Teknik Dan Metode Kimia Analis Kuantitatif Konvensional
Teknik Dan Metode Kimia Analis Kuantitatif Konvensional
ANALISIS KUANTITATIF
SENYAWA ORGANIK DAN
ANORGANIK KONVENSIONAL
pustaka
Lee R. and L.E. James, 1985. Chemical Demonstration,
A sourcebook for teacher, American Chemical Society,
Washington DC.
Vogel, A.I., 1989, The Textbook of Quantitative Chemical
Analysis, 5th ed., Longman.
Skoog D.A., 1994. Analytical Chemistry, An Introduction.
Svehla G. and A.I. Vogel, 1982. Macro and Semi Micro
Qualitative Inorganic Analysis, 5th Ed., Longman.
Bishop C.B., et al. 1992. Experiments in General
Chemistry, 2nd ed. Harcourt Brace College Publishers,
New York.
Farmakope Indonesia ed IV
Tujuan
Tujuan kimia analisis adalah terkait dengan penentuan
komposisi suatu senyawa dalam suatu bahan atau
sampel yang lazim disebut dengan kimia analisis kulitatif
.
1. kimia analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya (keberadaan) suatu unsur atau senyawa kimia
baik organik maupun anorganik.
2. kimia analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui
jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan.
METODE ANALISIS
1. Metode konvensional, terdiri atas metode gravimetri dan
metode volumetric.
a. Metode Gravimetri
Metode Gravimetri berdasarkan pada penimbangan
berat konstan suatu senyawa yang dianalis.
b. Metode Volumetric
Metode Volumetri merupakan metode analisis yang
mendasarkan pada pengukuran volume larutan baku
yang beraksi dengan senyawa yang akan dianlisis dan
reaksinya berlangsung secara kuantitatif.
2. Metode Modern
Metode ini memiliki keunggulan dan kelemahan, yaitu :
Keunggulan
Metode modern menawarkan kepekaan yang tinggi
(batas deteksinya kecil), jumlah sampel yang diperlukan
sedikit, dan waktu penerjaannya relatif cepat karena
beberapa metode modern (seperti kromatografi), selain
dapat untuk melakukan analisis kuantitatif juga dapat
digunakan untuk melakukan pemisahan senyawa
terhadap sampel.
Kelemahan
Hampir semua analisis dilakukan dengan menggunakan
baku rujukan dan reprodusibilitasnya yang rendah
dibandingkan dengan metode konvensional.
4. Bilangan Oksidasi
Merupakan bilangan yang identik dengan valensi tetapi
dengan tanda yang menyatakan sifat muatan ketika
terbentuk dari atomnya yang netral.
5. Rumus Bangun atau Struktur
Merupakan konsep dari valensi (komposisi senyawa).
Contoh : rumus struktur glukosa (C6H12O6)
6. Persamaan Reaksi Kimia
Merupakan penulisan suatu reaksi atau perubahan kimia
yang mengacu pada hukum dasar-dasar kimia.
Penulisan persamaan reaksi memberikan
kesederhanaan tentang sebuah reaksi, misalnya reaksi
antara timah hitam nitrat dengan kalium iodida yang
membentuk endapan kuning.
KIMIA ANALITIK
Cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara- cara
melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia.
ANALISIS KIMIA
Organik dan anorganik
kualitatif
Untuk menemukan dan
mengidentifikasi zat (analit)
kuantitatif
Untuk menentukan jumlah
dan banyaknya suatuzat
analisis kualitatif
Menggunakan dua macam uji :
1) Reaksi kering yang digunakan untuk zat
zat padat dan dalam
keadaan kering, tanpa melarutkan
sampel. contoh : Uji nyala, uji manik borak
2) Reaksi basah yang diterapkan untuk zatzat dalam larutan. reaksi ini sangat umum
dilakukan
analisis kuntitatif
Berdasarkan informasi yang diberikan :
1)Analisis proksimat : penetapan banyaknya tiap
unsur tanpa memperhatikan senyawa yang
sebenarnya ada dalam sampel tersebut.
2)Analisis parsial : penetapan konstituenkonstituen terpilih dalam sampel tersebut.
3)Analisis konstituen runutan penetapan
komponen- komponen yang jumlahnya sangat
kecil.
