Anda di halaman 1dari 1

Empal gentong adalah makanan khas masyarakat Cirebon, Jawa Barat.

Makanan ini mirip


dengan gulai (gule) dan dimasak menggunakan kayu bakar (pohon mangga) di dalam gentong
(periuk tanah liat). Daging yang digunakan adalah usus, babat dan daging sapi. Empal gentong
berasal dari desa Battembat, kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon.
Nama empal gentong memang sesuai dengan bahan utama racikan hidangan berkuah asal
Cirebon ini. Nama empal menunjukkan bahan utamanya memang daging sapi dengan sedikit
lemak. Sedangkan sebutan gentong untuk menunjukkan proses memasaknya memakai kuali atau
periuk tanah liat.
Istilah empal di Cirebon adalah gulai, bukan gepuk atau dendeng. Disebut demikian karena
dimasak paling sedikit lima jam dalam gentong atau kuali menggunakan bahan bakar khusus,
yaitu kayu dari pohon asam. Hal itu guna menciptakan rasa dan tingkat keempukan daging. Cara
memasak dengan kuali ini sudah dilakukan secara turun temurun. Wadah tanah liat yang sudah
dipakai bertahun-tahun akan memberi sentuhan rasa sedap yang tiada tara. Tentu saja karena
kerak bumbu sudah mengendap di pori-pori tanah liatnya.
Selain menggunakan kayu bakar dan gentong, makanan ini disajikan dengan daun kucai
(Chlorella sorokiniana) dan sambal berupa cabai kering giling. Sambal empal gentong ini
sangatlah pedas sebab merupakan saripati cabai merah kering yang kemudian ditumbuk. Empal
gentong dapat disajikan dengan nasi atau juga lontong. Lontong menurut orang cirebon hanyalah
beras yang dimasukan kedalam daun pisang yang sudah dibentuk silinder, tidak ada campuran
lainnya, kemudian direbus selama 4 jam.
Pada saat disajikan api harus tetap membara untuk menjaga suhu makan standar. Paduan daun
kucai sebagai penyedap sekaligus penetralisir lemak serta sambal cabai kering dan kerupuk
rambak (kerupuk kulit kerbau) menjadikan rasa yang khas.
http://desynurrohmah.blogspot.co.id/2012/03/sejarah-empal-gentong-cirebon.html

Anda mungkin juga menyukai