selain itu tahan terhadap cuaca dan radiasi sinar UV.
Terrafix memiliki angka permeabilitas yang bervariasi tergantung dari jenis bahannya.
b. Secutex
Secutex banyak digunakan sebagai penghalang/pemisah, filter, pelindung, dan untuk
lapisan drainase. Secutex juga terbuat dari 100% serat sintetis seperti Polprorylene (PP),
Polyseter (PES), yang banyak digunakan dalam pekerjaan sipil seperti perancangan
hidrolika, pembuatan jalan, landfill. Secutex dibuat dengan ketebalan yang bervariasi
dengan nilai permebilitas yang bermacam-macam pula. Kelebihan Secutex adalah
memiliki biaya yang rendah dalam pemasangan, pemeliharaan namun memiliki
performance yang sangat baik. Selain itu Secutex memiliki kualitas yang bagus karena
kapasitas regangannya tinggi serta tahan lama.
4. Geosynthetic Clay Liner (GCL); sudah mulai banyak digunakan sebagai sistem pelapis dasar.
Liner ini terdiri atas lapisan tanah liat yang tipis (4 - 6 mm) yang berada diantara dua lapisan
geotekstil. Liner ini lebih mudah digunakan daripada lapisan tanah liat yang tradisional.
Salah satu jenis GCL adalah Bentofix yang merupakan kombinasi antara serat (fiber) dan
mineral tanah liat. Memiliki angka permeabilitas yang sangat kecil yaitu 2 x 10-11, memiliki
ketebalan 7 mm dengan ukuran bentangan tiap lembarnya 4,85 m x 40 m. Bentofix dapat
dibentangkan 8% dari ukuran bentangannya dengan kekuatan regangan maksimal 20 kN/m
Bentofix efektif sebagai penahan/penghalang terhadap cairan, uap, dan gas. Selain itu
Bentofix juga dapat digunakan sebagai:
Lapisan pelindung pada tanah dan air tanah dari kontaminasi limbah
Lapisan dasar (liner) pada landfill, lapisan pelindung geomembran.
5. Geonet; merupakan liner yang berupa jaring plastik seperti selimut drainase yang digunakan
sebagai sarana drainase dan lapisan pengumpul lindi. Geonet membawa cairan lebih cepat
daripada tanah dan kerikil. Salah satu jenis geonet adalah Secudrain. Secudrain terbuat dari
Polypropylene terdiri atas 2 - 3 lapisan dan merupakan filter tiga dimensi yang stabil dan
merupakan sistem drainase yang tahan terhadap tekanan tinggi. Secudrain terdiri dari
monofilamen kasar yang bergelombang dan lapisan nonwoven yang saling terkait dengan
ikatan yang sangat kuat pada salah satu sisinya. Secudrain memiliki angka permeabilitas
yang tinggi, yaitu 1 x 10-1, dengan ketebalan 2,5 mm dan ukuran bukaan pori-porinya 0,12
mm. Ukuran bentangan Secudrain tiap lembarnya adalah 1,9/3,8 m x 35 m.
Persyaratan Lokasi Bekas (Pasca) Penimbunan Limbah B3:
Pemilik fasilitas penimbunan limbah B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Sebelum menutup landfill harus mempersiapkan perencanaan pasca penutupan yang
meliputi:
Pemeliharaan yang terpadu dan efektif untuk penutup akhir landfill
Pemeliharaan dan pemantauan sistem pengumpul dan pembuangan lindi serta
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pengolahan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Respository.binus.ac.id/
/S010458998.ppt. Diakses tanggal 3 Desember 2012 pukul 06.17 WITA.
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR :
KEP-04/BAPEDAL/09/1995
TENTANG
TATA
CARA
PERSYARATAN
Kusuma,
Wahyu
Budi.
2012.
Teknologi
Pengolahan
Limbah
B3.
Studisipil.blogspot,com/2012/05/teknologi-pengolahan-limbah-b3-definisi.html?m=1.
Diakses tanggal 3 Desember 2012 pukul 06.05 WITA.
Lolypoly.
2011.
Teknik
Pembuangan
Limbah
dengan
Metode
Secure
Landfill.
2011.
Teknologi
Pengolahan
Limbah
Padat
B3.
http://nunulasa.wordpress.com/2011/03/11/teknologi-pengolahan-limbah-padat-b-3/.
Diakses tanggal 3 Desember 2012 pukul 23.00 WITA.
Zet. 2010. Landfill. http://my.opera.com/MaRph0amat0nte/blog/landfill. diakses tanggal 3
Desember 2012 pukul 23.07 WITA.