4)Analisis lengkap: proporsi tiap komponen dalam
sampel yang ditetapkan
analisis kuantitatif
Berdasarkan banyaknya sampel yang dianalisis :
1)Analisis makro: bila sampel yang dianalisis
adalah lebih dari 0,1 gram
2)Analisis semi mikro: jumlah sampel antara 0,01
gram- 0,1 gram
3)Analisis mikro: jumlah sampel antara 1 mg- 10
mg
4)Analisis ultra mikro: jumlah sampel kurang dari 1
mg
analisis kuantitatif
Berdasarkan proporsi konstituen yang akan
ditetapkan :
1)Analisis konstituen utama ( major ): Kadar
konstituen lebih besar dari 1 %
2)Analisis konstituen kecil ( mikro ): Kadar
konstituen antar 0,01- 1 %
3)Analisis konstituen runutan ( trace): Kadar
konstituen kurang dari 0,01 %
gravimetri
Dalam analisis gravimetri, zat yang akan ditetapkan
diubah terlebih dahulu menjadi suatu endapan yang
tidak larut kemudian dikumpulkan dan ditimbang
Contoh:
Konsentrasi perak dalam sampel logam dapat ditetapkan
secara gravimetri, dengan cara mula mula melarutkan
sampel tersebut dalam asam nitrat kemudian ke dalam
larutan tersebut ditambahkan ion klorida secara
berlebihan sehingga semua ion perak yang ada dalam
larutan mengendap sebagai perak klorida.
Setelah dilakukan .pencucian, endapan dikeringkan dan
akhirnya ditimbang
TITRIMETRI (VOLUMETRI)
Dalam analisis titrimetri/volumetri, zat
yang akan ditetapkan dibiarkan bereaksi
dengan suatu pereaksi yang ditambahkan
sebagai larutan standar, kemudian volume
larutan standar yang diperlukan agar
reaksi sempurna diukur
METODE ANALISIS
Memilih teknik/metoda yang akan digunakan dalam suatu pekerjaan
analisis,hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
1. Tipe analisis yang diperlukan;menyangkut bentuk, komponen yang
akan dianalisis,molekular atau unsur. Perlu diketahui apakah untuk
keperluan analisis rutin atau sewaktu-waktu
2. Sifat material yang akan diselidiki,misalnya apakah termasuk zat
radioaktif,korosif,dipengaruhi oleh air,dan sebagainya
3. Kemungkinan adanya gangguan dari komponen lain yang terdapat
bersama-sama dalam cuplikan
4. Daerah konsentrasi yang diperlukan dalam penyelidikan
5. Ketepatan yang diperlukan
6. Fasilitas laboratorium
7. Waktu yang diperlukan
8. Pemilihan cara destruksi cuplikan yang tepat
Bila cuplikan tidak perlu didestruksikan, teknik apa yang akan dipilih
aA + tT produk
sejumlah a molekul analit A
bereaksi dengan t molekul reagensia
T (titran). Penambahan titran
dilakukan sedikit demi sedikit
melalui buret.
buret
Stopcock
erlenmeyer
Larutan
analit
Pengaduk
magnet
Titik ekuivalen
Titik dimana jumlah titran yang
ditambahkan ekuivalen dengan
jumlah analit secara
stoikhiometri
STANDAR PRIMER
Penyelesaian
Konsentrasi Larutan
Molaritas (M)
mol A
=
M=
Liter larutan
M=
mol
V
Untuk mencari
gram zat terlarut:
g = M x V x BM
mmol A
mL larutan
Soal:
Hitung molaritas suatu larutan H2SO4 yang
mempunyai densitas 1,30 g/ml dan mengandung
32,6% bobot SO3. BM SO3=80,06
Jawab: 1 liter larutan mengandung
1,30 g/ml x 1000ml/L x 0,326 = 424 g SO3
(424g) / (80,06 g/mol)
M=
= 5,3 mol/L
1 liter
Karena 1 mol SO3 menghasilkan dalam air
maka ada 5,3 mol/L H2SO4 dalam larutan itu
Soal
Berapa gram Na2SO4 (142,1 g/mol)
diperlukan untuk membuat larutan
sebanyak 250 mL dengan konsentrasi
0,683 M
p. 138
Normalitas (N)
ek A
mek A
N=
=
mL larutan
Liter larutan
gram
ek
ek =
N=
Berat Ekuivalen
V
Untuk mencari gram zat
terlarut:
g = N x V x BE
Soal:
%=
x 100%
g zat terlarut + g pelarut
HCl pekat (BM 36,5) mempunyai
densitas 1,19 g/ml dan
mengandung 37% berat HCl.
Berapa ml asam pekat ini harus
diambil dan diencerkan menjadi 1
liter untuk membuat larutan 0,100
M
g = M x V x BM
= (0,100 mol/L) x (1 L) x (36,5
g/mol) = 3,65 gram
dalam 1 ml HCl pekat terdapat
1,19 g/ml HCl x 0,37 = 0,44 g/ml
ml =
V1 =
3,65 g
= 8,3 ml
0,44 g/ml
M2 x V2
0,1 x 1
=
12,055
M1
= 0,0083 L = 8,3 ml
Perhatikan
perubahan
warna
pH
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Fenolftalein
Titik ekuivalen
Biru bromtimol
Merah metil
10
20
30
40
50
60
70
ml NaOH
H2O(l)
pH
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Titik ekuivalen
10
20
30
40
50
60
70
ml NaOH
= Ka
= 1,0 x 10-5
= 3,00
(aq)
5,00 mmol
1,00 mmol
4,00 mmol
OH-
H2O
A-
1,00mmol
1,00mmol
0
1,0mmol 1,0mmol
[HA] =
[A-] =
4,00
60
60
= Ka
[H3O+] (1,0/60)
(4,0/60)
= 1,0 x 10-5
[H3O+] = 4 x 10-5
pH
4,00
1,00
1,00
+ [H3O+]
60
60
[H3O+][A-]
[HA]
- [H3O ]
+
= 5 - log 4 = 4,40
Setelah penambahan 50 ml
NaOH
(pH pada titik ekuivalen)
terbentuk 5,00 mmol A-; [A-] =
5,00/100 = 0,05M
A- adalah basa dan reaksinya
dengan air adalah
A- + H2O
HA + OHdianggap [HA] [OH-]
maka
[HA][OH-]
= Kb = 1,0 x 10-9
[A- ]
[OH-]
0,05
= 1,0 x 10-9
100,1 ml
pOH = 4,0
pH = 10,0
= 9,99 x 10-5
T=0
T<1
HA
asam
terionisasi
HA dan Abuffer
T=1
HA + OH
Persamaan
+
H3O++ A- Ka = [H3O ][A ]
HA + H2O
[HA]
[H3O ] = [A-]
[H3O ] = Ka.[HA]
Ka =
[H3O+][A-]
[HA]
A- + H2O
pH = pKa + log
HA + OH
Garam
[OH-] = Kb.[A-]
terhidrolisis
T>1
OH-
A- + H2O
Kb =
[A-]
[HA]
[HA][OH -]
[A-]
[HA] = [OH -]
T=0
T<1
T=1
HB+ + OH
[OH-] = Kb.[A-]
B dan HB+
[HB+][OH -]
HB+
Garam
terhidrolisis
T>1
B + H2O
Basa
terionisasi
buffer
H3O+
B + H3O+
Persamaan
Kb =
[B]
HB+ + H2O
Kb =
HB+ + H2O
[HB+][OH -]
[B]
[HB] = [OH -]
[H3O+] = Ka.[HB+]
Ka =
[HB+]
[H3O+][B]
[HB+]
[H3O+] = [B]
[B]
pH range
Warna
Tipe (sifat)
Biru timol
1,2 2,8
8,0 9,6
Merah kuning
Kuning - biru
asam
Kuning metil
2,9 4,0
Merah - kuning
basa
Jingga metil
3,1 4,4
Merah - jingga
basa
Hijau bromkresol
3,8 5,4
Kuning - biru
asam
Merah metil
4,2 6,3
Merah - kuning
basa
Ungu bromkresol
5,2 6,8
Kuning - ungu
asam
Biru bromtimol
6,2 7,6
Kuning - biru
asam
Merah fenol
6,8 8,4
Kuning - merah
asam
Ungu kresol
7,6 9,2
Kuning - ungu
asam
Fenolftalein
8,3 - 10
t.b - merah
asam
Timolftalein
9,3 10,5
t.b - biru
asam
Kuning alizarin
10,0 12,0
Kuning - ungu
basa
Sebagai ilustrasi kita permisalkan Indikator asam sebagai HIn dan Indikator
basa sebagai In.
Persamaan penguraiannya :
HIn + H2O
H3O+ + InIn + H2O
InH+ + OH-
Ka = (H3O+)(In-)/(HIn)
Diasumsikan molekul HIn berwarna merah dan ion In- berwarna kuning
Warna yang terlihat tergantung pada jumlah relatif kedua bentuk itu. Pada
pH rendah, HIn asam menonjol sehingga akan terlihat merah. Dalam
larutan ber pH tinggi, In- akan menonjol sehingga terlihat kuning. Pada nilai
pH menengah dimana kedua bentuk memiliki konsentrasi hampir sama,
warnanya mungkin oranye.
Selanjutnya kita asumsikan pKa dari HIn adalah 5,00, dan larutan tampak
berwarna merah bila rasio(HIn)/(In) sebesar 10 : 1, dan kuning bila rasionya
1 : 10 atau kurang.
Perubahan pH minimum untuk merubah warna indikator kita sebut sebagai
pH. Hal ini bisa diperkirakan denganperhitungan sbb:
Kuning :
pHy = pKa + log 10/1 = 5 + 1
Merah :
Supaya reaksi kimia cocok untuk proses titrasi, reaksinya harus sempurna
pada titik ekivalen. Semakin besar tetapan kesetimbangan, semakin
sempurna reaksinya dan semakin besar perubahan pH pada titik ekivalen.
Tetapan kesetimbangan untuk asam kuat basa kuat sangat besar :
H3O+ + OH2H2O ; K = 1/Kw = 1,0 x 1014
Konsentrasi zat yang dititrasi dan titran mempengaruhi besarnya pH
Diinginkan bahwa pH berubah 1 atau 2 satuan untuk penambahan
beberapa tetes titran pada titik ekivalen, jika digunakan indikator visual.
Contoh perhitungan:
Sebanyak 50,0 mL HA 0,10 M dititrasi dengan basa kuat 0,10 M. (a) hitung
nilai K minimum agar bila 49,95 mL titran ditambahkan, reaksi antara HA
dan OH- pada dasarnya sempurna dan pH berubah 2 satuan pada
penambahan 2 tetes lagi (0,10 mL) titran. (b) Ulangi perhitungan untuk pH
= 1 satuan.
Solusi
(a)
(b)
Jika pH = 1, maka
8,70 = pKa + log 4,995/0,005
pKa = 5,7; Ka = 2,0 x 10-6; K = 2,0 x 108
KURVA TITRASI
Untuk menentukan bisa atau tidaknya suatu reaksi digunakan dalam titrasi,
kita perlu membuat suatu kurva titrasi. Kurva ini merupakan plot antara pH
atau pOH dengan mililiter titran. Kurva ini juga berguna dalam pemilihan
indikator yang sesuai.
Fenolftalein
pH
Bromtimol biru
Metil merah
50
mL NaOH
Contoh kasus:
Sebanyak 50 mL HCl 0,10 M dititrasidengan NaOH 0,10 M. Hitung pH pada
awal titrasi dan setelah penambahan 10; 50; dan 60 mL titran.
(a) pH awal, HCl merupakan asam kuat dan terurai sempurna. Maka
(H3O+) = 0,10; pH = 1,0
(b) pH setelah penambahan 10,0 mL basa.
Kita mulai dengan 50,0 mL x 0,10 mmol/mL = 5,0 mmol HCl, dan
menambahkan 10,0 mL x 0,10 mmol/mL NaOH. Reaksinya :
mmol
H3O+ + OH2H2O
Awal :
Berubah:
Kesetimbangan:
5,0
-1,0
4,0
1,0
-1,0
-
(c) pH pada titik ekivalen. Kita mulai dengan 50,0 mL x 0,10 mmol/mL = 5 mmol
HCl dan telah menambahkan 50,0 mL x 0,10 mmol/mL = 5,0 mmol NaOH.
Reaksinya
mmolH3O+ + OH2H2O
Awal :
5,0
Berubah :
-5,0
Kesetimbangan
Kesetimbangannya :
5,0
-5,0
2H2O
H3O+ + OH-
(d)
(a)
Contoh kasus :
Sebanyak 50,0 mL larutan 0,10 M asam lemah, HB dengan
Ka = 1,0 x 10-5, dititrasi dengan NaOH 0,10 M. Hitung pH pada awal titrasi
dan setelah penambahan 10,0; 50,0; dan 60,0 mL titran.
pH awal. Karena HB terurai dengan lemah, menghasilkan satu B- dan
satu H3O+,
HB + H2O
H3O+ + BKita berasumsi bahwa
dan
(H3O+) (B-)
mmol
HB + OH
B- + H2O
Awal :
5,0
1,0
Berubah :
-1,0
-1,0
+ 1,0
Kesetimbangan :
4,0
1,0
Reaksi penguraian dan konsentrasi kesetimbangannya adalah:
HB +
H2O
H3O+
+
B4,0/60,0 (H3O+)
(H3O+)
1,0/60,0 + (H3O+)
(c) pH pada titik ekivalen. Kita mulai dengan 5,0 mmol HB dan menambahkan
50,0 mL x 0,10 mmol/mL = 5,0 mmol OH-. Reaksi yang terjadi :
mmol
HB + OHB- + H2O
Awal :
5,0
5,0
Berubah :
-5,0
-5,0
+ 5,0
Kesetimbangan :
5,0
B- adalah basa. Reaksi penguraian dan konsentrasi kesetimbangannya
adalah:
B- + H2O
HB + OH5,0/100 (OH-)
(HB)
(OH-)
Persamaan untuk Kb :
(HB)(OH-)/(B-) = Kb = Kw/Ka = 1,0 x 10-14/1,0 x 10-5 = 1,0 x 10-9
Karena B- adalah basa lemah, kita berasumsi bahwa (OH-) kecil
(B-) = 5,0/100 (OH-) 0,05
Karena penguraian menghasilkan satu HB dan satu OH- kita asumsikan :
(HB) (OH-), maka (OH-)2/0,05 = 1,0 x 10-9; (OH-) = 7,1 x 10-6
pOH = 5,15;
dan pH = 8,85
(d)
TITRASI REDOKS
Titrimetri melibatkan rekasi oksidasi dan
reduksi yg berkaitan dg perpindahan elektron
+2 +3
-1 0
reaksi oksidasi
0 +2
Ox
+ Red
Red1 + Ok2
1 reaksi
syst2reduksi
Tereduksi
teroksidasi
Proses oksidasi reduksi terjadi bersama sama
pada pelaksanaan TITRASI.
: EoV
reaksi tereduksi
di katoda
M(a-n)+ + ne- : E 0 V
Ox.2
reaksi teroksidasi
di anoda
Contoh:
Fe2+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+
Fe3+ + e-
Fe2+
Ce4+ + e- Ce3+
: Eo = 0,771 Volt
potensial reduksi
: Eo = 1,61 Volt
POTENSIAL STANDAR
SETENGAH REAKSI
Sistem Redoks
Eo Volt
1,77
1,695
Ce4+ +
e-
Ce3+
1,6 1
1,51
1,3 3
1,23
1,20
0,88
Cu2+ + I- + e- CuI
0,86
Fe3+ + e- Fe2+
0,771
0,682
I2(aq) + e- 2I-
0,6197
0,559
SETENGAH REAKSI
Sistem Redoks
Eo Volt
0,5355
0.154
0,08
2H+ + 2e- H2
0,0000 **
Zn2+ + 2e- Zn
-0,763
-0,828
(1)
= potensial standard
ln = 2,303 log
= konstante gas (8,313 joule)
= temperatur absolut
= konstante Faraday (96500 coulomb)
= banyaknya elektron yang ditransf dlm reaksi
teroksidasi
Pers (3)
0,0591
[Mn2+ ]
E = 1,51 - -------------- log ----------------------n
[MnO4-] [H+]8
RT
----- x 2,303 = 0,0591 pers (2) & pers (3) memberikan
KURVE TITRASI
Daerah setelah TE
E Volt
TE
Daerah
Sebelum
TE
Daerah TE
mL titran
100
mL
FeSO4
Nx
0,0591
[Mn2+ ]
E = 1,51 - ------------ log ------------- sel sist redoks
5
[MnO4-]
-------------------------------------------------------------- [+]
0,0591
[Fe2+ ] [Mn2+ ]
6E = 0,771 + 5x1,51 - ---------- log ------------------------ (****)
1
[Fe3+ ] [MnO4- ]
Pada TE banyaknya eq titran = eq titrat.
Maka ETE
0,771 + (5 x 1,51)
= ------------------------------ = 1,387 volt
6
[Fe(PO4)2]= , [FeF6]=
oks
+ ne
Ind
red
0,0591
[Ind red]
- ---------- log ---------------n
[Ind oks]
(5)
0,0591
- -------------n
(6)
Contoh :
Indikator Difenilamin Eo = +0,76 volt , n = 2
Rentang E Indikator redoks :
0,0591
E1 = 0,76 ----------- = 0,73 volt.
Rentang E
2
0,73 0,79 volt
0,0591
E2 = 0,76 + ------------ = 0,79 volt.
2
E=0,73 <
Bentuk
tereduksi
tidak berwarna
berubah
bertahap
< E=0,79
bentuk
teroksidasi
ungu lembayung
Warna
teroks
Kondisi
lrtn
Kompl,Fe(II) 5-nitro-1,10
-fenantrolin
Biru pucat
Merah ungu
+1,25
1M H2SO4
Biru-violet
Tak berwarna
+1,12
7-10 M
H2SO4
Kompl,Fe(II) 1,10-fenantrolin
Biru pucat
merah
+1,11
1M H2SO4
Erioglaucin A
Biru-merah
Kuning-hijau
+0,98
0,5M H2SO4
As difenilamin sulfonat
Merah-ungu
Tak berwarna
+0,85
Asam encer
difenilamin
ungu
Tak berwarna
+0,76
Asam encer
P-ethoksikrisoidin
kuning
merah
0,76
1M asam
Biru metilen
biru
Tak berwarna
+0,53
1M asam
Indigo terasulfonat
Biru
Tak berwarna
+0,36
1M asam
fenasafranin
biru
Tak berwarna
+0,28
1M asam
2 Fe3+ + 2 Cl-
tdk berwarna
perlu indikator
krg terdukung
(NH4)2Ce(NO3)6 / HClO4
Amonium Heksa Nitro Serat dlm HClO4
Indikator : Penantroline , Feroin .
1) 12M H2SO4
CCHCHC
+ 10Ce4+ + 12.H2O
O
OH OH
OH
2) 4M HClO4
Asam tartrat 1) n=10 , 2) n = 6
(1)
(2) 2CO2
O
+ 2HC + 6Ce3+ + 6H2O
OH
suasana asam
dilarutkan scr pasti
Wo = 1,75gr
Titran Ce
0,075 N
250 mL
titrasi
Per
50 mL
aliquot
AgCl(s) + e-
Fe2+
TiO2+
Reaksi yang terjadi pada John Reduktor
John Reduktor
Fe2+ + eTiO2+ + 2H3O+
Zn(s)
Zn2+ + 2e-
Fe3+
+ e-
Ti3+ + 3H2O
Penyelesaian soal :
Dari Walden R Fe3+
Ti
Fe2+ n=1
Fe2+
Ti4+
Ti3+
W.TiO2 (mg)
46,2 x 0,075 = ------------------Mr.TiO2 / n
+ meq Fe2O3
W.TiO2 (mg)
3,465 mg = -------------- + 1,365 mg
35/1
W.TiO2 (mg) = (3,465 1,365) x 35 = 73,5 mg`/ 50 mL
dlm sampel = 73,5 x 5 =367,5 mg
=367,5 / 1750 x 100 %
= 21 %
PEMANGANOMETRI
Penggunaan KMnO4
1.SUASANA ASAM 0,1 N
MnO4- + 8H+ + 5eMnO4- + 8H3O+ + 5eMn7+ Mn2+
n=5
SUASANA NETRAL
MnO4- + 4H3O+ + 3eMn7+ MnO2
n=3
Mn2+ + 4H2O
Mn2+ + 12H2O
Eo = 1,51 volt
MnO2 + 6H2O
Eo = 0,1695 volt
n = 1 Eo = 0,564 volt
Mn2+
MnO2
STANDARDISASI KMnO4
Larutan (standrd 1o) utk standardisasi KMnO4 :
Oksalat, Naoksalat (banyak digunakan),
As2O3, K4[Fe(CN)6]3H2O, logam besi dll
*)
2CO2 + 2e-
Na2C2O4
C2O4=
2Na+ + C2O4=
2CO2 + 2e-
282,0
N x 35,87 = -------------134,0 / 2
n=2
[KMnO4] = 0,1173. N
5MnO2 + 2H2O
(mg)
88,44
= 88,44 mg % = ------------ x 100 % =
487,4
= 18,15 %
5.MnO2
+ 2.H2O
Sesuai stokhiometri
mmol Mn dlm mineral setara mmol KMnO4 x 3/2
3
Mmol Mn = [ ] M x V mL x -----2
= 0,02347 x 45,37 x 3/2 = 1,610 mmol
Kand Mn dlm mineral = 1,610mmol x 54,94 mg/mol
= 88,44 mg
88,44 mg
% Mn = ----------------- x 100 % = 18,5%
487,4 mg
Beberapa contoh
* Penentuan Ferro ( Ferro teroksidasi Ferri)
Reaksi yg terjadi:
10.FeSO4 + 2.KMnO4 + 8H2SO4
2MnSO4 + 5.Fe2(SO4)3 + K2SO4 + 8.H2O
besi dihitung dari vol lrt KMnO4 yg diperlukan dg
normalitasnya.
* Penentuan H2O2
Berdasar reaksi :
5H2O2 + 2.MnO4- + 6.H+
Pereduksi
teroksidasi
titrasi
250 Lrt
nitrit
0,02N
250 mL
BIKROMATOMETRI
Titran K2Cr2O7 oksidator kuat. Eo = 1,33 volt
(+)
Lrt stnadard primer , Stabil, tdk perlu tempat glp.
Tidak terurai pada pemanasan, penguapan asam
Rekristalisasi dari lrt nya dan pengeringan t=200oC
memungkinkan diperoleh dg kemurnian tinggi.
(-)
Kekuatan oks lebih lemah dari KMnO4 dan Cerri
Reaksi lambat
Karsinogen perlu penanganan hati-hati.
Sbg zat pengoksid terjadi peningkatan Cr3+ slm
titrasi, orange warna hijau (sukar diamati pad TE)
Perlu indikator, indikator redoks yg biasa di pakai
2-
2H+ + 6en=6
2Cr3+ + 2H2O
n=3x2=6
2.Fe2+ + Zn2+
di (+)
Lrt
K2Cr2O7
Contoh soal
Lrt
KI
>>
Pemecahan soal :
+ 14.H+ + 6e2.Cr3+ + 7.H2O
S4O6= + 2I2e-
V x Ntio
294,18
Mr,K2Cr2O7
48,8 x 0,1 x ------------ = W.K2Cr2O7
6
0,2393 gr = berat bikromat
b) Bila berat bikromat di a) dilarutkan dalam volume
1 liter, berapa vol diperlukan utk menitrasi 3.402 gr
FeSO47H2O dalam suasana asam.
Solusi : * cari N K2Cr2O7,
* TE meq K2Cr2O7 setara meq FeSO47H2O
BROMATOMETR
I KBrO3
BROMATOMETRI
-Oksidator kuat, dg laju reaksi rendah
-Standard primer (KBrO3) / kering dg t 150 180oC
-Stabil
-Indikator MO, MR , .Naftaflavon , Quinoline
-Banyak digunakan utk penentuan senyawa organik
-Reaksi yg terjadi.
-BrO3- + 6.H+ + 6e1 greq KBrO3= 1/6 mol
Br- + 3.H2O
Eo = 1,44 %
Endapan disaring , cuci dilarut dalam HCl, hidroksikuinolin yang dilepas di titrasi dg lrt KBrO3 dg adanya
KBr, reaksi yg terjadi :
KBrO3 + 5.KBr +
H(C9H6NO) + 2.Br2
6.HCl
IDO -IODIMETRI
* Kalium iodat KIO3 banyak dipakai dlm Kimia Analit
IO3- + 5I- + 6.H+
3I2 + 3.H2O
2I3I-
Eo = 0,5345 volt
Eo = 0,536 volt
* I2 larut dalam KI
* Perlu disimpan ditempat
dingin
gelap
* Bukan standard primer perlu standardisasi dg
*) As2O3 dan *) Na2S2O3.5H2O
lrt thio sulfat perlu di standardisasi lebih dulu
dg K2Cr2O7
indikator amilum / kanji
(I-) << 10-5 M dapat ditekan dg mudah oleh amilum
Kelarutan I- -- Amilum << dlm air pe (+) nya dila
kukan mendekati TE / TA.
3I- + S4O6=
S2O3I-
S2O3I- + I-
S4O6= + I3-
S2O3I-
+ S2O3=
pH 5
+ I3-
S4O6=
larutan tidak
ber warna
titrasi
I-
berjalan
warna indk
muncul.
b. Reaksi dg Cu
Kelebihan KI bereaksi dg Cu2+ CuI + I2
2.Cu2+ + 4.I-
2.CuI + 4.I2
2.Cu2+ + 3.I-
2.CuI
+ 4 I3-
I- sbg reduktor
Cu2+ + e-
Cu+
I2 + 2.e-
Eo = 0,15 volt
2I-
Cu2+ + I- + e-
Eo = 0,54 volt
CuI
Eo = 0,86 volt
2.MnO2
2.H2O
I2 + Mn2+ + 2.H2O
ARGENTOMETRI
yaitu penentuan kadar zat dalam suatu
larutan dengan dititrasi berdasarkan
pembentukan endapan ion Ag+
larutan standar sekunder yang digunakan
AgNO3
baku primer yang digunakan NaCl pa
METODE ARGENTOMETRI
metode mohr
metode valhard
metode fajans
Analisis protein
Analisis protein yang digunakan adalah
metode kjeldahl.
Metode kjeldahl untuk menganalisis kadar
protein kasar dalam bahan makanan
secara tidak langsung,karena yang
dianalisis dengan cara ini adalah kadar
nitrogennya.
sebagai berikut:
Ditimbang sampel sebanyak 0,51 gr kemudian di masukkan kedalam
labu kjeldahl 100 ml.
Ditambahkan 2 gr campuran selen dan 25 ml H2SO4 pekat
Lalu panaskan diatas pemanas listrik atau api pembakar sampai
mendidih dan larutkan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2jam).
Kemudian biarkan dingin, lalu encerkan dengan10 ml aquadest dan
masukkan ke dalam alat destilasi, tepatkan sampai tanda garis
dengan aquadest.
Dipipet 5 ml larutan dan masukkan kedalam alat penyuling,
tambahkan 5 mlNaOH 30 % dan beberapa tetes indikator pp
Sulingkan selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung
gunakan 10 ml larutan asam borat 2% yang telah dicampur indikator
campuran
Bilasi ujung pendingin dengan air suling.
Titrasi dengan larutan HCL 0,01 N hingga warna larutan menjadi hijau
v1 v2 xNx0,014 xfkxfpx100%
kadarprote in
w
Keterangan :
N: Normalitas HCL
V1: Volume HCL 0,01 N yang dipergunakan penitaran contoh
V2: Volume HCL yang dipergunakan untuk penitaran blanko
fk: faktor konversi untuk protein makanan secara umum: 6,25 ,
susu &hasil olahannya: 6,38, mentega kacang: 5,46.
fp: factor pengenceran.
W: berat contoh dengan gr
vBS xN BS xfkesetaraan
massa
1mlx0,1N
CONTOH SOAL
Pada penetapan kadar paracetamol
dengan metode nitrimetri ditimbang
paracetamol sebanyak 601,7 mg
kemudian dilarutkan dalam 20 ml larutan
HCl dalam air (1:2) direfluk selama 30
menit, didinginkan dan ditambah 5 g KBr,
5 tetes tropeolin oo, 3tetes metilen blue.
Selanjutnya dititrasi dengan NaNO3
0,0895 N sampai terjadi perubahan warna
dari ungu menjadi biru terang. Pada titrasi
dibutuhkan NaNO3 sebanyak 16,55 ml.
Hitunglah kadar paracetamol!
penyelesaian
vBS xN BS xfkesetaraan
massa
1mlx0,1N
16,55mlx 0,0895 x15,2mg
225,1462mg
1mlx0,1N
Kadar paracetamol
= 225,1462mg
601,7 mg
x100% 37,41%